Anda di halaman 1dari 22

cara menghitung volume material pondasi

Berikut ini cara menghitung volume material pondasi batu kali, Pondasi digunakan sebagai
penahan rumah atau bangunan sehingga konstruksi dapat berdiri kokoh di atasnya. pada saat
akan membuat pondasi kita berpikir berapa material yang akan dibutuhkan, sehingga dapat
dipersiapkan sebelumnya
misalnya pondasi batu kali dengan gambar berbentuk seperti ini:

Bentuk trapesium dengan panjang total pondasi adalah 35 m lebar atas pondasi 30 cm
sedangkan lebar bawah pondasi 60 cm dan tinggi 70 cm dan panjang pondasi 35m.
pertama kali kita lihat item pekerjaan yang ada pada pekerjaan pondasi tersebut yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pekerjaan Bowplank
Pekerjaan galian tanah
pekerjaan urugan pasir
Pekerjaan pasangan pondasi batu kali 1:5

berikutnya adalah mengitung volume tiap item pekerjaan

Pekerjaan Bowplank
volumenya 35 m
kayu = 0.01 m3 x 35 = 0.35 m3
paku 0.02kg x35 = 0.7 kg dibulatkan 1 kg
Bowplank ini digunakan untuk pengukuran dan kesikuan letak pondasi agar sesuai dengan
perencanaan.
Pekerjaan galian tanah

volume galian tanah = ((0.6+0.9)/2)x0.75= 0.5625


volume total galian tanh=0.5625 x35=19.6875 m3
tidak membutuhkan material pada situasi tertentu yang mengalami kesulitan dalam
melakukan pembuangan hasil galian tanah maka diperlukan upaya khusus dalam
mengatasinya seperti merencanakan suatu area konstruksi yang memerlukan urugan tanah
hal ini biasa disebut sebagai cutting fill.

Pekerjaan urugan pasir


Volume urugan pasir = 0.60.05 = 0.09
volume total pasir= 0.09 x35 = 3.15
pasir urug = 1.05 m3 x 3.15 = 3.3075 m3
Jumlah pasir 1 truck rata-rata adalah 4m3 jadi kita bisa membeli satu truck pasir untuk
pekerjaan pondasi tersebut, namun masing-masing truck mempunyai volume yang berbedabeda.

Pekerjaan Pasangan batu kali 1:5


Luas penampang trapesium pasangan batu kali =((0.6+0.3)/2)x0.7= 0.315 m2
volume total pasangan batu kali =0.315 x35 = 11.025 m3
batu kali = 1.2 m3 x 11.025 = 13.23 m3
Pasir = 0.54 m3 x 11.025 = 5.9535 m3
Semen = 2.68 zak x 11.025 = 29.547 zak dibulatkan 30 zak

Pekerjaan urugan tanah kembali


volume urugan tanah kembali = 19.6875 11.025 3.3075
tanah diambil dari bekas galian
jadi menurut perhitungan di atas maka volume material yang dibutuhkan adalah

pasir = 3.3075 + 5.9563 = 9.2638 m3


batu kali = 13.23 m3
semen = 30 zak

paku = 1 kg
papan bowplank = 0.35 m3

nah setelah itu tinggal ke toko deh.. belanja tuh material untuk pelaksanaan pembangunan
pondasi batu kali.. he..

cara menghitung volume material pasangan bata


Berikut ini contoh cara menghitung volume material pasangan batu bata agar dapat
ditentukan jumlah kebutuhan bahan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
pembangunan, pasangan batu bata biasa digunakan sebagai dinding rumah maupun gedung,
baik berfungsi sebagai penyekat ruangan maupun aksesoris bangunan.
sebelum melaksanakan pekerjaan pasangan batu bata sebaiknya dihitung terlebih dahulu
kebutuhan volume material bata yang diperlukan, sehingga tidak terjadi kelebihan maupun
kekurangan bata pada saat proses pelaksanaan pasangan dinding bata. dari hasil perhitungan
juga perlu ditambahkan kelebihan jumlah sebagai angka keamanan untuk mengatasi
kekurangan bata akibat pecah atau hal-hal lain. Contoh gambar pasangan bata 3D dapat
dilihat pada gambar dibawah ini

setelah sebelumnya menghitung volume material pondasi , sekarang kita akan mencoba
menghitung volume material pasangan dinding bata, misalkan sebuah pekerjaan dinding bata
sepanjang 20 m setinggi 3 m, berapa volume pasangan bata, semen, pasir dan jumlah tenaga
yang dibutuhkan.

langkah pertama adalah menghitung luasan pasangan dinding bata


volume = 20 m x 3 m = 60m2
berikutnya mencari data analisa BOW untuk 1m2 pasangan dinding bata adalah
Pasangan batu bata dengan 1 Pc : 4 Ps per m2 tebal bata

80,0000 Buah Batu bata


0,4000 Sak semen
0,0510 M3 Pasir pasang
0,0480 Mandor
0,0160 Kepala tukang batu
0,1600 Tukang batu
0,4800 Pekerja

selanjutnya berdasarkan analisa diatas dapat dihitng volume material bata seluas 60 m2
kebutuhan material untuk 60 m2 pasangan bata adalah

80,0000 x 60 m2 = 4800 Buah batu bata


0,4000 x 60 m2 = 24 sak semen
0,0510 x 60 m2 = 3.06 m3 pasir pasang

kebutuhan tenaga untuk 60 m2 pasangan bata adalah

0,0480 x 60 m2 = 2.88 hari mandor


0,0160 x 60m2 = 0.96 hari kepala tukang batu
0,1600 x 60 m2 = 9.6 hari Tukang Batu
0,4800 x 60 m2 = 28.8 hari Pekerja

untuk jumlah tenaga dapat dihitung dengan cara


misalkan kita menginginkan pekerjaan tersebut selesai dalam 5 hari naka jumlah tenaga untuk
pasangan batu bata seluas 60 m2 adalah:

2.88 hari: 5 = 0.576 dibulatkan 1 mandor


0.96 hari : 5 = 0.192 dibulatkan 1 kepala tukang batu
9.6 hari: 5 = 1.92 dibulatkan 2 Tukang Batu
28.8 hari : 5 = 5.76 dibulatkan 6 Pekerja

Begitulah cara menghitung volume material pasangan bata, selanjutnya belanja ke toko
material, sama minta tolong bapak tukang deh

Cara menghitung koefisien analisa harga satuan


bangunan
Koefisien analisa harga satuan adalah angka angka jumlah kebutuhan bahan maupun tenaga
yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu. koefisien
analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya
bangunan, kondisi tersebut membuat koefisien analisa harga satuan menjadi kunci
menghitung dengan tepat perkiraan anggaran biaya bangunan.

Contoh koefisien analisa harga satuan bangunan


misalnya untuk 1 m2 pekerjaan plesteran dinding koefisien analisa harga satuanya adalah
sebagai berikut:
Analisa untuk 1 m2 pekerjaan plesteran 1 pc : 4 ps adalah
koefisien analisa bahan

0.2170 zak semen


0.02830 m3 pasir pasang

koefisien analisa tenaga

0.0125 hari mandor


0.0200 hari kepala tukang
0.2000 hari tukang batu
0.2500 hari pekerja

angka angka diatas merupakan koefisien analisa harga satuan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran membutuhkan 0.2170 zak semen, sehingga jika kita
akan mengerjakan 100 m2 pekerjaan plesteran maka kita harus membeli atau menyediakan
semen sebanyak 0.2170 x 100 = 21,70 zak.
begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan diatas untuk
menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran diperlukan 0.20 hari tukang batu, maka untuk
menyelesakan 100 m2 plesteran dibutuhkan 0.20 x 100 = 20 hari kerja untuk satu tukang, nah
jika kita ingin menyelesaikan pekerjaan plesteran tersebut dalam waktu 5 hari maka
diperlukan tukang batu sebanyak 20 hari : 5 = 4 tukang batu.

Cara mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya bangunan ?
untuk mencari koefisien analisa harga satuan di indonesia bisa dlakukan dengan berbagai
macam cara, diantaranya adalah:

Melihat buku Analisa BOW

Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman belanda dahulu, untuk
sekarang ini sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan biaya pada koefisien
tenaga.

Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )

standar nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh badan standarisasi nasional, dikeluarkan
secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. untuk
memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal
: SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007.

Melihat standar perusahaan

pada perusahaan tertentu menerbitkan koefisien analisa harga satuan tersendiri sebagai
pedoman kerja karyawan, koefisien analisa harga satuan perusahaan ini biasanya merupakan
rahasia perusahaan.

pengamatan dan penelitian langsung dilapangan.

Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi hasilnya akan
mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalama kita dilapangan, caranya
dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.

melihat standar Harga satuan

Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah indonesia maupun standar
perusahaan masing masing, jika kita menggunakan harga satuan ini maka kita tidak
memerlukan koefisien analisa harga satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya
kita hanya perlu mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.
contoh penggunaan koefisien analisa harga satuan untuk menghitung kebutuhan material
bangunan bisa dibaca di : cara hitung kebutuhan pasir
Begitulah kurang lebih ara mencari koefisien analisa harga satuan

Cara menghitung kebutuhan pasir dan semen

Pekerjaan bangunan dengan konstruksi beton bertulang membutuhkan material pasir dan
semen sebagai bahan utama, selain itu pekerjaan pasangan dinding batu bata juga
memerlukan kedua buah material ini. Semen berfungsi sebagai bahan pengikat pasir sehingga
tercipta adukan beton yang dapat mengeras menjadi batu, semen yang sudah dicampur air
dapat melekatkan bahan bangunan disekitarnya. Disini kita akan menjelaskan sebuah tutorial
sederhana tentang cara menghitung kebutuhan pasir dan semen semoga bermanfaat bagi yang
sedang memikirkan berapa jumlah material yang harus dibeli dalam melakukan
pembangunan

Disini kita buat perhitungan pada salah satu pekerjaan bangunan yang sering dilaksanakan
yaitu pasangan dinding batu bata. Untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen kita
perlukan data luas pasangan batu bata dan koefisien analisa harga satuan yang cara
mencarinya sudah kita bahas pada artikel sebelumnya berjudul Cara menghitung koefisien
analisa harga satuan bangunan, Misalnya kita buat contoh seperti ini

Pemasangan dinding batu bata 6 m x 3 m maka luasnya adalah 6 x 3 = 18 m2


Kita cari data analisa harga satuan pekerjaan pasangan batu bata per m2

Analisa kebutuhan bahan pada pasangan dinding batu bata dengan perbandingan adukan 1
semen : 5 pasir dalam 1 m2
SNI 6897:2008 No.6.10 : Memasang 1 m2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x 22) cm tebal
bata, campuran spesi 1 PC : 5 PP

9,68 kg semen
0,045 m3 pasir pasang
70 bh batu bata

Data koefisien analisa harga satuan pekerjaan lainya bisa dilihat di website
AnalisaHarga.com
Data diatas hanya sebagai contoh yang nilai koefisienya dapat berbeda-beda sesuai standar
perhitungan yang digunakan seperti SNI atau RAB rahasia masing-masing perusahaan.

Cara menghitung kebutuhan pasir

Dari data analisa harga satuan diatas dapat kita ketahui bahwa untuk melaksanakan pasangan
batu bata seluas 1 m2 membutuhkan pasir sebanyak 0,05 m3 per m2, pasangan batu bata
yang kita kerjakan seluas 18m2.

Jadi total kebutuhan pasir = 0,045 m3/m2 x 18 m2 = 0,81 m3


Jika kita hendak membeli ke toko bangunan dalam satuan truck colt kapasitas 1 m3 maka
dapat kita hitung jumlah pasir yang harus dibeli yaitu 0,81 m3 : 1 m3 = 0,81 truck colt
Jadi kebutuhan pasir adalah 0,81 m3 atau 0,81 truck colt, Nah.. berdasarkan perhitungan
tersebut maka kita bisa membeli pasir sebanyak satu Colt.

Cara menghitung kebutuhan semen

Pada Prinsipnya cara perhitungan sama dengan waktu mencari jumlah pasir yaitu koefisien
analisa harga satuan semen pada pasangan dinding batu bata per m2 dikalikan volume luas
dinding yang akan dipasang yaitu
Kebutuhan semen = 9,68 kg /m2 x 18 m2 = 174,24 kg
Jadi kebutuhan semen dalam satuan zak jika isi per kantong 50 kg maka dibutuhkan 174,24
kg : 50kg = 3,4848 zak.

Jadi untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen dibutuhkan dua data penting yaitu
koefisien analisa harga satuan dan volume pekerjaan, kecuali jika sudah mempunyai
pengalaman berulang-ulang sehingga dapat memperkirakan dilapangan misalnya untuk
memasang batu bata seluas sekian biasanya membutuhkan sekian zak semen, namun untuk
laporan tertulis tetap lebih teliti jika menggunakan koefisien analisa harga satuan bangunan
untuk mencari kebutuhan material.

Begitulah kurang lebih cara menghitung kebutuhan pasir dan semen menggunakan koefisien
analisa harga satuan, begitu juga dengan kebutuhan batu bata langsung dapat dicari dengan
mengalikan 70 bh/m2 x 18 m2 = 1260 bh. cara lain yang banyak digunakan oleh pemborong
yaitu berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan suatu pekerjaan, pengalaman melaksanaan
pekerjaan ini akan lebih tepat jika dijadikan sebagai pedoman dalam membuat analisa harga
satuan, analisa ini biasanya menjadi rahasia masing-masing kontraktor dalam menentukan
harga borongan sehingga bisa dikatakan sebagai kunci daya saing pemborong

cara menghitung kebutuhan atap genteng


menghitung kebutuhan genteng untuk membangun sebuah rumah biasanya dihitung per meter
persegi, dalam menghitung kita hanya mencari luas atap genteng tersebut, baik menggunakan
cara menual dengan menghitung dengan jari tangan , pencet pencet kalkulator maupun
dengan bantuan software autocad.
dalam menghitung kebutuhan genteng secara manual, saat melihat gambar atau
membayangkan bentuk atap , biasanya terdapat
kesulitan yang ditemui pada saat menghitung luas atap, justru terletak pada penentuan lebar
atap.
kenapa kesulitan terletak pada penentuan lebar atap? sebelumnya kita lihat sebuah
gambar atap yang akan kita hitung salah satu luas sisinya:
dari gambar atap tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa perhitungan luas atap nantinya
menggunakan beberapa rumus matematika yaitu:

segitiga = ( alas x tinggi ) / 2


Jajaran genjang = panjang x lebar
trapesium= ( jumlah sisi sejajar /2 ) x tinggi
persegi = panjang x lebar ( pada gambar diatas tidak ada )

nah dari rumus matematika tersebut kita memerlukan beberapa ukuran panjang atau lebar
yang belum tentu tertera pada gambar, contohnya pada garis A pada gambar diatas.
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui lebar atap yang tidak tertulis
dalam nota gambar. ada beberapa cara
1. sosial enginering yaitu dengan menanyakan ukuranya kepada yang bikin gambar, nah
bagaimana kalau yang bikin gambar tidak mungkin untuk kita temui, kita coba cara lainya:
2. dengan menggambar sketsa ulang atap tersebut dengan skala yang benar, sehingga
diketahui berapa ukuran lebar atap, hal ini tentunya membutuhkan pengetahuan teknik
menggambar, bagaimana jika tidak bisa. tenang saja banyak jalan menuju rumah pacar, eh..
cara menghitungnya
3. kita gunakan rumus sinus , cosinus, tangen
misalnya kita akan menghitung bidang (B) pada gambar atap diatas yang berbentung jajaran
genjang dengan panjang yang sudah diketahui yaitu 2 m , dan lebarnya yang perlu kita cari

panjang A berapa ?
Kita lihat dahulu bentuk segitiga yang mempengaruhi garis A tersebut
panjang garis atap ? adalah
cos 45 derajat = 3 m / garis atap yang dicari
garis atap yang dicari = 3 m / cos 45 derajat
garis atap yang dicari = 3 m / 0,70711
garis atap yang dicari = 4,243 m
berikutnya kita bayangkan segitiga lagi untuk menghitung garis A
Karena kita gak mengetahui sudutnya maka kita gunakan rumus
A = akar ( 4,243 kuadrat ditambah 2, 101 kuadrat )
A = akar ( 18,003 + 4,414 )
A = akar 22,417
A = 4,735 m
Nah.. panjang garis atap A sudah didapat sepanjang = 4,735 m
maka luas atap pada bentuk jajaran genjang tersebut adalah
2 m x4,735 m = 9,47 m persegi
untuk mengetahui jumlah genteng yang diperlukan kita tinggal membegi 9,47 dengan jumlah
kebutuhan genteng per 1 m persegi sesuai ukuran genteng yang akan dipakai.
untuk sisi atap lainya tinggal kita hitung pakai rumus trapesium atau segitiga

Analisa harga dan bahan pekerjaan plafond


Analisa harga satuan pekerjaan plafond dihitung dalam satuan m2, sedangkan untuk lis
plafond dihitung dalam satuan m1.
contoh perhitungan volume pekerjaan plafond
suatu kamar tidur berukuran 3 m x 3 m akan dipasang plafond motif multiplek berukuran 120
x 120 cm, berapakah jumlah multiplek, lis plafond dan rangka plafond yang harus dibeli atau
disediakan?
untuk menganalisa harga pekerjaan plafond untuk kamar tersebut, pertama kali kita hitung
luasan ruangan yaitu:
L = 3 m x 3 m = 9 m2
berikutnya kita analisa kebutuhan multiplek yang harus disediakan
menghitung kebutuhan multriplek sebagai bahan plafond

1 lembar multriplek dipasaran berukuran 1,2 m x 2,4 m. sedangkan kita akan memakai
ukuran 1,2 m x 1,2 m. berarti 1 multriplek utuh nantinya akan kita potong menjadi dua
bagian.
luas ruangan = 9 m2
luas 1 motif multriplek ukuran 1,2 m x 1,2 m = 1,44 m2
maka kebutuhan multriplek = 9 m2 : 1,44 m2 = 6.25 buah ukuran 1,2 m x 1,2 m
berarti jumlah murtiplek yang harus dibeli ( ukuran 1,2 m x 2,4 m ) adalah = 6,25 :2 = 3,125
buah dibulatkan 3,5 buah
pada saat pengerjaan plafond mungkin terjadi resiko kerusakan, cacat atau sisa pemotongan
plafond tak terpakai, jadi sebagai angka keamanan kita tambahkan 1 lembar dalam membeli
menjadi 3,5 + 1 = 4,5 lembar. dan jika tidak diperbolehkan membeli multriplek separuh
lembar maka kita membeli sejumlah 4 lembar murtlipek
Menghitung kebutuhan kayu rangka plafond
jumlah rangka kayu yang dibutuhkan dapat kita analisa dengan cara sebagai berikut
ukuran ruangan 3 m x 3m maka rangka kayu yang menempel pada dinding adalah sepanjang
3m x4 bh = 12 m1
ukuran 1 motif plafond adalah 1,2 m x 1,2 m, maka kebutuhan kayu rangka plafond adalah 3
m x 4 bh = 12 m1
kayu rangka penggantung 5 bh x 1 m = 5m
maka jumlah total kebutuhan kayu rangka plafond adalah 12 m + 2 m + 12 m = 36 m1
menghitung kebutuhan lis plafond
lis plafond kita pasang pada pertemuan antara pinggir plafond dengan dinding maka lis
plafond yang dibutuhkan adalah sepanjang 3 m x 4 bh = 12 m1
menghitung kebutuhan cat plafond
jika kita menambahkan cat sebagai finishing plafond, maka untuk menghitung kebutuhan cat
plafond kita memerlukan luasan ruangan yaitu 3 m x 3 m = 9 m2 pekerjaan cat plafond.
untuk kebutuhan tenaga dan Material pembantu seperti paku, benang dll bisa disesuaikan
dilapangan, dan nantinya bisa memperkiakan kebutuhan material pembantu tersebut sebagai
acuan pekerjaan plafond berikutnya.
setelah kita mengetahui jumlah volume tenaga, bahan atau material tentunya kita sudah dapat
memperkiran biaya yang nantinya diperlukan dengan mengalikan volume material tersebut
dengan harga dipasaran.
Macam macam bahan yang dapat digunakan sebagai plafond rumah

plafond Multriplek
Plafond Beton Ekspos ( finish semen aci dan cat )
Plafond Alumunium composit
Plafond Beton finish walpaper
Plafond plastik
Plafond Kaca
Plafond Rangka atap existing finish cat
Plafond Gypsum

Plafond Asbes
Plafond Rumput alang alang kering.

Analisa pekerjaan plesteran


Cara menghitung RAB pekerjaan plesteran adalah dengan menghitung volume luasan dinding
yang akan dihitung dalam m2, kemudian volume tersebut dikalikan harga satuan pekerjaan
plesteran per 1 m2, untuk menghitung harga plesteran per 1 m2 dapat menggunakan koefisien
analisa harga dibawah yang bersumber dari Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 2008.
Cara Menggunakanya kita pilih salah satu koefisien dibawah ini yang sesuai dengan bahan
yang akan digunakan kemudian kalikan saja koefisien tersebut dengan harga material atau
tenaga, kemudian dijumlahkan, nah hasil penjumlahan tersebut merupakan harga per 1 m2.

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 1 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 15,504 KG
PP = 0,016 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 10,224 KG
PP = 0,020 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 3 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 7,776 KG
PP = 0,023 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 4 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC =g 6,240 KG
PP = 0,024 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 5,184 KG
PP = 0,026 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 6 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 4,416 KG
PP = 0,027 M3
Tenaga kerja
Pekerja =0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 7 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 3,936 KG
PP = 0,028 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor =0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 8 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 3,456 KG
PP = 0,029 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : KP : 3 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 5,760 KG
KP = 0,003 M3
PP = 0,013 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 KP : 8 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 3,000 KG
KP = 0,005 M3
PP = 0,020 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 1 PP, tebal 15 mm

Bahan
SM = 0,009 M3
KP = 0,009 M3
PP = 0,009 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 2 PP, tebal 15 mm

Bahan
SM = 0,007 M3

KP = 0,007 M3
PP = 0,015 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 PP, tebal 20 mm

Bahan
PC = 13,632 KG
PP = 0,027 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 3 PP, tebal 20 mm

Bahan
PC = 10,368 KG
PP = 0,031 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,260 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,013 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 4 PP, tebal 20 mm

Bahan
PC = 8,320 KG
PP = 0,032 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 5 PP, tebal 20 mm

Bahan
PC = 6,912 KG
PP = 0,035 M3

Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 6 PP, tebal 20 mm

Bahan
PC = 5,888 KG
PP = 0,036 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH

Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 2 PP, tebal 20 mm

Bahan
SM = 0,009 M3
KP = 0,009 M3
PP = 0,018 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,440 OH
Tukang batu = 0,220 OH
Kepala tukang = 0,022 OH
Mandor = 0,022 OH

Membuat 1 m2 Berapen 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm

Bahan
PC = 5,184 KG
PP = 0,026 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,150 OH
Tukang batu = 0,075 OH
Kepala tukang = 0,008 OH
Mandor = 0,008 OH

Membuat 1 m Plesteran Skoning lebar 10 mm 1 PC : 2 PP.

Bahan
PC = 0,500 KG
PP = 0,013 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,080 OH

Tukang batu = 0,400 OH


Kepala tukang = 0,040 OH
Mandor = 0,004 OH

Membuat 1 m2 Plesteran Granit , 1 PC : 2 Granit, tebal 10 mm

Bahan
PC = 10,000 KG
Batu granit = 15,000 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,450 OH
Tukang batu = 0,225 OH
Kepala tukang = 0,023 OH
Mandor = 0,023 OH

Membuat 1 m2 Plesteran Teraso , 1 PC : 2 Batu Teraso, tebal 10 mm

Bahan
PC = 10,000 KG
Batu teraso = 15,000 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,450 OH
Tukang batu = 0,225 OH
Kepala tukang = 0,023 OH
Mandor = 0,023 OH

Membuat 1 m2 Plesteran Ciprat / Kamprotan 1 PC : 2 PP

Bahan
PC = 4,320 KG
PP = 0,006 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,100 OH
Kepala tukang = 0,010 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 finishing siar pasangan dinding bata merah (=20 m)

Bahan
PC = 3,108 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,150 OH
Tukang batu = 0,075 OH
Kepala tukang = 0,008 OH
Mandor = 0,008 OH

Membuat 1 m2 finishing siar pasangan dinding conblock ekspose (=8 m)

Bahan
PC = 1,600 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,070 OH
Tukang batu = 0,035 OH
Kepala tukang = 0,004 OH
Mandor = 0,004 OH

Membuat 1 m2 finishing siar pasangan batu kali adukan 1 PC : 2 PP

Bahan
PC = 6,340 KG
PP = 0,012 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH

Membuat 1 m2 acian

Bahan
PC = 3,250 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,200 OH
Tukang batu = 0,100 OH
Kepala tukang = 0,010 OH
Mandor = 0,010 OH
koefisien Berdasarkan: SNI 2837:2008

cara menghitung adukan beton metode BOW


Besarnya volume adukan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan bangunan sebaiknya
dihitung telebih dahulu agar dapat memperkirakan rencana anggaran biaya bangunan yang
dibutuhkan serta sebagai pedoman dalam membeli jumlah material sesuai dengan kebutuhan.
CARA MENGHITUNG ADUKAN BETON / ADUKAN MORTAR [ metode B.O.W ]
Koef bahan berdasar B.O.W :
Semen = 0.76
Pasir = 0.675
Kerikil = 0.52

Artinya dalam 1 m3 kerikil terdiri dari 0.52 m3 kerikil + 0.48 rongga udara
Bj Semen = 1250 Kg
1 zak = 50 kg

=====> 1 m3 adukan beton 1 : 2 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3


2 m3 pasir -> jadi adukan = 2 * 0.675 = 1.35 m3
3 m3 kerikir > jadi adukan = 3 * 0.52 = 1.56 m3
==========================================
6 m3 material - menghasilkan adukan beton = 3.67 m3
1 m3 adukan beton = 1 : 2 : 3 ===> dibutuhkan bahan

Semen = 1/3.67 * 1 m3 = 0.2725 m3 = 340.5995 kg = 6.812 zak


Pasir = 1/3.67 * 2 m3 = 0.5449 m3
Kerikil = 1/3.67 * 3 m3 = 0.8174 m3
=====> 1 m3 adukan beton 1 : 3 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3
3 m3 pasir -> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3
5 m3 kerikir > jadi adukan = 5 * 0.52 = 2.6 m3
========================================
9 m3 material - menghasilkan adukan beton = 5.385 m3
1 m3 adukan beton = 1 : 3 : 5 ===> dibutuhkan bahan

Semen = 1/5.385 * 1 m3 = 0.1857 m3 = 232.1263 kg = 4.6425 zak


Pasir = 1/5.385 * 3 m3 = 0.5571 m3
Kerikil = 1/5.385 * 5 m3 = 0.9285 m3
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3
5 m3 pasir -> jadi adukan = 5 * 0.675 = 3.375 m3
================================================
6 m3 material menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 3.375 = 4.135 m3
1 m3 adukan mortar = 1 : 5 ===> dibutuhkan bahan

Semen = 1/4.135 * 1 m3 = 0.2418 m3 = 302.2975 kg = 6.0459 zak


Pasir = 1/4.135 * 5 m3 = 1.2092 m3

=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 4 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3


4 m3 pasir -> jadi adukan = 4 * 0.675 = 2.7 m3
================================================
5 m3 material menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.7 = 3.46 m3

1 m3 adukan mortar = 1 : 4 ===> dibutuhkan bahan

Semen = 1/3.46 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 361.27167 kg = 7.2254 zak


Pasir = 1/3.46 * 4 m3 = 1.1561 m3

=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3


3 m3 pasir -> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3
================================================
4 m3 material menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.025 = 2.785 m3
1 m3 adukan mortar = 1 : 3 ===> dibutuhkan bahan

Semen = 1/ 2.785 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 448.833 kg = 8.9767 zak


Pasir = 1/2.785 * 3 m3 = 1.0772 m3

Cara menghitung kebutuhan keramik


Menghitung kebutuhan keramik cukup mudah, tetapi jika cara menghitugnya tidak benar
tentunya dapat berakibat pada biaya pekerjaan lantai yang membengkak, waktu penyelesaian
pekerjaan lantai mundur, atau bahkan yang lebih parah warna keramik lantai tidak seragam.
Mengapa kesalahan menghitung kebutuhan keramik dapat menyebabkan biaya
pekerjaan membengkak ?
jika dalam menghitung pekerjaan keramik melebihi kebutuhan hal ini tentunya dapat
menyebabkan biaya pembelian keramik lebih besar. dan jika dalam menghitung keramik
kurang dari kebutuhan juga dapat memperbesar biaya pekerjaan karena adanya biaya
transportasi untuk pembelian sisa kekurangan keramik.

Mengapa kesalahan menghitung keramik dapat memperlambat waktu penyelesaian


pekerjaan ?
Sisa keramik akan menyebabkan tambahan waktu untuk memindahkan keramik tersebut, dan
jika dalam menghitung keramik ternyata kurang, maka dibutuhkan tambahan waktu untuk
membeli keramik baru yang belum tentu masih ada dipasaran.
Mengapa kesalahan menghitung keramik dapat membuat warna lantai tidak seragam ?
Untuk keramik jenis tertentu, jika Proses pembakaran keramik dalam waktu yang berbeda
akan menyebabkan perbedaan warna keramik, nah jika dalam menghitung kurang, maka
sebuah teka teki baru harus dipecahkan, yaitu mencari keramik dengan warna dan pola
sejenis, atau memilih sebuah pilihan membongkar pasangan keramik satu ruangan yang telah
dipasang untuk kemudian mengganti dengan yang baru dengan warna yang sama, parah
bukan.
Cara menghitung keramik cukup sederhana yaitu dengan menghitung luas ruangan.

misalkan sebuah kamar ukuran panjang 4 m dan lebar 4m

maka kebutuhan keramiknya = 4 m x 4m = 16 m persegi

karena dipasaran 1 dus keramik = 1 m persegi maka kebutuhan keramiknya adalah 16


dus keramik.

nah.. setelah menghitung keramik seperti itu langsung saja pergi ke toko untuk belanja
keramik, pasti kurang atau lebih dah
hal hal yang perlu diperhatikan , jika ingin menghitung keramik secara tepat.

memperkirakan jumlah keramik pecah dalam proses pelaksanaan kemudian


menambahkanya dengan volume bersih.

menghitung jumlah keramik potongan pada pojok ruangan, apakah sisa potongan
masih dapat digunakan lagi atau tidak.

dan yang ketiga agak aneh yaitu memperkirakan jumlah keramik yang akan diminta
orang lain, atau jumlah keramik hilang.

Penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah


keramik
Pada artikel sebelumnya sudah kita bahas cara menghitung kebutuhan keramik yang dapat
dilihat disini dan adakalanya setelah kita hitung dengan cermat dan teliti ternyata kurang saat
pelaksanaan, sebenarnya apa penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah keramik? mari
kita bahas disini. Yang dimaksud kurang disini adalah jumlah kebutuhan keramik ternyata
diatas hasil perhitungan sehingga harus mendatangkan lagi. O.k langsung saja kita awali
dengan membuat daftar hal-hal yang mungkin menjadi penyebab permasalahan ini, bagi yang
mempunyai pengalaman atau pengetahuan dan bersedia menambahkan maka kita terima
dengan senang hati.

Berikut ini macam-macam penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah keramik.


1. Hanya menghitung luasan ruangan dapat menyebabkan kesalahan karena seringkali
ada potongan keramik sudut atau biasa kita sebut sebagai las-lasan ternyata tidak
terhitung.
2. Kesalahan dalam menghitung volume bangunan seperti luas ruangan, pengukuran
lebar, panjang atau tinggi bidang bangunan yang akan dipasang keramik.
3. Ukuran keramik tidak pas, misalnya jika saat menghitung kita gunakan ukuran
keramik 40cm x 40cm ternyata ukuran keramik yang kita beli di toko bangunan hanya
38cm x 38 cm sehingga ada luasan yang tidak terhitung.
4. Terjadi kerusakan bahan saat pelaksanaan misalnya keramik pecah atau kehilangan.
5. Kehilangan material merupakan penyebab jelas kekurangan bahan.

6. Salah dalam operasi bilangan saat perhitungan, seperti salah membagi, salah
menjumlah, salah mengurangi atau salah mengalikan sehingga jumlah kebutuhan
keramik yang dihitung dibawah kebutuhan.
7. Salah membaca angka dapat menghasilkan hasil perhitungan yang berbeda.
8. Salah menggunakan rumus perhitungan kebutuhan keramik.

Tips agar dapat menentukan jumlah keramik pas


1. Menambahkan angka keamanan atau safety factor sebesar 2% sampai dengan 5% dari
jumlah perhitungan.
2. Membuat gambar shop drawing pola pemasangan keramik terlebih dahulu sehingga
jelas dalam perhitungan.
3. Menghitung keramik dengan sistem jumlah bukan luasan, cara ini lebih cape namun
tingkat ketelitianya lebih tinggi karena dapat memperkirakan las-lasan dan pada posisi
mana potongan keramik akan dipakai atau terbuang.
4. Mengukur terlebih dahulu ruangan ayang akan dipasang keramik kemudian
menentukan disebalah mana awal pemasangan keramik sehingga dapat mengetahui
lebar keramik sisa, hal ini akan lebih teliti jika hasil pengukuran dibuat dalam bentuk
gambar.

Masing-masing tentu mempunyai strategi khusus dalam menghitung secara pas, strategi
tersebut bisa jadi karena pengalaman atau belajar,

Anda mungkin juga menyukai