ASAM BENZOAT
Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri kimia saat ini mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah industri yang menggunakan asam
benzoat sebagai bahan pengawet, sehingga kebutuhan akan asam benzoat meningkat.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut hingga saat ini Indonesia masih mengimpor dari
berbagai negara karena pabrik asam benzoat belum terdapat di Indonesia.
Perkembangan proses pengawetan bahan dewasa ini mulai banyak dilakukan
penelitian, proses pengawetan secara umum terdiri dari dua macam, yaitu dengan cara
fisik dan dengan cara kimia. Proses pengawetan dengan cara fisika banyak diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti pemanasan, pendinginan, pengeringan, banyak kita
jumpai dalam proses pengawetan ikan dengan cara dikeringkan dengan sinar matahari
proses ini memakan waktu yang lama karena proses penguapan air membutuhkan waktu
yang lama karena media pemanas berupa sinar matahari yang berkisar panasnya 33
35oC.
Proses pengawetan lainnya dengan cara pendinginan, proses ini memerlukan alat
refrigerator untuk mendinginkan bahan, dengan harapan tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme dalam produk. Proses ini membutuhkan peralatan dan biaya operasi
cukup tinggi, bahan yang akan diawetkan dapat berupa bahan basah, proses pendinginan
ini dapat menjaga kesegaran bahan atau produk, sehingga apabila dikonsumsi seperti
masih segar.
Proses pengawetan secara fisika yang lain, dapat berupa pemanasan, dengan
harapan bahan tersebut telah bebas dari mikroorganisme, proses ini hanya mampu
mengawetkan dalam beberapa jam, setelah itu mikroorganisme dapat tumbuh kembali
dalam media.
Proses pengawetan dengan cara kimia banyak dilakukan dalam beberapa proses
produksi, biasanya proses tersebut tidak murni berupa pengawetan secara kimia, tetapi
berupa kombinasi dari proses fisika dan kimia, seperti produk terlebih dahulu dilakukan
pemanasan kemudian ditambahkan bahan kimia dan produk sehingga pertumbuhan
mikroorganisme menjadi lambat, beberapa produk olahan dengan bahan baku tumbuhtumbuhan banyak menggunakan proses tersebut, seperti pada pabrik pengalengan ikan,
industri roti, dan industri makanan dan minuman.
Pengawetan dengan menggunakan cara kimia seperti penambahan bahan kimia
pada produk, dan penyinaran produk dengan sinar ultraviolet, penambahan bahan kimia
pada produk dapat dilakukan dengan syarat bahan kimia yang ditambahkan sesuai dengan
dosis yang dianjurkan, dengan tidak melebihi ketentuan yang ada.
Bahan kimia yang digunakan biasanya natrium benzoat, atau sodium benzoat,
bahan tersebut dihasilkan dari mereaksikan asam benzoat dengan alkali (NaOH)
menghasilkan sodium benzoat.
Asam benzoat, C6H5COOH, merupakan senyawa kimia organik golongan asam
karboksiklik aromatis. Asam benzoat pertama kali digambarkan tahun 1618 oleh fisikawan
Perancis, dan strukturnya digambarkan oleh Wohler dan Liebig (1932). Asam benzoat
berbentuk kristal monoklin berwarna putih.
Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke 16. Distilasi kering getah
kemenyan pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556) dan selanjutnya oleh
Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenere (1596). Justus von Liebig dan
Friedrich Wohler berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun 1832. Mereka
juga meneliti bagaimana asam hipurat berhubungan dengan asam benzoat. Pada tahun
1875, Salkowski menemukan bahwa asam benzoat memiliki aktivitas anti jamur.
a. Sifat Fisika
1.
Massa Molar
: 122,12 gr/mol
2.
: 122,4oC
3.
: 249oC
4.
Densitas
Padat
: 1,316 gr/cm3
Cair
: 1,029 gr/cm3
5.
Tekanan kritis
: 4,47 Mpa
6.
Temperatur kritis
: 751 K
7.
Volume kritis
: 339,1 cm3/mol
8.
: 0,248
9.
Viskositas (1300C)
: 534 J/g
: 3227 KJ/mol
: 147 J/g
: 2,8
b. Sifat Kimia
1.
3. Asam benzoat mempunyai cincin dengan letak meta, sehingga dapat untuk
reaksi substitusi lebih lanjut. Reaksi cincin yang terjadi adalah sulfonasi,
nitrasi dan klorinasi, tetapi agak sulit pada deaktifasi cincin karena adanya
gugus karboksil. Deaktifasi dapat dilakukan dengan katalis atau dengan
menaikkan suhu.
4. Oksidasi asam benzoat menjadi fenol dengan katalis tembaga.
5. Garam potasium dari asam benzoat direaksikan dengan CO2 pada kenaikan
suhu dan tekanan dapat membentuk asam terepthalat.
Ada tiga macam proses yang telah dikembangkan untuk pembuatan asam benzoat
dengan bahan baku yang berbeda, yaitu :
1. Proses Hidrolysis Benzotrichloride
2. Proses Oksidasi Toluen
3. Proses Dekarboksilasi Phthalic Anhydride
Proses Hidrolysis Benzotrichloride
Pembuatan asam benzoat dengan cara hidrolisa benzotriklorida merupakan proses
yang paling klasik. Proses ini mulai banyak ditinggalkan setelah tahun 1930 ketika proses
dekarboksilasi anhidrida pthalat ditemukan dan menjadi proses yang dominan secara
komersial.
Toluen dikhlorinasi pada suhu 100 150oC, sampai berat jenis larutan tersebut
mencapai harga 1,375 1,385 pada suhu 20oC, untuk menghasilkan benzotrichloride.
Alkali dalam jumlah kecil dapat ditambahkan pada hasil reaksi untuk menetralkan HCl. HCl
yang terbentuk selama proses reaksi dialirkan ke scraber, penyerap yang digunakan
adalah air untuk menghasilkan larutan HCl.
Reaksi yang terjadi :
C6H5CH3 + 3 Cl2
C6H5CCl3 + 2H2O
Light
Heat
ZnCl2
C6H5CCl3 + 3 HCl2
C6H5COOH + 3HCl
Zinc chloride
Hydrogen chloride
Benzoic acid
Chlorinator
Chlorine
Sublimer
Toluene
Column
Hydrogen chlorida
Hydrolyzer
Water
Waste
Waste
C6H5COOH + H2O
Reaksi yang terjadi didalam reaktor dikondisikan pada suhu 150 200oC dan pada
tekanan 5 50 atm. Udara dan toluen akan menghasilkan konversi sebesar 10 50%,
Setelah konversi mencapai 40% campuran reaksi tersebut akan dimaksukkan kedalam
kolom destilasi, dimana toluen yang tidak bereaksi dikembalikan lagi kedalam reaktor,
sedangkan hasil bawah kolom destilasi dialirkan ketangki pencampur dengan
menambahkan air terlebih dahulu untuk melarutkan asam benzoat, lapisan yang kaya akan
asam benzoat didinginkan untuk mendapatkan endapan kristal asam benzoat. Endapan
tersebut kemudian dikeringkan kembali untuk memperoleh kristal asam benzoat.
Recycle Toluene
Katalis
Mixer
Distilasi column
Reaktor
Vent gases
Water
Separator
Cooler
Heavy ends
Filter
Benzoic acid
ini
mulai
dikembangkan
pada
tahun
1933.
Anhidrida
pthalat
didekarboksilasi dalam fase uap dengan katalis padat dalam reaktor berbentuk ketel.
Katalis yang digunakan adalah ZnCl2, alumina dan silika.
Dalam proses ini phthalic anhydride mengalami dekarboksilasi setelah direaksikan
dengan steam dalam suatu kettle tertutup.
C6H6CCl3 + H2O
C6H5COOH + CO2
Phthalic
anhydride
Carbon
dioxide
Column
Steam
Katalis
Benzoid acid
Kettle
Waste
Steam
Parameter
Proses Hidrolisis
Benzotrichloride
Suhu
Tekanan
Yield
Hasil samping
Analisis ekonomi
Toluen
Chlorine
115oC
1,4 atm
75 80%
HCl
Tinggi
Katalis
ZnCl2 (0,7%)
Bahan baku
Proses Oksidasi
Toluen
Toluene
Oksigen
150 - 250oC
5 50 atm
80 - 90%
H2O
Sedang
Cobalt atau
Mangaan
Proses
Dekarboksilasi
Phtalic Anhydride
Phtalic anhydride
Air
200 - 400oC
> 200 atm
85%
H2O
Sedang
ZnCl2, alumina dan
silika