Berikut ini cara menghitung volume material pondasi batu kali, Pondasi digunakan sebagai
penahan rumah atau bangunan sehingga konstruksi dapat berdiri kokoh di atasnya. pada saat
akan membuat pondasi kita berpikir berapa material yang akan dibutuhkan, sehingga dapat
dipersiapkan sebelumnya
misalnya pondasi batu kali dengan gambar berbentuk seperti ini:
Bentuk trapesium dengan panjang total pondasi adalah 35 m lebar atas pondasi 30 cm
sedangkan lebar bawah pondasi 60 cm dan tinggi 70 cm dan panjang pondasi 35m.
pertama kali kita lihat item pekerjaan yang ada pada pekerjaan pondasi tersebut yaitu:
1.
2.
3.
4.
Pekerjaan Bowplank
Pekerjaan galian tanah
pekerjaan urugan pasir
Pekerjaan pasangan pondasi batu kali 1:5
Pekerjaan Bowplank
volumenya 35 m
kayu = 0.01 m3 x 35 = 0.35 m3
paku 0.02kg x35 = 0.7 kg dibulatkan 1 kg
Bowplank ini digunakan untuk pengukuran dan kesikuan letak pondasi agar sesuai dengan
perencanaan.
Pekerjaan galian tanah
paku = 1 kg
papan bowplank = 0.35 m3
nah setelah itu tinggal ke toko deh.. belanja tuh material untuk pelaksanaan pembangunan
pondasi batu kali.. he..
setelah sebelumnya menghitung volume material pondasi , sekarang kita akan mencoba
menghitung volume material pasangan dinding bata, misalkan sebuah pekerjaan dinding bata
sepanjang 20 m setinggi 3 m, berapa volume pasangan bata, semen, pasir dan jumlah tenaga
yang dibutuhkan.
selanjutnya berdasarkan analisa diatas dapat dihitng volume material bata seluas 60 m2
kebutuhan material untuk 60 m2 pasangan bata adalah
Begitulah cara menghitung volume material pasangan bata, selanjutnya belanja ke toko
material, sama minta tolong bapak tukang deh
angka angka diatas merupakan koefisien analisa harga satuan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran membutuhkan 0.2170 zak semen, sehingga jika kita
akan mengerjakan 100 m2 pekerjaan plesteran maka kita harus membeli atau menyediakan
semen sebanyak 0.2170 x 100 = 21,70 zak.
begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan diatas untuk
menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran diperlukan 0.20 hari tukang batu, maka untuk
menyelesakan 100 m2 plesteran dibutuhkan 0.20 x 100 = 20 hari kerja untuk satu tukang, nah
jika kita ingin menyelesaikan pekerjaan plesteran tersebut dalam waktu 5 hari maka
diperlukan tukang batu sebanyak 20 hari : 5 = 4 tukang batu.
Cara mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya bangunan ?
untuk mencari koefisien analisa harga satuan di indonesia bisa dlakukan dengan berbagai
macam cara, diantaranya adalah:
Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman belanda dahulu, untuk
sekarang ini sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan biaya pada koefisien
tenaga.
standar nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh badan standarisasi nasional, dikeluarkan
secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. untuk
memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal
: SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007.
pada perusahaan tertentu menerbitkan koefisien analisa harga satuan tersendiri sebagai
pedoman kerja karyawan, koefisien analisa harga satuan perusahaan ini biasanya merupakan
rahasia perusahaan.
Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi hasilnya akan
mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalama kita dilapangan, caranya
dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah indonesia maupun standar
perusahaan masing masing, jika kita menggunakan harga satuan ini maka kita tidak
memerlukan koefisien analisa harga satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya
kita hanya perlu mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.
contoh penggunaan koefisien analisa harga satuan untuk menghitung kebutuhan material
bangunan bisa dibaca di : cara hitung kebutuhan pasir
Begitulah kurang lebih ara mencari koefisien analisa harga satuan
Pekerjaan bangunan dengan konstruksi beton bertulang membutuhkan material pasir dan
semen sebagai bahan utama, selain itu pekerjaan pasangan dinding batu bata juga
memerlukan kedua buah material ini. Semen berfungsi sebagai bahan pengikat pasir sehingga
tercipta adukan beton yang dapat mengeras menjadi batu, semen yang sudah dicampur air
dapat melekatkan bahan bangunan disekitarnya. Disini kita akan menjelaskan sebuah tutorial
sederhana tentang cara menghitung kebutuhan pasir dan semen semoga bermanfaat bagi yang
sedang memikirkan berapa jumlah material yang harus dibeli dalam melakukan
pembangunan
Disini kita buat perhitungan pada salah satu pekerjaan bangunan yang sering dilaksanakan
yaitu pasangan dinding batu bata. Untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen kita
perlukan data luas pasangan batu bata dan koefisien analisa harga satuan yang cara
mencarinya sudah kita bahas pada artikel sebelumnya berjudul Cara menghitung koefisien
analisa harga satuan bangunan, Misalnya kita buat contoh seperti ini
Analisa kebutuhan bahan pada pasangan dinding batu bata dengan perbandingan adukan 1
semen : 5 pasir dalam 1 m2
SNI 6897:2008 No.6.10 : Memasang 1 m2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x 22) cm tebal
bata, campuran spesi 1 PC : 5 PP
9,68 kg semen
0,045 m3 pasir pasang
70 bh batu bata
Data koefisien analisa harga satuan pekerjaan lainya bisa dilihat di website
AnalisaHarga.com
Data diatas hanya sebagai contoh yang nilai koefisienya dapat berbeda-beda sesuai standar
perhitungan yang digunakan seperti SNI atau RAB rahasia masing-masing perusahaan.
Dari data analisa harga satuan diatas dapat kita ketahui bahwa untuk melaksanakan pasangan
batu bata seluas 1 m2 membutuhkan pasir sebanyak 0,05 m3 per m2, pasangan batu bata
yang kita kerjakan seluas 18m2.
Pada Prinsipnya cara perhitungan sama dengan waktu mencari jumlah pasir yaitu koefisien
analisa harga satuan semen pada pasangan dinding batu bata per m2 dikalikan volume luas
dinding yang akan dipasang yaitu
Kebutuhan semen = 9,68 kg /m2 x 18 m2 = 174,24 kg
Jadi kebutuhan semen dalam satuan zak jika isi per kantong 50 kg maka dibutuhkan 174,24
kg : 50kg = 3,4848 zak.
Jadi untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen dibutuhkan dua data penting yaitu
koefisien analisa harga satuan dan volume pekerjaan, kecuali jika sudah mempunyai
pengalaman berulang-ulang sehingga dapat memperkirakan dilapangan misalnya untuk
memasang batu bata seluas sekian biasanya membutuhkan sekian zak semen, namun untuk
laporan tertulis tetap lebih teliti jika menggunakan koefisien analisa harga satuan bangunan
untuk mencari kebutuhan material.
Begitulah kurang lebih cara menghitung kebutuhan pasir dan semen menggunakan koefisien
analisa harga satuan, begitu juga dengan kebutuhan batu bata langsung dapat dicari dengan
mengalikan 70 bh/m2 x 18 m2 = 1260 bh. cara lain yang banyak digunakan oleh pemborong
yaitu berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan suatu pekerjaan, pengalaman melaksanaan
pekerjaan ini akan lebih tepat jika dijadikan sebagai pedoman dalam membuat analisa harga
satuan, analisa ini biasanya menjadi rahasia masing-masing kontraktor dalam menentukan
harga borongan sehingga bisa dikatakan sebagai kunci daya saing pemborong
nah dari rumus matematika tersebut kita memerlukan beberapa ukuran panjang atau lebar
yang belum tentu tertera pada gambar, contohnya pada garis A pada gambar diatas.
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui lebar atap yang tidak tertulis
dalam nota gambar. ada beberapa cara
1. sosial enginering yaitu dengan menanyakan ukuranya kepada yang bikin gambar, nah
bagaimana kalau yang bikin gambar tidak mungkin untuk kita temui, kita coba cara lainya:
2. dengan menggambar sketsa ulang atap tersebut dengan skala yang benar, sehingga
diketahui berapa ukuran lebar atap, hal ini tentunya membutuhkan pengetahuan teknik
menggambar, bagaimana jika tidak bisa. tenang saja banyak jalan menuju rumah pacar, eh..
cara menghitungnya
3. kita gunakan rumus sinus , cosinus, tangen
misalnya kita akan menghitung bidang (B) pada gambar atap diatas yang berbentung jajaran
genjang dengan panjang yang sudah diketahui yaitu 2 m , dan lebarnya yang perlu kita cari
panjang A berapa ?
Kita lihat dahulu bentuk segitiga yang mempengaruhi garis A tersebut
panjang garis atap ? adalah
cos 45 derajat = 3 m / garis atap yang dicari
garis atap yang dicari = 3 m / cos 45 derajat
garis atap yang dicari = 3 m / 0,70711
garis atap yang dicari = 4,243 m
berikutnya kita bayangkan segitiga lagi untuk menghitung garis A
Karena kita gak mengetahui sudutnya maka kita gunakan rumus
A = akar ( 4,243 kuadrat ditambah 2, 101 kuadrat )
A = akar ( 18,003 + 4,414 )
A = akar 22,417
A = 4,735 m
Nah.. panjang garis atap A sudah didapat sepanjang = 4,735 m
maka luas atap pada bentuk jajaran genjang tersebut adalah
2 m x4,735 m = 9,47 m persegi
untuk mengetahui jumlah genteng yang diperlukan kita tinggal membegi 9,47 dengan jumlah
kebutuhan genteng per 1 m persegi sesuai ukuran genteng yang akan dipakai.
untuk sisi atap lainya tinggal kita hitung pakai rumus trapesium atau segitiga
1 lembar multriplek dipasaran berukuran 1,2 m x 2,4 m. sedangkan kita akan memakai
ukuran 1,2 m x 1,2 m. berarti 1 multriplek utuh nantinya akan kita potong menjadi dua
bagian.
luas ruangan = 9 m2
luas 1 motif multriplek ukuran 1,2 m x 1,2 m = 1,44 m2
maka kebutuhan multriplek = 9 m2 : 1,44 m2 = 6.25 buah ukuran 1,2 m x 1,2 m
berarti jumlah murtiplek yang harus dibeli ( ukuran 1,2 m x 2,4 m ) adalah = 6,25 :2 = 3,125
buah dibulatkan 3,5 buah
pada saat pengerjaan plafond mungkin terjadi resiko kerusakan, cacat atau sisa pemotongan
plafond tak terpakai, jadi sebagai angka keamanan kita tambahkan 1 lembar dalam membeli
menjadi 3,5 + 1 = 4,5 lembar. dan jika tidak diperbolehkan membeli multriplek separuh
lembar maka kita membeli sejumlah 4 lembar murtlipek
Menghitung kebutuhan kayu rangka plafond
jumlah rangka kayu yang dibutuhkan dapat kita analisa dengan cara sebagai berikut
ukuran ruangan 3 m x 3m maka rangka kayu yang menempel pada dinding adalah sepanjang
3m x4 bh = 12 m1
ukuran 1 motif plafond adalah 1,2 m x 1,2 m, maka kebutuhan kayu rangka plafond adalah 3
m x 4 bh = 12 m1
kayu rangka penggantung 5 bh x 1 m = 5m
maka jumlah total kebutuhan kayu rangka plafond adalah 12 m + 2 m + 12 m = 36 m1
menghitung kebutuhan lis plafond
lis plafond kita pasang pada pertemuan antara pinggir plafond dengan dinding maka lis
plafond yang dibutuhkan adalah sepanjang 3 m x 4 bh = 12 m1
menghitung kebutuhan cat plafond
jika kita menambahkan cat sebagai finishing plafond, maka untuk menghitung kebutuhan cat
plafond kita memerlukan luasan ruangan yaitu 3 m x 3 m = 9 m2 pekerjaan cat plafond.
untuk kebutuhan tenaga dan Material pembantu seperti paku, benang dll bisa disesuaikan
dilapangan, dan nantinya bisa memperkiakan kebutuhan material pembantu tersebut sebagai
acuan pekerjaan plafond berikutnya.
setelah kita mengetahui jumlah volume tenaga, bahan atau material tentunya kita sudah dapat
memperkiran biaya yang nantinya diperlukan dengan mengalikan volume material tersebut
dengan harga dipasaran.
Macam macam bahan yang dapat digunakan sebagai plafond rumah
plafond Multriplek
Plafond Beton Ekspos ( finish semen aci dan cat )
Plafond Alumunium composit
Plafond Beton finish walpaper
Plafond plastik
Plafond Kaca
Plafond Rangka atap existing finish cat
Plafond Gypsum
Plafond Asbes
Plafond Rumput alang alang kering.
Bahan
PC = 15,504 KG
PP = 0,016 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 10,224 KG
PP = 0,020 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 7,776 KG
PP = 0,023 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC =g 6,240 KG
PP = 0,024 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 5,184 KG
PP = 0,026 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 4,416 KG
PP = 0,027 M3
Tenaga kerja
Pekerja =0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 3,936 KG
PP = 0,028 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor =0,015 OH
Bahan
PC = 3,456 KG
PP = 0,029 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 5,760 KG
KP = 0,003 M3
PP = 0,013 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH
Bahan
PC = 3,000 KG
KP = 0,005 M3
PP = 0,020 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH
Bahan
SM = 0,009 M3
KP = 0,009 M3
PP = 0,009 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH
Bahan
SM = 0,007 M3
KP = 0,007 M3
PP = 0,015 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,360 OH
Tukang batu = 0,120 OH
Kepala tukang = 0,012 OH
Mandor = 0,018 OH
Bahan
PC = 13,632 KG
PP = 0,027 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH
Bahan
PC = 10,368 KG
PP = 0,031 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,260 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,013 OH
Bahan
PC = 8,320 KG
PP = 0,032 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH
Bahan
PC = 6,912 KG
PP = 0,035 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH
Bahan
PC = 5,888 KG
PP = 0,036 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH
Tukang batu = 0,200 OH
Kepala tukang = 0,020 OH
Mandor = 0,022 OH
Bahan
SM = 0,009 M3
KP = 0,009 M3
PP = 0,018 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,440 OH
Tukang batu = 0,220 OH
Kepala tukang = 0,022 OH
Mandor = 0,022 OH
Bahan
PC = 5,184 KG
PP = 0,026 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,150 OH
Tukang batu = 0,075 OH
Kepala tukang = 0,008 OH
Mandor = 0,008 OH
Bahan
PC = 0,500 KG
PP = 0,013 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,080 OH
Bahan
PC = 10,000 KG
Batu granit = 15,000 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,450 OH
Tukang batu = 0,225 OH
Kepala tukang = 0,023 OH
Mandor = 0,023 OH
Bahan
PC = 10,000 KG
Batu teraso = 15,000 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,450 OH
Tukang batu = 0,225 OH
Kepala tukang = 0,023 OH
Mandor = 0,023 OH
Bahan
PC = 4,320 KG
PP = 0,006 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,100 OH
Kepala tukang = 0,010 OH
Mandor = 0,015 OH
Bahan
PC = 3,108 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,150 OH
Tukang batu = 0,075 OH
Kepala tukang = 0,008 OH
Mandor = 0,008 OH
Bahan
PC = 1,600 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,070 OH
Tukang batu = 0,035 OH
Kepala tukang = 0,004 OH
Mandor = 0,004 OH
Bahan
PC = 6,340 KG
PP = 0,012 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,300 OH
Tukang batu = 0,150 OH
Kepala tukang = 0,015 OH
Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 acian
Bahan
PC = 3,250 KG
Tenaga kerja
Pekerja = 0,200 OH
Tukang batu = 0,100 OH
Kepala tukang = 0,010 OH
Mandor = 0,010 OH
koefisien Berdasarkan: SNI 2837:2008
Artinya dalam 1 m3 kerikil terdiri dari 0.52 m3 kerikil + 0.48 rongga udara
Bj Semen = 1250 Kg
1 zak = 50 kg
nah.. setelah menghitung keramik seperti itu langsung saja pergi ke toko untuk belanja
keramik, pasti kurang atau lebih dah
hal hal yang perlu diperhatikan , jika ingin menghitung keramik secara tepat.
menghitung jumlah keramik potongan pada pojok ruangan, apakah sisa potongan
masih dapat digunakan lagi atau tidak.
dan yang ketiga agak aneh yaitu memperkirakan jumlah keramik yang akan diminta
orang lain, atau jumlah keramik hilang.
6. Salah dalam operasi bilangan saat perhitungan, seperti salah membagi, salah
menjumlah, salah mengurangi atau salah mengalikan sehingga jumlah kebutuhan
keramik yang dihitung dibawah kebutuhan.
7. Salah membaca angka dapat menghasilkan hasil perhitungan yang berbeda.
8. Salah menggunakan rumus perhitungan kebutuhan keramik.
Masing-masing tentu mempunyai strategi khusus dalam menghitung secara pas, strategi
tersebut bisa jadi karena pengalaman atau belajar,