Septermber 2014
Oktober 2014
November 2014
: pasien kontrol, kista kiri mengecil, berukuran
ditemukan kelainan pada indung telur kanan, berukuran: 3,5 x 5 cm
Desember 2014
: pasien kontrol , kista membesar (kista kanan berukuran: 4 x 4 cm,
kista kiri berukuran : 11 x 7 cm). Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri dan kanan
bawah, dan bertambah nyeri pada saat pasien BAK ataupun BAB. Haid semakin tak teratur,
lama haid 10 14 hari, perdarahan haid yang banyak.
Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan
Riwayat persalinan
Riwayat kegururan
Riwayat kontrasepsi
:(-)
:(-)
:(-)
:(-)
Riwayat Ginekologik
Sejak tahun 2008 (6 tahun yang lalu), didiagnosis mengalami kista indung telur).
Riwayat Haid
Pasien mengalami haid pertama kali (menarke) pada usia 15 tahun.
Pasien mengalami menstruasi teratur setiap bulan, dengan siklus haid selama 30
hari, lama haid 7 hari, jumlah perdarahan normal (tidak berlebihan).
1 tahun belakangan ini, siklus haid tidak teratur, sering mengalami flek-flek, lama
haid memanjang menjadi 10 14 hari, perdarahan haid meningkat dibandingkan
sebelumnya, disertai nyeri haid yang semakin memberat
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
: baik
: compos mentis, GCS : E4 V5 M6
t = 36,5C, TD = 122 / 79 , RR = 20x/ mnt, HR = 84x/mnt
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
Pembesaran limfonodi
: (-)
iii.
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
iv.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
v.
vi.
vii.
viii.
Ekstremitas
Gerak aktif, tidak ada kelemahan, akral hangat nadi kuat
Genitalia eksterna : tidak diperiksa
Vaginal toucher
: tidak diperiksa
Rectal toucher
: tidak diperiksa
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Monosit
Eosinofil
Basofil
MCV
MCH
MCHC
4,8 %
1,9 %
0,5 %
84,60
28,2
33,33
Angka trombosit
Golongan darah
Masa perdarahan
Masa penjendalan
395.000 / mmk
O, (Rh +)
1 menit
11 menit
Ureum
Kreatinin
9,3
0,62
SGOT
SGPT
14
19
HBSAg
0,00
DIAGNOSIS
TERAPI
Antinyeri
:
asam mefenamat 3 x 500 mg (bila perlu)
Direncanakan akan dilakukan operasi pengangkatan kista (kistektomi) pada hari
Jumat, 26 Desember 2014.
Antibiotika pre-operasi
:
Ceftriaxone 1 x 1 gram iv
OPERASI
Diagnosis pre operasi
Tindakan operasi
: kistektomi
KISTA OVARIUM
Pengertian
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana saja
dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel telur.
Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga
dapat berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.
Salah satu tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak
terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan
menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista
fungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista
menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan (Gary, 2005).
Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus (Gary, 2005). Kemungkinan faktor resiko dari
kista ovarium yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya pada penggunaan
obat-obatan yang merangsang ovulasi (klomifen) , KB menggunakan minipil
5. Nuliparitas
6. Steriliasi dengan ligasi tuba
7. Terapi tamoxifen pada kanker mamma
8. Merokok
Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm
akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista di tengah tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan (Sutoto, 1994).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang kadang disebut kista thecalutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional dan kadang kadang
pada kehamilan multipel dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasi dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat
bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan
jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan musinosum. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cell tumor dari germ cell primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
polikistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel folikel dengan multipel kistik berdiameter 2
5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (Sutoto, 1994).
lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri (Wiknjosastro, 2005).
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan
operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium (Wiknjosastro, 2005).
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya
mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan (Wiknjosastro, 2005).
Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun
kadang kadang kista dapat menyebabkan beberapa gejala seperti :
1. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
2. Teraba benjolan /massa di perut bagian bawah.
3. Gangguan haid
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Nyeri selama hubungan seksual
6. Nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asites
(Wiknjosastro, 2005).
Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun biasanya
sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum
digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi
cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut (Schorge, 2008).
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding
depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium (Schorge, 2008).
Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening
awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit sedikit sehingga berangsur angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala gejala klinik yang minimal. Akan
tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di
perut.
2. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul penanahan.
4. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika robekan kista
disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda tanda abdomen akut.
5. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan (Wiknjosastro,2005).
William (2005) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi
kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista
ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista
membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau
kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan
dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12.
Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat
pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi
hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan
pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat
digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.
DAFTAR PUSTAKA
F. Gary Cunningham, F. Gant N. (et al). Alih Bahasa Andry Hartono, Y. Joko S. (et al). 2005.
Obstetri William Edisi 21. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak pada Alat alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Schorge et al. 2008. Williams Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills.
Sutoto, M. S. J. 1994. Tumor Jinak pada Alat alat Genital, Ilmu Kandungan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.