1. Klasifikasi Kennedy
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Klas II kennedy
Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada tetapi
berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral)
Klas IV kennedy
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dan gigi yang masih ada dan
melewati garis median tengah
2. Klasifikasi Applegate-Kennedy
Macam-macam diagnosa menurut klasifikasi applegate-kennedy (Gunadi,
1995) :
Kelas I
Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang (bilateral). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang
awah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi secara klinis, di jumpai
keadaan (Thomas, et. al., 2009) :
1. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.
2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi
tiruan yang akan dipasang.
3. Jarak antar lengkung rahang again posterior biasanya sudah mengecil.
4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah eksrusi dalam berbagai derajat.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal dibagian anterior umumnya sekitar 6-10
gigi saja.
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporo mandibular.
Indikasi pelayanan prostodontik kelas 1 :Geligi tiruan sebagian lepasan
dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Kelas II
Daerah tak bergigi terletak pada bagian posterior dari gigi yang masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral). Secara klinis
dijumpai keadaan :
1. Resorbsi tulang alveolar terlihat lebih banyak.
Kelas III
Keadaan tak bergigi paradental dengan kedua sisi tetangganya tidak lagi
mampu member dukungan kepada protesa secara keseluruhan. Secara klinis dijumpai
keadaan :
1. Daerah tak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal, dan atau disertai goyangnya
gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi pelayanan prostodontik kelas III :
Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi yang masih ada dan
melewati garis tengah rahang. Pada umumnya kelas ini dibuatkan geligi tiruan
sebagian lepasan, bila :
1. Tulang alveolar sudah banyak yang hilang.
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak geligi
pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien
dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi
factor estetik.
Indikasi pelayanan prostodontik kelas IV :
1. Geligi tiruan cekat, bila geligi tetangga masih kuat.
2. Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau
jaringan atau kombinasi.
3. Pada kasus meragukan, sebaiknya dibuatkan GTSL.
Kelas V
Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tidak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini
banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena malposisi
atau terjadinya kecelakaan.
Gigi bagian anterior kurang disenangi sebagai gigi penahan, biasanya karena salah
satu alasan berikut ini :
1. Daerah tak bergigi sangat panjang.
2. Daya kunyah pasien berlebihan.
Kelas VI
Daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetengga asli dapat dipakai
sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini seringkali merupakan daerah tak bergigi yang
terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut. Biasanya dijumpai keadaan klinis :
1. Daerah tak bergigi yang pendek.
2. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung penuh.
3. Sisa prosesus alveolaris memadai.
4. Daya kunyah pasien tidak besar.
Indikasi pelayanan prostodontik kelas VI :
1. Geligi tiruan cekat.
2. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa
sadel).
Bila terdapat daerah tak bergigi tambahan disebut modifikasi kecuali pada
kelas IV.