Pembimbing
dr. Retna Gemala Dewi, SpM
Disusun Oleh :
Rahardian Sigmawan
201410401011013
Robiatul Adawiyah
201410401011016
SMF MATA
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Surabaya,
November 2014
Pembimbing
DAFTAR ISI
14
KATA PENGANTAR
Surabaya,
November 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
resiko
CSCR
adalah
penggunan
kortikosteroid
sistemik,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Central serous chorioretinopathy adalah suatu kelainan idiopatik pada
bagian chorioretinal yang ditandai dengan adanya pelepasan lapisan serosa pada
bagian neural retina daerah makula. CSCR disebut juga Central serous
retinopathy/choroidopathy, merupakan suatu kelainan idiopatik pada makula yang
ditandai adanya ablasi serosa dari neuroepitelium retina sensoris yang
mengakibatkan akumulasi cairan subretina tanpa disertai perdarahan subretina
maupun eksudat. (1,2)
2.2 Epidemiologi
Estimasi terbaik dari tingkat insiden berdasarkan populasi kohort
retrospektif dan studi kasus didokumentasikan di Olmsted county, Minnesota,
Amerika Serikat, yang mendokumentasikan semua kasus baru CSCR dari tahun
1980 sampai tahun 2002. Hal ini dicapai melalui sistem catatan medis yang
komprehensif dengan kriteria standar yang digunakan untuk menentukan CSCR.
Tingkat insiden pada laki-laki lebih tinggi 6 kali dari pada perempuan. Pada
penelitian lain melaporkan umur rata-rata penderita CSCR antara 41-45 tahun.
Pada wanita dengan CSCR yang kronik prevalensi puncak rata-rata umur
penderita adalah usia 51 tahun (3).
2.3 Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang diduga sebagai penyebab, diantaranya
peningkatan kortisol endogen (stres, personalitas tipe A, hipokondria, histeria,
neurosis
konversional),
hormonal,
kehamilan,
dan
penderita
pengguna
kortikosteroid. (2)
Tabel 2.1 Faktor resiko CSCR (1)
KONDISI SISTEMIK
MEDIKASI
Personalitas tipe A
Kortikosteroid
Stres emosional
Pengobatan psychopharmacologic
Hipertensi sistemik
3, 4-methlyenedioxymethamphetamine
Kehamilan
Over-the-counter sympathomimetics
Transplantasi Organ
Antibiotik
Antihistamin
Perokok
Sidenafil citrate
Pengguna alkohol
Membranoproliferative
glomerulonephritis type II
Infeksi Helicobacter pylori
Kelainan autoimun
Onset dari CSCR berkaitan dengan faktor stres psikososial yang berat,
seperti perceraian, kemiskinan, penyakit kritis, biasanya terjadi pada pasien
dengan mekanisme koping
pasien biasanya dalam keadaan kesehatan yang baik, tanpa penyakit mental dan
hubungan sosial yang baik. Hubungan antara faktor kepribadian dan CSCR
dikaitkan dengan tingginya sirkulasi katekolamin dan kortikosteroid ( 4 kali dan
40 kali lebih tinggi kadar katekolamin dan kortikosteroid, dalam Tipe A
dibandingkan dengan kepribadian Tipe B). (3)
Kehamilan berkaitan dengan penigkatan angka kejadian CSCR. Hal ini
diduga berkaitan dengan peningkatan kadar kortikosterid endogen yang terjadi
selama masa kehamilan. CSCR paling sering terjadi pada trimester ketiga dan
pulih 1-2 bulan setelah melahirkan. Untuk penyebabnya masih belum jelas. (1)
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari CSCR belum sepenuhnya diketahui. Dari beberapa
penelitian didapatkan kelainan pada retinal pigmen epitheilum (RPE) atau pada
koriokapilar. Pada CSCR akut, pemeriksaan FFA (fundus flourecin angiography)
menggambarkan adanya kebocoran tunggal maupun multipel pada RPE, dimana
sering terjadi pada daerah extrafoveal. Gambarannya dapat berupa smoke stack
appearance ataupun ink blot appearance. Meskipun demikian, serous
neurosensory detachment hampir selalu pada daerah subfovea pada pasien dengan
gejala CSCR, mungkin karena ketipisan retina pada daerah subfovea dan
rendahnya efek absorbsi dari RPE. Disfungsi RPE mengarah ke CSCR akut, bisa
fokal atau difus, hal ini disebabkan adanya aliran balik dari cairan menuju
subretinal space. Hal ini dapat dibuktikan pada kerusakan fokal, RPE bisa
membalikkan arah dari transfer ion yang pada akhirnya menjadi aliran balik dari
cairan. (1)
Gambar 2.1
Gambar skematik dari CSCR (6)
Gambar 2.2
Colour fundus photograph of acute central serous chorioretinopathy presenting
as serous neurosensory retinal detachment centred on fovea. The lower
photograph shows the neurosensory detachment on time domain optical
coherence tomography. (3)
10
Gambar 2.3
Chronic central serous chorioretinopathy. Note pigmentary changes overlying the
pigment epithelial detachment in the first photograph. The middle photograph
shows areas of hyperautofluorescence over regions of neurosensory detachment,
while the lower spectral domain optical coherence tomography photograph
through the fovea shows a pigment epithelial detachment with resolving
subretinal fluid. (3)
11
12
dari 20/20 20/200, tapi pada kebanyakan penderita, visus lebih baik dari 20/30.
Penurunan penglihatan tersebut dapat dikoreksi dengan koreksi hipermetropia.(2)
2.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan visus dengan koreksi terbaik didapatkan koreksi
hipermetropia atau mendekati normal. Pemeriksaan retina dengan pupil dilatasi
menggunakan oftalmoskopi direk/ indirek tampak area makula retina yang
menonjol dan berbatas jelas disertai penurunan reflek fovea. Tes Amsler grid
menunjukkan area yang terkena dan pada pemeriksaan penglihatan warna dengan
ishihara didapatkan penurunan. (2)
Pemeriksaan fundus menampakkan suatu elevasi retina berupa daerah
bulat atau oval, ukuran dan letaknya bervariasi, tetapi biasanya di makula.
Mungkin terdapat bercak-bercak berwarna abu-abu kekuningan di sentral yang
mewakili eksudat subretina. Sesekali terdapat pelepasan retinal pigmen epithelium
serosa dibagian superior. Mungkin terlihat tanda-tanda serangan sebelumnya
dalam bentuk lesi-lesi retinal pigmen epithelium yang sedikit atrofik. Diagnosis
paling mudah dikonfirmasi dengan optical coherence tomography. Sekitar 80%
mata dengan CSCR mengalami penyerapan spontan dan pemulihan ketajaman
penglihatan normal dalam 6 bulan setelah onset gejala. (4)
Berbagai pola kelainan terlihat melalui angiografi fluoresein, yang paling
khas di antaranya adalah konfigurasi cerobong asap dari zat warna yang
merembes keluar koriokapilar dan menumpuk di bawah epitel pigmen retina atau
retina sensorik yang menunjukkan adanya hiperfluoresensi. (2,4)
13
14
e) Pada pasien dengan CSCR yang diinduksi oleh obat kortikosteroid tetapi
pasien
tidak
dapat
menghentikan
atau
mengurangi
penggunaan
kortikosteroid.
f) Pada pasien dengan ablasio retina yang bullous dengan kehilangan
lapangan pandang perifer.
Fotokoagulasi laser dapat menyebabkan komplikasi neovaskularisasi
khoroid (CNV) sebanyak 1% dan dapat dilakukan injeksi anti VEGF intravitreal.
(2,5)
Untuk lesi-lesi di dekat fiksasi sentral, terapi fotodinamik dengan dosis
verteporfin yang lebih rendah dari normal, dan micropulse laser memberikan hasil
yang menjanjikan. Hasil terapi kurang baik pada CSCR yang disertai pelepasan
retinal pigmen epithelium. (4)
2.9 Prognosis
Prognosis visus pada CSCR umumnya baik, kecuali pada kasus yang
kronis dan rekuren. Sebagian besar kasus CSCR, cairan subretina akan mengalami
resorbsi spontan dalam waktu 3-4 bulan, diikuti dengan perbaikan visus yang
dalam perjalanannya bisa membaik hingga waktu 1 tahun. Sering masih
didapatkan metamorpopsia ringan, skotoma, abnormalitas sensitivitas kontras dan
defisit penglihatan warna ringan yang menetap. Beberapa kasus mengalami
penurunan visus yang menetap dan sekitar 40-50 % mengalami rekurensi.
Remisi cepat dari CSCR dapat terjadi dalam beberapa minggu saja bila
dilakukan laser fotokoagulasi pada titik kebocoran fluoresin. Jika titik kebocoran
berada terlalu dekat dengan fovea sentral untuk dilakukan laser fotokoagulasi,
15
suatu
neovaskularisasi
dapat
dilakukan
injeksi
anti-VEGF
intravitreal. (2)
16
BAB 3
RINGKASAN
hole,
idiopatik
polypoidal
coroid
vasculopathy
(PCV),
abnormalitas RPE multifokal, ablasi epitel pigmen, inflamasi koroid dan defek
optic disc pit.(2)
17
References
1. Anna S. Kitzmann, Jose S. Pulido, William J. Wirostko. Central Serous
Chorioretinopathy. [book auth.] Jay S. Duker Myron Yanoff. Ophthalmology.
s.l. : Elsevier Inc, 2008.
2.
Moestijab,
Wimbo
Sasono,
M.
Firmansjah.
Central
Serous
Central
serous
chorioretinopathy:
review
of
epidemiology
and
18
19