Anda di halaman 1dari 34

METODE PENELITIAN ETNOGRAFI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Nur Wangid, M.Si.

Disusun Oleh :
AHMAD NUR HUDA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

PENELITIAN ETNOGRAFI

A. Pengertian Penelitian Etnografi, Penggunaan, dan Perkembangannya


1. Pengertian penelitian etnografi
Metode penelitian etnografi termasuk dalam metode penelitian
kualitatif. Kata etnografi berasal dari kata-kata Yunani ethos suku bangsa
dan graphos sesuatu yang ditulis. Menurut Emzir (2012:18) etnografi
adalah ilmu penulisan tentang suku bangsa, menggunakan bahasa yang
lebih kontemporer, etnografi dapat diartikan sebagai penulisan tentang
kelompok budaya. Menurut Ary dkk (2010:459) etnografi adalah studi
mendalam tentang perilaku alami dalam sebuah budaya atau seluruh
kelompok sosial.
Menurut Creswell (2012:462) Ethnographic designs are qualitative
research procedures for describing, analyzing, and interpreting a culturesharing groups shared patterns of behavior, beliefs, and language that
develop over time. Metode etnografi adalah prosedur penelitian kualitatif
untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-unsur dari
sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa
yang berkembang dari waktu ke waktu. Fokus dari penelitian ini adalah
budaya. Budaya sendiri menurut LeCompte

dkk (dalam Creswell,

2012:462) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku


manusia dan keyakinan. Termasuk di dalamnya adalah bahasa, ritual,
ekonomi, dan struktur politik, tahapan kehidupan, interaksi, dan gaya
komunikasi.
Jadi bisa disimpulkan penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif
yang meneliti kehidupan suatu kelompok/masyarakat secara ilmiah yang
bertujuan

untuk

mempelajari,

mendeskripsikan,

menganalisia,

dan

menafsirkan pola budaya suatu kelompok tersebut dalam hal perilaku,


kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama.
2

2. Penggunaan penelitian etnografi


Creswell (2012: 462) menjelaskan bahwa seseorang melakukan
penelitian

etnografi

ketika

penelitian

kelompok

tersebut

mampu

memberikan pemahaman tentang masalah yang luas. Seseorang


melakukan etnografi ketika memiliki kelompok untuk belajar berbagi
budaya

dan

telah

bersama-sama

selama

beberapa

waktu

dan

mengembangkan nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, dan bahasa.


Orang tersebut akan menangkap aturan perilaku seperti ketika guru
melakukan hubungan informal berkumpul di tempat favorit untuk
berosialisasi (Pajak & Blase dalam Creswell, 2012: 462).
Etnografi mampu memberikan informasi rinci tentang aktivitas
sehari-hari, misalnya seperti pemikiran dan aktivitas komite untuk mencari
kepala sekolah baru (Wolcot, dalam Creswell, 2012:462) . Ketika
melakukan peneltian etnografi, peneliti memiliki akses jangka panjang
untuk berbagi budaya dalam kelompok sehingga dapat membuat catatan
rinci tentang perilaku dan keyakinan anggota kelompok dari waktu ke
waktu.
3. Perkembangan penelitian etnografi

B. Jenis-jenis Desain Etnografi


Menurut Creswell (2012: 464) penelitian etnografi memiliki beragam
bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan
penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi
kritis
1. Etnografi Realis
Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh
para antropolog budaya. Dijelaskan oleh Van Maanen dalam Creswell
(2012: 464) etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh
peneliti terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah
pandangan obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut
pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai informasi
3

yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi (Creswell, 2012:464).


Dalam etnografi realis ini:
a. Etnografer menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga,
laporan pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer
tidak menuliskan pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan
tetap berada di belakang layar sebagai reporter yang meliput tentang
fakta-fakta yang ada.
b. Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yang
terukur, tidak terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian
pribadi. Peneliti dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari secara
detail antara orang-orang yang diteliti. Etnografer juga menggunakan
kategori standar untuk deskripsi budaya (misalnya kehidupan
keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).
c. Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang
diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa
interpretasi dan penyajian budaya (Van Maanen dalam Creswell,
2012: 464).
2. Studi Kasus
Istilah studi kasus sering digunakan dalam hubungannya dengan
etnografi. Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari
etnografi, meskipun berbeda dari etnografi dalam beberapa hal tertentu.
Peneliti studi kasus terfokus pada program, kejadian, atau kegiatan yang
melibatkan individu dan bukan merupakan kelompok (Stake dalam
Creswell, 2012: 465). Saat peneliti melakukan penelitian kelompok,
mereka

mungkin

lebih

tertarik

dalam

menggambarkan

kegiatan

kelompok bukannya mengidentifikasi pola-pola perilaku yang ditunjukkan


oleh kelompok. Para etnografer bersama-sama melakukan pencarian
yang berkembang sebagai sebuah kelompok yang berinteraksi dari
waktu

ke

waktu.

Di

awal

penelitiannya,

peneliti

cenderung

mengidentifikasi tema budaya. Salah satu perhatian utamanya adalah


4

antropologi, namun mereka hanya terfokus pada eksplorasi mendalam


dari "kasus" yang sebenarnya (Yin dalam Creswell, 2012: 465).
Meskipun beberapa peneliti mengidentifikasi "kasus" sebagai objek
studi (Stake dalam Creswell,2012:465), yang lain menganggapnya
sebagai suatu prosedur penyelidikan (misalnya, Merriam, 1998). Studi
kasus merupakan eksplorasi mendalam tentang sistem terbatas
(misalnya,

kegiatan,

acara,

proses,

atau

individu)

berdasarkan

pengumpulan data luas (Creswell, 2007). Bounded berarti bahwa kasus


tersebut terpisah dari hal-hal lain dalam hal waktu, tempat, atau batasbatas fisik. Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh hanya
berlaku bagi obyek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada
obyek yang lain meskipun masih sejenis.
beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis
kasus yang akan dipelajari dalam penelitian kualitatif, antara lain:
a. Apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa individu
secara terpisah atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau
kegiatan (misalnya, guru, beberapa guru, atau penerapan program
matematika baru).
b. Kasus tersebut merupakan proses yang terdiri dari serangkaian
langkah-langkah (misalnya, proses kurikulum perguruan tinggi) yang
membentuk suatu urutan kegiatan.
c. Sebuah kasus dipilih untuk diteliti karena itu sesuatu yang tidak biasa
dan member manfaat, berikut ini pembagian :
1) Kasus intrinsik (intrinsic case), apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam mengandung hal-hal menarik untuk dipelajari berasal
dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat
intrinsik.
2) Kasus instrumental (instrumental case), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan

untuk memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada


atau untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus
instrumental, minat untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya
atau minat eksternal (external interest).
3) Kasus kolektif (collective case), adalah dimana beberapa kasus
dijelaskan dan dibandingkan dengan memberikan wawasan tentang
masalah. Sebuah

studi

kasus peneliti

mungkin

memeriksa

beberapa sekolah untuk menggambarkan pendekatan alternatif


untuk pilihan sekolah bagi siswa.
4) Peneliti berusaha untuk mengembangkan pemahaman mendalam
tentang kasus dengan mengumpulkan berbagai bentuk data (misal,
gambar,

kliping,

video,

dan

e-mail).

Penjelasan

tersebut

memberikan pemahaman yang mendalam tentang beberapa syarat


kasus yang baik untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti
memiliki keterbatasan waktu untuk mengabdikan serta menjelajahi
kedalaman sebuah kasus yang akan diteliti.
5) Peneliti juga memandang kasus dalam konteks lebih luas, seperti
geografi, politik, sosial, atau ekonomi (misal, konstelasi keluarga
yang terdiri dari kakek-nenek, saudara kandung, dan mengadopsi
anggota keluarga).

3. Etnografi Kritis

Etnografi kritis adalah jenis penelitian etnografi Etnografi kritis


adalah

jenis

penelitian

etnografi

di

mana

penulis

tertarik

memperjuangkan emansipasi kelompok yang terpinggirkan dalam


masyarakat

(Thomas dalam Creswell, 2012: 467). Peneliti kritis

biasanya berfikir dan mencari melalui penelitian mereka, melakukan


advokasi terhadap ketimpangan dan dominasi (Carspecken & Apple
dalam Creswell, 2012: 467). Sebagai contoh, ahli etnografi kritis meneliti
sekolah yang menyediakan fasilitas untuk siswa tertentu, menciptakan
situasi yang tidak adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan
membiarkan diskriminasi gender.
Komponen utama dari etnografi kritis adalah faktor-faktor seperti
nilai-sarat orientasi, memberdayakan masyarakat dengan memberikan
kewenangan yang lebih, menantang status quo, dan kekhawatiran
tentang kekuasaan dan kontrol (Madison dalam Creswell, 2012: 467).
Faktor-faktor tersebut antaralain
a. Menyelidiki tentang masalah sosial kekuasaan, pemberdayaan,
ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan
korban.
b. Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka
tidak semakin meminggirkan individu yang sedang dipelajari. Dengan
demikian, para penanya berkolaborasi, aktif

berpartisipasi, dan

bekerjasama dalam penulisan laporan akhir. Para peneliti etnografi


kritis

diharapkan

untuk

berhati-hati

dalam

memasuki

dan

meninggalkan tempat penelitian, serta memberikan feed back.


c. Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar,
mengakui bahwa interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita
sendiri. Interpretasi dapat hanya bersifat sementara dan tergantung
bagaimana partisipan akan melihatnya.
d. Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalam
penulisan laporan penelitian.
7

e. Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi
kritis akan menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah
masyarakat kita sehingga tidak ada lagi yang tertindas dan
terpinggirkan.
f. Pada akhirnya, laporan etnografi kritis akan menjadi berantakan,
multilevel,

multimetode

pendekatan

untuk

penyelidikan,

penuh

kontradiksi, tak terpikirkan, dan ketegangan (Denzin, dalam Creswell,


2012: 467).

C. KARAKTERISTIK PENELITIAN ETNOGRAFI


Berikut ini adalah karakter-karakter
yang bisa menggambarkan
penelititan etnografi, diantaranya tema budaya, kelompok berbagi budaya,
pola perilaku bersama, keyakinan dan bahasa, penelitian lapangan,
keterangan atau pengaturan, dan refleksi peneliti (Creswell, 2012:468)
1. Tema budaya
Etnografer biasanya mempelajari tema budaya yang berasal dari
antropologi budaya. Etnografer tidak berani meneliti sembarangan apa
yang mereka lihat. Sebaliknya, mereka tertarik menambah pengetahuan
tentang budaya dan mempelajari tema spesifik dari budaya tertentu.Tema
budaya dalam etnografi bersifat umum dan tidak dimaksudkan untuk
mempersempit penelitian, sebaliknya menjadi lensa yang memperluas
pandangan

peneliti

pada

saat

awal

memasuki

lapangan

untuk

mempelajari kelompok, dan mereka mencari manifestasi dari hal tersebut.


Tema-tema budaya dapat ditemukan dari teks-teks pengantar
antropologi budaya (Wolcott dalam Creswell, 2012: 468), menemukan
melalui kamus konsep antropologi budaya dan pendekatan lain adalah
untuk menemukan tema budaya dalam studi etnografi dalam pendidikan.

Biasanya penulis mengumumkannya dalam judul atau pada awal laporan


penelitian.
2. Kelompok budaya (culture sharing group)
Etnografer mempelajari kelompok budaya di satu lokasi. Dalam
mempelajar suatu kelompok, etnografer mengidentifikasi satu situs
(misalnya, ruang kelas SD), mencari kelompok di dalamnya (misalnya,
kelompok membaca), dan mengumpulkan data tentang kelompok
(misalnya, mengamati saat kegiatan membaca). Ini membedakan
etnografi dari bentuk-bentuk penelitian kualitatif lainnya (misalnya,
penelitian narasi) yang berfokus pada individu, bukan kelompok. Sebuah
kelompok budaya dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang
telah berbagi perilaku, keyakinan, dan bahasa.
Kelompok-kelompok seperti ini biasanya memiliki karakteristik
tertentu. Sebuah kelompok dapat bervariasi dalam ukuran, tetapi individuindividu dalam kelompok perlu bertemu secara teratur dan berinteraksi
selama periode waktu (misalnya, 2 minggu sampai 4 bulan) untuk
mengembangkan

pola-pola

berperilaku,

berpikir,

atau

berbicara.

.Kelompok ini sering mewakili kelompok yang lebih besar, seperti


kelompok membaca dalam kelas kelas tiga.
Seringkali, ahli etnografi mempelajari kelompok yang asing bagi
mereka untuk bisa melihat mereka dalam cara yang segar dan berbeda,
seolah-olah mereka sangat luar biasa dan unik" (LeCompte dkk, dalam
Creswell, 2012:469).
3. Kepemilikan bersama atas pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan
bahasa
Etnografer mencari pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa dari suatu
kelompok yang telah

mengadopsi suatu budaya dari waktu ke waktu.

Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa


yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama,
kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang
dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti
9

sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa


maupun kombinasi ketiga unsur itu . Pola tersebut dalam etnografi terdiri
atas interaksi sosial yang cenderung tetap sebagai aturan yang dipahami
dan merupakan tujuan bersama, dan salah satu dari kombinasi dari
perilaku, keyakinan, dan bahasa.
a) Tingkah laku : tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dalam
b) Keyakinan

sebuah kelompok/latar kultural.


: bagaimana individu berfikir tentang atau memahami

c) Bahasa

sesuatu dalam sebuah latar kultural


: bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana
individu berbicara dengan orang lain dalam sebuah

latar kultural
4. Penelitian lapangan (fieldwork)
Etnografer mengumpulkan data dengan menghabiskan waktu di
tempat partisipan di mana mereka tinggal, bekerja, atau bermain. Untuk
memahami pola terbaik dari suatu kelompok budaya, etnografer
menghabiskan waktu yang cukup lama dengan kelompok tersebut. Polapola tersebut tidak dapat dengan mudah dilihat melalui kuesioner atau
dengan pertemuan singkat. Sebaliknya, etnografer pergi "ke lapangan,"
tinggal bersama atau sering mengunjungi orang-orang yang sedang
dipelajari, dan perlahan-lahan belajar cara-cara budaya di mana kelompok
berperilaku atau berpikir. Lapangan (field) dalam etnografi berarti bahwa
peneliti mengumpulkan data dalam lingkungan di mana partisipan berada
dan di mana pola-pola budaya dapat dipelajari. Data-data yang
dikumpulkan etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a) Data Emic
Informasi yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering
disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk
bahasa

lokal,

pemikiran-pemikiran,

dimiliki/digunakan

secara

cara-cara

bersama-sama

(Schwandt dalam Creswell, 2012:471)


10

oleh

berekspresi
para

yang

partisipan

b) Data Etic
Informasi berbentuk interpretasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsepkonsep tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang
dibuat peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang
diungkapkan para partisipan (Schwandt dalam Creswell, 2012:471).
c) Data Negoisasi
informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan
peneliti untuk digunakan dalam penelitian. Negoisasi dapat terjadi
dalam tahapan yang berbeda-beda selama pelaksanaan penelitian,
seperti saat menyetujui prosedur memasuki lokasi penelitian, saling
menghormati, dan mengembangkan rencana untuk memberikan
informasi kembali.
Selama
berlangsungnya

penelitian

lapangan,

etnografer

menggunakan berbagai teknik untuk mengumpulkan data. Tabel 14.3,


yang merupakan daftar komposit dari LeCompte dan Schensul (1999) dan
Wolcott (2008), menampilkan bentuk pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif. Teknik observasi dan wawancara terstruktur populer di
kalangan ahli etnografi.

5. Deskripsi, Tema, dan Interpretasi

11

Peneliti etnografi mendeskripsikan dan menganalisis kelompok


budaya dan membuat interpretasi tentang pola dari segala yang dilihat
dan didengar. Selama pengumpulan data, etnografer mulai membentuk
sebuah penelitian. Kegiatan ini terdiri dari menganalisis data untuk
deskripsi dari individu dan tempat kelompok budaya, menganalisa pola
perilaku, keyakinan, dan bahasa, dan mencapai beberapa kesimpulan
tentang makna dari mempelajari orang-orang dan lokasi/tempat (Wolcott,
dalam Creswell, 2012:472).
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang
individu-individu

atau

lapangan

penelitian

yang

digunakan

untuk

menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti.


Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus
mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa
seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para
partisipan..

Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat.


Yang dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema
dihasilkan dari interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas.
Fungsi tema adalah untuk membuat informasi atau fakta bermakna.
Dalam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu mengungkapkan polapola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara bersama-sama
olehpara partisipan.
Interpretasi dalam etnografi yaitu etnografer menarik kesimpulan
tentang apa yang telah dipelajari. Fase analisis adalah yang paling
subjektif. Peneliti terkait dengan diskripsi dan tema dari apa yang telah
dipelajari, yang sering merefleksikan beberapa kombinasi dari peneliti
untuk membuat penilaian pribadi, kembali ke literatur tentang tema
budaya, dan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut berdasarkan data . Hal

12

ini juga mungkin termasuk dalam hal menangani masalah yang muncul
selama kerja lapangan yang membuat hipotetisa sementara.
6. Konteks atau Pengaturan
Peneliti menyajikan deskripsi, tema, dan interpretasi dalam konteks
atau dari kelompok budaya. Konteks dalam etnografi adalah pengaturan,
situasi, atau lingkungan yang mengelilingi kelompok/budaya yang
dipelajari. Hal ini berlapis-lapis dan saling terkait, yang terdiri dari faktorfaktor seperti sejarah, agama, budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan
(Fetterman dalam Creswell, 2012: 473). Konteks juga bisa berupa lokasi
fisik (seperti sebuah sekolah, keadaan gedung, warna dinding kelas, atau
suara yang ada), sejarah seperti pengalaman yang berkesan, kondisi
kepribadian seseorang, dan kondisi sosial individu seperti profesi,
pendapatan, mobilitas geografis.Kondisi ekonomi juga dapat mencakup
tingkat pendapatan, kelas pekerja, atau sistem pendanaan sesorang.
7. Refleksi Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan
keterbukaan peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan
perannya sambil tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para
partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam
jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan
dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya
mengapa peneliti harus bernegoisasi dengan orang-orang penting di
lapangan ketika akan memasuki lapangan itu. Dalam penulisan laporan,
peneliti juga menyadari bahwa interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi
oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga interpretasi dan
kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk didiskusikan
kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu menunjukkan
posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam menginterpretasi
(Denzin, dalam Creswell 2012:474). Menjadi reflektif juga berarti bahwa

kesimpulan penulis bersifat tentatif (sementara) tidak meyakinkan untuk


13

menjawab pertanyaan-pertanyaan baru. Penelitian ini mungkin diakhiri


dengan pertanyaan-pertanyaan yang meminta jawaban atau beberapa
pandangan dari sudut pandang pembaca untuk mempertimbangkannya.
D. MASALAH ETIKA DALAM MELAKSANAAN PENELITIAN ETNOGRAFI
Masalah etika dalam etnografi muncul terutama ketika peneliti
melakukan kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Madison
(dalam Creswell, 2012: 474) mengingatkan peneliti dengan sebah
pertanyaan apa implikasi moral dan etika saat melakukan penelitian
lapangan?. Etika dalam etnografi terkait tantangan-tantangan di lapangan
yang memerlukan negosiasi bagaimana untuk mendapatkan akses ke
orang-orang dan tempat yang akan dipelajari, berapa lama akan bertempat
tinggal, apakah rekaman pembicaraan sehari-hari atau pembicaraan
wawancara yang diambil, dan bagaimana cara berinteraksi dengan saling
menghormati (Ryen dalam Creswell, 2012: 474).
Menurut Madison (dalam Creswell, 2012:474) etika dalam penelitian
etnografi antaralain yaitu:
1. Etnografer harus terbuka dan transparan tentang pengumpulan data
Harus menyampaikan tentang tujuan penelitian, dampak yang mungkin
ditimbulkan, sumber-sumber pendanaan.
2. Peneliti harus mempelajari orang-orang atau tempat-tempat dengan rasa
hormat, menghindarkan dari bahaya, menjaga martabat mereka, dan
memastikan privasi mereka terjaga.
3. Peneliti dan peserta perlu menegosiasikan batas yang berkaitan dengan
faktor-faktor ini.
4. Peneliti etnografi juga mempunyai tanggung jawab terhadap komunitas
ilmiah, seperti tidak menipu salah satu peserta atau pembaca (misalnya
memanipulasi data, mengarang bukti, memalsukan, menjiplak) atau tidak
melaporkan kesalahan.
5. Penelitian harus dilakukan dengan rasa hormat agar peneliti lain tidak
dilarang memasuki lingkungan kelompok tersebut di masa yang akan
datang.
14

6. Peneliti harus memberikan umpan balik dan memberikan imbalan


kepada mereka yang diteliti yang adil dan mungkin memberikan sesuatu
yang sedang dibutuhkan
7. Peneliti juga harus menyadari potensi dampak negatif dari presentasi
dan publikasi mereka yang mungkin ada pada populasi yang diteliti.
E. Prosedur Penelitian Etnografi
Barangkali jumlah prosedur

dalam

melaksanakan

penelitian

etnografis sama banyaknya dengan jumlah para etnografer itu sendiri.


Semenjak masa-masa awal antropologi budaya ketika para peneliti dikirim
ke pulau-pulau terpencil tanpa panduan untuk melakukan penelitian
etnografis, sampai saat ini kita telah memiliki prosedur, sekalipun telah
memiliki prosedur umum, untuk memandu sebuah kajian antropologi.
Pendekatan yang sangat terstruktur dapat ditemukan pada karya Spradley
(1980b),

yang

telah

mengajukan

12

tahap

urutan

penelitian

pengembangan untuk melaksanakan sebuah kajian etnografi. Seperti


diperlihatkan oleh Diagram 14.3,

15

Dibalik

pendekatan

Spradley

yang

sangat

terstruktur,

kami

mengajukan serentetan langkah yang menyajikan sebuah template umum


ketimbang prosedur tetap untuk melaksanakan etnografi. Disamping itu,
pertimbangan-pertimbangan dari para etnografer sendiri dan para peneliti
studi kasus berbeda secara prosedural, dan akan dibandingkan untuk
mencari kesamaan dan perbedaan diantara ketiga bentuk etnografi: realis,
studi kasus, dan kritis. Sebuah tinjauan umum terhadap langah-langkah
yang digunakan pada masing-masing tipe rancangan diperlihatkan oleh
Diagram 14.4.
1. Mengidentifikasi Tujuan dan Tipe rancangan, dan Mengaitkan Tujuan
dengan Masalah Penelitian
Langkah-langkah pertama

dan

yang

paling

penting

dalam

melakukan penelitian adalah mengidentifikasi kenapa anda melakukan


penelitian, rancangan bentuk apa yang anda akan gunakan, dan
bagaimana tujuan anda terkait dengan masalah penelitian anda. Faktorfaktor ini perlu diidentifikasi dalam ketiga bentuk etnografi dan studi kasus.
Tujuan penelitian anda dan tipe masalah yang anda ingin teliti akan
secara signifikan berbeda, tergantung pada apakah anda akan melakukan
penelitian etnografi realis, studi kasus atau kritis.
Dalam etnografi realis, fokusnya diletakkan pada pemahaman
tentang kelompok berbudaya sama dan dengan menggunakan kelompok
tersebut, pemahaman yang lebih mendalam terhadap tema budaya akan
dapat dikembangkan. Kelompok berbudaya sama boleh jadi keseluruhan
sekolah atau sebuah ruang kelas. Tema-temanya boleh jadi mencakup
topik-topik

seperti

enkulturasi,

akulturasi,

sosialisasi,

pendidikan

terlembagakan, pembelajaran dan kognisi, dan perkembangan anak dan


orang dewasa (LeCompte dkk, dalam Creswell, 2012:477).
Untuk studi kasus, fokusnya diletakkan pada pengembangan
pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, seperti peristiwa,
16

aktivitas, atau proses. Dalam dunia pendidikan, ini sering mencakup kajian
tentang seorang individu atau beberapa orang individu, seperti para siswa
atau para guru. Pertimbangan penting yang tak boleh dilupakan adalah
bagaimana anda mengunakan kasus tersebut, seperti menilai secara
instrinsik manfaat memhami sebuah isu, atau memberikan informasi atau
membandingkan beberapa kasus.
Dalam etnografi kritis, tujuannya berubah secara dramatis dari
tujuan-tujuan yang digunakan di dalam etnografis realis atau proyek studi
kasus. Seorang etnografer kritis berupaya menjawab masalah-masalah
terkait dengan ketidaksederajatan di dalam masayarakat atau sekolah,
merancang untuk menggunakan penelitian, guna memberikan advokasi
dan mengupayakan adanya perubahan, secara khusus mengidentifikasi
isu-isu spesifik (seperti ketidaksederajatan, dominasi, penindasan, atau
pemberdayaan) untuk diteliti.

2. Membicarakan Masalah-masalah terkait dengan Persetujuan

dan

Akses
Dalam langkah ini, ketiga jenis rancangan mengikuti prosedur yang
sama. Peneliti perlu mendapatkan persetujuan dari badan pemberi izin.
Peneliti juga perlu mengidentifikasi jenis sampling bertujuan yang ada dan
yang paling relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam proses
ini, identifikasi situs penelitian dan kemudian identifikasi pula penjaga
(gate keeper) yang bisa memberikan akses pada anda ke situs dan para
partisipan. Dalam semua penelitian, harus menghormati dan menghargai
situs/tempat penelitian, secara aktif merancang penelitian untuk terus
melakukan kerja sama timbal balik dengan para indvidu di lokasi
penelitian. Ini bermakna bahwa anda menjamin dan menjaga agar situs
tidak terganggu secara berlebihan dan mengikuti praktek-praktek etika
17

yang baik seperti menjamin privasi dan anonimitas, tidak menipu para
individu, dan memberitahukan kepada semua partisipan tentang tujuan
penelitian anda.
3. Gunakan Prosedur Pengumpulan Data yang Tepat

Menurut Spradley (dalam Emzir, 2013: 154) mengungkapkan bahwa


dalam praktik penelitian perbedaan nyata ini dapat diungkapkan dalam dua
pola penelitian. Sementara para peneliti ilmu sosial cenderung mengikuti
penyelidikan pola linier, sedangkan peneliti etnografi cenderung mengikuti
pola siklus.
1. Pola linier pada penelitian sosial.
Langkah 1
Mendefinisik
an
masalah
penelititan

Langkah 2
Merumuskan
hipotesis

Langkah 3
Membuat
definisi
operasional

Langkah 4
Merancang
instrument
penelititan

Langkah 5
Mengumpulk
an data

Langkah 6
Menganalisis
data

Langkah 7
Menggambark
an
kesimpulan

Langkah 8
Melaporkan
hasil
penelitian

Gambar 1. Urutan linier dalam penelitian ilmu sosial


a. Tahap 1. Mendefinisikan masalah penelitian, contoh hubungan antara
lingkungan keluarga dengan penyebab kejahatan.

18

b. Tahap 2. Merumuskan hipotesis. Peneliti merumuskan hipotesis


penelitian tentang hubungan antara sikap orangtua perilaku dan disiplin
terhadap

aktifitas

menghipotesiskan

kriminal
bahwa

dari
jika

anak-anak.
orangtua

Contohnya:

laki-laki

mereka

menyimpang,

penyimpangan mereka akan tercermin dalam kriminalitas diantara anakanak, dan anak-anak akan meniru orangtua laki-laki yang menyimpang,
jika orangtua laki-laki menunjukkan rasa kasih sayang terhadap mereka.
c. Tahap 3. Membuat definisi operasional. Penelitian mendefinisikan katakata, frase seperti penyimpangan dan model peran orangtua dalam
istilah-istilah spesifik yang memungkinkan peneliti setuju bila mereka
mengidentifikasi perilaku menyimpang.
d. Tahap 4. Merancang instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data
yang telah dikumpulkan sebelumnya dari wawancara dan obervasi.
Instrumen utama pada saat penelitian adalah suatu set instruksi
peringkat yang digunakan oleh penilai yang membaca lewat data awal
ini. Instrumen ini tidak dapat dirancang hingga tahap 1 sampai tahap 3
dilakukan.
e. Tahap 5. Mengumpulkan data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu
kelompok penilai.
f. Tahap 6. Menganalisa data. Data kemudian dipertentangkan dengan
hipotesis dan diuji untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan
hipotesis.
g. Tahap 7. Menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari
penelitian, termasuk sebagai contoh penyimpangan siswa tercermin
dalam perilaku kriminal di kalangan anak-anak.
h. Tahap 8. Melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan
sudah digambarkan, maka dilanjutkan publikasi hasil penelitian.
Dalam praktik nyata urutan linier yang dirangkum di atas kadang-kadang
dimodifikasi oleh peneliti, akan tetapi urutan secara umum tetap.

19

Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linier semacam ini.


Tugas-tugas utama mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi,
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Pengumpul
an data
etnografi

Pengajuan
pertanyaan
etnografi
Pemilihan
suatu proyek
etnografi

Pembuatan
suatu rekaman
etnografi

Analisis
data
Gambar. 2 Siklus penelitian
etnografi
etnografi

Penulisan
2. sebuah
Siklus Penelitian Etnografi
etnografi

Menurut Spradley (dalam Emzir, 2013: 158) prosedur penelitian

etnografi bersifat siklus, bukan bersifat urutan linear dalam penelitian


ilmu sosial. Prosedur siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah
yaitu (1) pemilihan suatu proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan
etnografi, (3) pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan suatu rekaman
etnografi, (5) analisis data etnografi, dan (6) penulisan sebuah etnografi.
a) Pemilihan Suatu Proyek Etnografi
Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Peneliti
etnografi

mempertimbangkan

ruang lingkup

dari

penyelidikan

mereka. Wolcott (1967) memilih desa Kwakiutl di British Columbia


dengan sebuah populasi standar 125 orang. Studi Hicks tentang
Little Valley (1976) difokuskan pada penyelesaian yang berbeda
dengan populasi total standar 1300 orang. Spradley dkk. melakukan
penelitian etnografi pada suatu daerah kecil perkotaan (Spradley dan
20

Mann, 1975). Orcar Lewist menghabiskan beberapa tahun meneliti


sebuah keluarga tunggal (1963). Ruang lingkup penelitian dapat
berjarak sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke etnografi
mikro.
b) Pengajuan Pertanyaan Etnografi
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai ketika peneliti mulai
mengajukan pertanyaan etnografi. Hal ini memperlihatkan bukti yang
cukup ketika pelaksanaan wawancara, tetapi obsevasi yang sangat
sederhana dan pencatatan lapangan pun melibatkan pengajuan
pertanyaan. Anggap untuk sementara Anda mulai menaiki sebuah
bis kota sebagai seseorang etnografer. Bis berhenti pada sebuah
persimpangan yang sibuk dan Anda mengamati sebagai orang
pemilik bis, pintu tertutup, dan pengemudi mengarahkan bis
memasuki persimpangan tersebut. Anda menunggu hingga setiap
orang mendapat tempat duduk, kemudian mencatat pertanyaan
berikut dalam catatan Anda: Tiga orang naik bis di halte bis Snelling
Avenue, seorang wanita dan dua anak laki-laki. Masing-masing di
antara mereka pergi ke tiga tempat duduk kosong terpisah dan
semua memilih tempat dekat pintu.

Anda dapat menjawab

beberapa pertanyaan implisit, pertanyaan Anda ajukan tanpa


realisasinya.
1.
2.
3.
4.

Siapa yang naik bis?


Apa jenis kelamin dan berapa usia penumpang yang baru?
Apa yang mereka lakukan setelah naik bis?
Di mana setiap orang duduk?
Sebagai pengganti pertanyaan di atas Anda dapat mengajukan

pertanyaan seperti: Berapa tinggi setiap penumpang baru? Apa


yang dipakai oleh setiap penumpang? Di mana setiap orang terlihat

21

bergerak turun ke jalan? Pertanyaan ini akan menuntun ke arah entri


yang berbeda dalam catatan lapangan Anda.
Dalam format penelitian sosial yang paling umum, pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti cenderung datang dari luar pandangan
budaya. Para peneliti dari suatu pandangan budaya tertentu (ilmu
sosial professional) menggambarkan pada kerangka referensi. Untuk
merumuskan pertanyaan, mereka memandang budaya yang lain
untuk

melakukan

wawancara

atau

observasi.

Tanpa

merealisasikannya, mereka cenderung berasumsi bahwa pertanyaan


dan jawaban merupakan unsur-unsur yang terpisah dalam pemikiran
manusia. Pertanyaan selalu mengimplikasikan jawaban. Pertanyaan
dari jenis apa pun selalu mengimplikasikan pertanyaan. Ini benar,
bahkan ketika pertanyaan atau jawaban tidak dinyatakan. Dalam
melakukan observasi partisipan untuk tujuan etnografi, sebaik
mungkin, kedua pertanyaan dan jawaban harus ditemukan dalam
situasi sosial yang akan diteliti.
Terdapat tiga jenis pertanyaan utama etnografi, masingmasing mengarah pada jenis observasi yang berbeda di lapangan.
Semua

jenis

etnografi

mulai

dengan

pertanyaan

deskriptif

umum/luas seperti Siapa orang yang ada di sini? , Apa yang


mereka lakukan?,

dan Apa latar fisik dari situasi sosial ini?.

Kemudian,

menggunakan

setelah

jenis

pertanyaan

ini

akan

menuntun observasi anda, dan setelah analisis data awal, Anda


akan menggunakan pertanyaan struktural dan pertanyaan kontras
untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda membuat observasi
lebih terfokus.

22

Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan subsub pertanyaan yang berhubungan dengan (a) suatu deskripsi
tentang konteks, (b) analisis tentang tema-tema utama, dan (c)
interpretasi perilaku kultural Wolcott (dalam Creswell, 1998: 104).
Sebagai alternatif sub topik pertanyaan ini dapat mencerminkan 12
langkah Spradley dalam Decision Research Sequencenya sebagai
berikut:
1. Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
2. Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi
tersebut? (Melakukan observasi partisipan)
3. Apakah yang sudah terekam tentang situasi tersebut? (Membuat
rekaman etnografi)
4. Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan
observasi deskriptif)
5. Apakah domain kultural yang muncul dari penelitian situasi
tersebut? (Melakukan analisis domain)
6. Apakah lebih spesifik, observasi terfokus

dapat

dibuat?

(Melakukan analisis taksonomi)


7. Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang dapat dilakukan?
(Melakukan observasi selektif)
8. Apa taksonomi yang tampak dari observasi terfokus tersebut?
(Melakukan analisis taksonomi)
9. Apa komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut?
(Melakukan analisis komponen)
10. Apa tema-tema yang tampak? (Melakukan observasi selektif)
11. Apa inventori kultural yang tampak? (Mengambil inventori cultural)
12. Bagaimana seseorang dapat menulis etnografi? (Menulis sebuah
etnografi)
(Creswell & Spradley dalam Emzir 2013: 164)
c) Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah
pengumpulan data

etnografi. Dengan cara observasi partisipan,


23

Anda akan mengamati aktivitas orang, karakteristik fisik dari situasi


sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian.
Selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, apakah seseorang
mempelajari sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun atau
pramugari pesawat udara untuk beberapa bulan, jenis observasi
akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan observasi akan
berubah. Anda akan mulai dengan melakukan observasi deskriptif
secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjuan terhadap situasi
sosial dan yang terjadi di sana. Kemudian setelah perekaman dan
analisis data awal Anda, Anda dapat mempersempit penelitian Anda
dan mulai melakukan observasi ulang di lapangan untuk melakukan
observasi yang selektif. Walaupun observasi Anda semakin terfokus,
Anda akan selalu melakukan observasi deskriptif umum hingga akhir
penelitian lapangan Anda.
d) Pembuatan Rekaman Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus penelitian etnografi adalah
membuat rekaman atau catatan etnografi. Tahap ini mencakup
pengambilan catatan lapangan, pengambilan foto, pembuatan peta,
dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi Anda.
Rekaman etnografi ini membangun sebuah hubungan

antara

observasi dan analisis. Memang, sebagian besar analisis Anda akan


sangat tergantung pada apa yang telah Anda rekam.
e) Analisis Data Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus tidak dapat menunggu hingga
terkumpul

banyak

data.

Dalam

penelitian

etnografi,

analisis

merupakan suatu proses penemuan pertanyaan. Sebagai pengganti


datang ke lapangan dengan pertanyaan spesifik, peneliti etnografi
menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari observasi
partisipan untuk menemukan pertanyaan. Anda perlu menganalisis
24

catatan-catatan lapangan Anda setelah setiap periode pekerjaan


lapangan untuk mengetahui apa yang akan dicari dalam periode
berikutnya dari observasi partisipan.
Terdapat empat jenis analisis, yaitu analisis domain, analisis
taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema.
a. Analisis domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial. Melalui
pertanyaan umum dan pertanyaan rinci peneliti menemukan
berbagai kategori atau domain tertentu sebagai pijakan
penelitian selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih,
semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
b. Analisis taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang
dipilih

menjadi

lebih

rinci

untuk

mengetahui

struktur

internalnya.Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan


yang lebih terfokus.
c. Analisis komponensial, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap
struktur internal dengan cara mengontraskan antar elemen.
Hal ini dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi
melalui pertanyaan yang mengontraskan.
d. Analisis tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara
domain dan hubungan dengan keseluruhan, yang selanjutnya
dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan
subfokus penelitian.
Seorang peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan
bentuk-bentuk analisis berbeda ini secara simultan selama periode
penelitian. Peneliti pemula dapat melakukannya dalam urutan,
belajar melakukan masing-masing dalam putaran sebelum bergerak
ke analisis berikutnya. Observasi partisipan dan perekaman catatan
lapangan, selalu diikuti oleh pengumpulan data, yang mengarah
25

pada penemuan pertanyaan etnografi baru, pengumpulan data,


catatan lapangan, dan analisis data lebih lanjut. Demikianlah siklus
berlanjut hingga proyek penelitian mendekati sempurna.
f) Penulisan Sebuah Etnografi
Tugas utama yang terakhir dalam siklus penelitian etnografi
muncul ke arah akhir dari proyek penelitian. Walaupun demikian, itu
dapat pula mengarah pada pertanyaan-pertanyaan baru dan
observasi-observasi

lebih

lanjut.

Penulisan

sebuah

etnografi

memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis analisis yang lebih intensif.


Penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended inquiry;
memerlukan umpan balik yang konstan untuk memberikan arah
penelitian. Peneliti etnografi hanya dapat merencanakan dari awal
perjalanan penyelidikan mereka dalam pengertian yang paling
umum. Setiap tugas utama dalam tindakan siklus penelitian sebagai
sebuah petunjuk untuk menuntun Anda di perjalanan penelitian. Jika
Anda mengacaukan etnografi dengan pola penelitian linear yang
lebih tipikal dalam ilmu sosial, Anda akan berhadapan dengan
masalah yang tidak diperlukan. Orang yang berpikir tentnag etnografi
sebagai urutan linear cenderung mengumpulkan catatan lapangan
minggu demi minggu dan segera menjadi berlimpah dengan
kumpulan data yang tidak tersusun. Mereka sulit mengetahui kapan
mereka memiliki informasi yang cukup pada suatu topik. Dan bahkan
masalah yang lebih besar muncul ketika mereka menunggu semua
data terkumpul sebelum mulai menganalisis secara intensif.
Pertanyaan

baru

muncul

dari

data;

seseorang

tidak

dapat

mengajukan pertanyaan ini karena sulit atau tidak mungkin kembali


ke lapangan. Kesenjangan dalam informasi akan muncul tanpa ada
jalan untuk mengisi data yang terlewatkan.

26

Kesadaran terhadap siklus penelitian etnografi dapat menjaga


Anda dari kehilangan jalan bahkan dalam proyek penelitian yang
sangat

kecil.

Melakukan

observasi

partisipan

secara

cepat

melibatkan peneliti dalam suatu data primer yang luas. Itu tidak
umum bagi mahasiswa pascasarjana yang melaksanakan hanya
beberapa jam seminggu untuk mengumpulkan sepuluh sampai lima
belas halaman catatan lapangan setiap minggu. Peneliti etnografi
yang menghabiskan beberapa jam sehari melakukan observasi
partisipan secara proporsional akan memiliki sejumlah besar data
lapangan.
F. Instrumen Pengumpul dan Paparan Data Etnografi
Sebagaimana layaknya penelitian kualitatif yang mengedepankan
naturalistik dalam mendapatkan data yang sifat deskriptif, maka penelitian
etnografi juga memanfaatkan teknik pengumpulan data yang digunakan
penelitian kualitatif pada umumnya, namun ada beberapa teknik yang khas.
Adapun instrumen pengumpul data pada penelitian etnografi sebagai
berikut:
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Merupakan serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti kepada
subjek penelitian. Mengingat karakter etnografi yang naturalistik, maka
bentuk pertanyaan

atau

wawancara

yang

dilakukan

merupakan

pertanyaan terbuka dan sifatnya mengalir, meski demikian untuk


menjaga fokus penelitian ada baiknya seorang peneliti memiliki panduan
wawancara yang sifatnya fleksibel. Setiap wawancara yang dilakukan,
peneliti harus memperdalamnya dengan cara membuat catatan hasil
wawancara dan observasi. Karena itu, kegiatan wawancara akan selalu
menghasilkan pertanyaan baru yang sifatnya memperdalam apa yang

27

telah diterima dari subjek penelitan. Dalam konteks memperdalam data,


proses wawancara dapat dilakukan secara spontan maupun terencana.
2. Observasi partisipan (participant observation).
Untuk mengetahui secara detail langsung bagaimana budaya
yang dimiliki individu atau sekelompok masyarakat maka seorang
peneliti etnografi harus menjadi orang dalam. Menjadi orang dalam
akan memberi keuntungan peneliti dalam menghasilkan data yang
sifatnya natural. Peneliti akan mengetahui dan memahami apa saja yang
dilakukan subjek penelitian, perilaku keseharian, kebiasaan kebiasaan
yang dilakukan keseharian, hingga pada pemahaman terhadap simbolsimbol kehidupan subjek penelitian dalam keseharian yang bisa jadi
orang lain tidak memahami apa sebenarnya simbol itu. Menjadi orang
dalam memberikan akses yang luar biasa bagi peneliti untuk menguak
semua hal tanpa sedikitpun halangan, karena subjek penelitian akan
merasa kehadiran peneliti tak ubahnya sebagai bagian dari keluarganya,
sehingga tidak ada keraguan dan hambatan bagi subjek untuk
berperilaku alami, sebagaimana layaknya dia hidup dalam keseharian.
Namun demikian, menjadi orang dalam melalui kegiatan observasi
partisipan tidak menjadikan peneliti larut hingga tidak bisa membedakan
dirinya dengan diri subjek penelitian. Posisi inilah yang harus benarbenar dijaga dalam melakukan riset etnografi.
3. Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion)
Merupakan kegiatan diskusi bersama antara peneliti dengan
subjek penelitian secara terarah. Dalam konteks ini sebenarnya
kemampuan

peneliti

untuk

menyajikan

isu

atau

tema

utama,

mengemasnya dan kemudian mendiskusikan serta mengelola diskusi itu


menjadi terarah dalam arti proses diskusi tetap berada dalam wilayah
tema dan tidak terlalu melebar apalagi sampai menyertakan emosi
28

subjek secara berlebihan menjadi kata kunci dari proses diskusi yang
baik. Diskusi kelompok terarah ini bisa diawali dengan pemilihan anggota
diskusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti, ataupun dapat
saja dilakukan dengan secara acak, namun tetap memperhatikan
kekuatan masing-masing peserta diskusi, mulai dari tingkat pendidikan,
intelektualitas, pengalaman bahkan keseimbangan gender. Dengan
penetapan ini, merupakan langkah untuk menghindari ketimpangan atau
dominannya satu kelompok atau individu dalam sebuah diskusi.
Kemudian, dilanjutkan dengan tema yang akan diusung peneliti, dan
diskusikan secara bersama. Proses inilah yang kemudian oleh peneliti
dicatat secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar pijak untuk
memperdalam dan memperkaya data etnografi.
Emzir

(2013:

168)

menyebutkan

langkah-langkah

dalam

melakukan observasi, antara lain:


1. Pengambilan catatan lapangan bersifat deskriptif.
2. Kumpulkan suatu variasi informasi dari perspektif-perspektif yang
berbeda.
3. Validasi silang dan triangulasi oleh pengumpulan jenis berbeda dari
data.

contoh:

observasi,

wawancara,

dokumentasi

program,

perekaman dan fotografi.


4. Gunakan kutipan; menggambarkan program partisipan dalam istilah
mereka sendiri.
5. Pilih informasi kunci secara bijak dan gunakan mereka secara hatihati.
6. Sadari dan peka terhadap tahap yang berbeda dari pekerjaan
lapangan.
a. Bangun kepercayaan dan raport pada tahap memasuki.
b. Tinggalah secara waspada dan disiplin selama fase menengah
lebih rutin dari pekerjaan lapangan.

29

c. Fokuskan pada penarikan bersama suatu sintesis sebagai


gambaran pekerjaan lapangan untuk penutup.
d. Disiplin dan bertanggung jawab dalam pengambilan catatan
lapangan.
e. Terlibat sedapat mungkin

dalam

pengalaman latar yang

diobservasi sambil memelihara suatu perspektif analitis yang


mendasar dalam tujuan pekerjaan lapangan.
f. Pisahkan dengan jelas deskripsi interpretasi dan keputussan.
g. Persiapkan umpan balik formatif sebagai bagian dari proses
verifikasi pekerjaan lapangan. Ulangi umpan balik tersebut
dengan hati-hati.
h. Masukkan dalam catatan lapangan anda, dan laporan dari
pengalaman, pemikiran, dan perasaan anda sendiri. Ini juga data
lapangan.
Pekerjaan lapangan merupakan pengalaman pribadi yang penting.
jaringan prosedur lapangan dengan kemampuan individual dan variasi
situasional membuat pekerjaan lapangan menjadi pengalaman pribadi
yang penting. Validitas dan kebermaknaan hasil yang diperoleh
tergantung secara langsung pada keterampilan, disiplin, dan perspsektif
peneliti. Inilah kekuatan metode observasi.
4. Sejarah hidup (Life history)
Merupakan catatan panjang dan rinci sejarah hidup subjek penelitian.
Melalui catatan sejarah hidup ini peneliti etnografi akan memahami secara
detail apa saja yang menjadi kehidupan subjek penelitian dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya termasuk budaya yang ada di lingkungannya.
Catatan sejarah hidup, menghendaki kemampuan peneliti untuk jeli dalam
melihat setiap detail kehidupan seseorang, sehingga tergambar dengan
jelas bagaimana jalan kehidupan subjek penelitian dari lahir hingga dewasa
sehingga terketemukan peristiwa-peristiwa penting yang menjadi titik balik
30

(turning point) dalam sejarah kehidupan subjek penelitian. Meski hampir


sama dengan pola autobiografi, namun terdapat perbedaan terutama pada
upaya yang lebih kuat dalam penulisan untuk menghindari subjektivitass
penulis.
5. Analisis dokumen (Document analysis).
Analisis dokumen diperlukan untuk menjawab pertanyaan menjadi
terarah, disamping menambah pemahaman dan informasi penelitian.
Mengingat dilokasi penelitian tidak semua memiliki dokumen yang
tersedia, maka ada baiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan
tentang informan-informan yang dapat membantu untuk memutuskan
apa jenis dokumen yang mungkin tersedia. Dengan kata lain kebutuhan
dokumen

bergantung

peneliti,

namun

peneliti

harus

menyadari

keterbatasan dokumen, dan bisa jadi peneliti mencoba memahami


dokumen yang tersedia, yang mungkin dapat membantu pemahaman.
Berbagai teknik pengumpulan data yang terpapar tersebut bisa
digunakan peneliti secara bersamaan atau dipilih peneliti berdasarkan
kebutuhan dan juga bergantung peneliti dalam memaksimalkan instrument
tersebut. Yang jelas, bagaimana upaya peneliti dalam mendapatkan dan
menghasilkan data etnografi yang rinci dan utuh.
Setelah melakukan proses penggalian data dan menganalisisnya,
maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah membuat
laporan etnografi. Ada enam bentuk laporan etnografi yang dapat disajikan
peneliti, yaitu : (1) ethnocentric descriptions, adalah studi yang dibentuk
dengan tidak menggunakan bahasa asli dan mengabaikan makna yang ada.
Masyarakat dan cara berperilaku dikarakteristikkan secara stereotif; (2)
social science descriptions digunakan untuk studi yang terfokus secara
teoritis pada uji hipotesis; (3) standard ethnographies menggambarkan
31

variasi luas yang ada pada penutur asli dan menjelaskan konsep asli. Studi
ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada budaya lain; (4)
monolingual

ethnographies,

seorang

anggota

masyarakat

yang

dibudayakan menulis etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara


hati-hati membawa sistem semantis bahasanya dan menterjemahkan ke
dalam bahasanya; (5) life histories adalah salah satu bentuk deskripsi yang
menawarkan pemahaman terhadap budaya lain. Mereka yang melakukan
studi ini akan mengamati secara mendetail kehidupan seseorang dan
proses yang menunjukkan bagian penting dari budaya tersebut. Semua
dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan dan disajikan dalam
bentuk

yang

sama

sesuai

dengan

pencatatan;

serta

(6)

ethnographicnovels.
G. Cara untuk mengevaluasi etnografi
Kriteria untuk mengevaluasi etnografi dimulai dengan menerapkan
standar yang digunakan dalam penelitian kualitatif, kemudian faktor-faktor
tertentu harus dipertimbangkan dengan benar. Dalam evaluasi etnografi
yang baik, peneliti (Creswell, 2012: 480):
1. Mengidentifikasi kelompok sosial untuk belajar.
2. Fokus pada konsep budaya (misalnya, kekuasaan, akulturasi), mengakui
bahwa konsep ini mungkin sangat luas.
3. Menyediakan bukti yang menunjukkan bagaimana kelompok ini telah
membentuk lebih dari pola waktu dari perilaku, bahasa, dan keyakinan.
4. Terlibat dalam lapangan dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai
sumber termasuk observasi dan wawancara.
5. Menunjukkan bukti analisis bukti melalui penjelasan rinci dari kelompok
budaya dan konteks yang ada, tema yang merangkum ide-ide besar
tentang

bagaimana

kelompok

bekerja,

dan

interpretasi

yang

menunjukkan bagaimana kelompok menggambarkan budaya di tempat


kerja.
32

6. Menggambarkan peneliti sebagai cermin pada peran mereka sendiri


dalam penelitian dan bagaimana latar belakang, jenis kelamin, dan
sejarah mereka menjadi sebuah catatan atau laporan.

33

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S.,(2013). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Cresswell,

Jhon

W.,

(2012).

Eduactional

Research:

Planning,

Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.


Ney Jersey: Person Education, Inc.
Denzin, K. Norman, (2009). Handbook of Qualitatif Research. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar
Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers
Spradley, J.P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

34

Anda mungkin juga menyukai