Anda di halaman 1dari 19

DIABETES MELLITUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perseorangan


Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh
Nama
: Sulastri
NIM
: 42010413043
Program Studi :
D III Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


TAHUN 2013
1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta
hidayahNya-lah saya dapat menyelesaikan makalah mengenai Diabetes Mellitus.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, dosen,
dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini ataupun kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf.
Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, saya sangat mengharapakan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya pembaca.

Cirebon, 12 Januari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
....................................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
....................................................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................
2
1.3. Tujuan Pembuatan Makalah............................................................
2

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................
3
2.1. Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus...........................................
3
2.2. Klasifikasi Etiologi DM Menurut ADA 2003.................................
3
ii

2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus.....................................................


4
2.4. Gambaran Klinis Diabetes Mellitus................................................
6
2.5. Patofisiologi Penyakit Diabetes Mellitus........................................
6
2.6. Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus.............................................
8
2.7. Komplikasi akibat Diabetes Millitus..............................................
9
2.8. Pemberian Obat pasien Diabetes Mellitus......................................
9
BAB III

PENUTUP...............................................................................................
14
3.1. Kesimpulan.....................................................................................
14
3.2. Saran...............................................................................................
14

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja.. 12


iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) atau sering kita kenal dengan Penyakit kencing
manis adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia dimana kadar gula dalam darah meningkat yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM
umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Diabetes seringkali tidak terdeteksi secara dini, dan biasanya akan mulai terlihat
tanda-tandanya hanya saat seseorang tersebut sudah menderitanya kurang lebih
selama 7 tahun, sehingga akan semakin sulit untuk disembuhkan.
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas
pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM
belum menjadi prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik
pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal.
Jumlah penderita penyakit DM akhir-akhir ini mengalami kenaikan yang
cukup tinggi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perubahan gaya hidup
seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik dianggap sebagai faktorfaktor penyebab terpenting. Oleh sebab itu, DM juga dapat diderita oleh orang
yang tidak punya riwayat DM dikeluarganya, dimana proses terjadinya penyakit
akan memakan waktu bertahun-tahun. Namun penyakit DM dapat dicegah jika
kita mengetahui dasar-dasar tentang penyakit dengan baik dan mewaspadai
perubahan gaya hidup dan pola makan kita. Olehnya itu, makalah ini akan
membahas penyakit Diabetes Militus.

2.2.

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:
1. Apa pengertian Diabetes Militus (DM)?
2. Apa saja tipe Diabetes Militus?
3. Apa saja tanda tanda dan gejala Diabetes Militus?
4. Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
5. Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus?
6. Bagaimana hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh?
2.3.

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Militus
2. Untuk mengetahui apa saja tipe Diabetes Militus
3. Untuk mengetahui apa saja tanda tanda dan gejala Diabetes Militus
4. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
5. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus
6. Untuk mengetahui hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus

atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis atau penyakit gula adalah
kelainan metabolis yang disebabkan oleh kegagalan pankreas untuk mensekresi
insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat.
Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma yang dapat terpicu oleh diabetes
mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit
Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom
Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula
darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
2.2.

Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus Menurut ADA 2003


1.
Diabetes Melitus Tipe 1
destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, Melalui
proses imunologik dan Idiopatik
2.
Diabetes Melitus Tipe 2
bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
3.

Diabetes Melitus Tipe Lain

1) Defek genetik fungsi sel beta:


a.

Kromosom 12, HNF-1 alfa (dahulu MODY 3)

b. Kromosom 7, Glukokinase (dahulu MODY 2)


c.

Kromosom 20, HNF-4 alfa (dahulu MODY 1)DNA


mitochondria.

2) Defek genetik kerja insulin


3) Penyakit eksokrin pangkreas:
a. Pangkreatitis
b. Trauma/pangkreatektomi
c. Neoplasma
d. Cystic Fibrosis
e. Hemochromatosis
f. Pangkreatopati fibro kalkulus
4) Endokrinopati:
a.

Akromegali

b. Sindroma cushing
c.

Feokromositoma

d. Hipertiroidisme
5) Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidine, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa
6) Infeksi : rubella kongenital dan CMV
7) Imunologi (jarang) : antibodi anti reseptor insulin
8) Sindroma genetik lain : Sindroma Down, Klinefelter, Turner,
Huntington Chorea, Sindroma Prader Willi.
2.3. Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor
genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga
ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan
kebudayaan.

Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut
diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau maturityonset diabetes. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut
DM tipe 1 dan yang kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes
melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil, dan diabetes yang
disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat 10% dari DM tipe 2. Bahkan di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada
masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang
timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%).
Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan
diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum
ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada
juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya
biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang tidak
terdiagnosis lebih banyak daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan
ini pada negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat
dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang termasuk Indonesia
(Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM
tipe 2 akan meningkat menjadi 5 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis
adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi
dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2
(Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup,

berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang


disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak/
aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono Dalam
Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
2.4. Gambaran Klinis
Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat
relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline recistance).
Keadaan

ini

ditandai

dengan

ketidakrentanan/

ketidakmampuan

organ

menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam


mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemi) (M.N Bustan, 2007).
Gejala klasik DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama pada malam hari , banyak makan serta berat badan yang turun dengan
cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks
menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg.
Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan.
Mereka mengetahui adanya DM hanya pada saat chek up ditemukan kadar
glukosa darahnya tinggi (Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
2.5. Patofisiologi
Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi sebagai bahan bakar itu berasal dari
bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus
kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh untuk

dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas) memegang peranan yang sangat penting
yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan
sebagai bahan bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau
Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk pulau di dalam pankreas dengan
jumlah 100.000) yang jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel,
untuk kemudian dimetabolisir menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap berada didalam
pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan
seperti ini tubuh akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel.
Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak adanya insulin pada DM tipe 1 karena
pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan
pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-lain.
Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa
(Suyono, 1999).
Sedangkan pada DM tipe2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih
banyak. Tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang. Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam
sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan meningkat. Dengan
demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM
tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin (Suyono, 1999).

Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas,


tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan, antara lain:
1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu
akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga
penyakit kencing manis (Suyono, 1999).
2.6. Diagnosa
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah,
tidak dapat ditegakan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan
diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah kapiler
(Perkeni, 1998).
Diagnosis diabetes dipastikan bila:
a. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai
dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl atau glukosa darah puasa 126 mg/dl).
b. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas
(lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae)
disertai dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa
darah sewaktu 200 mg/dl dan atau glukosa darah puasa 126 mg/dl
yang diperiksa pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda).
2.7. Komplikasi

Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun


kemudian hampir selalu akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes
dapat dibagi dalam dua kelompok besar:
1. Komplikasi akut.
Timbul secara mendadak. Ini merupakan keadaan gawat darurat. Keadaan
ini bisa menjadi fatal apabila tidak ditangani dengan segera. Termasuk dalam
kelompok

ini

adalah

hipoglikemia(glukosa

darah

terlalu

rendah),

hiperglikemia(glukosa darah terlalu tinggi), dan terlalu banyak asam dalam darah
(ketoasidosis diabetik).
2. Komplikasi kronis.
Timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur
menjadi makin berat dan membahayakan. Misalnya, komplikasi pada saraf
(neoropati), mata (retinopati, katarak, glaukoma), ginjal (nefropati), jantung
(angina, serangan jantung, tekanan darah tinggi, PJK), pembuluh darah,
hati(hepatitis, perlemakan hati/ fatty liver, batu empedu), tuberkulosis paru,
gangguan saluran makan, infeksi sehingga mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dan penyakit kulit(Bruise,vitiligo, necrobiosis lipoidica, xanthelasma, alopecia,
lipohypertrophy/ hipertropi insulin, lipoatropi insulin, kulit kering karena
kerusakan saraf otonom sehingga keringat menjadi berkurang, infeksi jamur
seringkali diantara jari kaki, acanthosis nigricans/ penimbunan pigmen gelap
dibelakang leher dan ketiak, kulit yang menebal pada penderita DM yang lebih
dari 10 tahun).
2.8. Pemberian Obat/ Pengobatan Pasien DM
Pemberian obat kepada pasien sesuai petunjuk dokter merupakan suatu
tindakan/ praktek kesehatan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan sebagai bagian dari perilaku seseorang terhadap stimulus
atau objek kesehatan (yang dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit DM yang diderita seseorang), yang kemudian dalam proses selanjutnya
akan melaksanakan atau mempraktekkan sesuai apa yang diketahuinya dan
disikapi/ dinilainya baik untuk dilakukan ( Notoadmodjo S, 2007).

Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip pemberian obat/ pengobatan


terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan insulin dan,
b. Pengobatan dengan Obat Hipoglikemik Oral.
2.8.1. Pengobatan dengan Insulin
Indikasi pemberian obat bagi pasien dengan terapi insulin, diberikan
untuk:
1. Semua orang dengan diabetes tipe 1 yang memerlukan insulin eksogen
karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Orang dengan diabetes tipe 2 tertentu yang mungkin membutuhkan insulin
bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau
apabila mengalami stres fisiologi seperti pada tindakan pembedahan.
3. Orang dengan diabetes kehamilan (diabetes yang timbul selama
kehamilan) membutuhkan insulin bila diet tidak saja dapat mengendalikan
kadar glukosa darah.
4. Orang yang diabetes dengan ketoasidosis.
5. Orang dengan diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode
resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
6. Pengobatan sindroma hiperglikemi non-ketotik-hiperosmolar
1. Cara Penggunaan Insulin
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau
sebelum makan) dan insulin prandial (setelah makan).
Insulin basal ialah insulin yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia
puasa akibat glukoneogenesis dan juga mencegah ketogenesis yang tidak
terdeteksi.

10

Insulin

Prandial

ialah

jumlah

insulin

yang

dibutuhkan

untuk

mengkonversi bahan nutrien ke dalam bentuk energi cadangan sehingga tidak


terjadi hiperglikemia postprandial.
Insulin Koreksi (supplement) ialah insulin yang diperlukan akibat kenaikan
kebutuhan insulin yang disebabkan adanya penyakit atau stres. Pemberian
insulin tergantung pada kondisi pasien dan fasilitas yang tersedia. Untuk
pasien yang non-emergensi, pemberian suntikan subkutan atau intramuskular
(jarang dilakukan). Pada pasien dengan kondisi kegawatan diberikan dengan
pompa infus atau secara bolus intra vena. Insulin dapat juga diberikan secara
subkutan dengan menggunakan pompa insulin atau yang dikenal dengan
continuous subcutaneous insulin infusion (CSII).
Sebelum menyuntikan insulin, kedua tangan dan daerah yang harus
disuntik haruslah bersih. Tutup vial insulin harus diusap dengan isopropil
alkohol 70%. Untuk semua macam insulin kecuali kerja cepat, harus digulunggulung secara perlahan-lahan dengan kedua telapak tangan (Jangan dikocok)
untuk melarutkan kembali suspensi. Ambilah udara sejumlah insulin yang
akan diberikan dan suntikanlah kedalam vial untuk mencegah terjadi ruang
vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran
insulin.
Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja menengah atau panjang,
maka insulin yang jernih atau kerja cepat harus diambil terlebih dahulu.
Setelah insulin masuk ke alat suntik, periksalah apa mengandung gelembung
udara. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat
mengurangi gelembung tersebut. Gelembung tersebut sebenarnya tidaklah
terlalu berbahaya tetapi dapat mengurangi dosis insulin.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan. Pada umumnya disuntikan
dengan sudut 90 derajat. Pada pasien kurus dan anak-anak, setelah kulit dijepit
dan insulin disuntikan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikan
intra muskular. Aspirasi tidak perlu dilakukan secara rutin. Bila suntikan terasa
sakit atau mengalami perdarahan setelah proses penyuntikan maka daerah
tersebut sebaiknya ditekan selama 5-8 detik.

11

2. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja


Sediaan insulin yang ada di pasaran Indonesia, berdasarkan waktu kerja
dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:
Tabel 1. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan Insulin

Awal Kerja

Puncak

Lama

Kerja

Kerja

30-60 mnt

30-90 mnt

5-8 jam

cepat

5-15 mnt

30-90 mnt

3-5 jam

Insulin glulisine (apidra*)

5-15 mnt

30-90 mnt

3-5 jam

Insulin aspart (Novo Rapid *)

5-15 mnt

30-90 mnt

3-5 jam

NPH (Insulatard, Humulin N)

2-4 jam

4-10 jam

10-16 jam

Lente
Insulin Kerja Panjang

3-4 jam

4-12 jam

12-18 jam

Insulin glargine (Lantus)

2-4 jam

Tdk

Ultralente*

6-10 jam

puncak

Insulin detemir (Levemir*)

2-4 jam

8-10 jam

Insulin Prandial
Insulin Kerja cepat
Regular (Actrapid; Humulin R)
Insulin

analog,

kerja

sangat

Insulin lispro (Humalog)


Insulin Kerja Menengah

Tdk

ada

ada

puncak
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70%NPH/ 30% reguler )Mixtard: 30-60 mnt

Dual

10-16 jam

Humulin 70/30)
70%NPH/

30%

analog

rapid

(NovoMix 30)
Sumber: Soegondo S dalam Penatalaksanaan DM Terpadu, 2007

12

2.8.2. Pengobatan dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)


Menurut Tjokroprawiro Askandar, dkk, 2007, syarat OHO berhasil baik bila
diet dan latihan fisik harus dilaksanakan dengan benar (3J), Jumlah-JadwalJenis dan diberikan pada penderita yang:
a.

Umur > 40 tahun.

b. Lama DM-nya kurang dari 5 tahun.


c.

Belum pernah suntik insulin, atau bila pernah suntik insulin, kebutuhan
insulin kurang dari 20 unit/ hari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Diabetes Militus (DM) ini sangat berbahaya dan dapat menyerang siapa saja.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes
Militus. Seperti contohnya, Obesitas (berat badan berlebih) ,faktor genetis, pola

13

hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang
lainnya.
Dan jika penderita penyakit DM tidak menjaga dengan baik pola makan
dan gaya hidupnya, maka penyakit ini akan menjadi sangat berbahaya karena
dapat menimbulkan banyak penyakit-penyakit lain, seperti Alzheimer, ataxiatelangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria,
distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner,
sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme,
hipogonadisme, dan lain-lain.
3.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Selalu berhati hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga
dan istirahat yang cukup
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula
melonjak tinggi.

DAFTAR PUSAKA

Muhamad, Yusuf. 2011. Makalah Diabetes Mellitus


http://yusufsukarta.blogspot.com/2013/05/makalah-diabetes-mellitus.html
(Diakses pada 21 desember 2013)

14

Utamie, Trie. 2012. Makalah Diabetes Mellitus


http://faluethautamiee.blogspot.com/2012/12/makalah-diabetes-militus.html
(Diakses pada 21 Desember 2013)
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung: Irama Widya
Price, Sylvia. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Wikipedia. Diabetes Mellitus. http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus


(diakses pada 19 Mei 2011)

15

Anda mungkin juga menyukai