Anda di halaman 1dari 41

Kompetensi Manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan


perencanaan.
2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah/ madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di ekolah/madrasah.
14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen sekolah/madrasah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.

Kompetensi Kewirausahaan
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala

yang dihadapi sekolah/madrasah.


5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Kompetensi Supervisi
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.

Kompetensi Kepribadian
1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Kompetensi Sosial
1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Sumber:
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
http://gurukapuas.blogspot.com/2012/05/5-standar-kompetensi-yang-harus.html

A. Kompetensi Kepribadian
1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :

Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap
melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi
Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap melaksanakan
suatu tugas pokok dan fungsi.

Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan pelaksanaan suatu
tugas pokok dan fungsi.

Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.

2.Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah:

Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik baru
sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsinya.
Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan rasa
keingintahuannya terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan
suatu tugas pokok dan fungsi.

3. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:

Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara tranparan dan proporsional kepada


orang lain atas segala rencana, proses pelaksanaan, dan keefektifan, kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi
Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat, bawahan, dan
pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

4.Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah:

Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah sehubungan dengan suatu
tugas pokok dan fungsi
Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu tugas pokok
dan fungsi
Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk kegagalan sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

5.Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:

Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif


Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah

B. Kompetensi Manajerial
1.Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan:

Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional sebagai


landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis, perencanaan
orpariosanal, perencanaan tahunan, maupun rencana angaran pendapatan dan belanja
sekolah,
Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah berlandaskan
kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui pendekatan, strategi, dan
proses penyusunan perencanaan strategis yang memegang teguh prinsip-prinsip
penyusunan rencara strategis baik

Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah berlandaskan


kepada keseluruhan rencana strategis yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi,
dan proses penyusunan perencanaan renop yang memegang teguh prinsip-prinsip
penyusunan rencana operasional yang baik.

Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan kepada


keseluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan
proses penyusunan perencanaan tahunan yang memegang teguh prinsip-prinsip
penyusunan rencana tahunan yang baik.

Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS) berlandaskan kepada


keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses
penyusunan RAPBS yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan RAPBS yang
baik.

Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada keseluruhan


rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses
penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip
penyusunan perencanaan program yang baik.

Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan proses


penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip-prinsip
penyusunan proposal yang baik.

2.Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan:

Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam pengorganisasian


kelembagaan sekolah sebagai landasan dalam mengorganisasikan kelembagaan maupun
program insidental sekolah.

Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah yang efektif


dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan, strategi, dan proses
pengorganisasian yang baik.

Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui
pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.

Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan

Mampu mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas pokok dan


fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang
baik

Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan prinsipprinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah, dan tepat persebaran.

Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah yang efektif dalam
mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah dan sekaligus pemenuhan
kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan pendidikan dan tenaga kependidikan

3.Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal:

Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah
kepada keseluruhan guru dan staf.
Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan rencana
untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah

Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan memotivasi guru dan


staf agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan

Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf, dan antara guru
dengan staf dalam memajukan sekolah

Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan profesional agar


mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing

Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu melihat


sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan sekolahnya

Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan komite sekolah

Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi yang tepat

Mampu menerapkan manajemen konflik

4.Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal:

Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana pengembangan


sekolah
Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat kewenangan
yang dimiliki oleh sekolah

Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru dan staf

Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai kewenangan yang
dimiliki sekolah

Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai kewenangan dan
kemampuan sekolah

5.Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal:

Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan,


infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah
Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif maupun perawatan


terhadap kerusakan fasilitas sekolah

Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai sistem
pembukuan yang berlaku.

Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah

6.Mampu mengelola hubungan sekolah masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:

Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat


Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka mendapatkan dukukungan dari
lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat

Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan


masyarakat

7. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan
siswa, dan pengembangan kapasitas siswa:

Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan kebutuhan sekolah
Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa dalam kelas sesuai dengan
maksud dan tujuan pengelompokan tersebut.

Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam membantu penguatan


kapasitas belajar siswa

Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan
kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan

Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah dalam memelihara kedisiplinan
siswa

Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan belajar siswa

Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan pelaksanaannya kepada siswa yang


berprestasi

8.Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional:

Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional, dan tujuan
pendidikan nasional, regional, dan lokal secara tepat dan kompherensif sehingga
memiliki sikap positif akan pentingnya tujuan-tujuan tersebut sebagai arah
penyelenggaraan pendidikan dan terampil menjabarkannya menjadi kompetensi lulusan
dan kompetensi dasar.
Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang kedirian peserta didik sebagai
manusia yang berkarakter, berharkat, dan bermartabat, dan mampu mengembangan
layanan pendidikan sesuai dengan karakter, harkat, dan martabat manusia.

Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap yang benar tentang esensi
dan tugas profesional guru sebagai pendidik

Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan kurikulum nasional


sehingga memiliki sikap positif terhadap kebaradaan kurikulum nasional yang selalu
mengalami pembaharuan, serta terampil dalam menjabarkannya menjadi kurikulum
tingkat satuan pendidikan

Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan kompetensi


lulusan yang diharapkan

Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat mengembangkan kecerdasan


intelektual, spritual, dan emosional sesuai dengan materi pembelajaran

Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran di sekolah


dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam pembelajaran

Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per semester

Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester

Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembelajaran dan melaporkan


hasil-hasilnya kepada stakeholders sekolah.

9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien:

Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai dengan rencana


pengembangan sekolah, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang bersumber dari luar
sekolah dan dari unit usaha sekolah.

Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai dengan peraturan dan


perundang-undangan berdasarkan asas prioritas dan efisiensi

Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan sesuai peraturan dan


perundang-undangan yang berlaku

10.Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatan sekolah:

Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai dengan pedoman
persuratan yang berlaku
Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi akademik, kesiswaan,
sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat

Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis maupun arsip
lainnya

Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip


tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik

11.Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan kesiswaan di sekolah:

Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan pembelajaran siswa
Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan pembelajaran keterampilan siswa

Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan sejenis untuk membantu siswa
dalam pelayanan kesehatan yang diperlukan

Mampu mengelola
keterjangkauan

Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun sebagai sumber
belajar siswa

kantin

sekolah

berdasarkan

prinsip

kesehatan,

gizi,

dan

Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan sumber belajar yang


diperlukan oleh siswa

12.Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi yang berguna


bagi pengembangan sekolah:

Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan melalui cara
berpikir dan cara bertindak
Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke dalam berbagai kegiatankegiatan produktif yang menguntungkan sekolah
Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan produktif) di kalangan
warga sekolah

13.Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran siswa:

Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan suasana nyaman, bersih
dan indah
Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui penciptaan hubungan
kerja yang harmonis di kalangan warga sekolah
Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan berorientasi
pelayanan prima

14.Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan:

Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem informasi


Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan

Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik sesuai kebutuhan


pendataan sekolah

Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan program pengembangan sekolah

15.Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran


dan manajemen sekolah:

Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen sekolah


Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam pembelajaran, baik
sebagai sumber belajar maupun sebagai alat pembelajaran

16.Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber pembiayaan sekolah


dan sebagai sumber belajar sisiwa:

Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi sekolah

Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang


profesional dan akuntabel

Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan menyusun laporan

Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya

17. Mampu melaksana-kan pengawasan terhadap pelaksana-an kegiatan sekolah sesuai standar
pengawasan yang berlaku:

Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar pengawasan


sekolah
Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah

C. Kompetensi Supervisi
1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat:

Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru


Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-teknik supervisi
yang tepat

Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui antara lain pengembangan
profesional guru, penelitian tindakan kelas, dsb.

2.Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai dengan
prosedur yang tepat:

Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat diukur dan dinilai.
Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program pendidikan dengan
menggunakan teknik yang sesuai

Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring dan evaluasi

D. Kompetensi Sosial
1.Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan
memberi manfaat bagi sekolah:

Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan sekolah
Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua siswa
bagi pengembangan dan kemajuan sekolah

Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam rangka
pengembangan sekolah

Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan stakeholders sekolah
lainnya bagi pengembangan sekolah

2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:

Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah


Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan

Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau kegiatan
masyarakat lainnya

Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:

Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem finder)
Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)

Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah dalam memecahkan


masalah kelembagaan

Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal sekolah

Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain

Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,

Sumber :
tendik.org
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/kompetensi-kepala-sekolah/

Standar kompetensi dan kualifikasi kepala sekolah dan pengawas sekolah

MAKALAH
PROFESI KEPENDIDIKAN
STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS
SEKOLAH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
Nama

NPM

Naili Fauziah

11050058

Nurrohimatun

11050067

Dwi Ayu Renita

11050068

Lia Elista

11050095

ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT


STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada kita
semua, dan Rasulullah SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan yang berjudul Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Sofyan Akbar Budiman
selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan, atas bimbingannya dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami
meminta kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik.

Penulis

Kelompok VI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................
KATA PEGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah................................................
2.2 Pengertian Standar Kualifikasi dan Kompetensi......................................................

2.3 Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah..............................................


2.3 Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah..........................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah
merupakan salah satu faktor yang penting. Namun banyak orang yang belum mengetahui tentang
standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah. Kompetensi kepala
sekolah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan
kompetensi sosial. Dan kompetensi pengawas sekolah meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan. Dan dalam perspektif kebijakan

pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai
: (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader
(pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan; Namun dalam hal ini kita akan
membahas empat kompetensi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 Tanggal 17 April, yakni kepribadian, manajerial, supervisi, dan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian kepala sekolah dan pengawas sekolah.
2. Pengertian standar kualifikasi dan kompetensi.
3. Standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah.
4. Standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
a.

Pengertian kepala sekolah


Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah kata kepala dapat diartikan
ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana tempat menerima dan member pelajaran. Jadi secara umum sekolah atau
lembaga dimana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Sebagai pemimpin pendidikan, dilihat dari status dan cara pengangkatannya tergolong pemimpi
resmi, formal leader, atau status leader. Status leader bisa meningkat menjadi fumgsional leader.
Tergantung dari prestasi dan kemampuan di dalam memainkan peranannya sebagi pemimpin
pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan pertanggungjawabannya kepadanya. Kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah

dimana dislenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru
yang memberi pelajaran dan murd yang menerima pelajaran.
b. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu
yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan
untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.

Dalam

satu

kabupaten/kota,

pengawas

sekolah

dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/ satuan
pendidikan.
2.2. Pengertian Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri
antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang
digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu
barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan
untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu . Dalam definisi lain kualifikasi
diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi
jenjang kerja tertentu. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian
atau kecakapan khusus.Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagain keahlian atau
kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi
pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat
lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah
Dasar (SD) harus lulusan Strara S-1, tentu saja jika ingin menjadi guru yang mengajar pada
tingkat lebih tinggi (SMP?MTs, SMU/SMK/MA, Perguruan Tingggi).
Selanjutnya, kompetensi di definisikan sebagai dalam Surat Keputusan Mendiknas nomor
045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu. Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah

peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk


melaksanakan satu cara efektif.
2.3. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah
a. Standar Kualifikasi Kepala Sekolah
Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007
tentang

standar

kepala

sekolah/madrasah

menyebutkan

bahwa

kualifikasi

Kepala

Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum, dan Kualifikasi Khusus:


1.Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
a.

Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau di-ploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusiasetinggi-tingginya 56 tahun;


c.

Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah


masing-ma-sing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal(TK/RA) memiliki
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan olehyayasan atau lembaga yang berwenang.
2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:
a. Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA)adalah sebagai berikut:
1. Berstatus sebagai guru TK/RA;
2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA;dan
3. Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
b. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)adalah sebagai berikut:
1. Berstatus sebagai guru SD/MI;
2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI;dan
3. Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
c. Kepala Sekolah Menengah Pertama/ MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai berikut:
1. Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs;dan
3. Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

d. Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut:


1. Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA;dan
3. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
e. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah AliyahKejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai
berikut:
1. Berstatus sebagai guru SMK/MAK;
2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan
3.

Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan


Pemerintah.

f.

Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah MenengahPertama Luar Biasa/Sekolah Menengah


Atas LuarBiasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikanSDLB/SMPLB/SMALB;


2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan
3.

Memiliki sertifikat kepala SDLB/SMPLB/SMALByang diterbitkan oleh lembaga yang


ditetapkanPemerintah.
g.Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:

1. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahunsebagai kepala sekolah;


2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru padasalah satu satuan pendidikan; dan
3. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkanoleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
b. Kompetensi kepala sekolah
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui Permendinas No. 13
Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April 2007. Dalam Permendiknas ini disebutkan
bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan
kompetensi. Kepala sekolah harus memenuhi standar kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1
Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi
yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompetensi keribadian antara
lain:

a.

Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak
mulia bagi komunitas di sekolah/ madrasah;

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin;


c.

Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah;

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi;


e.

Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/
madrasah; dan

f.

Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.


Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat
memandang bahwa keefektifan kepemimpinan itu bertolak dari sifat-sifat atau karakter yang
dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemimpinan itu sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat
kepribadian tertentu, misalnya harga diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas
termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila memiliki sifatsifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin dikatakan tidak efektif bila tidak
menunjukkan sifat-sifat kepribadian yang baik.

2. Kompetensi Manajerial
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama
kepala sekolah yaitu, sebagai:
a.

Educator (pendidik);

b. Manajer;
c.

Administrator;

d. Supervisor (penyelia);
e.

Leader (pemimpin);

f.

Pencipta iklim kerja; dan

g.

Wirausahawan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan
utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan

mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan


pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara
detail berikut ini.
*Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan
proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka
panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka
pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah
adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan
jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun.
*Kedua, keterampilan

melakukan

pengorganisasian. Lembaga

pendidikan

mempunyai

sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan
siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang
dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan
sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah
modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi
ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
*Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional
lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama,
serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua
perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan
professional.
*Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan dan pengendalian.
Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang
pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan
keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran
adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga
pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi
dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik
kepada bawahannya.

Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam gugusan substansi, yaitu


gugusan-gugusan substansi
1.

Kurikulum atau pembelajaran;

2.

Kesiswaan;

3.

Kepegawaian;

4.

Sarana dan prasarana;

5.

Keuangan; dan

6.

Hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007
dituangkan dalam dimensi kompetensi manajerial dengan 16 kompetensinya. Dari ke-16
kompetensi tersebut, tugas manajemen dalam bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu
Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. Tahap
pengorganisasian dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu:
(a) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan dan
(b) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah
secara optimal.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi dalam dimensi kompetensi
manajerial kepala sekolah, yaitu kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan
prasarana, dan hubungan masyarakat.
Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu melakukan monitoring, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas lima
kompetensi, yaitu:
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah;
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif;

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah;
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah; dan
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Kompetensi Supervisi
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, dimensi
kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi, yaitu:
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru;
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat; dan
3.

Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan


profesionalisme guru.
Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru baru pada butir
dua yaitu melaksanakan supervisi akademik dengan pendekatan dan teknik supervisi yang
terbatas, yakni satu pendekatan dan teknik supervisi untuk semua tipe guru.

5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di mana sekolah selalu
berhadapan dengan stake holder. Kemampuan yang diperlukan untuk berhadapan dengan
stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif. Agar terbina
hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang
membawahinya maka kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya.
Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan komunikasi.
Pembagian kerja administrasi dalam manajemen pendidikan yang meliputi 6 substansi

manajemen pendidikan juga memerlukan komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat


diperlukan dalam membina hubungan sosial.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk:
a.

Penyampaian program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah,

b.

Mampu memahami orang lain,

c.

Gagasannya diterima oleh orang lain, dan

d.

Efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan sesuatu.


Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu mendapatkan bantuan dari pihak
lain. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak
demi kepentingan sekolah. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut dalam permendiknas No. 13
tahun 2007 dinamakan kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas:

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah;


2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
2.4 Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah
a. Standar Kualifikasi Pengawas Sekolah
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tanggal 28 Maret 2007
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
1.

Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah


Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

a.

Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan
tinggi terakreditasi;

b. 1). Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan

pengalaman kerja

minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja
minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA;
2). Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun,
untuk menjadi pengawas SD/MI;
c.

Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;


e.

Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang
ditetapkan pemerintah; dan

f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.


2. Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut:
a.

Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi;

b.

1). Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala
sekolah SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas
SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
2). Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah
SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
3). Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja
minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala
sekolah SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas
SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;

c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;

d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;


e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji
kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang
ditetapkan pemerintah; dan
f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

a. Standar Kompetensi Pengawas Sekolah


Kompetensi pengawas sekolah/madrasah yang tersirat dan tersurat dalam Permendiknas No 12
tahun 2007,terdiri atas enam(6) dimensi kompetensi yang dikembangkan menjadi 36 kompetensi
inti,yang terdiri dari:
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian pengawas sekolah/madrasah adalah kemampuan pengawas sekolah
dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang:
a.

Bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokoknya

b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah


c.

Ingin tahu hal-hal baru tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

d. Memiliki motivasi kerja dan bisa memotivasi orang lain dalam bekerja
Makna dari kompetensi kepribadian sebagaimana dikemukakan di atas adalah sikap dan perilaku
yang ditampilkan pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mengandung empat karakteristik di atas. Ini berarti sosok pribadi pengawas sekolah harus tampil
beda dengan sosok pribadi yang lain dalam hal tanggung jawab, kreatifitas, rasa ingin tahu dan
motivasi dalam bekerja. Sosok pribadi tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam
perilakunya.
2. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah kemampuan pengawas sekolah dalam membina
hubungan dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi profesi pengawas (APSI).
Kompetensi sosial pengawas sekolah mengindikasikan dua keterampilan yang harus dimiliki
pengawas sekolah yakni:
a.

Keterampilan berkomunikasi baik lisan atau tulisan termasuk keterampilan bergaul

b.

Keterampilan bekerja dengan orang lain baik secara individu maupun secara kelompok/
organisasi. Keterampilan ini mensyaratkan tampilnya sosok pribadi pengawas yang luwes,
terbuka, mau menerima kritik serta selalu memandang positif orang lain. Kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial pengawas sekolah seba-gaimana dijelaskan di atas hanya
tambahan dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru dan kepala sekolah Karena
pengawas sekolah/madrasah berasal dari guru atau kepala sekolah sehingga kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru atau kepala sekolah sudah melekat pada dirinya.

3. Kompetensi supervisi manajerial


Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pengawasan manajerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain
yang ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administasi sekolah.
Standar administrasi dan pengelolaan sekolah secara konseptual dan operasional tersirat dan
tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007)
khususnya pada dimensi kompetensi manajerial. Selain itu dalam kompetensi manajerial
pengawas sekolah, pengawas dituntut juga untuk menguasai program dan kegiatan bimbingan
konseling serta memantau pelaksa-naan standar nasional pendidikan di sekolah binaannya.
Untuk itu pengawas sekolah harus menguasai teori, konsep serta prinsip tentang metode dan
teknik supervisi pendidikan berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan praktek
pengawasan manajerial.
Berikut ini kompetensi inti yang harus dimiliki pengawas sekolah dalam dimensi kompetensi
supervisi manajerial:

a.

Menguasai pengetahuan tentang metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam


meningkatkan mutu pendidikan

b. Menguasai teknik menyusun program pengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan program
pendidikan sekolah binaan
c. Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi pengawasan di sekolah binaannya.
d. Teknik menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan
program pengawasan berikutnya pada sekolah binaannya
e. Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan
manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah
f. Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah
g. Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk
menemukan ke-lebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya
h. Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk
membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolahnya.
4. Kompetensi supervisi akademik
Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam pro-ses belajar
mengajar (pembelajaran). Materi pokok dalam proses pembelajaran adalah (penyusunan silabus
dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi
informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan
kelas).
Berikut adalah kompetensi inti dari dimensi kompetensi supervisi akademik:

a. Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan tiap
mata pelajaran
b.

Menguasai

konsep,

prinsip,

teori

dasar,

karakteristik

dan

kecenderungan

proses

pembelajaran/pembimbingan tiap mata pelajaran


c. Membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran berdasarkan standar isi, standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip pengem-bangan ktsp
d.

Membimbing

guru

dalam

memilih

dan

menggunakan

strategi/metode/teknik

pembelajaran/bimbingan setiap mata pelajaran membimbing guru dalam menyusun rencana


pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran
e. Membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran.
f. Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran di laboratorium dan di lapangan
g. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengem -bangkan dan menggunakan media
serta fasilitas pembe-lajaran/bimbingan
h. Membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan
5. Kompetensi evaluasi pendidikan
Kompetensi evaluasi pendidikan adalah kemampuan pengawas sekolah dalam kegiatan
mengumpulkan, mengo-lah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan informasi untuk
menentukan tingkat keberhasilan pendidikan.
Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan adalah penilaian proses dan hasil belajar, penilaian
program pendidikan, penilaian kinerja guru, kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah.
Penilaian itu sendiri diartikan sebagai proses memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari kegiatan penilaian adalah adanya obyek yang
dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan dan adanya interpretasi dan
judgement. Setiap kegiatan penilaian akan menghasilkan data hasii penilaian yang harus diolah
dan dianalisis untuk pengambilan keputusan.
Dimensi kompetensi evaluasi pendidikan terdiri atas enam kompetensi inti yakni:
a.

Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran/bimbingan

b.

Membimbing

guru

dalam

menentukan

aspek-aspek

yang

penting

dinilai

dalampembelajaran/bimbingan
c.

Menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggungjawabnya dalam meningkatkan mutu pendidikan

d.

Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa sertamenganalisisnya


untuk perba-ikan mutu pembelajaran/bimbingan

e.

Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran/ bimbingan

f.

Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah

6. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan


Kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemarnpuan pengawas sekolah dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian pendidikan/pengawasan serta menggunakan hasilhasilnya untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.
Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan
informasi untuk memecahkan masalah praktis dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian merupakan metode ilmiah yakni memecahkan masalah dengan menggunakan logika
berpikir yang didukung oleh data empiris. Logika berpikir tampak dalam prosesnya dengan
menempuh langkah-langkah yang sistematis mulai dari pengumpulan data, mengolah dan
menafsirkan data, menguji data sampai menarik kesimpulan. Data dikatakan empiris sebab
menggambarkan apa yang terjadi di lapangan. Dalam kompetensi penelitian materi yang perlu
dikuasai pengawas sekolah antara lain pendekatan, metode dan jenis penelitian, merencanakan
dan melaksanakan penelitian, mengolah dan menganalisis data, menulis laporan hasil penelitian
sebagai karya tulis ilmiah serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi penelitian bagi
pengawas bermanfaat ganda yakni manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun karya
tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan manfaat untuk membina guru dan kepala sekolah
dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian khususnya penelitian tindakan.
Dimensi kompetensi penelitian dan pengembangan terdiri atas delapan kompetensi inti yakni:

a.
b.

Menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam pendidikan


Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas
pengawasan maupun untuk pengembangan karir profesinya

c.

Menyusun proposal penelitian pendidikan baik penelitian kualitatif maupun penelitian


kuantitatif

d.

Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan dan perumusan


kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok dan tanggung-jawabnya

e.

Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data
kuantitatif

f.

Menulis karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan kepengawasan dan memanfaatkannya
untuk perbaikan mutu pendidikan

g.

Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pengawasan

h.

Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas baik perencanaan
maupun pelaksanaannya di sekolah

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah kata kepala dapat diartikan
ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah
lembaga di mana tempat menerima dan member pelajaran. Jadi secara umum sekolah atau
lembaga dimana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu
yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan
untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.

Dalam

satu

kabupaten/kota,

pengawas

sekolah

dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/ satuan
pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan
untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu . Dalam definisi lain kualifikasi
diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi
jenjang kerja tertentu.
Kompetensi kepala sekolah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Menurut peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah
menyebutkan bahwa kualifikasi Kepala Sekolah/Madrasah terdiri atas Kualifikasi Umum, dan
Kualifikasi Khusus.
Kompetensi pengawas sekolah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan,
kompetensi penelitian dan pengembangan. Kualifikasi pengawas sekolah/madrasah terdapat
dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tanggal 28
Maret 2007 Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

DAFTAR PUSTAKA
Permendiknas No 12 Tahun 2007,Prof.Dr.H.Nana Sudjana:Kompetensi Pengawas Sekolah

www.pengawas20.wordpress.com/2009/05/20/36-kompetensi-inti-yang-harus-dikuasaipengawas-agar-menjadi-pengawas-sekolah-yang-profesional/
http://nurrohimatun.blogspot.com/2013/06/standar-kompetensi-dan-kualifikasi.html

A. Pendahuluan
Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun
2010 tentang Penugasan Guru Menjadi Kepala Sekolah melengkapi
peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang
di antaranya mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah
harus sesuai standar, karena kepala sekolah memegang peran penting,
selain itu mutu pendidikan di sekolah bergantung pada kepala
sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 13 tahun 2007.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi
akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah
yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang
dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya
keberhasilan pendidikan di sekolah dapat terwujud, sehingga sekolah
dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang.
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan
seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta
memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala
sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat
mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Apa saja
kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah?
Paparan pada makalah ini khusus mencermati tentang Standar Kepala
Sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007). Kepala sekolah merupakan
elemen yang penting dalam mewujudkan sekolah yang
bermutu/unggul. Sharratt dalam sebuah artikelnya menuliskan, It is
very difficult to have a good school without a good principal.
Sedangkan Hechinger (1981) memperlihatkan hubungan erat antara
mutu sekolah dengan kepala sekolah.
I have never seen a good school with a poor principal or a poor school
with a good principal. I have seen unsuccessful schools turned into
successful ones and, regrettably, outstanding schools slide rapidly into
decline. In each case, the rise or fall could readily be traced to the

quality of the principal


Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah
juga disebutkan Imron Arifin (1998) dalam disertasinya yang berjudul
"Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah
dan Sekolah Dasar Berprestasi". Namun Departemen Pendidikan
Nasional memperkirakan 70 persen dari 250 ribu kepala sekolah di
Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12 Agustus 2008).
Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan,
bagaimana proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini
diserahkan pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten.
Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional selanjutnya menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan menetapkan Standar Kepala
Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13
Tahun 2007.
B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui
Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April
2007. Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat
sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi
dan kompetensi. Untuk standar kualifikasi meliputi kualifikasi umum
dan khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah yaitu, kualifikasi
akademik (S1), usia maksimal 56 tahun, pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat serendah-rendahnya
III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu berstatus
guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala sekolah)
telah memiliki sertifikat pendidik sedangkan seluruh kepala sekolah
sampai saat ini belum ada yang memiliki sertifikat pendidik. Bahkan
guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah setelah
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 ditetapkan belum ada yang memiliki
sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi karena pemerintah masih
disibukkan dengan sertifikasi guru sehingga sertifikasi kepala sekolah
belum terjamah.
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang
harus menjalani training dengan minimal waktu yang ditentukan. Di
Malaysia menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah,
Singapura dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang
menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan surat izin atau
surat keterangan kompetensi. Bahkan di Malaysia ada lembaga/institut
(semacam P4TK) dalam bidang kekepalasekolahan yaitu Institut
Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting Highlands, Malaysia.
Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi standar

kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5


kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang
harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi
kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima dimensi
kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompetensi keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia, mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia
bagi komunitas di sekolah/ madrasah; (2) memiliki integritas
kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah; (4)
bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; (5)
mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam
kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat memandang bahwa
keefektifan kepemimpinan itu berto-lak dari sifat-sifat atau karakter
yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-pinan itu sebagian
besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu, misalnya harga
diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk
ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila
memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin
dikatakan tidak efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian
yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi kepribadian
sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka dijamin tidak
akan ada kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam ujian (baik
UASBN atau UN), etos kerja rendah, dan lain sebagainya. Sebaliknya,
yang ada adalah kepala sekolah yang konsisten, dedikasi/etos kerja
yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan, terbuka atas saran dan kritik,
tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah.
Kompetensi kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa
kepemimpinan dapat diketahui sejauh mana seorang kepala sekolah
memiliki jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan
perangkat SELF-DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L. Holland
dapat diketahui kecenderungan seorang guru apakah cukup menjadi
seorang guru atau ada bakat sebagai pemim-pin (kepala sekolah).
Selain itu, kemampuan menghadapi masalah dapat diukur dengan
inventori pengurusan konflik. Dengan perangkat ini akan diketahui

kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi, menghindar, dan


penyesuaian diri.
2. Kompetensi Manajerial
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),
terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1) educator
(pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5)
leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat
kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu
ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi
sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan
melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial
kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus
mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka
pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk
kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu
tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan
untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun.
Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting
mengingat perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan
suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu
pada: pertanyaan: Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan
(who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan
bagaimana sesuatu dilakukan (how), Detail perencanaan inilah yang
akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga
pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai
sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa,
sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana
dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda
lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah
harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun
sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan
pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi
ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan
kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan,
memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan

kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai


elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika
dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan
professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas
pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi
supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran.
Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang
pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan
kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan
pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan
tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga
harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai
guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada
bawahannya.
Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam
gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi (1) kurikulum
atau pembelajaran; (2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4) sarana dan
prasarana; (5) keuangan; dan (6) hubungan masyarakat.
Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan
substansi menajemen yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24
tugas pokok manajemen pendidikan. Misalnya: perencanaan
kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan
dan hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No.
13 Tahun 2007 dituangkan dalam dimensi kompetensi manajerial
dengan 16 kompetensinya. Dari ke-16 kompetensi tersebut, tugas
manajemen dalam bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu
Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan
perencanaan. Tahap pengorganisasian dalam permendiknas
dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu: (a) mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan dan (b) memimpin
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang
paling besar. Hal ini disebabkan tugas pelaksanaan/pengelolaan
merupakan inti dari manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat
digolongkan dalam pengelolaan manajemen pendidikan. Kompetensi
tersebut antara lain: (1) Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; (2)
Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru dan staf
dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;

(4) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka


pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan
sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah; (6) Mengelola
peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik; (7)
Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (8) Mengelola
keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/
madrasah; (10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik
di sekolah/madrasah; (11) Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan; dan (12) Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi
dalam dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah, yaitu kurikulum,
personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan
hubungan masyarakat.
Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi
kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1
kompetensi, yaitu melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur
yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan dilaksanakan
dengan baik, maka terwujudnya sekolah unggul dan mandiri akan
dapat dicapai. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peranperan tersebut, secara langsung maupun tidak langsung dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang
pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun
2007 terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (2) bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif; (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin
sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah;
dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.


Ranah kompetensi nomor 1 sampai dengan nomor 4 merupakan jiwa,
sikap, dan perilaku kewirausahaan yang harus dimiliki oleh kepala
sekolah di seluruh jenjang pendidikan. Sedangkan ranah ke-5, yang
harus memiliki adalah kepala SMK karena bidang kegiatan pendidikan
di SMK diantaranya mengelola kegiatan produksi/jasa. Contoh SMK
jurusan perhotelan memiliki kegiatan jasa perhotelan sehingga peserta
didik dapat memanfaatkan sepenuhnya hotel yang dimiliki sekolah
sebagai sumber belajar. Demikian pula SMK jurusan otomotif dengan
kegiatan jasa bengkel. Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan
produksi/jasa terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah.
Walaupun demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh
kepala sekolah.
Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan dengan
kegiatan yang mampu menghasilkan keuntungan bagi sekolah secara
materiil (berupa uang). Kewirausahaan dalam yang paling penting
adalah kemauan bekerja keras serta kreatif dan inovatif. Kepala
sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu menghitung
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal
sekolahnya. Dengan modal awal tersebut, kepala sekolah
mendayagunakan untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik yang
besar merupakan kekuatan (strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta
didik bisa dijadikan investir dengan memberikan pinjaman dana,
misalnya untuk pembangunan kantin sekolah.Kantin tersebut
kemudian disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk cadangan
pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk pendapatan
sekolah.
Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk
peningkatan kompetensi guru. Di zaman teknologi, informasi dan
komunikasi sekarang ini, kepala sekolah dengan kreativitas dan
inovasinya mendorong guru untuk menciptakan proses belajar
mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan mengadopsi
berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya dalam
hal membaca permulaan, guru dapat menggunakan metode iqra.
Dengan metode ini kemampuan membaca permulaan siswa akan
mengalami perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru
dapat menggunakan metode berhitung jarimatika atau jarimagic.
Kepala sekolah menciptakan kompetisi yang sehat di sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru. Apalagi kemampuan melakukan
penelitian tindakan kelas (Class Action Research) dihargai secara
akademis.
4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
merupakan kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan

bagai guru yang akan naik pangkat atau untuk mengisi DP3 (Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai). Kegiatan ini dilakukan
kepala sekolah dengan sekadar melakukan kunjungan kelas dan
menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka selesailah
kegiatan supervisi ini.
Supervisi dalam pengertian intinya adalah kegiatan membantu guru
bukan hanya untuk memvonis guru (benar atau salah). Kegiatan
membantu guru harus dilakukan secara terencana dan sistematis
bukan insidental sehingga dengan kegiatan supervisi kemampuan
profesional guru dapat berkembang dengan optimal.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala
sekolah, dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi,
yaitu: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat; dan (4) menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah
terhadap guru baru pada butir dua yaitu melaksanakan supervisi
akademik dengan pendekatan dan teknik supervisi yang terbatas,
yakni satu pendekatan dan teknik supervisi untuk semua tipe guru.
5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di
mana sekolah selalu berhadapan dengan stake holder. Kemampuan
yang diperlukan untuk berhadapan dengan stakeholder adalah
kemampun berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif. Agar terbina
hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua, sekolah dengan
kantor/dinas yang membawahinya maka kepala sekolah harus mampu
mengkomunikasikannya.
Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti
membutuhkan komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam
manajemen pendidikan yang meliputi 6 substansi manajemen
pendidikan juga memerlukan komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi
sangat diperlukan dalam membina hubungan sosial.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain
untuk: (a) penyampaian program yang disampaikan dimengerti oleh
warga sekolah, (b) mampu memahami orang lain, (c) gagasannya
diterima oleh orang lain, dan (d) efektif dalam menggerakkan orang
lain melakukan sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu
mendapatkan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah
harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi
kepentingan sekolah. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut dalam
permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan kompetensi sosial.

Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas:


(1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan; dan (3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang
atau kelompok lain.
Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory tower)
maka sekolah harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan. terutama di pedesaan Ada beberapa kegiatan
yang membutuhkan partisipasi sekolah demi suksesnya kegiatan
tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya pembelajaran bagi buta
aksara, kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah dapat
berpartisipasi dengan menyediakan ruang kelas sebagai sarana belajar
atau menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kepala sekolah bagi sekolah
sangatlah penting. Kepala sekolah memilik kedudukan sebagai
pemimpin di sekolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah
memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan organisasi sekolah
yang dipimpinnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan selayaknya mampu
memimpin dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan yang lainnya. Untuk meningkatkan kualitas diri, banyak upaya
yang dapat ditempuh. Adair (1984) menawarkan ada lima hal yang
dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenal diri sendiri dengan Strength,
Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT), (2) berusaha memiliki
Kredibilitas, Akseptabilitas, Moralitas, dan Integritas (KAMI), (3)
mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsipprinsip kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan balik.
Akhir-akhir ini seringkali digunakan istilah-istilah untuk menyebut
strata (tingkatan) prestasi sekolah yang baik dengan sebutan sekolah
efektif atau sekolah unggul. Sekolah efektif tidak akan lahir tanpa
kepala sekolah yang efektif sebagaimana disebutkan oleh Fred M.
Hechinger.
Kepemimpinan efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala sekolah
untuk: (a) menerapkan kepemimpinan sekolah efektif, (b)
melaksanakan kepemimpinan instruksional, (c) memelihara iklim
belajar yang berpusat pada siswa, (d) mengembangkan profesionalitas
dan mengelola SDM, (e) melibatkan orang tua dan menjalin kemitraan
dengan masyarakat, (f) mengelola sekolah secara efektif dan
melaksanakan program harian, dan (g) melaksanakan hubungan
interpersonal secara efektif.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 kompetensi kepemimpinan
atau kepala sekolah sebagai leader tidak tertulis secara eksplisit dalam
butir-butir kompetensi. Kepemimpinan kepala sekolah dalam

Permendiknas No. 13 Tahun 2007 dirumuskan secara implisit ke dalam


5 dimensi kompetensi kepala sekolah. Dengan merujuk pada tujuh
perilaku kepala sekolah untuk menggambarkan kepemimpnan efektif
maka butir-butir kompetensi yang ada dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 telah melingkupi dimensi kepemimpinan kepala sekolah.
D. Penutup
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah
merupakan standar ideal bagai kepala sekolah di Indonesia. Peraturan
ini jika tidak menjadi acuan dalam pembuatan aturan pelaksanaan
untuk rekrutmen calon kepala sekolah baru atau penilaian kepala
sekolah yang telah memiliki masa kerja 4 tahun atau lebih (sesuai
dengan Keputusan Mendiknas RI No. 162/U/2003 tanggal 23 Oktober
2003 tentang Pedoman Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah)
hanya menjadi pajangan belaka. Apalagi pemerintah daerah dengan
otonomi daerahnya, kewenangan pengangkatan kepala sekalah ada di
tangan bupati/walikota.
DAFTAR RUJUKAN
Hechinger, F. 1981. Effective School, Effective Principal. Reston, VA:
NASSP.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.
2007. Manajemen Sekolah Dasar. Bahan Diklat ToT Calon Kepala
Sekolah dan Pengawas.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
2007. Penyusunan Rencana Strategis dalam Pengembangan Sekolah
Dasar. Makalah Dilat ToT Calon Kepala Sekolah dan Pengawas. Tidak
Diterbitkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Bandung: Citra Umbara.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Kewenangan Pusat dan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai