KESEHATAN MASYARAKAT
INDONESIA
ISSN 0216-2482
MKMI
Volume 9
No. 1
Hal. 1 - 62
Makassar
ISSN
Januari 2013 0216-2482
MKMI
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
The Indonesian Journal of Public Health
Volume 9, Nomor 1, Januari 2013
ISSN 0216-2482
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia adalah publikasi ilmiah yang menerima setiap tulisan ilmiah di bidang
kesehatan, baik laporan penelitian (original article research paper), makalah ilmiah (review paper)
maupun laporan kasus (case report) dalam bahasa Indonesia atau Inggris.
Penanggung Jawab
M. Alimin Maidin (Dekan FKM UNHAS)
Pemimpin Redaksi
Ida Leida M. Thaha
Wakil Pemimpin Redaksi
Wahiduddin
Redaksi Pelaksana
Lalu M.Saleh
Devintha Virani
Redaksi Kehormatan
Veni Hadju (Ketua)
A. Razak Thaha
Amran Razak
Asiah Hamzah
Ridwan Thaha
Hasanuddin Ishak
Tahir Abdullah
Mitra Bestari
Peter Davey (Griffith University)
Tomoyuki Shibata (Northern lllinois University)
Umar Fahmi Achmadi (FKM Universitas Indonesia)
Bambang Sutrisna (FKM Universitas Indonesia)
Kuntoro (FKM Universitas Air Langga)
Purnawan Djunadi (FKM Universitas Indonesia)
Irawan Yusuf (FK Universitas Hasanuddin)
Penerbit
Jurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 4 kali setahun (Triwulan)
(Maret, Juni, September, Desember). Surat menyurat menyangkut naskah, langganan dan sebagainya dapat
dialamatkan ke:
Sekretariat
Redaksi Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia
Kasman (085226549077) dan Laila Qadrianti (085656099697) d.a. Ruang Jurnal FKM Lt.1Ruang K108
Kampus UNHAS Tamalanrea 90245 (0411) 585 658, Fax (0411) 586 013 E-mail: jurnal.mkmi@gmail.com
MKMI
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
The Indonesian Journal of Public Health
Volume 9, Nomor 1, Januari 2013
ISSN 0216-2482
DAFTAR ISI
Studi Perilaku Siswa Sma Ronevan Tual Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Di Kelurahan
Dullah Selatan Kota Tual
Methilda Meische Sambono
Hubungan Tindakan Pencegahan Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Waihoka Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2011
Ludia Fin Laipeny
Strategi Positioning Dalam Rangka Mempertahankan Dan Meningkatkan Pangsa Pasar Pada
RSIA St. Fatimah Makassar
Nurbani Bangsawan, Abd. Rahman Kadir, dan Rasyidin Abdullah
Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Merkuri Pada Masyarakat Kecamatan Bulawa Kabupaten
Bone Bolango Gorontalo
Siprianus Singga, Anwar Daud, Ida Leida M.Thaha
Faktor Risiko Lingkungan Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2011
Nisgunawan Sidi1, Wahiduddin1 Dian Sidik
Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Hygiene Menstruasi Pada Siswi Sma Negeri 1
Sesean Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012
Mariene W. Dolang, Rahma, Muhammad Ikhsan
Persepsi Staf Manajemen Tentang Manajemen Pemasaran Rumah Sakit di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2012
Nurhikmah, Indahwaty Sidin
Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Asuransi Kesehatan Di PT.
Asuransi Jiwa Inhealth Makassar Tahun 2012
Muhammad Rizki Ashari, Nurhayani
Memperkenalkan Komunitas Anti Rokok Di Daerah Bone- Bone Kawasan EnrekangIndonesia
Mappeaty Nyorong
1-6
7 - 14
15 20
21 - 29
30 - 34
35 - 42
43 - 50
51 - 57
58 62
Pengiriman Naskah
Makalah yang dikirimkan untuk dimuat dalam Media Kesehatan Masyarakat Indonesia belum pernah dipublikasikan dan tidak dikirimkan ke penerbitan lain pada waktu
yang bersamaan. Naskah diketik dalam format *.doc/
*.docx (Microsoft Office Word) dan dikirimkan dalam
bentuk Print Out sebanyak rangkap 2 (dua), dengan file
yang tersimpan dalam CD.
Persiapan Teknis Makalah
Naskah diketik pada kertas berukuran 8,27 x 11,69 (A4),
dengan batas tepi (margin) 1 (2,5 cm), huruf (font) Times
New Roman, besar huruf (font size) 12 point dan menggunakan spasi 2 (double space). Setiap bagian/ komponen
dari naskah dimulai pada halaman baru, dengan urutan sebagai berikut: halaman judul, abstrak, kata kunci (key
words), teks keseluruhan, ucapan terima kasih, daftar
pustaka, table dan gambar (setiap tabel dan gambar pada
halaman terpisah). Nomor halaman dicantumkan secara
ber-urutan dimulai dari halaman judul pada sudut sebelah
kanan bawah.
Halaman Judul
Halaman judul (halaman pertama) harus mencakup:
a. Judul makalah yang dibuat sesingkat mungkin, spesifik
dan informatif
b. Nama dan alamat setiap penulis, nama departement
dan lembaga afiliasi penulis
c. Nama dan alamat penulis untuk korespondensi serta
nomor telpon, nomor faximile dan alamat e-mail.
Abstrak dan Kata Kunci (Key Word)
Halaman kedua memuat abstrak yang tidak terstruktur
dalam 1 (satu) paragraph dan tidak lebih dari 200 kata
yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Abstrak laporan penelitian harus berisi latar belakang,
tujuan penelitian, metode, hasil dan kesimpulan. Abstrak
dibuat singkat, informative dengan menekankan aspek
baru dan penting dari laporan penelitian. Kata kunci (key
word) dicantumkan dibawah abstrak pada halaman yang
sama sebanyak 3 10 kata. Gunakanlah kata-kata yang
sesuai dengan daftar pada Index Medicus.
Teks
Teks makalah laporan penelitian dibagi dalam beberapa
bagian dengan judul sebagai berikut: Pendahuluan (Introduction), Bahan dan Metode (materials and Methods),
Hasil (Result), dan Diskusi (Discussion). Uraikan teknik
statistic secara rinci pada metode untuk memudahkan para
pembaca memeriksa kembali hasil yang dilaporkan. Teks
makalah ilmiah dibagi dalam Pendahuluan, Isi, Pembahasan dan Kesimpulan.
Ucapan Terima Kasih
Terutama ditujukan kepada 1) pihak-pihak yang memberikan bantuan dana dan dukungan, 2) dukungan dari
bagian dan lembaga, 3) para professional yang memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis sesuai dengan cara penulisan menurut Vancouver dan hanya mencantumkan kepustakaan
yang dipakai dan relevan. Rujukan diberi nomor urut dengan menggunakan angka arab dan dalam teks nomor urut
dituliskan dengan tanda kurung. Table dan gambar diberi
nomor sesuai dengan urutan penampilannya dalam teks
dengan menggunakan angka arab. Hindari penggunaan
abstrak sebagai rujukan. Rujukan yang telah diterima suatu
jurnal tetapi belum dipublikasikan harus di tambah perkataan in press
a. Artikel dalam Jurnal
1. Artikel Standar
Hadju V. Hubungan Helminthiasis Dengan Belajar
pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Mariso,
Ujungpandang. Jurnal Medika Nusantara 1997;
18:115-22
2. Organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand.
Clinical Exercise Stress Testing. Safety and Performance Guidelines. Medical Journal of Australia
1996 ; 164:282-4
3. Tanpa nama penulis
Management of Acute Diarrhea (editorial).Lancet
1983;1:623-5
b. Buku atau Monografi Lainnya
1. Penulis Perorangan
Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cetakan ke-2. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2002
2. Editor sebagai penulis
Tawali A, Dachlan DM, Hadju V, dan Thaha Ar,
editors. Pangan dan Gizi: Masalah, Program Intervensi dan Teknologi Tepat Guna. Makassar: DPP
pergizi Pangan dan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan; 2002.
3. Organisasi sebagai penulis
World Health Organisation (WHO). Measuring Change in Nutritional Status; Guidelines for Assessing
the Nutritional Impact of Vulnerable Groups. Genewa: World Health Organization;1983
4. Bab dalam buku
Lewis BA. Structure and Properties of Carbohydrates. In: Biochemical and Physiological Aspects of
Human Nutrition. Philadelphia: W. B. Saunders
Company; 2000. P.3-18.
5. Prosiding konferensi
Jalal F dan Atmojo SM. Peranan Fortifikasi dalam
Penanggulangan Masalah Kekurangan Zat Gizi
Mikro. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi VI; Serpong, 17-20 Februari 1998. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998.
c. Materi Elektronik
Rosenthal S, Chen R, Hadler, S. The Safety of Acellular Pertusis Vaccine vs Whole Cell Pertussin Vaccine. Arch Pediart Adolesc Med. 1996; 150:457-60.
Available at: http://www.amu.assn.org/sci_pubs/journals/arcive/ajdc/vol150/no5/abstract/httm diakses pada 10 November, 1996
Tabel, Gambar dan Grafik
Cetak setiap table pada halaman terpisah dan diketik spasi
2 (double space). Nomor urut table dan gambar sesuai
urutan penampilannya dalam teks. Untuk catatan kaki
(footnotes) pada table gunakan symbol dengan urutan
sebagai berikut *, , , , , , **, , .
Naskah yang diterima redaksi akan dibahas oleh pengasuh
dan redaksi berhak memperbaiki susunan bahasa tanpa
mengubah isinya. Penggunaan istilah asing non medis sedapat mungkin dihindari atau disertai terjemahan penjelasannya. Usulan perbaikan naskah (terutama menyangkut
substansi) akan disampaikan kepada penulis yang bersangkutan.
Artikel I
PENDAHULUAN
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebebkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Penyakit ini merupakan endemik yang
menyerang seluruh dunia dan menjadi pembunuh
nomor tiga di dunia setelah TB dan Malaria (Ditjen
PPM dan PL Depkes RI, 2009).
Data UNAIDS/WHO 2006 dalam AIDS
Epidemic Update, diperkirakan 39,5 juta orang hidup
dengan HIV. Terhitung sebanyak 4,3 juta infeksi
baru pada tahun 2006 dengan 2,8 juta (65%) dari
Sub-Sahara Afrika dan peningkatan pesat di Eastern
Europe and Central Asia, ada indikasi bahwa infeksi
tersebut telah meningkat lebih dari 50% sejak 2004.
Tahun 2006 sebanyak 2,9 juta orang meninggal
karena AIDS. UNAIDS memperkirakan 8,3 juta
orang meninggal pada tahun 2005. Di India sekitar
5,1 juta penduduk yang terinfeksi dimana kalangan
wanita lebih banyak tertular oleh suaminya.
Prevalensi HIV di negara-negara Asia-Pasifik
yang paling tinggi adalah Kamboja, Thailand,
Myanmar dan beberapa bagian negara India.
Prevalensi HIV meningkat pada IDU dialami di
sebagian China, Napel, Indonesia, Malaysia dan
Vietnam. Di Asia, para pasien AIDS lebih banyak
ditemukan di kalangan pekerja seks, kaum
homoseksual dan pengguna obat suntik.
Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh
Ditjen PPM dan PL Depkes RI secara kumulatif
pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS dari tahun
1987 sampai 2005 berjumlah 9565 yang terdiri dari
4244 HIV dan 5321 AIDS di seluruh propinsi di
Indonesia. Tahun 2005 berjumlah 13.424 kasus yang
terdiri dari 5.230 HIV dan 8.194 HIV/AIDS di
seluruh provinsi di Indonesia Sebanyak 1.871 orang
meninggal akibat HIV/AIDS. Ibukota Jakarta
menduduki peringkat tertinggi 33% kasus, Papua
menduduki peringkat kedua, kemudian Jawa Timur,
Jawa Barat-Banten dan Bali. Kalau dilihat dari
jumlah kasus per penduduk maka Papua sangat
tinggi, 51% dari 100 ribu penduduknya mengidap
HIV/AIDS. Data terakhir Dinas Kesehatan Propinsi
Papua 30 September 2005, menyebutkan angka
HIV/AIDS di Papua mencapai 2.134 kasus.
Sebanyak 1202 kasus HIV dan 932 kasus AIDS,
serta 289 diantaranya sudah meninggal. Satu hal
yang mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AIDS
terbanyak justru ada pada usia produktif ( 1539
tahun ), yakni sekitar 79%, pada kelompok umur 20
29 tahun yaitu 879 kasus, umur 3039 tahun 530
kasus dan umur 1519 tahun 189 kasus.
Pada tahun 20022003 Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) menemukan sekitar
34% remaja putri dan 21% remaja pria berusia 1524
HASIL
Jumlah responden terbanyak berada pada umur
16-17 tahun yaitu 92 responden (65,7%), responden
laki-laki lebih banyak yaitu 53,6% di banding jumlah
responden perempuan 46,4%. Kelas XI IPA1, XI
IPA2, XII IPA1 dan XII IPA2 memiliki jumlah
responden yang sama, yaitu sebanyak 35 responden
(25%) dari tiap kelas. Tabel 2 menunjukan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu sebanyak 87
responden (62,1%) dan yang memiliki pengetahuan
yang kurang sebanyak 53 responden (37,9%).
Responden pada umumnya memiliki sikap positif
mengenai pencegahan HIV/AIDS sebesar 91
responden (65,0%) sedangkan sikap negatif hanya 49
responden (35,0%). Responden umumnya memiliki
tindakan positif dalam pencegahan HIV/AIDS yaitu
78 responden (55,7%) sedangkan yang mempunyai
tindakan negatif sebanyak 62 responden (44,3%).
Total
140
100
PEMBAHASAN
Pengetahuan
Salah satu sifat dari manusia adalah
keingintahuan tentang sesuatu dorongan untuk
memenuhi keingintahuan tersebut menyebabkan
seseorang melakukan uapaya-upaya pencaharian
serangkaian pengalaman-pengalaman selama proses
interaksi dengan lingkungannya yang intinya akan
menghasilkan suatu pengetahuan.
Pengetahuan pada dasarnya adalah sesuatu yang
diketahui setelah melihat, menyaksikan, mengalami
atau diajarkan. Tindakan seseorang biasanya
didasarkan pada apa yang telah diketahuinya terlebih
lagi jika keterangan itu dianggap bermanfaat baginya
(Notoatmodjo, 2003).
Penelitian Rogers (1974) bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni awareness (kesadaran), interest
(merasa tertarik), evaluation (menimbang-nimbang),
trial dan adoption (Efendi dan Makhfudli, 2009).
Penyakit HIV/AIDS yang belakangan ini telah
menjadi pusat perhatian dunia kesehatan oleh karena
merupakan pandemik global, telah menyerang orang
dari berbagai tingkatan umur, pekerjaan, profesi dan
Variabel
Pengetahuan
Cukup
Kurang
Sikap
Positif
Negatif
Tindakan
Positif
Negatif
Total
87
53
62,1
37,9
91
49
65,0
35,0
78
62
55,7
44,3
140
100
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku dan sikap juga merupakn
efek positif atau negatif terhadap objek psikologis
(Notoatmodjo, 2003).
Sikap seseorang terhadap suatu objek atau
subjek dapat positif atau negatif. Manifestasi sikap
terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima
atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek
atau subjek. Sikap tidak sama dengan perilaku dan
perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang,
sebab seringkali terjadi seseorang melakukan
tindakan yang bertantangan dengan sikap.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan
responden yang mempunyai sikap positif tehadap
pencegahan HIV/AIDS yaitu 65,0% dan responden
yang mempunyai sikap negatif terhadap pencegahan
HIV/AIDS yaitu 35,0%. Bloom dan Notoatmodjo
(2003),
mengemukakan
bahwa
pengetahuan
memegang peranan penting dalam memberikan
wawasan terhadap sikap dan perbuatan seseorang.
Sikap seseorang lebih banyak dipengaruhi melalui
proses belajar dibandingkan dengan proses
pembawaan atau hasil perkembangan dan
kematangan.
Pada dasarnya seseorang yang mempunyai
pengetahuan yang cukup seharusnya juga
memberikan respon atau sikap yang positif terhadap
suatu permasalahan. Karena dengan pengetahuan
yang cukup seseorang sudah dapat memahami
dengan baik pokok permasalahan yang ada, sehingga
sudah dapat memikirkan baik buruknya sikap yang
di ambil . Hal ini dapat disimpulkan bahwa
responden nyang mempunyai pengetahuan cukup
cenderung bersikap positif dan sebaliknya responden
dengan pengetahun kurang cenderung bersikap
negatif.
Responden yang mempunyai pengetahuan
cukup cenderung bersikap positif terhadap
pencegahan HIV/AIDS, karena dengan bekal
pemahaman yang baik maka mereka sudah dapat
memperkirakan bahwa sikap yang diambilnya tidak
menimbulkan efek negatif bagi dirinya maupun
lingkungan sekitarnya. Berbeda halnya dengan
mereka yang berpengetahaun kurang bersikap negatif
dengan alasan yang lebih mengarah pada faktor
pribadi.
Sikap reponden biasanya terkait dengan
keuntungan diri sendiri, jika merugikan diri maka
tidak akan setuju, tetapi jika menguntungkan maka
cenderung sikapnya setuju. Dalam rangka
meningkatkan sikap siswa terhadap pentingnya
4
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono.2003.
Metodologi Penelitian Kedokteran Dan
Kesehatan Masyarakat. Binapura Akara :
Jakarta.
Artikel II
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh pararasit dari jenis Plasmodium
(Klas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Di
Indonesia dikenal 4 (empat) macam spesies parasit
malaria yaitu P. vivax sebagai penyebab malaria
tertiana, P. falciparum sebagai penyebab malaria
tropika yang sering menyebabkan malaria otak
dengan kematian, P. malariae sebagai penyebab
malaria quartana, P.ovale sebagai penyebab malaria
ovale yang sudah sangat jarang ditemukan.
Kasus malaria pada tahun 2006 terdapat 2 juta
kasus malaria klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi
1,7 juta kasus. Berdasarkan The World Malaria
Report 2005, di seluruh dunia setiap tahunnya
ditemukan 500 juta kasus malaria yang
mengakibatkan lebih dari 1 juta orang termasuk
anak-anak setiap tahun meninggal dunia, di mana
80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia
(termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat
3,2 miliar penderita malaria di dunia yang terdapat di
107 negara ( Depkes RI, 2008).
Propinsi Maluku yang tergolong daerah endemis
malaria tinggi kemudian diperparah dengan
merebaknya konflik sosial tahun 1999 2003 yang
mengakibatkan sebagian daerah / desa ditinggalkan
oleh penduduknya dan menjadi eksodus ke daerah
lain sehingga dalam waktu tersebut, daerah yang di
tinggal menjadi sarang berbagai vektor penyakit
terutama nyamuk malaria. Tahun 2003 tercatat kasus
malaria klinis 52.106 kasus dengan AMI: 37,4 % dan
meningkat pada tahun 2005 sebesar 62.296 kasus
dengan AMI: 45,92 % dan sampai pada tahun 2009
tercatat malaria klinis 66.499 kasus dengan AMI:
48,4%. (Profil Dinkes Propinsi Maluku Tahun 2010).
Diantara kemungkinan yang menjadi penyebab
tingginya angka kejadian malaria di Kota Ambon
adalah perilaku masyarakat yang memberikan
probabilitas besar terhadap penyebaran penyakit
malaria. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji tindakan
pencegahan masyarakat yang berhubungan dengan
kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas
Waihoka Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Puskesmas Waihoka terletak di Kota Ambon,
tepatnya di wilayah waihoka dengan wilayah kerja
meliputi 2 daerah, yaitu Ahuru dan waihoka. Dari
data yang diperoleh pada tahun 2009 dan 2010 di
wilayah kerja Puskesmas waihoka mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009 AMI 24,37 per seribu
dan API 26,36 per seribu sedangkan pada tahun
2010 meningkat menjadi AMI 25,97 per seribu dan
API 28,16 per seribu. (Dinkes Kota Ambon
Puskesmas Waihoka tahun 2010). Dari data di atas,
terlihat bahwa wilayah kerja Puskesmas Waihoka
94
100
Analisis Univariat
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
mencangkup 7 aspek yaitu kebiasaan berada diluar
rumah malam hari, yang dimana diketahui bahwa
jumlah responden yang selalu beraktivitas di luar
rumah pada malam hari sebanya 17 responden
(18.1%) sedangkan yang tidak beraktivitas sebesar
77 responden (81.9%).
Penggunaan kawat kasa, Dari tabel 2 diketahui
bahwa jumlah responden yang memasang kawat kasa
di rumahnya sebanya 46 responden (48.9%)
sedangkan yang tidak memiliki kawat kasa sebesar
48 responden (51.1%). Penggunaan obat anti
nyamuk, diketahui bahwa jumlah responden yang
selalu menggunakan obat anti nyamuk sebanyak 60
responden (63.8%) sedangkan yang tidak
menggunakan obat anti nyamuk sebesar 34
responden (36.2%). Berdasarkan penggunaan obat
anti nyamuk, diketahui bahwa jumlah responden
yang selalu menggunakan obat anti nyamuk
sebanyak 60 responden (63.8%) sedangkan yang
tidak menggunakan obat anti nyamuk sebesar 34
responden
(36.2%).
Berdasarkan
kebiasaan
penggunaan kelambu, diketahui bahwa jumlah
responden yang selalu menggunakan kelambu
9
17
77
18,1
81,9
46
48
48,9
51,5
60
34
63,8
36,2
37
67
28,7
71,3
83
11
88,3
11,7
42
52
94
44,7
55,3
100
Analisis Bivariat
Tabel 3 tentang hubungan antara kebiasaan
keluar rumah pada malam hari dengan riwayat
penyakit malaria menunjukkan bahwa dari 94
responden yang biasa keluar rumah pada malam hari,
ada 12 orang (70.6%) yang pernah menderita malaria
dan 30 orang (39.0%) menderita malaria tetapi tidak
pernah keluar rumah pada malam hari. Dari hasil
uji chi-square diperoleh nilai p < 0.05 yang berarti
bahwa ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah
pada malam hari dengan kejadian malaria di wilayah
kerja Puskesmas Waihoka Kecamatan Sirimau Kota
Ambon Tahun 2011.
Selanjutnya hubungan antara penggunaan kawat
kasa pada ventilasi kamar tidur dengan riwayat
penyakit malariapada Tabel 3 menunjukan bahwa 27
responden (56.2%) yang tidak menggunakan kawat
kasa pada ventilasi tidur pernah/menderita malaria
sedangkan 15 responden (32.6%) yang menggunakan
kawat kasa pernah/menderita malaria.Dari hasil uji
chi-square diperoleh nilai p < 0.05 yang berarti
bahwa ada hubungan antara penggunaan kawat kasa
ada ventilasi tidur dengan kejadian malaria di
10
Tabel 3. Hubungan Tindakan Pencegahan Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Waihoka Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2011
Pernah menderita
penyakit malaria
Variabel Independen
Ya
Kebiasaan Keluar
Rumah
ya
tidak
Penggunaan Kawat Kasa
ya
tidak
Penggunaan Kelambu
ya
tidak
Membersihkan Semak
Belukar
ya
tidak
Penggunaan Obat Anti
Nyamuk
ya
tidak
Total
Sumber : Data Primer
Tidak
n
%
12
30
70,6
39,0
5
47
15
27
32,6
56,2
35
7
Jumlah
n
29,4
61,0
17
17
100
100
31
21
67,4
43,8
46
48
100
100
52,2
25,9
32
20
47,8
74,1
67
27
100
100
6
33
81,8
39,8
2
50
18,2
60,2
11
83
100
100
21
21
42
61,8
35,0
44,7
13
39
52
38,2
65,0
55,3
34
60
94
100
100
100
p value
0,035
0,036
0,036
0,011
0,022
PEMBAHASAN
Kebiasaan Berada di Luar Rumah pada Malam
Hari
Menurut Harijanto (2000), Kebiasaan berada di
luar rumah untuk beraktifitas misalnya untuk bekerja
di kebun ataupun melaut dan aktifitas lainnya, sangat
logis sebagai factor resiko kejadian malaria karena
aktifitas nyamuk Anopheles dalam mencari darah dan
mengeluarkan sporozoit pada manusia lain terjadi
pada malam hari.
Kebiasaan berada di luar rumah pada malam
hari di wilayah kerja Puskesmas Waihoka Kecamatan
Sirimau Kota Ambon pada 94 responden,
memperlihatkan kelompok umur muda yang paling
banyak berada di luar rumah. Praktek masyarakat ini
menunjukan resiko digigit nyamuk malaria karena
masyarakat di lokasi tersebut banyak melakukan
aktifitas di malam hari. Contoh: mereka yang kerja
pulang sampai malam hari, jaga malam karena
bekerja sebagai TNI/Polri, berjualan di pasar, ojek,
berbincang-bincang di luar rumah dan kegiatan
keagamaan. Sunarsih dkk (2009) memprediksi bahwa
seseorang yang mempunyai kebiasaan keluar malam
pada malam hari mempunyai resiko terkena malaria
4,4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
11
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara kebiasaan berada
di luar rumah pada malam hari (p= 0,035),
penggunaan kawat kasa (p= 0,036 ), penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Achmadi Umar. 2008. Horison Baru
Kesehatan Masyarakat Indonesia. Rineka
cipta : Jakarta.
Munawar, Akhsin. 2005. Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Malaria di Desa Sigeblog, Jawa
Tengah.
Alexander N, et al. 2005. Case-control study of
mosquito nets against malaria in the Amazon
region of Colombia. Am J. Trop. Med. Hyg.,
73(1), pp. 140-148.
Anies. 2006. Manajement berbasis lingkungan,
solusi mencegah dan menanggulangi
penyakit
menular, seri lingkungan dan
penyakit. Elex Media Komputindo : Jakarta
Depkes RI. 2004. Profil Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM
& PL) Tahun 2003. Departemen Kesehatan :
Jakarta.
Depkes RI, 2006. Modul Parasitologi Malaria.
Salatiga: B2P2VRP.
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. 2009. Profil
Kesehatan Provinsi Maluku.
Dinas Kesehatan, 2009. Profil Kesehatan Puskesmas
Waihoka Kota Ambon.
Elvi Sunarsih, Nurjasuli, Sulistyani. 2009. Faktor
Risiko Lingkungan Dan Perilaku yang
Berkaitan Dengan Kejadian Malaria
Pangkalbalam. Pangkalpinang.
Gunawan. 2000. Epidemiologi Malaria Dalam
Malaria
Epidemiologi,
Patogenesis,
Manisfestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC
Laihad, F. 2005. Malaria Di Indonesia Dalam
Malaria
Epidemiologi,
Pathogenesis,
Manisfestasi Klinis Dan Penanganan.
Jakarta:EGC
Darmadi. 2002. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan
Lingkungan Sekitar Rumah serta Praktik
14
Artikel III
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya setiap organisasi yang
berorientasi profit maupun nonprofit saat ini tidak
dapat memandang remeh mengenai positioning
dirinya di hati pelanggan. Karena dengan positioning
yang tepat maka organisasi tersebut dapat
mempertahankan dan mampu mengembangkan
pangsa pasarnya, yang pada akhirnya juga akan
15
2007
RAWAT
IRJ
INAP
n
%
n
%
1266
36
5681
72.7
344
9.8
875
11.2
JPS
1493
61
421
4.7
1388
48.2
1388
12.1
1903
54.2
1255
16.1
Total
2446
100
8988
100
2882
100
11472
100
3514
100
7811
100
HASIL
Analisis Bivariat
Tabel 2 menunjukkan jawaban mayoritas
responden atas strategi layanan tinggi
dan
positioning yang tinggi adalah sebanyak 131 orang
atau 87,3% dan yang paling sedikit adalah pada
strategi layanan rendah dalam positioning yang tinggi
hanya 2 orang atau 1,3%. Berdasarkan hasil analisis
pada tabel 2 memperlihatkan bahwa strategi layanan
(yang terdiri dari layanan antenatal, intranatal, dan
post natal) yang tinggi yakni dengan skor >47,5 akan
meningkatkan positioning RSIA ST Fatimah 45,850
kali dibandingkan dengan strategi layanan yang
rendah yakni dengan nilai skor <47,5, hal ini
didasarkan pada hasil bivariat dengan nilai Odds
Ratio (OR) = 45,850. Analisis lebih lanjut
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
16
Tabel 2.
Hubungan Variabel Strategi Layanan, Promosi, Harga dan Proses Terhadap Positioning
RSIA ST Fatimah Makassar tahun 2008
Positioning
Jumlah
OR
Variabel
Tinggi
Rendah
CI95%
n
%
n
%
N
%
LL-UL = 8,393-250,462
Strategi layanan
Tinggi
131 87,3
10
6,7
141
94,0
X2=41,784
Rendah
2
1,3
7
4,7
9
6,0
P = 0,000
OR =45,850
LL UL = 2,701 - 42,128
Strategi promosi
Tinggi
128 85,3
12
8,0
140
93,3
X2=15,835
Rendah
5
3,3
5
3,3
10
6,7
P = 0,002
OR = 10,667
LL UL =2,257 - 25,027
Strategi harga
Tinggi
124 82,7
11
7,3
135
90,0
X2=13,539
Rendah
9
6,0
6
4,0
15
10,0
P =002
OR =7,515
LL UL = 6,433 - 198,426
Strategi proses
Tinggi
131 87,3
11
7,4
142
94,7
X2=33,861
Rendah
2
1,3
6
4,0
8
5,3
P =0,000
OR = 35,727
Jumlah
133 88,7
17
11,3
150
100,0
Sumber: Data Primer
Variabel
Strategi Layanan
Strategi Promosi
Strategi Harga
Strategi Proses
Constant
Sumber: Data Primer
95 % CI
Koefisien Regresi
Kemaknaan (nilai
p)
OR
3,435
-1,271
0,258
2,632
-7,767
0,007
0,456
0,808
0,015
0,000
31,022
0,281
1,295
13,898
0,000
Lower
Upper
2,594
0,010
0,161
1,655
371,033
7,911
10,391
116,683
PEMBAHASAN
Pengaruh Strategi Layanan Terhadap Positioning
RSIA ST Fatimah Makassar
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa jika
dilihat dari nilai konversi kesemua indikator
menunjukkan nilai 4 yang berarti rata-rata jawaban
responden setuju dengan pertanyaan dan atau
pernyataan yang diberikan melalui kuesioner. Jadi
hal ini dapat dikatakan bahwa layanan antenatal,
intranatal dan postnatal sudah dirasakan positif oleh
pasien RSI ST Fatimah.
Analisis bivariat menunjukkan bahwa strategi
layanan (yang terdiri dari layanan antenatal,
intranatal, dan post natal) yang tinggi yakni dengan
skor >47,5 akan meningkatkan positioning RSIA ST
Fatimah 45,850 kali dibandingkan dengan strategi
layanan yang rendah yakni dengan nilai skor <47,5,
hal ini didasarkan pada hasil bivariat dengan nilai
Odds Ratio (OR) = 45,850. Analisis lebih lanjut
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara strategi layanan terhadap positioning RSIA ST
Fatimah berdasarkan nilai p = 0,000 < 0,05 pada CI
(95 %) = 8,393 250,462.
Selanjutnya
setelah
dilakukan
analisis
multivariat dengan menggunakan regresi logistik
menunjukkan bahwa variabel yang paling
berpengaruh terhadap positioning RSIA ST Fatimah
adalah strategi layanan dengan tingkat signifikansi
nilai p = 0,007 < 0,05 yakni sebesar 3,435 hal ini
berdasarkan pada koefisien regresinya. Pada analisis
multivariat ini terjadi perubahan nilai OR untuk
kedua variabel independen yang berpengaruh
signifikan (strategi layanan dan strategi proses). Nilai
OR untuk strategi layanan dari OR =45,850 menjadi
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nusratuddin. 2007. Hubungan Bauran
Pemasaran
Jasa
Terhadap
Minat
Memanfaatkan Kembali Poli Kebidanan
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar.
Tesis
tidak
diterbitkan.
Magister
Administrasi
Rumah
Sakit-Program
Pascasarjana Unhas
Adiwijaya. 2005. Analisis Hubungan Antara
Marketing Mix Dengan Keputusan Pasien
Memanfaatkan Rawat Jalan Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tesis
tidak diterbitkan. Magister Administrasi
Rumah Sakit-Program Pascasarjana Unhas.
Bahren, Zul. 2006. Analisis Faktor-Faktor Penentu
strategi Positioning untuk Mempertahankan
dan Meningkatkan Pangsa Pasar PT. Telkom
Divre VII. Disertasi tidak diterbitkan.
Makassar: Universitas Hasanuddin
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran,
Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. Edisi Kesembilan. Terjemahan.
Prenhalindo: Jakarta
20
Artikel IV
PENDAHULUAN
Merkuri adalah salah satu logam berat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahaya merkuri
bagi kesehatan secara luas diketahui manusia sejak
terkuaknya kasus Minamata di Jepang pada 19531960 yang lebih dikenal dengan sebutan Minamata
disease. Penyakit minamata ini disebabkan oleh
pembuangan limbah industri Nihon Cisso Co. Sejak
tahun 1920-1960-an, perusahaan ini membuang
21
Kegiatan
pertambangan
emas
tersebut
diindikasikan telah memberikan dampak negatif
terhadap penurunan kualitas air sungai di Provinsi
Gorontalo.Untuk wilayah Kabupaten Bone Bolango
sendiri dari pantauan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bone Bolango, diketahui terdapat beberapa titik
pencemaran pada empat sungai di kabupaten Bone
Bolango, yaitu tiga titik pencemaran merkuri di
sungai Tulabolo, satu titik di sungai Mohutango, tiga
titik di sungai Bone dan satu titik di sungai Tapa Daa
satu titik. Dari hasil pantauan BLH Provinsi
Gorontalo diketahui bahwa kualitas air sungai-sungai
tersebut dari tengah sampai hilir tercemar merkuri.
Hal ini dapat terlihat dari hasil pengujian konsentrasi
merkuri padaSungai Mopuya (Bone Bolango),
konsentrasi merkuri dalam air sungai di lokasi
tambang 2,6522 ppm, dan meningkat menjadi 5,8737
ppm di muara (Balihistri, 2008).
Kecamatan Bulawa termasuk salah satu
kecamatan dengan potensi bahaya pencemaran
merkuri. Potensi bahaya merkuri di kecamatan
Bulawa berasal dari adanya kagiatan penambangan
emas tanpa izin (PETI) di desa Kaidundu,
Mopuya,Bunga Hijau, Mamungaa dan Mamungaa
Timur. Posisi lokasi penambangan yang terletak pada
hulu
sungai-sungai
yang
melewati
desa,
menyebabkan desa-desa yang ada dibawahnya
berpotensi untuk tercemar merkuri dari kegiatan
PETI tersebut. Rembesan merkuri melalui air tanah
tanah, dapat mencemari air sumur warga, sedangkan
merkuri yang terbawa aliran air sungai akan berubah
menjadi methyl merkuri dan mencemari laut dan ikan
dipesisir Kecamatan Bulawa. Hal inilah yang
menyebabkan masyarakat Kecamatan Bulawa
berisiko terpapar merkuri baik dari air minumnya,
maupun dari ikan yang dikonsumsi sehari-hari.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini bersifat observasional dengan
menggunakan rancangan Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan. Secara analitik, data hasil pengukuran
variabel dilakukan analisis menggunakan formula
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk
mengetahui tingkat risiko dari pencemaran merkuri
terhadap kesehatan masyarakat di Kecamatan Bulawa
dan manajemen risiko dari pencemaran merkuri
tersebut.
Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Bulawa
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Lokasi
penelitian ini terdiri atas 9 desa, yaitu desa Bukit
Hijau, Nyiur Hijau, Kaidundu Barat, Kaidundu,
Mopuya, Bunga Hijau, Patoa, Mamungga dan
Mamungaa Timur. Lamanya waktu penelitian
dilakukan adalah 4 bulan yaitu dari bulan April
sampai dengan Juli 2011.
22
Jumlah Responden
52
33
28
12
Darah
Rambut
Kandungan merkuri
dibawah standar
melebihi standar
HASIL
Karakteristik Umum Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 100 orang dengan karakteristik sebagai
berikut : umur responden antara 15-60 tahun, dengan
jenis kelamin laki-laki 91 orang dan perempuan 9
orang. Pendidikan responden antara tidak sekolahperguruan tinggi dengan jumlah terbanyak
berpendidikan SD yaitu 74 orang. Pekerjaan
responden terdiri atas wiraswasta, nelayan, petani,
penambang dan pekerjaan lainnya, dengan jumpah
terbanyak adalah penambang yaitu 62 orang.
Sebanyak 85 orang dari 100 responden bersedia
diambil darah dan rambutnya untuk pemeriksaan
merkuri.
Konsentrasi Merkuri Pada Darah dan Rambut
Biomarker digunakan untuk mengetahui pajanan
risk agent pada kesehatan. Biomarker yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi
darah dan rambut responden. Hasil penelitian
23
mempengaruhi
kesehatan
masyarakat
yang
mengkonsumsi ikan dan air minum tersebut.
Konsentrasi merkuri pada air minum ini masih
dibawah standar konsentrasi merkuri untuk air
minum yaitu 0,001 mg/L (Depkes,2002). Konsentrasi
merkuri pada ikan laut sangat ditentukan oleh beban
pencemar yang masuk ke laut tersebut. Daerah yang
banyak industri atau penambangan menggunakan
merkuri dan limbahnya dibuang kelaut, cenderung
akan tinggi konsentrasi merkuri pada air minum dan
ikannya bila dibanding dengan ikan pada daerah yang
bebas dari pencemaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartono di teluk
Buyat dan teluk Ratatotok Kabupaten Minahasa
Selatan yang berdekatan dengan tambang PT NMR,
mendapatkan hasil rata-rata konsentrasi merkuri
dalam ikan berkisar antara 0,02 0,6 mg/kg, dengan
konsentrasi merkuri pada air minum antara 0,0001
mg/L sampai 0,012 mg/L. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa konsentrasi merkuri pada ikan
dan air minum berhubungan secara positif terhadap
nilai RQ responden, hal ini berarti semakin tinggi
konsentrasi merkuri dalam ikan semakin tinggi pula
tingkat risiko untuk terjadinya gangguan kesehatan
(Hartono,2006).
Tabel 1. Durasi Pajanan yang Aman Bagi Responden Untuk Mengkonsumsi Ikan
Sejumlah 0,2 kg/hari Dengan Konsentrasi Merkuri 0,0298 mg/kg dan
Frekuensi Pajanan 363 Hari/Tahun
Berat badan
Durasi pajanan aman dari
Durasi pajanan aman dari
(kg)
efek non karsinogen (tahun)
efek karsinogen (tahun)
40
17
40
45
19
45
50
21
50
55
23
55
60
25
60
65
27
65
70
29
70
Sumber: Data Primer
semakin besar tingkat risiko kesehatan yang akan
dialaminya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Hartono pada
masyarakat teluk Buyat dan Ratatotok menunjukan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama
tinggal (durasi pajanan) dengan nilai RQ responden
dan mempunyai pola hubungan yang positif. Hal ini
juga berarti semakin lama responden tinggal di lokasi
penelitian tersebut, semakin tinggi pula tingkat risiko
kesehatan yang akan dialami responden tersebut
(Hartono,2006).
Namun pada penelitian Sukman pada
masyarakat desa Ratatotok Kecamatan Belang
Durasi Pajanan
Durasi pajanan diartikan sebagai lama tinggal
responden dilokasi penelitian dalam hitungan
tahun.Nilai mediandurasi pajanan responden adalah
30 tahun. Besar nilai median durasi pajanan ini sesuai
dengan nilai default durasi pajanan (tavg) yang
ditetapkan oleh US-EPA untuk risiko non karsinogen
yaitu 30 tahun (US-EPA,1997).
Secara keseluruhan, nilai RQ responden juga
sangat dipengaruhi oleh berat badan, laju konsumsi
dan frekwensi pajanan responden. Dengan kata lain,
semakin lama responden tinggal dilokasi tersebut,
25
SARAN
Penelitian ini menyarankan kepada masyarakat
kecamatan Bulawa, agar membatasi laju konsumsi
dan frekwensi konsumsi ikan laut terutama ikan
Laligo pealii yang ditangkap di perairan Bulawa,
sehingga
risiko pajanan
merkuri
terhadap
Malaka
T.1996.Biomonitoring,
Proceeding
Simposium Pemantauan Biologik Dalam
Proteksi Kesehatan Tenaga Kerja. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rahman A. 2007.PUBLIC HEALTH ASSESSMENT:
Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan
dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko
Kesehatan. Jakarta: Pusat Kajian Kesehatan
Lingkungan dan Industri Universitas
Indonesia.
Sukman. 2003. Hubungan Pola Konsumsi Ikan
Dengan Kadar Merkuri Dalam Darah
Masyarakat Desa Ratatotok Kecamatan
Belang Kabupaten Minahasa Utara Provinsi
Sulawesi
Utara.
Jakarta: Universitas
Indonesia.
Sudarmaji. 2004.Konsumsi Ikan Laut, Kadar Merkuri
Dalam Rambut, dan Kesehatan Nelayan di
Panati Kenjeran Surabaya. Jurnal Manusia
dan Lingkungan November 2004;XI(3).
UNEP. 2008. Mercury Fate and Transport in the
Global Atmosphere : Measurements, Models
and Policy Implications. Italy: United Nation
Environment Programme
US-EPA.1997.Exposure Factor Handbook: National
Center for Environmental Assesment United
States Environmetal Protection Agency.
WHO. 1990.Environmental Health Criteria 101 :
Methyl Mercury Geneva: International
Programe on Chemical Safety (IPCS) World
Heath Organization.
WHO. 2003.Elemental Mercury and Inorganic
Mercury Compounds : Human Health
Aspects. Geneva: International Programe on
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Z.2006 Merkuri : Antara Manfaat dan Efek
Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia
dan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan
Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kimia
Analitik Fakultas MIPA; Universitas
Sumatera Utara.
ATSDR. 1999.Toxicological Profile for Mercury.
Atlanta: U.S. Departement of Health and
Human Sevices : Public Health Services
Agency for Toxic Substances and Disease
Registry;
1999.
Available
from:
http://www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/TP.asp
?id=115&tid=24.
Balihristi. 2008a.Profil Sungai Gorontalo. Gorontalo:
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan
Teknologi Informasi (Balihristi) Provinsi
Gorontalo
Balihristi.2008b.Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di
Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Badan
Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi
Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo.
BSN. 2009.Standar Nasional Indonesia : Batas
Maksimus Cemaran Logam Berat Dalam
Pangan.
Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Depkes. 2002. Permenkes 907 tahun 2002 :
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hartono B. 2006. Distribusi Risiko Kesehatan Logam
Merkuri di Lokasi Pertambangan Emas
Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2004. Jakarta:
Universitas Indonesia.
27
28
Artikel V
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman Mycobaterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis
menyerang paru-paru, namun dapat juga menyerang
organ lain yang ada pada tubuh manusia. Sumber
penularan adalah dahak dari penderita yang
mengandung kuman TB dengan BTA positif. Bila
tidak segera ditangani akan menyebabkan penderita
meninggal dunia. Di Indonesia, penanganan sejak
dini sudah dilakukan dengan memberikan paket
imunisasi BCG pada balita.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor
yang memberikan pengaruh besar terhadap status
kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis.
Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam
bahkan sampai beberapa hari hingga bermingguminggu tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan
kepadatan penghuni rumah (Nurhidayah dkk., 2007).
Kabupaten Gowa, khususnya Puskesmas Somba
Opu mencatat dari tahun 2009 jumlah suspek TB
sebanyak 825 orang dan yang mengalami BTA
positif sebanyak 84 orang dengan jumlah kematian
(mortaliti) sebanyak 2 orang. Tahun 2010 dari hasil
pencatatan dan pelaporan jumlah suspek TB
sebanyak 1.021 orang namun yang mengalami BTA
positif sebanyak 101 orang dan meninggal sebanyak
3 orang. Sedangkan tahun 2011 tercatat dari bulan
Januari sampai September jumlah penderita TB paru
dengan BTA positf sebanyak 116 orang dengan
jumlah yang sembuh sebanyak 37 orang, drop out 4,
meninggal dunia sebanyak 2 orang dan masih dalam
tahap pengobatan sebanyak 73 orang.
Hasil penelitian Firdiana (2007) di wilayah kerja
Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang
Semarang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan terhadap luas ventilasi keluarga (OR =
2,33), luas ventilasi ruang tidur (OR = 3),
pencahayaan ruang tidur ( OR = 4). Pada penelitian
Simbolom (2006) di Kabupaten Rejang lebong
menyatakan bahwa adanya sumber kontak (OR =
2,263), luas ventilasi rumah kurang dari 10% luas
lantai (OR = 4,907), tidak adanya pencahayaan yang
masuk ke rumah (OR = 5,008). Sedangkan pada
penelitian Ruswanto (2010) dalam tinjauan TB paru
dari faktor lingkungan dalam dan luar rumah di
Kabupaten Pekalongan menyatakan hasil analisis
multivariat menunjukkan faktor risiko tuberkulosis
paru yaitu kepadatan penghuni (OR = 2,989), suhu
dalam rumah (OR = 3,471), pencahayaan alami (OR
30
0
126
4
0
96.9
3.1
1
32
97
0.8
24.6
74.6
1
1
85
36
6
0.8
0.8
66.2
27.7
4.6
Tabel 2. Faktor Risiko Kondisi Lingkungan Rumah Terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2011
Kejadian TB Paru Resisten
Uji Statistik
Jumlah
Variabel
Kasus
Kontrol
CI 95%
Penelitian
n
%
n
%
n
%
LL-UL
OR = 0.77
Kepadatan Hunian Rumah
Padat
48
73.8
51 78.5 99
40,0
(0.345-1.742)
Tidak Padat
17
26.2
14 21.5 31
60,0
Kelembaban Rumah
Tidak Memenuhi Syarat
24
36.9
11 16.9 35
26.9
OR= 2.874
Memenuhi Syarat
41
63.1
54 83.1
95 73.1
(1.264-6531)
Pencahayaan Rumah
Tidak Memenuhi Syarat
43
66.2
42 64.6 85
65.4
OR = 1.070
Memenuhi Syarat
22
33.8
22 35.4 45
34.6
(0,520-2.205)
Ventilasi Udara
Kurang
60
92.3
59 90.8 119 91.5
OR = 1.220
Cukup
5
7.7
6
9.2
11
8.5
(0.353-4.217)
Sumber : Data Primer, 2011
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Sugiharto tahun 2004 yang
menemukan bahwa ada hubungan signifikan antara
kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru
dengan nilai OR=3.161, p=0.001. Begitupun dengan
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, H dan Asih Mahastuti. Hubungan Kondisi
Rumah dengan Penyakit TBC Paru di
33
Afnal.
34
Artikel VI
35
PENDAHULUAN
Masa
remaja
merupakan
suatu
fase
perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa
yang berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun.
Pada masa ini banyak perubahan yang terjadi, seperti
perkembangan biologis, psikologis, moral, agama,
kognitif, dan sosial (Sarwono, 2011).
Hasil sensus penduduk, jumlah penduduk
Indonesia tahun 2010 adalah 237.641.326, sedangkan
jumlah penduduk yang tergolong remaja adalah
43.548.576 atau 18,33% dari seluruh penduduk
Indonesia. Sedangkan untuk Pulau Sulawesi jumlah
penduduknya 17.371.782 dengan jumlah penduduk
yang tergolong remaja sebanyak 3.380.547 atau
19,46% dari seluruh penduduk Sulawesi (BPS,
2011).
Menstruasi/haid adalah keluarnya darah dari
kemaluan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah
dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Di daerah
yang cukup panas membuat tubuh berkeringat,
keringat ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh,
terutama pada organ seksual dan reproduksi yang
tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah
berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu
sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi
(Sari, 2009). Menjaga kesehatan organ reproduksi
pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan
organ kewanitaan (Wardhani, 2011). Masalah
kebersihan yang terkait dengan menstruasi umumnya
lebih parah terjadi di negara-negara berkembang.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa kurangnya kebersihan saat
menstruasi banyak terjadi pada negara di Afrika dan
Asia (Ten, 2007).
Sampai saat ini fenomena praktik hygiene
menstruasi pada remaja masih tergolong rendah. Hal
tersebut terjadi karena banyak masyarakat yang
masih menganggap bahwa menstruasi adalah hal
yang sangat pribadi dan jarang dibahas di depan
umun atau diajarkan secara terbuka (Aniebue, 2009).
Praktik hygiene saat menstruasi yang buruk dapat
meningkatkan kerentanan terjadinya Infeksi saluran
reproduksi dan dapat timbul penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan infeksi alat reproduksi, seperti
kandidosis, vaginitis, trichomoniasis, leukorea,
pedikulosis, dan toxic syok syndrome (TSS).
Penggunaan kain bekas yang tidak tepat sebagai
bahan penyerap yang digunakan saat menstruasi juga
mempengaruhi infeksi pada alat reproduksi wanita
(Dhingra, 2009).
Pembalut adalah alat untuk yang digunakan
untuk menampung darah yang keluar dari dalam
organ reproduksi yang terdiri dari dua jenis pembalut
tradisional dan pembalut modern (Wardhani, 2011).
Kedua jenis pembalut tersebut memiliki kelebihan
Analisis Univariat
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
memiliki praktik hygiene menstruasi yang cukup
(50,6%). Berdasarkan jenis pembalut yang digunakan
oleh responden, yang paling banyak adalah
menggunkan pembalut modern (86,8%). Usia
menarche terbanyak adalah usia menarche lambat
(67,8%). Pada tingkat pendidikan ibu lebih dari
setengah responden memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan yang rendah (66,7%). Kebanyakan
responden memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang (58,0%). Berdasarkan peran media massa,
responden yang memiliki peran media massa yang
kurang (51,1%) hampir sama dengan responden yang
memiliki peran media massa yang cukup (48,9%).
Sedangkan untuk tingkat sosial ekonomi keluarga,
lebih banyak responden berasal dari keluarga dengan
tingkat sosial ekonomi rendah (73,6%).
Analisis bivariat
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari dari 151
responden yang menggunakan pembalut modern
terdapat sebesar 50,3% yang memiliki praktik
hygiene menstruasi yang cukup dan hasil yang tidak
jauh beda dengan responden yang menggunakan
pembalut tradisional/kombinasi dan memiliki praktik
hygiene menstruasi yang cukup, yaitu sebesar 52,2%
dari 23 responden. Hasil analisis untuk melihat
hubungan antara praktik hygiene mestruasi dengan
jenis pembalut menggunakan uji statistik dengan
Continuity Correction dengan nilai p = 1,000. Karena
nilai p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya tidak ada hubungan antara jenis pembalut
yang digunakan dengan praktik hygiene menstruasi.
37
Tabel 3. Hubungan Antara Variabel Dengan Praktik Hygiene Menstruasi di SMA Negeri 1
Sesean Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012
Praktik Hygiene
Jumlah
Variabel
Cukup
Kurang
Uji Statistik
Jenis Pembalut
Modern
Tradisional/kombinasi
Usia Menarche
Cepat/normal
Lambat
Tingkat Pendidikan Ibu
Tinggi
Rendah
Pengetahuan
Cukup
Kurang
Peran Media Massa
Cukup
Kurang
Status Sosial Ekonomi
Keluarga
Tinggi
Rendah
Sumber : Data Primer, 2012
nnn
nnn
76
12
50,3
52,2
75
11
49,7
48,7
151
23
100
100
p = 1,000
29
59
51,8
50,0
27
59
48,2
50,0
56
118
100
100
p = 0,954
51
37
87,9
31,9
7
79
12,1
68,1
58
116
100
100
p = 0,000
phi = 0,528
56
32
76,7
31,7
17
69
23,3
68,3
73
101
100
100
p = 0,000
phi= 0,444
52
36
61,2
40,4
33
53
38,8
59,6
85
89
100
100
p = 0,010
phi= 0,207
42
46
91,3
35,9
4
82
8,7
64,1
46
128
100
100
p = 0,000
phi= 0,488
DAFTAR PUSTAKA
Aniebue, Uzochukwu Uzoma. et al. 2009. The impact
of pre-menarcheal training on menstrual
practices and hygiene of Nigerian School
Girl. Pan Afrika Medical Journal. Vol. 2:
Edisi
9.
Available
at
http//www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal
11 November 2011.
Ariyani, Irmatri. 2009. Aspek Biopsikososial Hygiene
Menstruasi Pada Remaja di Pesantren Putri
As-Syafi'iyah Bekasi. Skripsi diterbitkan
FKM UI. Available at http//lontar.ui.ac.id
BPS. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator
Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Kalatog
Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
Dasgupta, Aparajita dan M. Sakar. 2008. Menstrual
Hygiene: How Hygienic is the Adolescent
Girl. Indian Journal Of Community
Medicine. Vol. 33 (2). Available at
http//www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal
2 November 2012.
Dhingra. et al., 2009. Knowledge and Practices
Related to Menstruation Among Tribal
(Gujjar) Adolescent Girl. Etno-Med, 1(3) :
hal.
43-48.
Available
at
42
Artikel VII
Kata Kunci
ABSTRACT
Perception is a psychological factor whose plays an important role in influencing of
person behavior. Marketing management is one of the most essential activities for hospitals,
because of it is one of the best solution for hospitals in facing the globalization effects and
the impacts of the hospitals competition. Marketing management consists of market research,
marketing strategies, marketing mix, marketing implementation, and marketing control. The
marketing activities at Public Central Hospital (RSUP) Wahidin Sudirohusudo since last
three years only oriented in promotional activities. The aim of this research, to know the
description of the management staff perceptions of hospital marketing management. The
research was conducted descriptively. The primary data were obtained use a questionnaire
to 111 respondents and the results of interviews with some respondents. Furthermore, the
data were analyzed descriptively. The results of this research, obtained that from 111
respondents which the majority of market research are perceived positively by the middle
management as many as 14 people (73.7%). For marketing strategy consists of segmentation
and target market is positively perceived by middle management positions as much as 84.2%
while the majority of products are perceived negatively by the frontline people as much as
51.1%. Marketing mix consists of product, price, location, promotion, people, processes, and
physical appearance was perceived positively by middle management, but most of the
43
frontline people still perceive as negative as the product (52.2%), price, location and people
(50 %), and promotion (51.1%). So it is with the implementation and control have largely
been perceived positively by middle management, but most people still perceive frontline
negatively respectively as much as 52.2% and 51.1%. It is recommended to the Public
Central Hospital (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusudo to do socialization and marketing
training to all management staff (frontline people) and take the advantage of the perception
and knowledge of middle management to improve marketing activities in the hospital.
Keywords
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia kesehatan terus mengalami
peningkatan, baik secara kualitas maupun kuantitas
dan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini
membuat instansi atau pihak yang berhubungan
dengan dunia kesehatan, salah satunya rumah sakit
mengalami perkembangan yang pesat.
Era globalisasi saat ini rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai misi
sosial, dituntut pula untuk mempunyai misi bisnis
yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented)
karena kemampuan mendanai kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pendapatan yang dihasilkannya.
Semakin banyaknya jumlah rumah sakit dengan
layanan beragam yang menawarkan bermacam
keunggulan, baik dari segi teknologi, harga maupun
pelayanan membuat rumah sakit harus memiliki
strategi yang efektif dalam menciptakan nilai unggul.
Disamping itu, tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan kesehatan rumah sakit telah menjadi
masalah mendasar yang dihadapi sebagian besar
rumah sakit di berbagai Negara (Utama, 2003). Oleh
karena itu, rumah sakit memerlukan pemasaran untuk
menciptakan nilai ungul. Hal ini disebabkan karena
rumah sakit harus menggunakan analisis pemasaran
agar posisi organisasinya dapat lebih baik dan bisa
mempertahankan eksistensinya di lingkungan yang
sangat kompetitif (Mursid, 1997). Disamping itu,
beberapa pakar pemasaran menyatakan dalam
pengelolaan rumah sakit dari waktu ke waktu
semakin terasa akan kebutuhan pentingnya
pemasaran rumah sakit (Supriyanto dan Ernawaty,
2010).
Namun, kenyataan yang terjadi saat ini
kebanyakan pemasaran di rumah sakit masih
dianggap sebagai proses penjualan atau hanya
diartikan sebagai sebuah proses kegiatan promosi.
Timbulnya penafsiran yang tidak tepat tentang
pemasaran disebabkan karena masih banyaknya yang
belum mengetahui dengan tepat definisi dari
pemasaran. Kesalahan pengertian ini menimbulkan
44
111
100
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden,
yaitu kelompok umur, jenis kelamin responden,
tingkat pendidikan, tingkat manajemen, masa kerja,
dan pelatihan pemasaran yang pernah diikuti. Untuk
distribusi responden menurut kelompok umur yang
paling banyak berada pada kelompok umur 30 39
tahun, yaitu sebanyak 44 orang (39.6%) dan yang
paling sedikit berada pada kelompok umur 50 59
tahun sebanyak 10 orang (9%).
Adapun jumlah responden dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak dari jumlah responden
dengan jenis kelamin laki-laki. Responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang
(58.6%), sedangkan responden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 46 orang (41.4%).
Responden berdasarkan tingkat pendidikannya
lebih banyak yang S1 yaitu sebanyak 63 orang
(56.8%) dan yang paling sedikit adalah S3 yaitu 3
orang (2.7%). Berdasarkan tingkatan manajemen,
responden dengan tingkat manajemen frontline
people atau staf lebih banyak dibandingkan dengan
45
management
menunjukkan
sebagian
besar
mempersepsikannya secara positif yaitu sebanyak 15
orang atau 78.9% dan 45 orang atau 48.9% yang
mempersepsikan positif pada tingkat frontline
people.
Bauran Pemasaran
Menurut Zeithaml (2000), bauran pemasaran
jasa dibedakan atas 7P yaitu produk, harga, lokasi,
promosi, orang, proses dan penampilan fisik.
Pada Tabel 4, tingkat middle management lebih
banyak mempersepsikan bauran produk secara positif
dibandingkan dengan yang mempersepsikan secara
negatif yaitu sebanyak 12 orang atau 63.2%
sedangkan untuk frontline management lebih banyak
yang mempersepsikan secara negatif dibandingkan
dengan yang positif yaitu sebanyak 48 orang atau
52.2%.
Tingkat middle management lebih banyak
mempersepsikan harga secara positif yaitu 16 orang
atau 84.2% sedangkan frontline management,
responden yang mempersepsikan secara positif dan
negatif masing-masing sebanyak 46 orang atau 50 %.
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 13 orang atau 68.4% yang mempersepsikan
secara positif. Sedangkan responden frontline people
mempersepsikan bauran lokasi secara positif yaitu
sebanyak 46 orang atau 50%.
Terdapat perbedaan persepsi antara tingkat
middle management dan frontline people pada tabel
4.
Sebagian
besar
middle
management
mempersepsikan secara positif tentang bauran
promosi sedangkan sebagian besar frontline people
mempersepsikan secara negatif tentang bauran
promosi yaitu 47 orang atau 51.1 %.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran menurut kotler (2001)
menyatakan bahwa strategi pemasaran terdiri atas
tiga langkah yaitu segmentasi pasar, target pasar dan
posisi produk (Rustiati dan Rochmah, 2005).
Tabel
16
3
84,2
15,8
54
38
58,7
41,3
16
3
84,2
15,8
49
43
53,3
46,7
15
4
19
78,9
21,1
100
45
47
92
48,9
51,1
100
Implementasi Pemasaran
Pada tabel 5 diketahui bahwa terdapat gap
persepsi antara middle management dan frontline
people. Sebagian besar middle management
mempersepsikan implementasi pemasaran secara
positif yaitu sebanyak 14 orang atau 73.7%
sedangkan
frontline
people
lebih
banyak
mempersepsikan secara negatif yaitu sebanyak 48
orang atau 52.2%. Serta untuk kontrol pemasaran
diketahui bahwa sebagian besar responden middle
management mempersepsikan secara positif yaitu
sebanyak 15 orang atau 78.9% sedangkan frontline
people sebagian besar mempersepsikan kontrol
pemasaran secara negatif yaitu 47 orang atau 51.1%.
Tabel 4. Distribusi Bauran Pemasaran Berdasarkan Tingkat Manajemen di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2012
Bauran Pemasaran
Tingkat Manajemen
Middle Management
Frontline People
12
7
63,2
36,8
44
48
47,8
52,2
16
3
84,2
15,8
46
46
50
50
13
6
68,4
31,6
46
46
50
50
12
7
63,2
36,8
45
47
48,9
51,1
11
8
57,9
42,1
46
46
50
50
13
6
68,4
31,6
49
43
53,3
46,7
11
8
57,9
42,1
49
43
53,3
46,7
19
100
92
100
PEMBAHASAN
Riset Pasar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar middle management memiliki persepsi yang
baik tentang riset pasar. Persepsi baik dari middle
management tersebut sebagai pihak yang banyak
berperan dalam pengambilan keputusan kegiatan
47
14
5
73,7
26,3
44
48
47,8
52,2
15
4
19
78,9
21,1
100
45
47
92
48,9
51,1
100
Bauran Promosi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar middle management mempersepsikan secara
positif tentang bauran promosi sedangkan untuk
frontline people sebagian besar mempersepsikan
bauran promosi secara negatif. Hal ini didukung
oleh hasil wawancara dan data sekunder yang
diperoleh yang menunjukkan bahwa RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo telah banyak melakukan
berbagai kegiatan promosi baik melalui media cetak
maupun media elektronik. Dari Buku tahunan rumah
sakit diketahui bahwa sebagian besar kegiatan
pemasaran yang dilakukan rumah sakit adalah
promosi, diantaranya pembuatan leaflet PCC, press
release kegiatan rumah sakit, melakukan wawancara
live di media elektonik, dan lain-lain.
Bauran Orang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
dengan
kelompok
middle
management
mempersepsikan penampilan karyawan rumah sakit
sebagai sesuatu yang penting. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ratih Hurriyati (2005) yang menyatakan
bahwa semua sikap dan tindakan karyawan, cara
berpakaian dan penampilannya berpengaruh terhadap
persepsi konsumen dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Bauran Proses
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar staf baik middle management dan frontline
people mempersepsikan secara positif tentang proses
manajemen pemasaran. Hal ini disebabkan karena
proses pemasaran yang berlangsung di rumah sakit
melibatkan seluruh pelanggan internal rumah sakit.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anditasari, P. 2010. Hubungan Antara Persepsi
Terhadap Konflik Peran Dengan Semangat
Kerja Karyawan Divisi Teknik Pt. Indonesia
Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica
Banjarnegara, Skripsi Sarjana, Universitas
Diponegoro, Fakultas Psikologi, , Semarang.
Assauri, Sofjan. 2011. Manajemen Pemasaran, Edisi
XI, Penerbit PT Rajagrafindo, Jakarta.
Hurriyati, Ratih Dr. 2008. Bauran Pemasaran dan
Loyalitas Konsumen, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Husain, Umar. 1997. Metodologi Penelitian, PT.
Gramedia Pustaka, Jakarta.
Kotler, Philip. 1996. Manajemen Pemasaran:
Analisa Perencanaan dan Pengendalian,
Edisi Kelima, PT Indeks, Jakarta.
Mursid, M. 1997. Manajemen Pemasaran, Edisi II,
Bumi Aksara, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Cetakan III, Rineka Cipta,
Jakarta.
50
Artikel VIII
51
PENDAHULUAN
Salah satu kunci utama dalam sistem kesehatan
dari berbagai negara adalah pendanaan kesehatan.
Sistem pendanaan kesehatan yang adil dan merata
(equity) mempunyai arti bahwa beban pembiayaan
kesehatan
yang
dikeluarkan
dari
kantong
perseorangan tidak memberatkan masyarakat.
Sebagian besar negara maju telah menerapkan
konsep adil dan merata tersebut pada seluruh
penduduknya
berdasarkan
sistem
pelayanan
kesehatan nasional (National Health Service, NHS),
sistem asuransi kesehatan nasional atau sosial, atau
melalui sistem jaminan sosial. (Thabrany dalam
Sistem Kesehatan Adisasmito, 2010).
Berbagai belahan dunia, belanja pemerintah atau
belanja sektor publik termasuk melalui suatu sistem
asuransi sosial untuk kesehatan rakyatnya, baik
dalam bentuk belanja untuk program kesehatan
masyarakat maupan belanja untuk pelayanan
kesehatan perorangan, merupakan bagian terbesar
dari dari belanja kesehatan suatu negara. Adapun
alasan pemerintah untuk mengambil peran yang lebih
besar adalah karena sifat pelayanan kesehatan yang
merupakan pelayanan dasar dari sebuah negara, sifat
kebutuhan pelayanan kesehatan yang tidak bisa
dipastikan besar biayanya, dan kebijakan publik yang
memihak rakyat yang telah lama berkembang.
(Pujiyanto, 2005).
Kenyataannya bahwa sering tidak tersedianya
uang tunai ketika seseorang jatuh sakit menjadi
bahan pemikiran yang serius. Menghadapi
permasalahan ini, banyak negara terutama justru
negara maju memanfaatkan sistem asuransi
sedemikian rupa sehingga setiap warga negara atau
bahkan setiap penduduk dijamin oleh asuransi untuk
keperluan pelayanan medisnya. Sekarang hampir
semua negara Eropa sudah menganut sistem asuransi
meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Amerika
serikat juga menganut sistem asuransi, namun sesuai
dengan prinsip hidup mereka bahwa setiap individu
boleh memilih perusahaan asuransi sendiri dan setiap
orang jika mampu boleh mendirikan perusahaan
asuransi. Jepang dan Singapura juga menganut
sistem asuransi yang berbeda dengan yang lain.
Korea selatan juga sudah menganut sistem asuransi
dan Thailand pun demikian. Indonesia sendiri juga
sudah menganut asuransi, tetapi baru bagi sebagian
kecil dari warganya. (Basuki dalam Sistem
Kesehatan Adisasmito, 2010)
Pemerintah berkontribusi sekitar 20% - 30%
untuk pendanaan kesehatan secara keseluruhan.
Sementara itu, pendanaan oleh sektor swasta yang
pada umumnya merupakan pengeluaran dari kantong
yang di bayar langsung (Out of pocket/OOP) kepada
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) mencapai 60% 70%. Tingginya pengeluaran OOP ini dirasakan
52
56
KESIMPULAN
Hasil penelitian menyimpulkan terdapat
hubungan antara Premi asuransi, tingkat pendapatan,
besar kerugian financial, persepsi terhadap risiko
sakit, perilaku terhadap risiko sakit dengan
permintaan (demand) asuransi kesehatan di PT.
Asuransi Jiwa InHealth.
SARAN
Pihak PT. Asuransi Jiwa InHealth Makassar
kiranya memberi informasi yang jelas pada peserta
asuransi kesehatan tentang penggunaan asuransi
kesehatan. Perlu adanya evaluasi kontinyu mengenai
kualitas pelayanan rumah sakit
rekanan yang
ditunjuk oleh pihak perusahaan asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito wiku. 2010 Sistem Kesehatan. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Ahmad,
Rasyidah.2007.Analisis
Permintaan
Asuransi Kesehatan Oleh Peserta Asuransi
Kesehatan PT.Asuransi Takaful Perwakilan
Makassar. Makassar : Skripsi Tidak
Diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
Tjiptoherjanto, Prijono dan Budhi Soestoyo. 2008
Ekonomi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahardja,Prathama dan Manurung. 2002 Pengantar
Ilmu Ekonomi, Edisi Pertama. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Profil Kesehatan Kota Makassar. 2008. Data dan
Informasi Kesehatan. Diakses Tanggal 25
November 2011 Melalui Data Kesehatan.2010.
Program Pelayanan Kesehatan Gratis.
Diakses tanggal 28 November 2011 melalui
http://datinkessulsel.files.wordpress.com/2009/
01/profil-makassar-07.pdf
Murti, Bhisma. 2000. Dasar-dasar Asuransi
Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius.
Rabiah. 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Demand Masyarakat Terhadap
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Di Kecamatan Batang Kabupaten
Jeneponto,
Skripsi
Tidak
Diterbitkan.
Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
Pujiyanto, 2005. Strategi Pemasaran dalam Iklan.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang.
Razak Amran. 2010. Asuransi Kesehatan (Health
Insurance). Makassar : Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
TribunNews.2011.Jumlah Angkatan Kerja di
Indonesia Turun 2 Juta Orang.Diakses tanggal
29
November
2011
melalui
http://www.tribunnews.com/bisnis
Bappenas.2007. Deputi Bidang Evaluasi Kinerja
Pembangunan.
Online:Http://www.Bappenas.go.id.
2007.
Diakses tanggal 20 November 2011
Inhealth.2011.
Media
Inhealth.Online:Http://www.Inhealth.Co.id .
2010. Diakses Tanggal 20 November 2011
LKPK.2009. Program Sistem Penjaminan Biaya
Pelayanan Medik seharusnya Menjadi Fokus
Kegiatan
Depkes
5
tahun
mendatang.Online:Http://www.
LembagakajianPembangunankesehatan . 2009.
Diakses Tanggal 28 November 2011
57
Artikel IX
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga, (1997). Rokok dan
Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Basyir, Abu Umar, (2005), Mengapa Ragu
Tinggalkan Rokok?, Jakarta: Pustaka AtTazkia
Bouman, P. J. (1980). Ilmu Masyarakat Umum:
Pengantar Sosiologi. Cetakan ke 16. Jakarta:
P.T. Pembangunan.
Hans H. Gerth dan C. Wright Mills (1946). Max
Weber: Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Henslin, James M. (2006), Sosiologi: dengan
Pendekatan Membumi. Jilid 1. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jarrett, Rudy. (2005). Freedom to Smoke.
Worldwide, PQ, CAN: McGill-Queen's
University Press
Mackay, Judith and Eriksen, Michael (2002). The
Tobacco Atlas. Geneva: WHO
62
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL MKMI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: ..
Alamat
: ..
..
..
Wilayah
*lingkari
Telepon
: ..
: ..
bersedia untuk menjadi pelanggan Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI)
dengan biaya berlangganan (pilih salah satu) :
Rp. 200.000,- / tahun (Jurnal 4 edisi, Luar Kota Makassar, ongkos kirim)
Rp. 150.000,- / tahun (Jurnal 4 edisi, Dalam Kota Makassar)
.,2013
()