Anda di halaman 1dari 28

Disusun oleh :

Ketua : Mega ayu Putri 1102007174


Sekertaris : Puspa Astiriana H. 1102007215
Anggota :
Nurul Hikmah

1102007202

Mahissa Taradika W

1102007169

Reagan Nurhadi
Riksa Adiba putra
Sofiah
Syarifah isra
Widya Marsyairini

1102007226
1102007232
1102007265
1102007272
1102007288

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

SKENARIO
KEPUTIHAN

Pada wanita umur 32 tahun, berobatke dokter dengan keluhan keputihan yang banyak,
terasa sangat gatal, panas dan perih, serta berbau asam sejak 5 hari setelah menstruasi.
Penderita sudah menikah dan sedang tidak menggunakan kontrasepsi ataupun obatobatan lain dalam jangka waktu yang lama. Siklus menstruasi dalam batas normal. Pada
pemerikaan inspekulo didapatkan: discharge vagina homogen, putih seperti susu pecah
dan tampak ekskoriasi dan eritema pada labium mayus dan minus.

STEP I
1. Discharge
2. Eritema
3. Keputihan
yang

: ekskresi atau bahan yang dikeluarkan.


: kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh pembuluh kapiler yang
disebabkan oleh vasodilatasi.
: keluarnya suatu cairan berlebihan dari liang senggama (vagina)
terkadang disertairasa gatal, rasa nyeri, rasa terbakar dibibir

kemaluan
kerap disertai bau busuk dan menimbulkan rasa nyeri waktu
berkemih
dan senggama.
4. Ekskorasi
: lecet atau abrasi pada kulit.
5. Pemeriksaan inspekulo : pemeriksaaan dengan melihat.
6. Vagina
: saluran genital wanita mulai dari vulva sampai ke serviks uteri
yang
menerima penis pada waktu kopulasi.

STEP II
1. Apa penyebab terjadinya keputihan ?
2. Bagaimana keadaan discharge normal ?
3. Adakah hubungannya pengunaan kontrasepsi, obat-obatan dalam jangka waktu
yang lama terhadap timbulnya keputihan ?
4. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan selain pemeriksaan inspekulo ?
5. Mengapa bisa terjadi keputihan setelah menstruasi ?
6. Apa saja gejala lain yang dapat ditimbulkan ?
7. Mengapa timbul bau asam pada kehamilan ?
8. Terapi apa yang dapat diberikan pada keputihan ?
9. Mengapa pada saat keputihan terasa panas ?
10. Mengapa pada keputihan dapat menyebabkan ekskoriasis dan eritema pada
labium mayus dan minus ?
11. Apa saj apencegahan yang dapat dilakukan pada keputihan ?
\

STEP III
1. Bakteri (seperti : trichomonas vaginalis, candida albicans) jamur, penggunaan
pembersih kewanitaan, pemakaian dalam bergantian, coitus tetapi alat kelamin
pria (tertular), stres, estrogen rendah, tumor, ca serviks, virus.
2. Hanya keluar sedikit, putih dan tidak berbau.
3. Ada, pemakaian kontrasepsi yang kurang steril, obat kewanitaan yang
menyebabkan penurunan pH sehingga bakteri mudah berkembang.
4.

pemeriksaan sekret vagina, pemeriksaan ginekologi.

5. Karena setelah menstruasi estrogen menurun.


6. Gatal, panas, perih dan bau pada vagina.
7. Karena adanya bakteri yang menyebabkan penurunan pH dan adanya leukosit
sebagai respon adanya infeksi.
8. Tergantung penyebabnya. (spt antivirus, antibiotik, antijamur)
9. Karena adanya efek inflamasi.
10. Bakteri menyebabkan rasa gatal digaruk merah dan lecet.
11. Higienis, waspada pengguanaan pembersih kewanitaan dan pemakaina
kontrasepsi.

STEP IV
Bakteri, jamur, virus

Vagina : Rasa gatal, panas, perih


Sekret vagina : bau asam

Keputihan

Pemeriksaan inspekulo :
Vagina
Sekret vagina

Terapi (tergantung penyebab)


Pemberian antibiotik, antivirus, antijamur

Pencegahan :
Kebersihan, waspada penggunaan kontrasepsi dan pembersih kewanitaan

STEP V
1. TIU : Memahami dan menjelaskan genitalia eksterna wanita

TIK : 1.1 Makroskopik genitalia eksterna wanita


1.2 Mikroskopik genitalia eksterna wanita
2. TIU : Memahami dan menjelaskan fisiologi keputihan
3. TIU : Memahami dan menjelaskan keputihan yang patologis
TIK : 3.1 Definisi keputihan
3.2 Epidemiologi keputihan
3.3 Etiologi keputihan
3.4 Patogenesis keputihan
3.5 Manifestasi klinis keputihan
3.6 Diagnosis dan pemeriksaan pada keputihan
3.7 komplikasi
4. TIU : Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan pada keputihan
TIK : 4.1 Farmakologi
4.2 Non farmakologi
4.3 Pencegahan
5. TIU : Memahami thaharah pada keputihan

STEP VI (MANDIRI)

STEP VII
1. TIU : Memahami dan menjelaskan genitalia eksterna wanita
TIK :
1.1 Makroskopik genitalia eksterna wanita
Pudenda atau organ reproduksi eksterna yang sering disebut sebagai vulva,
mencakup semua organ yang dapat terlihat dari luar. Mulai dari mons pubis, labia
mayora dan minora, klitoris dan himen, vestibulum, meatus urethra dan berbagai
kelenjar dan pembiluh darah.
Mons pubis
Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis.
Labia mayora
Berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan
memanjang ke bawah dan kebelakang dari mons pubis.
Labia minora

Berupa dua buah lipatan yang pipih dan berwarna kemerahan akan terlihat bila
labia mayora di buka. Jaringan yang kedua sisinya menyatu pada ujung atas
vulva ini disebut labia minora. Jaringan labia minor menyatu dibagian superior,
tempatnya masing-masing terpisah membentuk 2 lamela, pasangan lamela
sebelah bawah menyatu membentuk frenulum klitoris, sedangkan pasangan
sebelah atas menyatu membentuk preputiumklitoris.
klitoris
klitoris homolog dengan penis dan terletak dengan ujung superior vulva >organ
erektil ini menonjol ke bawah diantara kedua ujung labia minor.
Vestibulum
Adalh daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia minor disebelah lateral
dan memanjang dari kitoris sampai fourchette.
Ostium urethra
Osteum vagina dan himen
Liang vagina sangat bervariasi bentuk dan ukurannya. Bentuk dan konsistensi
himen juga sangat bervariasi. Pada wanita dewasa yang masih gadis, tebal himen
bervariasi dan selaput ini hampir menutupi seluruh liang vagina dengan lubang
yang bervariasi diameternya mulai dari seujung jarum sampai dapt dilewati satu
atau bahkan dua jari. Lubang himen biasanya berbentuk bulan sabit atau sirkular,
namun kadangkala berupa banyak lubang kecil (kribriformis), bercelah (septata)
atau berumbai tidak beraturan (fimbriata)
Vagina
Vagina merupakan struktur tubular muskulomembranosa yang memanjang dari vulva ke
uterus, berada diantara kandung kemih di anterior dan rektum di posterior. Di sebelah
anterior vagina berbatasan dengan vesika urinaria dan urethra, dipisahkan oleh jaringan
ikat (septum vesikovaginalis). Disebelah posterior yaitu antara bagian bawah vagina dan
rektum terdapat struktur serupa yang membentuk septum rektovaginalis.
Perineum
Jaringan yang terutama menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.
1.2

Mikroskopik genitalia eksterna wanita

Vagina
Bentuk tabung muskular dari serviks sampai genitalia eksterna. Dinding vagina terdiri
dari 3 lapis, yaitu :
lapisan mukosa terdiri dari epitel berlapis gepeng, bantak terdapat serat elastin.
Pada mukosa nya terdapat jaringan penyambung elastin dan pembuluh darah.
Lapisan muskularis terdiri dari serat-serat otot polos longitudinaldan sirkular
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat padat pada selubung luar vagina. Dan
tersapat sel-sel saraf
Vulva

Klitoris memiliki epitel berlapis gepeng, labia minor memiliki epitel berlapis gepeng
dengan
melanin, labia mayor dengan jaringa adiposa dan otot polos.
2. TIU : Memahami dan menjelaskan fisiologi keputihan
Cairan vagina adalah campuran yang terdiri dari lendir servik (sebagian besar) cairan
endometrium dan tuba falopii eksudat dari Kelenjar Bartholine dan Skene transudat
dari epitel pipih vagina yang mengalami eksfoliasi produk metabolisme mikroflora
vagina.
Cairan vagina terdiri dari :
o
o
o
o
o

Protein
polisakarida
asam amino
enzym
imunoglobulin.

Ciri-ciri leukore fisiologis:


1. Berupa cairan atau mukus
2. Terdapat banyak epitel
3. Jarang ditemukan leukosit
Vagina dilapisi oleh epitel pipih bertatah non keratinisasi ( non-keratinized stratified
squamous epithelium ) yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.
Pada vagina neonatus terdapat koloni bakteri aerobik dan anerobik yang diperoleh saat
melewati jalan lahir.
Epitel vagina neonatus bersifat sangat estrogenik dan mengandung banyak glikogen yang
mendukung pertumbuhan laktobaksil yang memproduksi asam laktat, situasi ini
menyebabkan pH vagina yang rendah (kurang dari 4.7) yang selanjutnya mendorong
pertumbuhan lebih lanjut dari mikroflora asidofilik protektif.
Beberapa hari setelah lahir, kadar estrogen menurun dan epitel vagina menjadi tipis,
atropi dan memiliki kandungan glikogen yang amat sedikit. Dalam lingkungan seperti ini,
pH meningkat dan organisme yang asidofilik tidak lagi dapat hidup. Sebagai akibatnya,
mikroflora vagina yang dominan adalah coccus dan basilus gram positif.
Saat pubertas terjadi steroidogenesis ovarium , vagina kembali berada dibawah pengaruh
estrogen dan kadar glikogen meningkat kembali. Laktobasilus penghasil asam laktat dan
hidrogen peroksida (H2O2) menjadi predominan kembali sehingga pH vagina berada

diantara 3.5 4.5. Meskipun demikian , terdapat rentang lebar bakteri aerobik dan
anerobik yang dapat dibiakkan melalui vagina normal. Sebagian besar wanita memiliki 3
8 jenis bakteri berbeda pada satu saat tertentu. Asam laktat, hidrogen peroksida, dan
berbagai bahan lain yang diproduksi oleh laktobaksil memberi perlindungan traktus
reproduksi bagian bawah terhadap berbagai penyakit menular seksual dan HIV.
3. TIU : Memahami dan menjelaskan keputihan yang patologis
TIK :
3.1 Definisi keputihan
keputihan adalah adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan
dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada
serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, selsel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini.
3.2 Epidemiologi keputihan
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang
sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis.
Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan
kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab
vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu
vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.
3.3 Etiologi keputihan
Fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi :
Bakteri :
Gardanerrella vaginalis

microbiology.scu.edu.tw

Klasifikasi
Kingdom

: Bacteria

Phylum

: Actinobacteria

Order

: Bifidobacteriales

Family

: Bifidobacteriaceae

Genus

: Gardnerella

Species

: G. vaginalis

Binomial name
Gardnerella vaginalis

Morfologi
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram-variabel yang mana merupakan
suatu spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial vaginosis pada wanita.
Salah satu dari spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu,
di bawah mikroskop terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram
positive, dengan sel clue, sel epitel yang menyelimuti bakteri.
Chlamydia trachomatis,

Ordo

: Chlamydiales

Family : Chlamydiaceae
Genus : Chlamydia
Spesies :C. Trachomatis

wiki.ggc.usg.edu
Morfologi:
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraseluler, hanya dapat tumbuh pada sel eukariot
hidup dengan membebtuk semacam koloniatau mikrokoloni yang disebut badan inklusi.
Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma. Morfologi
inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya.

Jamur :
Candida albicans
KLASIFIKASI
Kingdom

: Fungi

Phylum

: Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotina
Class

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Family

: Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Spesies

: Candida albicans

commons.wikimedia.com

MORFOLOGI

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk


tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang
menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu.
Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6
hingga 2-5,5 x 5-28 .
C. albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain,
blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit.
Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris
tengah sekitar 8-12 .
Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa,
umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadangkadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan
mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam
seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C. albicans
tumbuh di dasar tabung.
Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar), agar
tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal
berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam.
Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana CO 2 tinggi, dalam waktu
24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara.
Pada medium yang mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma
darah dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37oC terjadi pembentukan kecambah dari
blastospora.
C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan
lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu
28oC - 37oC. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan
sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat
diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang
mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses
peragian (fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob.
Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan

metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO 2 dan H2O dalam suasana
aerob.
Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol
dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang
diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat
dipakai oleh C. albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan
pertumbuhan sel.
C. albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya
melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat
sebagai sumber karbon.

Protozoa : Trichomonas vaginalis


Klasifikasi
Phylum : Metamonada
Class

:Parabasalia
Order :Trichomonadida
Genus

:Trichomonas

Species : T. vaginalis

Morfologi
trophozoite berbentuk oval serta flagellated. Hal ini sedikit lebih besar dari sel darah putih,
berukuran 9 X 7 m. Lima flagela muncul di dekat cytosome; empat ini segera memperluas
di luar sel bersama-sama, sedangkan flagela membungkus kelima mundur sepanjang
permukaan organisme. Fungsionalitas dari flagela kelima tidak diketahui. Selain itu, yang
menonjol seperti duri-axostyle proyek yang berlawanan dengan empat-flagela bundel; yang
axostyle dapat digunakan untuk lampiran pada permukaan dan dapat juga menyebabkan
kerusakan jaringan dicatat dalam infeksi trikomoniasis.
vaginalis tidak memiliki kista bentuk, organisme dapat bertahan sampai 24 jam dalam air
seni, air mani, atau bahkan sampel air. Ini memiliki kemampuan untuk bertahan pada fomites
dengan permukaan yang lembab selama 1 hingga 2 jam.
www.micrbiafiles.wordpress.com

Virus
Herpes virus

Morfologi
Virion menyelimuti; sedikit pleomorphic; bulat; 120-200 nm diameter. Proyeksi
permukaan amplop yang berbeda; paku; tersebar secara merata ke seluruh permukaan.
Nucleocapsids isometrik. Nucleocapsid dikelilingi oleh tegument yang terdiri dari
bahan bundar yang sering asymmetrically didistribusikan dan dapat bervariasi dalam
jumlah. Nucleocapsids kadang-kadang ditembus oleh noda (meskipun utuh amplop
kedap untuk noda); diameter 100-110 nm. Simetri ikosahedral. Tampak
Nucleocapsids sudut. Pengaturan capsomer permukaan jelas. 162 capsomers per
nucleocapsid (kapsomer heksagonal dalam penampang dengan lubang berjalan
setengah jalan di sepanjang sumbu). Inti terdiri dari spul berhubung dgn urat saraf
yang DNA dibungkus. Ujung-ujung serat berlabuh ke bagian bawah tempurung
kapsid. Partikel virus sering tidak lengkap hadir; mereka kurang capsids amplop.
www.virology.net
Human papilloma virus

HPV atau Human Papilloma Virus adalah sejenis virus yang menyerang manusia. Terdapat
lebih dari 100 tipe HPV dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala
yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada
kalangan dewasa muda (18-28 tahun). Lebih dari 95 persen dari kanker serviks disebabkan
oleh virus yang
dikenal sebagai Human Papilloma Virus (HPV)
HPV merupakan virus DNA famili Papovaviridae (papovaviruses), DNA virus terdiri dari
double strand dan sirkular dengan 5-8 gen dan virus ini tidak berselubung. Virus ini
menginfeksi sel pipih epitelium dan menyebabkan keadaan hiperplasia dari sel epitel pipih
www.virology.net
2. Iritasi :
- Sperma, pelicin, kondom
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodorant dan sabun
- Cairan antiseptic untuk mandi.
- Pembersih vagina.
- Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
- Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
4. Fistula(5)
5. Benda asing(5)
6. Radiasi
7. Penyebab lain(5) :
- Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
- Tidak dikatehui : Desquamative inflammatory vaginitis

3.3 Patogenesis keputihan patologis

Keputihan bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi dapat merupakan gejala dari suatu
penyakit lain. Keputihan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan
menimbulkan keluhan, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
penyebabnya.
Dikenal dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis ( normal ) dan keputihan
patologis ( tidak normal ). Keputihan patologis ( tidak normal ) adalah keluarnya cairan
secara berlebihan dari yang ringan, sampai berat misalnya keluar cairan kental, berbau busuk
yang tidak biasanya dan berwarna kuning sampai kehijauan ( berubah warna ). Pada kasus
yang berat seringkali juga disertai dengan rasa gatal bahkan rasa panas pada vagina.
PATOFISIOLOGI
Keputihan seringkali pula dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina.
Karena keputihan bisa terjadi pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman vagina
disebabkan oleh dua hal
1. Faktor intern antara lain dipicu oleh pil kontrasepsi yang mengandung estrogen,
IUD yang bisa menyebabkan bakteri, trauma akibat pembedahan, kelamaan
menggunakan antibiotic, kortikosteroid dan immunosupresan pada penderita
asma, kanker atau HIV positif.
2. Factor eksternal antara lain arah mencebok yang salah (seharusnya dari depan ke
belakang), sering memakai tissue saat mencebok, kehamilan dan diabetes mellitus,
pakaian dalam yang ketat, hubungan seks dengan pria yang membawa virus
Gonorrhoea, menggunakan WC umum yang tercemar bakteri Chlamydia.
Di dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril. Berbagai macam kuman
ada di situ. Flora normal di dalam vagina membantu menjaga keasaman pH vagina, pada
keadaan yang optimal. pH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu.
Misalnya karena pemakaian antiseptik untuk daerah vagina bagian dalam.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain.
Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak
tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman lain dengan
mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan
keputihan, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.
3.5 Manifestasi klinis keputihan
1. Candida albicans
Candida albicans adalah spesies kandida yang secara normal ditemukan di mulut,
tenggorokan, usus, dan kulit laki-laki dan perempuan sehat dan sering dijumpai di vagina
perempuan asimtomatik. Pertumbuhan berlebihan C.albicans adalah penyebab tersering
vaginalis dan vulvovaginitis. C.glabrata dan C.tropicalis adalah dua spesies lain yang
menyebabkan vulvovaginitis.
Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistansi pejamu atau flora bakteri
lokal. Faktor predisposisi pada perempuan adalah kehamilan, haid, diabetes militus,
pemakaian kontrasepsi dan terapi antibiotik. Baju dalam yang ketat, konstriktif dan sintetik

sehingga menimbulkan lingkungan yang hangat dan lembab untuk kolonisasi diperkirakan
berperan dalam infeksi rekuren. Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitivitas terhadap
produk-produk misalnya pencuci vagina dan semprotan deodorant ikut berperan
menimbulkan kolonisasi. Laki-laki umumnya terjangkit infeksi melalui kontak seksual
dengan perempuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina. Individu yang mengalami
kandidiasis yang persisten dan membandel harus diperiksa untuk kemungkinan infeksi HIV.

Gejala dan Tanda


Pada perempuan, gejala paling mencolok pada vulvovaginitis ragi ini adalah pruritus dan
iritasi hebat pada vulva dan vagina. Dapat timbul edema, eritema, dan fisura pada vulva,
disertai disuria akibat meradangnya jaringan (disuria eksternal). Sering terdapat secret vagina
seperti keju lembut atau dadih. Pemeriksaan dalam memperlihatkan vagina yang kering
merah dengan plak-plak putih yang lekat.
Laki-laki yang memiliki C.albicans sering asimtomatik. Apabila timbul, maka gejala tersering
adalah kulit penis yang tampak eritematosa berkilap dan erosi di glans atau permukaan dalam
prepusium. Infeksi simtomatik pada laki-laki menyebabkan balanopostitis dengan derajat
bervariasi yang menyebabkan rasa gatal, panas, dan iritasi pada glans dan prepusium. Lesi
tampak berkrusta dan lekat, dan mungkin dijumpai bercak-bercak putih seperti keju di glans.

Trikhomonas vaginalis
Infeksi trikomonas biasanya tampak sebagai vaginitis difus dengan berbagai keterlibatan
vulva. Infeksi T. Vaginalis menimbulkan gatal hebat disertai edema dan eritema yang
bervariasi. Banyak bintik merah, jarang berdarah, dapat tersebar pada permukaan vagina dan
porsio serviks. Serviks, urethra dan kandung kemih dapat terinfeksi secara sekunder. Leujore
ditandai dengan lendir tipis, berwarna hijau kuning dan kadang kadang berbusa dengan bau
busuk. Disharge tersebut mempunyai pH 5 - 6,5.
Pada larutan salin, flagela uni selulerdapat diamati dengan larutan salin, flagela uniseluler
dapat diamati bergerak di sekitar daerah yang berisi banyak leukosit.

3.6 Diagnosis dan pemeriksaan pada keputihan yang patologis


Pemeriksaan Diagnostik pada candida albicans
Anamnesis dan temuan klinis disertai oleh pemeriksaan mikroskopik sudah memadai untuk
menegakkan diagnosis kandidiasis pada sebagian besar pasien. Pemeriksaan mikroskopik

secret vagina dengan larutan KOH 10% akan memperlihatkan hifa bercabang dan
pembentukan tunas (budding) khas kandidiasis. Selama infeksi kandida, vagina
mempertahankan pH normal 4,0 sampai 4,5. Pada perempuan simtomatik, dan pada semua
perempuan dengan kandidiasis rekuren, harus dilakukan biakan vagina apabila hasil
pemeriksaan mikroskopik negatif. Namun hasil biakan yang positif pada perempuan
asimtomatik seyogyanya tidak menyebabkan pemberian terapi karena C.albicans adalah flora
komensal di vagina sebagian besar perempuan.
Pemeriksaan diagnostik pada trichomonas vaginalis
Pada perempuan, meningkatnya pH vagina, adanya bau amina, dan sekret vagina
hijau-kuning yang berbusa merupakan indikasi kuat infeksi T.vaginalis. Namun, diagnosis
yang hanya didasarkan pada gejala kurang dapat diandalkan karena beragamnya gejala dan
adanya infeksi asimtomatik. Pada laki laki, gejala tidak banyak berbeda dari uretritis yang
disebabkan oleh organisme lain. Pemeriksaan trikomonad dalam sediaan basah saline pada
pemeriksaan mikroskopik sekret dapat menegakkan diagnosis tapi tidak dapat menyingkirkan
diagnosis. Demikian juga, T.vaginalis yang terdeteksi pada Pap smear tidak dapat diandalkan
karena tingginya angka positif-palsu dan negatif-palsu.
pH vagina pada infeksi T.vaginalis mengalami peningkatan, tapi whiff test
memberikan hasil negatif. Pada pemeriksaan sediaan basah dapat ditemukan jumlah sel PMN
yang meningkat dan protozoa motil yang ukurannya sama dengan sel PMN, gambarn seperti
ini ditemukan pada 2/3 kasus.
Biakan adalah baku emas untuk diagnosis; namun terapi biasanya sudah dapat
diberikan hanya berdasarkan gejala klinis.
3.7 komplikasi
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi penyakit
yang dikenal dengan radang panggul.
Komplikasi jangka panjang yang lenih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita tersebut akan
mandul akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam kemaluan terutama tuba falopi dan
juga dapat menyebabkan infertilitas.
Komplikasi juga dapat terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat menjalar ke
prostat dan menimbulkan infeksi buah zakar dan saluran kemih.

4. TIU : Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan pada keputihan


TIK :
4.1 Farmakologi
PENATALAKSNAAN
1. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit.

2. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses


infeksi sesuai dengan penyebabnya.
3. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari
golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol
untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit
Tujuan pengobatan:
Menghilangkan gejala - Memberantas penyebabrnya- Mencegah terjadinya infeksi ulangPasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya
penyebabnyaBerikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal:
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik:
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggalPasangan seksual
dibawa dalam pengobatan2.
2. Chlamidia trachomatis
1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari3.
3. Gardnerella vaginalis
1. Metronidazole 2 x 500 mg
2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
.
4. Virus herpeks simpleksBelum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
1. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
2. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
3. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
Pengobatan

1.

Klotrimazol
Asal dan kimia
Berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol dan kloroform, sedikit larut dalam eter.
Aktivitas antijamur
Mempunyai aktivitas antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja
mirip dengan mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis,
kruris dan korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum,
dan M.canis dan untuk tinea vesikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis
yang disebabkan oleh Candiada albicans.
Efek samping
Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal dan
urtikaria.
Sediaan dan posologi
Tesedia dalam bentuk krim dan laritan dengan kadar 1% untuk dioleskan 2
kali sehari. Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100mg digunakan sekali sehari pada
malam hari selama 7 hari, atau tablet vaginal 500mg, dosis tunggal.

2.

Metronidazol
Pada infeksi trikomonas vaginalis :
Diberikan peroral (2g sebagai dosis tunggal, 1g setiap 12 jam x 2 atau 250 mg tiga x
sehari selama 5-7 hari). Memiliki ES seperti mual kadang-kadang muntah, rasa seperti
logam dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada
trimester pertama kehamilan.
Pada kasus sensitivitas dpt dipakai klotrimazol topikal.

Pada infeksi gardnerella vaginalis:


Dapat diberikan 500 mg 2 x sehari selama seminggu dan lebih baik juga direncanakan
mitra seksual

PENISILIN
Absorbsi:

Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan
dalam saluran cerna.

Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.

Biotransformasi dan ekskresi:

Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan berdasarkan


pengaruh enzim penisilinase dan amidase.
1. Efek Samping
Reaksi alergi paling sering dijumpai pada golongan penisilin bahkan golongan G
khususnya merupakan obat yang tersiring membuat alergi.
Nefropati efek nefrotoksik dari penisilin.
Syok anafilaksis dapat sesegera mungkin diberi larutan adrenalin 1:1.000 secara
SK sebanyak 0,3-0,4 ml.
Reaksi toksik dan iritasi local kulit kemerahan sebagian, suntikan IM membuat
nyeri dan peradangan pada lokasi pemberian obat.
Efek toksik penisilin terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsy grnad mal
dan bias timbul karena pemberian IV dosis besar.
Reaksi jarisch-Herxheimer yang berat pada pemberian penisilin untuk pasien sifilis
diduga reaksi tubuh terhadap antigen spirochaeta.
2. Sediaan dan Posologi
Ampisilin
Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul ampisilin trihidrat atau anhidrat 125
mg, 250 mg, 500 mg/5 mL
Dalam suntuikan 0,1; 0,25; 0,5; dan 1 gram per vial.
Amoksisilin

Dalam bentuk kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup
125 mg/ 5 mL. Dosis dapat diberikan 3 kali 250-500 mg sehari.

Antibiotik : Monobaktam, Aztreonam


Mekanisme Kerja:
Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman seperti antibiotic
betalaktam lainnya
Mudah menembus dinding dan membrane sel kuman gram-negatif aerobic dan
kemudian mengikat erat penicillin-binding-profein 3 (=PBP 3). Pengaruh
interaksi tersebut pada kuman ialah terjadi perubahan bentuk filament,
pembelahan sel terhambat dan mati.
Farmakokinetik:
Aztreonam harus diberikan secara IM atau IV, karena tidak diabsorbsi melalui
saluran cerna.
Kadar puncak dalam serum darah pada pemberian 1 g IM dalam waktu 60
menit mencapai 46 microgram/mL.

Obat didistribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh yaitu
synovial, pleural, pericardial, peritoneal, cairan lepuh, sekresi bronkus, tulang,
empedu hati, paru-paru, ginjal, otot, endometrium dan usus.
Ekskresi melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal dalam bentuk
utuh, yaitu sekitar 70% dosis yang diberikan.
Sekitar 7% obat dmetabolisme dan metabolitnya kemudian diekskresi melaui
urin. Hanya 1% yang melalui tinja dalam bentuk utuh.

Indikasi:
Efektif untuk infeksi berat kuman gram negative aerobic.
Infeksi saluran kemih dengan komplikasi, saluran napas bawah, kulit dan
struktur kulit, alat kelamin, intra abdomen, tulang dan bakteremia pada dewasa
dan anak.
Efek Samping:
Tidak banyak berbeda dengan ES dari antibiotic betalaktam lainnya,
penggunaan neonates secara rutin tidak dianjurkan.
Posologi:
Aztreonam diberikan secara suntikan IM yang dalam, bolus IV perlahan-lahan
atau infuse intermiten dengan periode 20 sampai 60 menit.
Dosis dewasa 1-8 g/hari, dibagi untuk pemberian setiap 6 sampai 12 jam.
Untuk infeksi saluran kemih 500 mg atau 1 g setiap 8-12 jam.
Pemberian IV dianjurkan untuk yeng memerlukan dosis lebih dari 1 g
misalnya pasien septisemia bacterial, abses intra-abdominal, peritonitis atau
infeksi sistemik berat lainnya.

4.2 Pencegahan
1. Menjaga kebersihan daerah vagina.
2. Membilas vagina dengan cara yang benar.
3. jangan suka bertukar-tukar celana dalam bersamaan dengan teman wanita lainnya.
4. Jangan menggunakan handuk bersamaan.
5. lebih hati-hati dalam menggunakan toilet umum.
6. Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, tiap tahun melakukan pap
Smer untuk mendeteksi perangai sel-sel yang ada di leher rahim.

5. TIU : Memahami thaharah pada keputihan


1. Janganlah kalian tergesa-gesa menetapkan akhir haid atau hingga kalian melihat cairan
putih.
2. Ummu atiyah : kami tidak menanggap al kudrah (cairan keruh) dan as-sufah (cairan
kekuningan sama dengan haid
Berdasarkan kedua hadist tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengakami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang
mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban
melaksanakan shalat, puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis sama dengan air kencing oleh karenanya
apabila ingin melaksanakan shalat sebelum mengambil wudhu harus istinjak (cebok) dan
membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus menerus maka orang yang mengalaminya
dihukumi dharah (terpaksa) artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat
walaupun salah satu syarat sahnya shalat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Arif mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga. Media Aesculapius FKUI
2001
Price Sylvia. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit vol 2. EGC:
Jakarta
Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo, Jakarta (2008)
Ralph C. Benson, marthin L. Pernoll. 2009 . Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi
9. EGC: Jakarta

Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI (2008). Parasitologi Kedokteran. Edisi


Empat. Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Bagian farmakologi FKUI.
www.MUI.com

Anda mungkin juga menyukai