PROPOSAL PENELITIAN
EFEK SUHU DAN WAKTU CHARGING TERHADAP KINERJA REAKTOR
TERINTEGRASI PLASMA KATALITIK UNTUK KONVERSI LIMBAH PLASTIK
POLIPROPILEN (PP) MENJADI BAHAN BAKAR CAIR
Disusun Oleh:
Muhammad Khoirul Anam
L2C309034
L2C309037
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 80% konsumsi energi dunia diambil dari batu bara, minyak, dan gas alam. Dari
ketiganya, minyak berkontribusi paling besar ( 35% dari minyak, 23% dari batu bara, dan
21% dari gas)( Morten Bjrgen et al, 2008). Seperti yang diketahui bahwa konsumsi bahan
bakar dari tahun ketahun makin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil yang ada
terbatas jumlahnya. Hal ini mendorong manusia untuk mencari bahan bakar alternatif.
Penelitian yang sekarang telah dilakukan untuk bahan bakar kebanyakan dari sumber alam
hayati dimana jika explorasi terlalu banyak akan menimbulkan ketidakseimbangan pada rantai
makanan. Tentu tidaklah mudah membuat suatu terobosan yang sempurna dalam
menghasilkan bahan bakar. Supaya keseimbangan pangan nasional maupun dunia tidak
terganggu, penelitian pada dekade ini lebih banyak menitik beratkan pada pengkonversian
bahan yang tidak bermanfaat untuk dikonversi menjadi produk yang bermanfaat.
Bahan yang tidak bermanfaat biasa disebut sampah. Sampah yang memungkinkan untuk
dikonversi menjadi bahan bakar diantaranya adalah plastik. Plastik merupakan material yang
baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar
biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta
ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan
material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat
mencapai 80kg/orang/tahun, di India hanya 2kg/orang/tahun (Richardson, 2008). Penggunaan
plastik yang cukup tinggi juga menyebabkan persoalan tersendiri, mengingat sifat plastik
yang tidak mudah terdegradasi. Menurut data dari KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)
volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau
setara 42 juta kilogram, dimana komposisi sampah plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton
(Junaedy, 2009). Dengan semakin meningkatnya penggunaan plastik dan tidak dapat
terdegradasinya secara alami, maka keberadaanya menjadi masalah lingkungan. Salah satu
jenis sampah plastik yang tidak mudah terdegradasi adalah kemasan minuman terutama cup
air mineral yang merupakan jenis plastik polipropilen (PP).
beberapa
penelitian
terdahulu,
dijelaskan
proses
perengkahan
dengan
C. Karagoz et al (2002)
menggunakan katalis Co-Ac, DHC-8, dan HZSM-5 untuk menghasilkan yield produk pada
kisaran 95-98%, dengan suhu operasi 425, 435, 450oC dan waktu 2 jam . Park et al (2003)
menggunakan katalis BaO untuk mengasilkan yield produk 73,2%, dengan suhu operasi
350oC. DP Serrano et al (2005) menggunakan katalis HZSM-5 untuk menghasilkan yield
produk 80% dengan suhu operasi 340o C dan waktu 2 jam. Dari beberapa penelitian tersebut
dapat diketahui bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan untuk proses konvensional perengkahan katalitik polimer, adalah cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari suhu operasi
yang relatif tinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu teknologi alternatif pendukung untuk
memperbaikinya. Teknologi plasma diharapkan dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Plasma terbentuk ketika suatu gas yang tidak bermuatan listrik diberi energi yang cukup
dari sumber listrik sehingga menjadi bermuatan dan bersifat radikal. Sumber elektron bebas
pada umumnya berupa elektroda bertegangan tinggi. Hal tersebut menimbulkan benturan
antara elektron dan molekul gas yang menghasilkan suatu keadaan metastabil dan ion yang
terenergi. Treatment polimer dengan teknologi plasma, menyebabkan perubahan struktur dan
sifat kimia dari lapisan polimer (Shikova et al, 2004) sehingga polimer lebih mudah terurai.
Keadaan seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan lebih lanjut dalam proses perengkahan
katalitk. Efek waktu charging didalam reaktor plasma dan suhu reaktor konvensional-katalitik
terhadap kinerja reaktor terintegrasi plasma-katalitik belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya untuk konversi polipropilen menjadi bahan bakar cair.
Penelitian ini akan berfokus pada kajian reaktor plasma terintegrasi yang khusus
digunakan untuk perlakuan terhadap polipropilen sebelum dilakukan tahapan perengkahan
2
katalitik. Beberapa variabel yang akan dipelajari adalah pengaruh suhu reaktor konvensional
katalitik dan waktu charging reaktor plasma terhadap kinerja proses perengkahan katalitik
untuk konversi limbah plastik polipropilen (PP) menjadi bahan bakar cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plastik thermoplast, yaitu plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya
panas. Contoh plastik thermoplast diantaranya : PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon, PET,
PC.
Plastik thermoset, yaitu plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak
dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi.
Contoh plastik thermoset diantaranya : PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehyde),
MF (Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi.
rantai panjang dan memiliki tingkat kestabilan yang tinggi, sama sekali tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme. Karena itu, sampah plastik harus ditangani dengan baik. Kebanyakan
5
plastik termasuk dalam polimer termoplastik, yaitu polimer yang akan melunak apabila
dipanaskan dan dapat dicetak kembali ataupun didaur ulang.
Plastik mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Densitas
Plastik mempunyai densitas yang lebih rendah dari logam, sehingga plastik lebih ringan.
Kisaran densitas plastik adalah 0,9 g/cm3 sampai 2,2 g/cm3, dibandingkan dengan logam
yang mempunyai densitas 7,85 g/cm3.
2. Ketahanan dan Kekuatan
Beberapa jenis plastik memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu,
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan sehingga menjadi
salah satu bahan yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun
minuman.
3. Penghantar Listrik
Karena plastik merupakan penghantar listrik yang sangat buruk maka dapat digunakan
sebagai isolator atau penyekat listrik.
4. Penghantar Panas
Plastik digunakan sebagai penghambat panas karena memiliki daya penghantar panas
yang sangat rendah.
5. Daya Benturan
Plastik dapat dibuat keras seperti batu dan kuat seperti baja sehingga dapat digunakan
sebagai pelindung kepala bagi para pekerja bangunan, pekerja tambang, dan pekerja kuli
lainnya.
2.1.1 Polipropilen
Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik olefin, dengan
rumus bangun sebagai berikut :
(CH2 CH )nCH3
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen, Escon, Olefane dan
Profax. Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas
propilena. Propilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik
lain. Polipropilen mempunyai sifat sangat kaku, berat jenis rendah, tahan terhadap bahan
kimia, asam, basa, tahan terhadap panas, dan tidak mudah retak.
6
Polipropilen mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 - 200 oC), sedangkan titik
kristalisasinya antara 130 135o C. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan
kimia (hemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.
2.2 Konsep Perengkahan
2.2.1
Perengkahan Thermal
Perengkahan thermal merupakan suatu proses perengkahan pada suhu tinggi. Proses
perengkahan thermal bertujuan untuk memecah senyawa menjadi molekul yang lebih kecil
dengan cara pyrolisis atau thermolisis. Perengkahan thermal melibatkan radikal bebas (bukan
ion) dan reaksi rantai radikal bebas. Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses
paling sederhana untuk daur ulang plastik. Pada proses ini material polimer atau plastik
dipanaskan pada suhu sekitar 600 800 0C (Baggio,P et.al, 2009) dengan dialirkan udara.
Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro molekul dari plastik terurai menjadi
7
molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek terbentuk. Produk yang dihasilkan
berupa fraksi gas, fraksi cair dan residu padat yang mengandung parafin,olefin, napthan, dan
aromatis.
2.2.2
Perengkahan katalitik
Perengkahan menggunakan katalis dijalankan pada suhu lebih rendah daripada
perengkahan thermal. Permulaan katalis yang digunakan adalah tanah liat (clay) dan silika
alumina amorpous yang kemudian berkembang ke zeolit.
Perengkahan katalitik merupakan suatu cara untuk menghasilkan bensin dan produk
ringan lain dari minyak bumi. Perbedaan sistem reaksi dipelajari pada skala laboratorium.
Ada tiga tipe reaktor katalitik yang biasa digunakan dalam evaluasi laboratorium pada
perengkahan katalitik. Klasifikasi reaktor tersebut adalah fix bed reaktor, fluidized bed
reaktor, dab entrained flow reaktor. Satu dari sistem yang umum digunakan untuk
perengkahan katalitik adalah fixed bed micro-activity test or MAT unit.(corma et al., 1990)
2.3 Konsep katalis
Katalis menurut Richardson diartikan sebagai suatu zat kimia yang dapat menaikkan
laju reaksi dan terlibat didalam reaksi kimia walaupun zat itu sendiri tidak ikut bereaksi secara
permanen. Adapun formulasi yang benar mengenai katalis adalah:
1. Aliran distribusi yang baik dan rendahnya pressure drop. Hal ini dapat dicapai dengan
pemilihan bentuk dan ukuran partiel katalis. Juga perlu diperhatikan mengenai kekuatan
mekanis dari katalis.
2. Aktifitas dan selektifitas yang tinggi: hal ini dilakuan dengan pemilihan komponen
kimia, pemilihan metode preparasi untuk surface area, juga formulasi pellet untuk
penyediaan situs aktif.
3. Kestabilan umur, yaitu ketahanan terhadap deaktifasi berupa sintering, poisoning, dan
fouling.
Kinerja suatu katalis dapat dimisalkan sebagai berikut: suatu reaktan A dan reaktan B
untuk membentuk produk C pada keadaan standar harus memiliki energi tertentu (energi
aktifasi). Penggunaan katalis dapat mencarikan mekanisme lain dimana energi yang
diperlukan lebih rendah.
10
Tabel 2.3 Overview Teknologi Perengkahan Katalitik Untuk Konversi Plastik Menjadi Fuel
NO. Bahan Baku
Kondisi Operasi
1.
XVR:PP:SC:CL
1:1:1:1
T = 460 0C
XVR+PP+CL = 87,4%
Yield/Konversi
2.
PP
T = 500-700 0C
XVR+PP+SC = 80,8%
Pirolisis = 82 wt%
3.
PS
T = 400-450 0C
4.
PE
PP
PS
T = 420-440 0C
5.
isobutyl
isoprene rubber
T = 500-700 0C
6.
PP
7.
Dry Methane
T=4000C
8.
PE
T=4000C
Konversi = 95%
Katalis MCM-41
9.
HDPE
T=4500C
10.
21 %wt PE,
24 %wt PP,
37 %wt PS,
5 %wt PVC,
6 %wt PET,
7 %wt dan lainlain
200 325 oC
Sumber Referensi
Ahmamzzaman,m
et.al,2008
Kodera et.al 2006
Walendziewski,J. 2005
Konversi = 90%
Non-pretreatment
Oil: 8,03%
Residu karbon: 4,77%
Ali,Salmiaton et,al.
2006
Akimoto et al, 2004
Keterangan :
XRV
PET
: Poletilen Terephtalat
SC
: Samla coal
PVC
: Polvinilklorida
CL
: Calotropis procera
PS
: Polistiren
PP
: Polipropilen
PE
: Polietilen
Dari tabel tersebut terlihat bahwa proses perengkahan katalitik menggunakan berbagai
jenis katalis membutuhkan kondisi suhu yang lebih rendah daripada perengkahan termal.
Penggunaan reaktor plasma untuk pretreatment plastik sebelum proses perengkahan katalitik
merupakan metode yang relatif baru sehingga perlu dikembangkan.
2.5 Konsep Dasar Teknologi Plasma
2.5.1 Pengertian Plasma
Plasma dalam teknologi plasma dapat didefinisikan sebagai gas yang terionisasi,
terdiri dari partikel neutron, ion positif, ion negatif dan elektron yang merespon secara kuat
medan magnetik. Plasma juga dapat dikatakan sebagai atom yang kehilangan elektron karena
beberapa atau semua elektron di orbit atom terluar telah terpisah dari atom atau molekul.
Hasilnya adalah sebuah koleksi ion dan elektron yang tidak lagi terikat satu sama lain. Untuk
menghilangkan elektron dari atom dibutukakan suatu energi, energi tersebut berasal dari
panas, listrik ataupun cahaya. Partikel-partikel ini terionisasi (bermuatan) sehingga
terbentuklah plasma.
Berdasarkan temperaturnya, plasma dapat dikategorikan menjadi:
1. Plasma termal : Telektron ~ Tgas
Suhu elektron dan gas berada dalam keadaan kesetimbangan (quasi-equilibrium)
akibat pemanasan Joule (Joule heating).
Contoh: plasma matahari
2. Plasma non-termal: Telektron > Tgas
Telektron ~ 1 eV (~ 10000 K); T ~ suhu ruang
Contoh: Aurora borealis
Teknologi plasma memiliki beberapa keunggulan diantaranya: plasma merupakan
teknologi yang ramah lingkungan, murah, mudah, dan merupakan teknologi reaktor plasma
yang dapat digunakan untuk konversi kimia pada temperatur rendah bahkan temperatur
ruangan.
12
kamar sedangkan temperature elektron dapat mencapai 104 105 K dalam ruang discharge.
Pemecahan gas (gas breakdown) menghasilkan elektron-elektron yang terpercepatkan oleh
medan listrik membentuk plasma. Discas elektrik dapat dihasilkan dengan beberapa cara
tergantung kepada jenis voltase dan spesifikasi reaktor yang digunakan.
Dalam reaktor plasma elektron berenergi tinggi bertumbukan dengan molekul-molekul
gas menghasilkan eksitasi, ionisasi, pelipatgandaan elektron, dan pembentukan atom-atom
dan senyawa metastabil. Jika medan listrik di dalam zona discas adalah cukup untuk
memecahkan ikatan kimia gas maka akan terlihat discas mikro-discas mikro dalam jumlah
yang banyak. Selanjutnya atom-atom aktif dan senyawa metastabil akan bertumbukan dengan
molekul-molekul sehingga akan terjadi reaksi kimia. Tumbukan antara elektron- elektron
berenergi tinggi dengan molekul-molekul gas menghasilkan eksitasi, disosiasi, atau ionisasi
tanpa menyebabkan pemanasan terhadap gas, sehingga temperature bulk gas tidak
berkeseimbangan dengan elektron dan selalu rendah .
Konfigurasi dasar reaktor plasma tipe planar dapat dilihat di Gambar 3, sedangkan
karakteristik- karakteristik discas non-thermal dapat dilihat di Tabel 4.
14
tinggi ditumbukkan dengan molekul dalam gas, sehingga menghasilkan ion yang tereksitasi,
ion bebas, elektron multiplikasi, pembentukan atom dan komponen metastabil. Ketika bidang
elektrik dalam gap discharge cukup tinggi sehingga menyebabkan penguraian molekulmolekul gas, yang bila diamati bahwa atom aktif dan komponen metastabil bertubrukan
dengan molekul-molekul sehingga reaksi perengkahan itu terjadi.
2.6. Pemodelan dan Optimalisasi dengan Metode Response Surface Methodology
(RSM)
Metodologi Respon Surface merupakan Penggabungan teknik matematika dan
statistika yg berguna untuk pemodelan dan analisis problem yang mana respon yang diamati
dipengaruhi oleh beberapa variabel dan bertujuan untuk mengoptimalkan respon ini. Respon :
Parameter terukur atau karakteristik kualitas.
Untuk merancang jumlah run percobaan total digunakan persamaan sebagai berukut :
R = 2k + 2k + no
Dimana :
i=1,2,3......k
[(Xit-Xib)/2]
Dimana :
Yu = respon yang diprediksi ke u
, u : 1, 2, 3, .., n
o = suku ke 0 (rata-rata)
i : suku linier , ii: suku kuadrat,
ij :suku interaksi,
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Konsep Dasar Penyelesaian Masalah
Adapun tahapan penyelesaian masalah dalam penelitian ini dapat dibuatkan alur
sebagai berikut:
Studi Literatur
Permasalahan:
Efek teknologi plasma pada proses perengkahan katalitik
Pengaruh waktu charging pada saat pretreatment polipropilen dalam reaktor plasma
terhadap produktifitas akhir
Pengaruh suhu reaktor konvensional katalitik terhadap produktifitas akhir
Jumlah yield bahan bakar cair yang didapatkan
Analisa Permasalahan:
Waktu charging optimal pada reaktor plasma
Suhu optimum pada proses perengkahan katalitik
Hipotesis:
- penggunaan teknologi plasma dalam proses perengkahan
katalitik, dapat menurunkan konsumsi energi proses
Identifikasi respon
variabel
Penelitian (pengumpulan,
analisa, dan interpretasi data)
Luaran Penelitian
Laporan Skripsi
Makalah jurnal
17
erlenmeyer vacuum (4) dalam bentuk cairan sedangkan gas yang lolos akan dialirkan
menuju gas sampling bag. Cairan dan gas hasil reaksi akan dianalisa dengan GC-MS (GCMass Spectrometer)
3.2.4 Gambar Rangkaian Alat
Gas
N2
V-3
19
bahan dan alat, hingga dihasilkan tiga jenis produk yaitu cair, gas, dan residu. Produk cair
dan gas tersebut akan dianalisa dengan menggunakan GC-MS dan digunakan metode RSM
dalam analisa datanya.
Plastik yang akan digunakan menjadi bahan percobaan dilakukan pre-treatmen
dalam reaktor plasma dengan perbedaan perlakuan waktu charging, yaitu pada rentang
waktu 10-30 menit . Hal ini diharapkan supaya plastik terdegradasi awal, sehingga
memudahkan dalam proses perengkahan katalitik. Reaksi perengkahan katalitik dalam
reaktor katalitik fixed bed konvensional dilakukan pada range suhu antara 325-475 0C.
Suhu yang dijadikan variabel merupakan suhu dinding dari reaktor katalitik konvensional.
Secara garis besar proses tersebut dapat digambarkan dengan skema berikut :
Penyiapan bahan dan alat
Pre-treatment plastik dalam reaktor plasma
Proses catalytic cracking dalam reactor fixed
Produk gas
Residu
Produk cair
dengan cara
mengeringkan (drying) pada suhu 110oC selama 24 jam (overnight) di dalam oven.
Setelah itu baru dilanjutkan dengan kalsinasi katalis pada suhu 550oC di dalam furnace
selama 3 jam dan proses penghancuran (crushing).
Kemudian merangkai peralatan yang digunakan untuk proses perengkahan katalitik.
Peralatan disusun sesuai dengan gambar rangkaian alat dimana reaktor dimasukkan dalam
furnace electric yang dilengkapi dengan alat pengontrol suhu. Ujung bagian atas reaktor
dihubungkan dengan selang tahan panas untuk mengalirkan uap ke dalam pendingin, dan
dari pendingin dihubungkan ke erlenmeyer vakum sebagai penampung cairan. Ujung
bagian atas dan bawah reaktor diberi glasswool secukupnya. Kemudian bahan baku
dimasukkan ke dalam reaktor dengan susunan sebagai berikut : katalis di bagian bawah
reaktor, raw material (plastik PP), katalis di bagian atasnya.
Setelah tercapai suhu dan waktu reaksi optimal akan didapatkan 2 produk. Produk
yang keluar berupa gas, setelah dikondensasikan akan berupa cairan yang kemudian
ditampung dalam erlenmeyer vakum, diukur volumenya dan ditimbang beratnya. Produk
gas yang tidak terkondensasi akan disalurkan ke gas sampling bag. Sedangkan padatannya
yang merupakan sisa reaktan ditimbang. Selanjutnya produk cairan dan gas dianalisa
menggunakan GC-MS (GC-Mass Spectrometer)
3.4. Analisis Hasil dan Karakteristik Produk
Analisis hasil dari proses perengkahan yang berupa produk cair dan gas dilakukan
dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrofotometry (GC-MS). Analisis ini
untuk mengetahui komposisi dari produk perengkahan yang didapat.
3.5. Desain Eksperiment
3.5.1. Variabel Tetap
22
Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan massa
plastik PP dengan massa katalis, besar tegangan yang digunakan pada reaktor plasma.
Perbandingan massa plastik dengan katalis yang akan dipakai adalah 1:2, tegangan dipakai
9 kV, suhu kalsinasi dilakukan pada 550 0C, sedangkan tekanan pada keadaan atmosferik.
3.5.2. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah waktu charging reaktor
plasma dan suhu reaktor katalitik konvensional. Variabel bebas waktu charging dipilih
pada rentang waktu antara 10 - 30 menit, karena diharapkan dengan rentang waktu
charging tersebut telah dapat mendegradasi awal plastik PP. Kemudian pengaturan suhu
reaktor katalitik adalah pada range 325-475 0C, karena bila hanya dengan katalis perolehan
pyrolisis pada suhu sekitar 450 0C,maka diharapkan dengan integrasi reaktor plasma dapat
menurunkan suhu pyrolisis.
3.5.3. Rancangan Percobaan dan Optimasi Response Surface Methodology (RSM)
RSM (Response Surface Methodology) adalah suatu metode statistik untuk
perancangan percobaan, pemodelan matematik, optimasi dan analisis statistik dalam
penelitian. Dengan menggunakan RSM, sebuah persamaan polinomial kuadratik
dikembangkan untuk memperkirakan hasil percobaan sebagai fungsi dari interaksi antara
variabel bebas. Koefisien dari model empirik diestimasi dengan menggunakan teknik
analisa regresi multiarah yang ada dalam RSM. Secara umum persamaan empirik yang
akan digunakan adalah:
2
j 1
j 1
23
Tabel 3.1. Rentang dan level variabel bebas di dalam reaktor plasma
Range and Levels
Variabel Bebas
Low level
Center level
High level
(-1)
(0)
(+1)
10
25
30
34
294
325
400
475
506
Kurva tiga dimensi (Three dimensional response surface and Contour plot)
digunakan untuk menguji kebenaran pengaruh variabel percobaan pada hasil yang
diperoleh. Koefisien-koefisien pada model empirik diestimasi dengan menggunakan
analisis regresi multiarah. Kesesuaian model empirik dengan data eksperimen dapat
ditentukan dari koefisien determinasi (R2). Untuk menguji signifikan atau tidaknya model
empirik yang hasilkan digunakan ANOVA (Analysis of Variance).
24
BAB IV
HASIL YANG DIHARAPKAN
4.1. Rancangan Hasil Penelitian
Rancangan hasil penelitian yang meliputi run percobaan, variabel bebas, dan variabel
bergantung dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Rancangan Hasil Penelitian
RUN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Variabel Bebas
Suhu Reaktor
Waktu
Konvensional
Charging
katalitik, X2
Reaktor
Plasma, X1
(Celcius)
(menit)
10
325
10
475
30
325
30
475
6
400
34
400
20
294
20
506
20
400
20
400
Yield produk
cair, Y1 ( % )
Variabel Bergantung
Yield residu,
Yield produk gas,
Y2 ( % )
Y3( % )
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
25
SS
df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
....
....
....
....
....
Retention time
(menit)
Senyawa
Komposisi (%)
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
SS
df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
....
....
....
....
....
SS
Df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
....
....
....
....
....
26
BAB V
KESIMPULAN
Dari proposal penelitian yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan seperti berikut:
1. Proses pre-treatment pilopropilen di dalam reaktor plasma diharapkan dapat
mendegradasi awal struktur polipropilen sehingga dapat mempermudah proses
perengkahan katalitik.
2. Besarnya waktu charging pada reaktor plasma dan suhu reaktor konvensional katalitik
perlu dioptikasi agar memberikan produktifitas palig baik.
27
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Muhammad Khoirul Anam
L2C309034
L2C309037
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 80% konsumsi energi dunia diambil dari batu bara, minyak, dan gas alam. Dari
ketiganya, minyak berkontribusi paling besar ( 35% dari minyak, 23% dari batu bara, dan
21% dari gas)( Morten Bjrgen et al, 2008). Seperti yang diketahui bahwa konsumsi bahan
bakar dari tahun ketahun makin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil yang ada
terbatas jumlahnya. Hal ini mendorong manusia untuk mencari bahan bakar alternatif.
Penelitian yang sekarang telah dilakukan untuk bahan bakar kebanyakan dari sumber alam
hayati dimana jika explorasi terlalu banyak akan menimbulkan ketidakseimbangan pada rantai
makanan. Tentu tidaklah mudah membuat suatu terobosan yang sempurna dalam
menghasilkan bahan bakar. Supaya keseimbangan pangan nasional maupun dunia tidak
terganggu, penelitian pada dekade ini lebih banyak menitik beratkan pada pengkonversian
bahan yang tidak bermanfaat untuk dikonversi menjadi produk yang bermanfaat.
Bahan yang tidak bermanfaat biasa disebut sampah. Sampah yang memungkinkan untuk
dikonversi menjadi bahan bakar diantaranya adalah plastik. Plastik merupakan material yang
baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar
biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta
ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan
material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat
mencapai 80kg/orang/tahun, di India hanya 2kg/orang/tahun (Richardson, 2008). Penggunaan
plastik yang cukup tinggi juga menyebabkan persoalan tersendiri, mengingat sifat plastik
yang tidak mudah terdegradasi. Menurut data dari KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)
volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau
setara 42 juta kilogram, dimana komposisi sampah plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton
(Junaedy, 2009). Dengan semakin meningkatnya penggunaan plastik dan tidak dapat
terdegradasinya secara alami, maka keberadaanya menjadi masalah lingkungan. Salah satu
jenis sampah plastik yang tidak mudah terdegradasi adalah kemasan minuman terutama cup
air mineral yang merupakan jenis plastik polipropilen (PP).
Metode konvensional yang biasa digunakan untuk pendegradasian plastik adalah
thermal cracking. Namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan suhu operasi
yang relativ tinggi dan energi yang digunakan besar, sehingga diperlukan biaya operasi yang
relativ mahal. Untuk mengatasi kelemahan dari proses thermal cracking maka dapat
digunakan penambahan katalis untuk penurunan suhu operasi (Manos et al, 2002). Dari proses
tersebut akan dihasilkan suatu bahan bernilai jual tinggi yang berupa bahan bakar cair dan
gas.
Pada
beberapa
penelitian
terdahulu,
dijelaskan
proses
perengkahan
dengan
C. Karagoz et al (2002)
menggunakan katalis Co-Ac, DHC-8, dan HZSM-5 untuk menghasilkan yield produk pada
kisaran 95-98%, dengan suhu operasi 425, 435, 450oC dan waktu 2 jam . Park et al (2003)
menggunakan katalis BaO untuk mengasilkan yield produk 73,2%, dengan suhu operasi
350oC. DP Serrano et al (2005) menggunakan katalis HZSM-5 untuk menghasilkan yield
produk 80% dengan suhu operasi 340o C dan waktu 2 jam. Dari beberapa penelitian tersebut
dapat diketahui bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan untuk proses konvensional perengkahan katalitik polimer, adalah cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari suhu operasi
yang relatif tinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu teknologi alternatif pendukung untuk
memperbaikinya. Teknologi plasma diharapkan dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Plasma terbentuk ketika suatu gas yang tidak bermuatan listrik diberi energi yang cukup
dari sumber listrik sehingga menjadi bermuatan dan bersifat radikal. Sumber elektron bebas
pada umumnya berupa elektroda bertegangan tinggi. Hal tersebut menimbulkan benturan
antara elektron dan molekul gas yang menghasilkan suatu keadaan metastabil dan ion yang
terenergi. Treatment polimer dengan teknologi plasma, menyebabkan perubahan struktur dan
sifat kimia dari lapisan polimer (Shikova et al, 2004) sehingga polimer lebih mudah terurai.
Keadaan seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan lebih lanjut dalam proses perengkahan
katalitk. Efek waktu charging didalam reaktor plasma dan suhu reaktor konvensional-katalitik
terhadap kinerja reaktor terintegrasi plasma-katalitik belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya untuk konversi polipropilen menjadi bahan bakar cair.
Penelitian ini akan berfokus pada kajian reaktor plasma terintegrasi yang khusus
digunakan untuk perlakuan terhadap polipropilen sebelum dilakukan tahapan perengkahan
katalitik. Beberapa variabel yang akan dipelajari adalah pengaruh suhu reaktor konvensional
katalitik dan waktu charging reaktor plasma terhadap kinerja proses perengkahan katalitik
untuk konversi limbah plastik polipropilen (PP) menjadi bahan bakar cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plastik thermoplast, yaitu plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya
panas. Contoh plastik thermoplast diantaranya : PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon, PET, PC.
Plastik thermoset, yaitu plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat
dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Contoh
plastik thermoset diantaranya : PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF
(Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi.
Hampir semua plastik sulit untuk diuraikan. Plastik yang memiliki ikatan karbon rantai
panjang dan memiliki tingkat kestabilan yang tinggi, sama sekali tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Karena itu, sampah plastik harus ditangani dengan baik. Kebanyakan plastik
termasuk dalam polimer termoplastik, yaitu polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan
dapat dicetak kembali ataupun didaur ulang.
Plastik mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Densitas
Plastik mempunyai densitas yang lebih rendah dari logam, sehingga plastik lebih ringan.
Kisaran densitas plastik adalah 0,9 g/cm3 sampai 2,2 g/cm3, dibandingkan dengan logam
yang mempunyai densitas 7,85 g/cm3.
2. Ketahanan dan Kekuatan
Beberapa jenis plastik memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu,
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan sehingga menjadi salah
satu bahan yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
3. Penghantar Listrik
Karena plastik merupakan penghantar listrik yang sangat buruk maka dapat digunakan
sebagai isolator atau penyekat listrik.
4. Penghantar Panas
Plastik digunakan sebagai penghambat panas karena memiliki daya penghantar panas yang
sangat rendah.
5. Daya Benturan
Plastik dapat dibuat keras seperti batu dan kuat seperti baja sehingga dapat digunakan
sebagai pelindung kepala bagi para pekerja bangunan, pekerja tambang, dan pekerja kuli
lainnya.
2.1.1 Polipropilen
Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik olefin, dengan rumus
bangun sebagai berikut :
(CH2 CH )nCH3
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen, Escon, Olefane dan
Profax. Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas
propilena. Propilena mempunyai specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik lain.
Polipropilen mempunyai sifat sangat kaku, berat jenis rendah, tahan terhadap bahan kimia, asam,
basa, tahan terhadap panas, dan tidak mudah retak.
Tabel 1. Perbandinagan specific gravity dari berbagai material plastik.
Polipropilen mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 - 200 oC), sedangkan titik
kristalisasinya antara 130 135o C. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia
(hemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.
Perengkahan Thermal
Perengkahan thermal merupakan suatu proses perengkahan pada suhu tinggi. Proses
perengkahan thermal bertujuan untuk memecah senyawa menjadi molekul yang lebih kecil
dengan cara pyrolisis atau thermolisis. Perengkahan thermal melibatkan radikal bebas (bukan
ion) dan reaksi rantai radikal bebas. Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling
sederhana untuk daur ulang plastik. Pada proses ini material polimer atau plastik dipanaskan
pada suhu sekitar 600 800 0C (Baggio,P et.al, 2009) dengan dialirkan udara. Proses pemanasan
ini menyebabkan struktur makro molekul dari plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil
dan hidrokarbon rantai pendek terbentuk. Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas, fraksi cair
dan residu padat yang mengandung parafin,olefin, napthan, dan aromatis.
2.2.2
Perengkahan katalitik
Perengkahan menggunakan katalis dijalankan pada suhu lebih rendah daripada
perengkahan thermal. Permulaan katalis yang digunakan adalah tanah liat (clay) dan silika
alumina amorpous yang kemudian berkembang ke zeolit.
Perengkahan katalitik merupakan suatu cara untuk menghasilkan bensin dan produk
ringan lain dari minyak bumi. Perbedaan sistem reaksi dipelajari pada skala laboratorium. Ada
tiga tipe reaktor katalitik yang biasa digunakan dalam evaluasi laboratorium pada perengkahan
katalitik. Klasifikasi reaktor tersebut adalah fix bed reaktor, fluidized bed reaktor, dab entrained
flow reaktor. Satu dari sistem yang umum digunakan untuk perengkahan katalitik adalah fixed
bed micro-activity test or MAT unit.(corma et al., 1990)
2.3 Konsep katalis
Katalis menurut Richardson diartikan sebagai suatu zat kimia yang dapat menaikkan laju
reaksi dan terlibat didalam reaksi kimia walaupun zat itu sendiri tidak ikut bereaksi secara
permanen. Adapun formulasi yang benar mengenai katalis adalah:
1. Aliran distribusi yang baik dan rendahnya pressure drop. Hal ini dapat dicapai dengan
pemilihan bentuk dan ukuran partiel katalis. Juga perlu diperhatikan mengenai kekuatan
mekanis dari katalis.
2. Aktifitas dan selektifitas yang tinggi: hal ini dilakuan dengan pemilihan komponen kimia,
pemilihan metode preparasi untuk surface area, juga formulasi pellet untuk penyediaan situs
aktif.
3. Kestabilan umur, yaitu ketahanan terhadap deaktifasi berupa sintering, poisoning, dan
fouling.
Kinerja suatu katalis dapat dimisalkan sebagai berikut: suatu reaktan A dan reaktan B
untuk membentuk prtoduk C pada keadaan standar harus memiliki
aktifasi). Penggunaan katalis dapat mencarikan mekanisme lain dimana energi yang diperlukan
lebih rendah.
Adapun fungsi katalis adalah :
1. Menyediakan situs aktif, untuk mengontakkan kedua reaktan dengan energi aktivasi yang
lebih rendah.
2. Menyumbangkan tenaga dalam bentuk panas sehingga kontribusi ini memudahkan molekul
reaktan untuk melewati energi aktivasi. Kontribusi panas ini adalah akibat dari proses
difusi dan adsorbsi.
3. Menurunkan temperatur operasi.
4. Mengurangi residu dan hasil samping serta meningkatkan selektivitas dan yield produk.
2.3.1. Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari mineral aluminosilikat terhidrasi yang
mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Struktur zeolit terdiri
dari unit-unit tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O dan didalam
struktur tersebut Si4+ dapat diganti dengan Al3+ sehingga Zeolit mempunyai rumus (Szostak,
1989).
M2nO.Al2O3.xSiO2.yH2O
Dimana :
2,4 dan molekul air yang terkandung mudah dilepaskan dengan pemanasan. Zeolit terdiri dari 3
komponen yaitu : kation yang dipertukarkan ,kerangka alumino silikat dan kandungan air.
Komposisi kimia dari tiap zeolit akan mempengaruhi bentuk struktur zeolit,dengan
demikian untuk struktur zeolit yang berbeda akan memiliki struktur yang berbeda. Zeolit terdiri
dari 2 jenis yaitu zeolit alam dan sintetis. Zeolit alam diperoleh dengan penambangan secara
terbuka dan mekanis sehingga kemurniannya lebih rendah dibanding zeolit sintesis. Zeolit
sintesis dapat dikelompokkan menurut perbandingan komponen Si dan Al, yaitu :
a. Zeolit kadar Si rendah
Kadar maksimum Al dalam zeolit dicapai bila perbandingan Si/Al mendekati 1. Contoh
zeolit ini adalah zeolit A dan X
b. Zeolit kadar Si sedang
Kadar maksimum Al dalam zeolit dicapai bila perbandingan Si/Al antara lebih dari 1 5.
Contoh Zeolit omega dan zeolit Y.
c. Zeolit kadar Si tinggi
Kadar maksimum Al dalam zeolit dicapai bila perbandingan Si/Al mulai dari 10 - 100.
Contoh Zeolit ZSM-5, ZSM-11, ZSM-21.
d. Zeolit Si
Zeolit ini tidak mengandung Al sama sekali atau tidak mempunyai sisi kation. Sifat Zeolit ini
sangat hidrofilik-hidrofobik sehingga dapat memisahkan suatu molekul organik dari
campuran air. Contoh zeolit silika : silikalit
2.3.2 Zeolit Y
Struktur zeolit Y terdiri dari muatan negatif, kerangka 3 dimensi tetrahedral SiO4 dan AlO4
yang bergabung membentuk oktahedral terpancung (sodalite). Jika 6 buah sodalite terhubungkan
oleh prisma heksagonal akan membentuk tumpukan tetrahidral. Jenis tumpukan ini membentuk
lubang besar (supercages). Lubang-lubang supercages dapat terbentuk dari 4 kristal tetrahedral
yang besar, yang masing-masing mempunyai 12 cincin oksigen. Lubang-lubang tersebut bila
saling bersambung akan membentuk sistem pori-pori yang besar dari zeolit. Setiap atom
alumunium dikoordinat tetrahedral dalam kerangka membawa muatan negatif. Muatan negatif
ini digantikan oleh kation yang berada diposisi kerangka non spesifik (Szostak, 1989).
2.4. Overview Teknologi Perengkahan Katalitik Untuk Konversi Plastik Menjadi Fuel
Proses perengkahan plastik telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Berbagai penelitian tentang proses perengkahan berbahan baku plastik maupun sumber
hidrokarbon lain dilakukan untuk mendapatkan produk yang komposisinya sama atau mendekati
bensin. Dalam tabel 3 disajikan beberapa penelitian proses perengkahan yang telah dilakukan.
Tabel 3 Overview Teknologi Perengkahan Katalitik Untuk Konversi Plastik Menjadi Fuel
Kondisi Operasi
1.
T = 460 0C
XVR:PP:SC:CL
1:1:1:1
2.
PP
Yield
XVR+PP+CL = 87,4
Sumber Referensi
Ahmamzzaman,m
et.al,2008
XVR+PP+SC = 80,8
T = 500-700 0C
Pirolisis = 82 wt%
3.
PS
T = 400-450 0C
HY 2.7
4.
PE
PP
PS
T = 420-440 0C
Walendziewski,J. 2005
Keterangan :
XRV
SC
: Samla coal
CL
: Calotropis procera
PP
: Polipropilen
PE
: Polietilen
PS
: Polistiren
LDPE
HDPE
Dari tabel tersebut terlihat bahwa proses perengkahan katalitik menggunakan berbagai
jenis katalis membutuhkan kondisi suhu yang lebih rendah daripada perengkahan termal.
Penggunaan reaktor plasma untuk pretreatment plastik sebelum proses perengkahan katalitik
merupakan metode yang relatif baru sehingga perlu dikembangkan.
2.5 Konsep Dasar Teknologi Plasma
2.5.1 Pengertian Plasma
Plasma dalam teknologi plasma dapat didefinisikan sebagai gas yang terionisasi, terdiri
dari partikel neutron, ion positif, ion negatif dan elektron yang merespon secara kuat medan
magnetik. Plasma juga dapat dikatakan sebagai atom yang kehilangan elektron karena beberapa
atau semua elektron di orbit atom terluar telah terpisah dari atom atau molekul. Hasilnya adalah
sebuah koleksi ion dan elektron yang tidak lagi terikat satu sama lain. Untuk menghilangkan
elektron dari atom dibutukakan suatu energi, energi tersebut berasal dari panas, listrik ataupun
cahaya. Partikel-partikel ini terionisasi (bermuatan) sehingga terbentuklah plasma.
Berdasarkan temperaturnya, plasma dapat dikategorikan menjadi:
1. Plasma termal : Telektron ~ Tgas
Suhu elektron dan gas berada dalam keadaan kesetimbangan (quasi-equilibrium) akibat
pemanasan Joule (Joule heating).
Contoh: plasma matahari
2.5.2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Reaktor Plasma Jenis DBD (Dielectric Barrier Discharge)
Reaktor plasma jenis DBD sangat potensial untuk reaksi-reaksi kimia organik maupun
anorganik karena sifat-sifat non-equilibrium, tenaga input rendah, serta kemampuan
mempengaruhi reaksi kimia dan fisika pada temperatur yang relatif rendah. Plasma tak panas
(non-thermal) didefinisikan sebagai sebuah fasa/gas yang berisi elektron, atom-atom dan
molekul-molekul tereksitasi, ion, radikal, foton, dan partikel netral dimana elektron-elektron
mempunyai energi yang sangat tinggi dibandingkan dengan partikel gas netral. Plasma ini
disebut juga non-equilibrium plasma karena terdapat perbedaan temperature dan energi kinetik
yang signifikan antara electron dan partikel netral. Temperatur gas adalah temperatur kamar
sedangkan temperature elektron dapat mencapai 104 105 K dalam dielectric- barrier
discharge. Pemecahan gas (gas breakdown) menghasilkan elektron-elektron yang terpercepatkan
oleh medan listrik membentuk plasma. Discas elektrik dapat dihasilkan dengan beberapa cara
tergantung kepada jenis voltase dan spesifikasi reaktor yang digunakan.
Dalam reaktor plasma elektron berenergi tinggi bertumbukan dengan molekul-molekul
gas menghasilkan eksitasi, ionisasi, pelipatgandaan elektron, dan pembentukan atom-atom dan
senyawa metastabil . Jika medan listrik di dalam zona discas adalah cukup untuk memecahkan
ikatan kimia gas maka akan terlihat discas mikro-discas mikro dalam jumlah yang banyak.
Selanjutnya atom-atom aktif dan senyawa metastabil akan bertumbukan dengan molekulmolekul sehingga akan terjadi reaksi kimia. Tumbukan antara electron- elektron berenergi tinggi
dengan molekulmolekul gas menghasilkan eksitasi, disosiasi, atau ionisasi tanpa menyebabkan
pemanasan terhadap gas, sehingga temperature bulk gas tidak berkeseimbangan dengan electron
dan selalu rendah .
Konfigurasi dasar reaktor plasma jenis DBD dapat dilihat di Gambar 3, sedangkan
karakteristik- karakteristik discas tak panas dapat dilihat di Tabel 4.
Ketebalan dan besarnya konstanta dielektrik menentukan jumlah arus listrik yang dapat
dilewatkan melalui dielektrik. Dalam beberapa aplikasi, dielektrik tersebut membatasi densitas
arus rata-rata di dalam ruang gas. Dielektrik tersebut mendistribusikan discas mikro ke seluruh
permukaan elektroda disamping untuk menjamin tidak ada spark atau arc di dalam ruang discas.
Salah satu keuntungan plasma reactor jenis DBD adalah bahwa energi rata-rata electron dapat
diatur dengan mengubah densitas gas dan jarak antar elektroda.
Tabel 4. Karakteristik-karakteristik non-thermal discharge
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Konsep Dasar Penyelesaian Masalah
Adapun tahapan penyelesaian masalah dalam penelitian ini dapat dibuatkan alur
sebagai berikut:
Penelitian yang pernah dilakukan
Studi Literatur
Permasalahan:
Efek teknologi plasma pada proses perengkahan katalitik
Pengaruh waktu charging pada saat pretreatment polipropilen dalam reaktor plasma
terhadap produktifitas akhir
Pengaruh suhu reaktor konvensional katalitik terhadap produktifitas akhir
Jumlah yield bahan bakar cair yang didapatkan
Analisa Permasalahan:
Waktu charging optimal pada reaktor plasma
Suhu optimum pada proses perengkahan katalitik
Hipotesis:
- penggunaan teknologi plasma dalam proses perengkahan
katalitik, dapat menurunkan konsumsi energi proses
Identifikasi respon
variabel
Penelitian (pengumpulan,
analisa, dan interpretasi data)
Luaran Penelitian
Laporan Skripsi
Makalah jurnal
Gas
N2
V-3
gas tersebut akan dianalisa dengan menggunakan GC-MS dan digunakan metode RSM dalam
analisa datanya.
Plastik yang akan digunakan menjadi bahan percobaan dilakukan pre-treatmen dalam
reaktor plasma dengan perbedaan perlakuan waktu charging, yaitu pada rentang waktu 10-30
menit . Hal ini diharapkan supaya plastik terdegradasi awal, sehingga memudahkan dalam
proses perengkahan katalitik. Reaksi perengkahan katalitik dalam reaktor katalitik fixed bed
konvensional dilakukan pada range suhu antara 325-475 0C. Suhu yang dijadikan variabel
merupakan suhu dinding dari reaktor katalitik konvensional.
Secara garis besar proses tersebut dapat digambarkan dengan skema berikut :
Penyiapan bahan dan alat
Pre-treatment plastik dalam reaktor plasma
Proses catalytic cracking dalam reactor fixed
Produk gas
Residu
Produk cair
Adapun detail urutan prosedur percobaan sesuai skema di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut. Mula-mula menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan. Kemudian
merangkai reaktor terintegrasi plasma - katalitik sesuai dengan gambar rangkaian alat dimana
lama waktu charging reaktor plasma dan penetapan suhu reaktor katalitik merupakan variabel
berubah yang digunakan. Selanjutnya adalah memasukkan plastik yang telah dipotong kecilkecil pada ruang antara elektroda dan ground untuk selanjutnya dilakukan proses pretreatment plastik dalam reaktor plasma. Plastik yang telah dikenai tahapan pre-treatment
dalam reaktor plasma, kemudian digunakan sebagai sampel untuk proses perangkahan
katalitik dalam reaktor fixed bed konvensional.
Langkah selanjutnya meregenerasi katalis bekas sebelum dipakai
dengan cara
mengeringkan (drying) pada suhu 110oC selama 24 jam (overnight) di dalam oven. Setelah
itu baru dilanjutkan dengan kalsinasi katalis pada suhu 550oC di dalam furnace selama 3 jam
dan proses penghancuran (crushing).
Kemudian merangkai peralatan yang digunakan untuk proses perengkahan katalitik.
Peralatan disusun sesuai dengan gambar rangkaian alat dimana reaktor dimasukkan dalam
furnace electric yang dilengkapi dengan alat pengontrol suhu. Ujung bagian atas reaktor
dihubungkan dengan selang tahan panas untuk mengalirkan uap ke dalam pendingin, dan dari
pendingin dihubungkan ke erlenmeyer vakum sebagai penampung cairan. Ujung bagian atas
dan bawah reaktor diberi glasswool secukupnya. Kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam
reaktor dengan susunan sebagai berikut : katalis di bagian bawah reaktor, raw material
(plastik PP), katalis di bagian atasnya.
Setelah tercapai suhu dan waktu reaksi optimal akan didapatkan 2 produk. Produk yang
keluar berupa gas, setelah dikondensasikan akan berupa cairan yang kemudian ditampung
dalam erlenmeyer vakum, diukur volumenya dan ditimbang beratnya. Produk gas yang tidak
terkondensasi akan disalurkan ke gas sampling bag. Sedangkan padatannya yang merupakan
sisa reaktan ditimbang. Selanjutnya produk cairan dan gas dianalisa menggunakan GC-MS
(GC-Mass Spectrometer)
j 1
j 1
6
294
34
506
Kurva tiga dimensi (Three dimensional response surface and Contour plot) digunakan
untuk menguji kebenaran pengaruh variabel percobaan pada hasil yang diperoleh. Koefisienkoefisien pada model empirik diestimasi dengan menggunakan analisis regresi multiarah.
Kesesuaian model empirik dengan data eksperimen dapat ditentukan dari koefisien
determinasi (R2). Untuk menguji signifikan atau tidaknya model empirik yang hasilkan
digunakan ANOVA (Analysis of Variance).
BAB IV
HASIL YANG DIHARAPKAN
4.1. Rancangan Hasil Penelitian
Rancangan hasil penelitian yang meliputi run percobaan, variabel bebas, dan variabel
bergantung dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Rancangan Hasil Penelitian
RUN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Variabel Bebas
Suhu Reaktor
Waktu
Konvensional
Charging
katalitik, X2
Reaktor
Plasma, X1
(Celcius)
(menit)
10
325
10
475
30
325
30
475
6
400
34
400
20
294
20
506
20
400
20
400
Yield produk
cair, Y1 ( % )
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
Variabel Bergantung
Yield residu,
Yield produk gas,
Y2 ( % )
Y3( % )
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
SS
df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
....
....
....
....
....
Retention time
(menit)
Senyawa
Komposisi (%)
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
SS
df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
R2
....
....
....
....
....
SS
Df
MS
F-value
SS regresi
....
....
....
....
....
SS error
....
....
SS total
....
....
....
....
....
....
....
....
....
BAB V
KESIMPULAN
Dari proposal penelitian yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan seperti berikut:
1. Proses pre-treatment polipropilen di dalam reaktor plasma diharapkan dapat
mendegradasi awal struktur polipropilen sehingga dapat mempermudah proses
perengkahan katalitik.
2. Besarnya waktu charging pada reaktor plasma dan suhu reaktor konvensional katalitik
perlu dioptimasi agar memberikan produktifitas paling baik.
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN
Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
BENTUK KEGIATAN
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literatur
Analisa Data
Pembuatan laporan
28
LEMBAR KONSULTASI
Proposal Penelitian
Nama
: 1. M. Khoirul Anam
2. Vidiarti Dyah Atikayanti
Judul Penelitian
( NIM. L2C309034 )
( NIM. L2C309037 )
Tanggal Mulai
Pembimbing
No
:
: Dr.Istadi,S.T.,M.T.
Tanggal
Konsultasi
Mhs.
Paraf
Dosen
Keterangan
No
Tanggal
Konsultasi
Paraf
Mhs.
Dosen
Keterangan
Dinyatakan selesai
Tanggal :
Dosen Pembimbing,
BUKU KONSULTASI
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Nama
: 1. M. Khoirul Anam
2. Vidiarti Dyah A
Judul Penelitian
( NIM. L2C309012 )
( NIM. L2C309042 )
Pembimbing
: Dr.Istadi,S.T.,M.T.