Anda di halaman 1dari 3

Model Pemberantasan Korupsi di Finlandia

Naranggi Pramudya Soko1)


1) 7B DIV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan
email:pramudya.soko@gmail.com
Abstrak Korupsi yang sekarang ini marak terjadi di Indonesia ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja
tetapi juga telah menjangkiti hampir seluruh negara di dunia. Finlandia adalah salah satu dari sedikit negara
dunia yang berhasil menjalankan nilai-nilai antikorupsi di negaranya. Nilai-nilai antikorupsi di Finlandia telah
menyatu ke dalam kehidupan sosial dan bernegara melalui pembangunan karakter masyarakat yang dimulai
sejak dua abad yang lalu. Karakter antikorupsi masyarakat Finlandia sekarang ini telah menuntun Finlandia
menjadi negara maju yang minim korupsi.
Kata Kunci: Pemberantasan, Korupsi, Finlandia.
1.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi rahasia masyarakat umum
bahwa Indonesia telah dijangkiti virus korupsi
yang telah sangat mengakar dengan kuat di
republik ini, sehingga hampir setiap bulan
muncul kasus-kasus korupsi baru yang
menghiasi headline media-media di Indonesia.
Meski telah banyak kasus korupsi yang
terungkap, hal itu tidak membuat para pelaku
korupsi jera. Kasus-kasus korupsi baru yang
melibatkan para pejabat publik di Indonesia terus
saja bermunculan.
Korupsi yang telah mengakar dari kalangan
bawah hingga pejabat kelas atas di Indonesia
sangat sulit untuk diberantas, untuk itu tidak ada
salahnya kita belajar dari Finlandia, negara yang
sejak tahun 1995 tidak pernah tersingkir dari tiga
besar negara terbersih dunia berdasarkan survey
dari Transparency International.
B. Maksud dan Tujuan
Penulisan jurnal ilmiah ini ditujukan untuk
memberikan
gambaran
kepada
pembaca
mengenai langkah-langkah antikorupsi yang
dilakukan pemerintah Finlandia sebagai referensi
untuk membangun model atau sistem antikorupsi
yang baik di Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Penulisan jurnal ilmiah ini diharapkan dapat
menjawab pertanyaan bagaimana Finlandia dapat
menjadi negara dengan tingkat korupsi yang
sangat rendah di dunia.

2.

LANDASAN TEORI

Korupsi (berasal dari bahasa latin corruptio dari


kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan
kepercayaan
publik
yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak[2]. Sedangkan dalam Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI),
korupsi
didefinisikan
sebagai
penyelewengan
atau
penggelapan uang negara atau perusahaan, dan
sebagainya untuk keperluan pribadi.
Menurut Joel Krieger, terdapat 3 (tiga) bentuk
korupsi
yang
sering
mewarnai
lembaga
pemerintahan,
yaitu
extortive
corruption,
manipulative corruption, dan nepotistic corruption
[3]
. Sedangkan menurut Syed Hussain Alatas bentuk
korupsi mencakup penyuapan, pemerasan, dan
nepotisme [4].
Finlandia adalah negara skandinavia di Eropa
Utara yang juga termasuk negara nordik. Finlandia
mempunyai bentuk negara republik, dan merupakan
anggota Uni Eropa. Finlandia berbatasan darat
dengan Swedia, Norwegia, dan Rusia. Sedangkan
batas lautnya adalah Laut Baltik di barat daya, Teluk
Finlandia di selatan, dan Teluk Bothnia di barat.[5]
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Finlandia yang kini dikenal sebagai negara


industri maju di kawasan Skandinavia tidak serta
merta meraih kesuksesannya sebagai negara dengan
pemerintahan terbersih nomor dua dunia begitu saja.
Apa yang diraih oleh Finlandia sekarang merupakan
proses pembangunan karakter yang telah dilakukan
sejak dua abad yang lalu.

3.1 Kultur Anti-Korupsi


Masyarakat Finlandia adalah masyarakat yang
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran.
Mereka menganggap kebohongan adalah perbuatan
yang sangat memalukan, bagi mereka kebohongan
adalah awal dari perbuatan yang lebih buruk lagi di
masa depan. Sekali saja seseorang di Finlandia
melakukan
kebohongan
dan
kemudian
kebohongannya itu terkuak, jangan harap pelaku
kebohongan itu akan mendapatkan kepercayaan dari
orang-orang disekitarnya kembali.
Pemerintah Finlandia sadar bahwa kepercayaan
yang mereka dapat dari masyarakat adalah harta yang
sangat berharga dan harus dijaga. Kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah merupakan kunci
dalam membangun stabilitas nasional yang akan
menggerakkan roda ekonomi. Hal inilah yang
mendorong Perdana Menteri perempuan pertama
Finlandia, Anneli Jaatteenmaki, mengundurkan diri
dari jabatannya pada Juni 2003 setelah dianggap
melakukan kebohongan. Demi menjaga kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah, Jaatteenmaki
mengundurkan diri sebagai perdana menteri
Finlandia.
Pada
saat
pengunduran
dirinya
Jaatteenmaki mengatakan Kalau kepercayaan hilang,
berarti posisi juga hilang. Saya telah kehilangan
kepercayaan itu. Dan jelas, waktu saya sebagai
perdana menteri telah berlalu.
Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga
akan menuntun rakyatnya menjadi rakyat yang patuh
pada hukum, karena mereka percaya hukum akan
ditegakkan dengan baik dan mereka akan mendapat
keadilan melalui penegakan hukum tersebut.
Supremasi hukum di Finlandia ditegakkan dengan
tanpa pandang bulu. Itulah sebabnya Finlandia
mempunyai tingkat pelanggaran hukum yang rendah.

melanggar dapat berupa teguran tertulis sampai


dengan pemberhentian dengan tidak hormat.
Dalam Undang-Undang Hukum Pidana, pegawai
pemerintah Finlandia termasuk dalam subjek hukum
pidana. Terdapat beberapa pasal yang dibuat khusus
untuk mengatur perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh pejabat publik, seperti melakukan
pemerasan, menerima suap, menyalahgunakan
wewenang, dan lain sebagainya.
3.3 Lembaga Anti-Korupsi Finlandia
Investigasi serta penanganan kasus korupsi di
Finlandia merupakan wewenang Kepolisian Nasional
Finlandia yang berada di bawah otoritas Kementrian
Kehakiman. Meski wewenang penanganan korupsi
berada di Kepolisian Nasional, Finlandia juga
memiliki lembaga khusus korupsi yang bernama
Criminal Investigation of Corruption (OCRC).
Dalam melakukan tugasnya, OCRC tidak dapat
bertindak atas inisiatif sendiri. OCRC hanya dapat
bergerak berdasarkan permintaan dari kejaksaan.
OCRC mempunyai tanggung jawab sebagai berikut.
1) Menyelidiki kejahatan yang kompleks dan
serius serta pelanggaran kepentingan publik
di sektor swasta;
2) Mendukung brigade polisi peradilan dalam
menyelidiki pelanggaran dan kejahatan
tersebut;
3) Mendukung
kegiatan
dalam
kasus
menyelidiki pelanggaran yang dilakukan
terkait dengan kontrak pengadaan publik dan
subsidi publik;
4) Mengelola dan memanfaatkan dokumentasi
khusus dalam mencegah dan melawan
korupsi.[6]
4.

3.2 Undang-Undang Anti-Korupsi di Finlandia


Finlandia tidak mempunyai undang-undang
khusus yang mengatur tentang korupsi seperti di
Indonesia. Korupsi di Finlandia diatur melalui dua
undang-undang, yaitu Undang-Undang Prosedur
Administrasi dan Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Prosedur Administrasi lebih kepada
mengatur perilaku pejabat publik. Undang-undang ini
menekankan pejabat publik untuk selalu bertindak
adil dalam melakukan pekerjaannya sesuai peraturan
yang berlaku. Undang-undang ini juga melarang
pejabat publik untuk memungut biaya dalam
memberikan pelayanan. Sanksi bagi pegawai yang

KESIMPULAN

Terciptanya iklim anti-korupsi di Finlandia


didasarkan pada dua faktor utama, yaitu faktor kultur
masyarakat dan faktor hukum. Faktor kultur yang
sangat efektif dalam menciptakan iklim antikorupsi di
Finlandia adalah kejujuran dan ketaatan pada hukum.
Sedangkan dari faktor hukum, terdapat undangundang dan lembaga antikorupsi. Meski Finlandia
tidak mempunyai undang-undang khusus yang
membahas tentang korupsi, tetapi dengan supremasi
hukum yang ditegakkan dengan baik terbukti
Finlandia dapat meminimalkan terjadinya korupsi.
Dari segi lembaga hukum, kasus korupsi merupakan
wewenang kepolisian. Finlandia juga mempunyai
lembaga khusus yang menangani korupsi tetapi tidak

mempunyai kewenangan yang kuat layaknya di


Indonesia.
DAFTAR REFERENSI
[1] http://ti.or.id/index.php/pressrelease/2012/12006/peluncuran-corruptionperception-index-2012
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
[3] Joel Krieger, The Oxford Companion to Politics
of the World, (Oxford: Oxford University Press,
1993),h.198-199.
[4] Syed Hussain Alatas, Korupsi: Sifat, Sebab dan
Fungsi, (Jakarta: LP3ES, 1987), h. ix-x.
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Finlandia
[6] Septian Wildan Mujaddid, Pemberantasan
Korupsi di Finlandia, (Jakarta: 2013), h. 2.
--,

Finland Authorities-On TRACK against


Corruption,
http://www.track.unodc.org/LegalLibrary/.../Fin
land/
--,
Corruption
Crimes,
http://www.poliisi.fi/poliisi/krp/home.nsf/pages/
0AFDA8FDBE427C1C2257988003B36C7?ope
ndocument
Khofiyana,
Eva,
Belajar
dari
Finlandia,
http://m.kompasiana.com/post/hukum/2012/09/
16/belajar-dari-finlandia/
Ech-wan, Budaya Antikorupsi dari Finlandia :
Perdana Menteri Mundur Karena Bohong,
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/12/0
8/budaya-antikorupsi-dari-finlandia/
Wildan Mujaddid, Septian, Pemberantasan Korupsi
di
Finlandia,
http://www.academia.edu/4126464/Paper_Anti_
Korupsi_Finland/

Anda mungkin juga menyukai