Anda di halaman 1dari 14

ANAMNESIS

Auto-anamnesis dilakukan pada tanggal 26 Desember 2014.


Keluhan utama
Nyeri haid

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasakan keluhan nyeri haid yang makin memberat pada 1 tahun belakangan ini,
disertai dengan ketidakteraturan siklus haid.
Awalnya, pasien mulai merasakan nyeri haid sejak th 2003, yang hingga sekarang semakin
memberat. Nyeri dirasakan pada hari 1 hingga hari 3 haid, terutama pada perut bagian bawah,
terkadang menjalar hingga ke pinggang.
Juni 2014
: pasien memeriksakan dirinya ke RSB Kahyangan, ditemukan kista
pada indung telur kiri, berukuran : 9,7 cm x 8,1 cm. Pasien mulai menjalani program
pengobatan kista dengan Prothyra (medroxyprogesterone acetate) 10mg tablet (3x1 tablet).
Juli 2014

: pasien kontrol, kista mengecil, berukuran 7,4 x 7,4 cm

Septermber 2014

: pasien kontrol, kista mengecil, berukuran 6,7 x 6,6 cm

Oktober 2014

: pasien kontrol, kista menetap, berukuran 6,7 x 6,6 cm

November 2014
: pasien kontrol, kista kiri mengecil, berukuran
ditemukan kelainan pada indung telur kanan, berukuran: 3,5 x 5 cm

6,2 x 6,4 cm,

Desember 2014
: pasien kontrol , kista membesar (kista kanan berukuran: 4 x 4 cm,
kista kiri berukuran : 11 x 7 cm). Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri dan kanan
bawah, dan bertambah nyeri pada saat pasien BAK ataupun BAB. Haid semakin tak teratur,
lama haid 10 14 hari, perdarahan haid yang banyak.
Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan
Riwayat persalinan
Riwayat kegururan
Riwayat kontrasepsi

:(-)
:(-)
:(-)
:(-)

Riwayat Ginekologik
Sejak tahun 2008 (6 tahun yang lalu), didiagnosis mengalami kista indung telur).

Riwayat Haid
Pasien mengalami haid pertama kali (menarke) pada usia 15 tahun.

Pasien mengalami menstruasi teratur setiap bulan, dengan siklus haid selama 30
hari, lama haid 7 hari, jumlah perdarahan normal (tidak berlebihan).
1 tahun belakangan ini, siklus haid tidak teratur, sering mengalami flek-flek, lama
haid memanjang menjadi 10 14 hari, perdarahan haid meningkat dibandingkan
sebelumnya, disertai nyeri haid yang semakin memberat

Riwayat Penyakit Dahulu


Pada tahun 1997, pasien terdiagnosis mengalami batu saluran kencing, kemudian
dilakukan operasi untuk mengangkat batu tersebut, tetapi pada saat operasi tidak
ditemukan batu saluran kencing.
Pada tahun 2008, pasien terdiagnosis mengalami kista indung telur. Pada saat itu
ukuran kista relatif kecil, tidak dilakukan pengobatan.
Riwayat Penyakit Keluarga
disangkal
Riwayat Pemberian Obat / Alergi
Pasien menggunakan Prothyra untuk pengobatan kista.
Pasien memiliki riwayat alergi antibiotik amoxixilin.
KESIMPULAN ANAMNESIS
Ny RA, 42 tahun, menikah 5 th, G0 P0 A0, dengan keluhan nyeri haid yang dirasa semakin
memberat 1 tahun belakangan ini, disertai siklus haid yang tak teratur. 6 th yll didiagnosis
mengalami kista indung telur.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital

: baik
: compos mentis, GCS : E4 V5 M6
t = 36,5C, TD = 122 / 79 , RR = 20x/ mnt, HR = 84x/mnt

Berat badan = 73 kg, tinggi badan = 159 cm


B. Status lokalis
i.
Kepala
Normocephali, rambut hitam
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil reaktif
terhadap cahaya
Telinga dan Hidung dalam batas normal
ii.

Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
Pembesaran limfonodi
: (-)

iii.

Toraks

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

iv.

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

v.

vi.
vii.
viii.

: bentuk dinding dada normal, gerakan dinding dada simetris


: nyeri tekan (-), fremitus vokalis normal
: paru sonor (+/+), jantung redup, kesan konfigurasi jantung
tidak mengalami pembesaran
: paru vesikuler (+/+), suara tambahan paru (-/-); jantung S1 dan
S2 tunggal, irama reguler, bising jantung (-)

: distensi (-), tampak adanya bekas sayatan luka operasi, arah


melintang pada dinding perut bagian bawah
: bising usus (+) normal
: timpanii pada 9 regio abdomen
: supel, supel, hepar, lien, ren tak teraba, nyeri tekan (+) pada
regio inguinalis dekstra, teraba massa pada regio inguinalis
sinistra et dextra, bentuk membulat, ukuran sulit ditentukan,
konsistensi keras, mobile (+)

Ekstremitas
Gerak aktif, tidak ada kelemahan, akral hangat nadi kuat
Genitalia eksterna : tidak diperiksa
Vaginal toucher
: tidak diperiksa
Rectal toucher
: tidak diperiksa

DIAGNOSIS BANDING

Kista ovarium dekstra et sinistra


Tubo ovarial abses dektra
Appendisitis akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah : pemeriksaan darah rutin, golongan darah, clotting time,


bleeding time, SGOT / SGPT, ureum / kreatinin, HBSAg,
USG ginekologis

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium darah
Hemoglobin
15,8 gr/dl
Hematokrit
47,4 %
Angka leukosit
10,8 ribu / mmk
Netrofil
68,4 %
Limfosit
24,4 %

Monosit
Eosinofil
Basofil
MCV
MCH
MCHC

4,8 %
1,9 %
0,5 %
84,60
28,2
33,33

Angka trombosit
Golongan darah
Masa perdarahan
Masa penjendalan

395.000 / mmk
O, (Rh +)
1 menit
11 menit

Ureum
Kreatinin

9,3
0,62

SGOT
SGPT

14
19

HBSAg

0,00

USG : tampak kista ovarium


bilateral, berukuran :
Kista kiri : 11 cm x 7 cm
Kisata kanan : 4 cm x 4 cm

DIAGNOSIS

Kista ovarium sinistra et dextra

TERAPI

Antinyeri
:
asam mefenamat 3 x 500 mg (bila perlu)
Direncanakan akan dilakukan operasi pengangkatan kista (kistektomi) pada hari
Jumat, 26 Desember 2014.
Antibiotika pre-operasi
:
Ceftriaxone 1 x 1 gram iv

OPERASI
Diagnosis pre operasi

: kista ovarii bilateral

Tindakan operasi

: kistektomi

Laporan tindakan operasi :


1. Prosedur operasi rutin
2. Setelah dilakukan stadium narkose, dilakukan irisan Pfanensteel pada sekitar luka
operasi lama
3. Irisan diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum parietal.
4. Peritoneum parietal dibuka, dilakukan eksplorasi :
Tampak ovarium kiri berubah menjadi massa tumor kistik
dilakukan kistektomi keluar cairan berwarna coklat

Tampak tuba kanan membesar hidrosalping dilakukan


salpingektomi
Tampak ovarium kanan berubah menjadi massa tumor kistik
dilakukan kistektomi
Tampak pada uterus, terdapat mioma uteri subserosa dilakukan
miomektomi
Kontrol perdarahan
Peritoneum dicuci dengan NaCl, ditambahkan Dexametason 10 ampul
5. Dinding perut ditutup lapis demi lapis
6. Kulit dijahit dengan jahitan intrakutan, operasi selesai
Diagnosis pasca operasi :
kista ovarii bilateral, hidrosalping dekstra, mioma uteri submukosa
Tindakan pembedahan :
kistektomi bilateral, salpingektomi dekstra, miomektomi
Instruksi Post operasi :
Injeksi Ceftriaxone
Injeksi ketorolac

: 1 x 1gr iv selama 3 hari


: 3 x 30 mg iv selama 3 hari

Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi


1. Jaringan tuba dengan dinding tebal, epitel hiperplasi, papiler dan tubular, sel-sel epitel
relatif monomorf. Pada jaringan ikat dengan fokus fokus limfosit
salpingitis kronis
2. Jaringan tumor tersusun berkas berkas saling memotong, sel-sel fusiform dengan
kedua ujung tumpul, relatif monomorf dan dinding kista dengan jaringan ikat di tepi
jaringan granulasi, sebukan makrofag dengan pigmen coklat kesan hemosiderin.
Tidak ditemukan tanda ganas
leiomyoma dan kista endometriosis

KISTA OVARIUM

Pengertian
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana saja
dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel telur.
Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga
dapat berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.
Salah satu tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak
terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan
menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista
fungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista
menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan (Gary, 2005).

Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus (Gary, 2005). Kemungkinan faktor resiko dari
kista ovarium yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya pada penggunaan
obat-obatan yang merangsang ovulasi (klomifen) , KB menggunakan minipil
5. Nuliparitas
6. Steriliasi dengan ligasi tuba
7. Terapi tamoxifen pada kanker mamma
8. Merokok

Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm
akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada

saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista di tengah tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan (Sutoto, 1994).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang kadang disebut kista thecalutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional dan kadang kadang
pada kehamilan multipel dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasi dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat
bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan
jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan musinosum. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cell tumor dari germ cell primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
polikistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel folikel dengan multipel kistik berdiameter 2
5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (Sutoto, 1994).

Jenis dan Karakteristik Kista


Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya, kista
terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan
biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik
umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya :
a. Kistoma ovarii simpleks
Merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih

yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista


dengan reseksi ovarium (Wiknjosastro, 2005).
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan
peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi
musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista in vitro tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa
salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista (Wiknjosastro, 2005).
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,
tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii
musinosum (Wiknjosastro, 2005).
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi
juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista
keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi
padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal
dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan
kista dermoid bersama seluruh ovarium (Wiknjosastro, 2005).
Kista ovarium nonneoplastik diantaranya :
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya
biasanya dengan diameter 1 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk
nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel
granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada
lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen.
Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel

lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri (Wiknjosastro, 2005).
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan
operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium (Wiknjosastro, 2005).
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya
mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan (Wiknjosastro, 2005).

Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun
kadang kadang kista dapat menyebabkan beberapa gejala seperti :
1. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
2. Teraba benjolan /massa di perut bagian bawah.
3. Gangguan haid
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Nyeri selama hubungan seksual

6. Nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asites
(Wiknjosastro, 2005).

Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun biasanya
sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum
digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu
mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi
cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut (Schorge, 2008).
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding
depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium (Schorge, 2008).
Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening
awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.

Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat


diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, Hb, Hct juga
dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.

Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan


lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.

Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan


ovarium adalah CA-125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang
spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel
difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop (Schorge, 2008).

Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit sedikit sehingga berangsur angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala gejala klinik yang minimal. Akan
tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di
perut.
2. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul penanahan.
4. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika robekan kista
disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda tanda abdomen akut.

5. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan (Wiknjosastro,2005).

Penanganan Kista Ovarium


Menurut Prawirohardjo (2011), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip bahwa kista
ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika menghadapi kista
yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak
melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut
adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik. Tidak
jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira
besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan,
sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan
bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu
pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi,
jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya
disertai dengan pengangkatan tuba (salpingoooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium
harus diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium
(Prawirohardjo, 2011).
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi
anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat
keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan
tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang
rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko
dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 2011).

William (2005) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi
kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista
ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista
membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau
kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan
dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12.
Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat
pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi
hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan
pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat
digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

F. Gary Cunningham, F. Gant N. (et al). Alih Bahasa Andry Hartono, Y. Joko S. (et al). 2005.
Obstetri William Edisi 21. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak pada Alat alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Schorge et al. 2008. Williams Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills.
Sutoto, M. S. J. 1994. Tumor Jinak pada Alat alat Genital, Ilmu Kandungan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

William Helm, C. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and


Gynecologists. Available at http://emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai