Anda di halaman 1dari 7

Katalis

JUN

Katalis oh katalis Tugas yang mengisi minggu tenang ini,,hualah,,gak minggu tenang lagi kalo
kayak gini ceritanya. Tapi, yo wes lah, hidup koq mau gampang aja, ya gak mungkin toh yo?
Dijalanin aja, semampu sekuatnya Ciamiiiik!!
*Jiah,,,malah curhat..
Ini sekedar ngasih info dikit tentang tugas mengenai katalis, semoga nilai untuk mata kuliah ini
minimal B, Amiiiiin ya,Rob
KATALIS
Pengertian Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat jalannya reaksi (tidak ikut bereaksi). Peran katalis
sebenarnya adalah menurunkan energi aktifasi reaksi. Pemilihan katalis untuk proses dapat
didasarkan pada beberapa hal berikut:
a. Berumur panjang
b. Harganya murah
c. Mudah diregenerasi
d. Dapat diproduksi dalam jumlah besar
e. Tahan terhadap racun
f. Memiliki tahanan fisik yang besar
Penggolongan Katalis
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama:
Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang fasenya sama dengan fase zat yang bereaksi maupun zat hasil
reaksi.
Katalis heterogen

Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan fase zat yang bereaksi maupun zat
hasil reaksi.
Contoh sederhana katalisis heterogen adalah katalis menyediakan suatu permukaan dimana
pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi
lemah sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara produk baru dan katalis lebih
lemah sehingga akhirnya terlepas
Mekanisme katalisis heterogen :
1. Difusi molekul-molekul pereaksi menuju permukaan
2. Adsorpsi molekul-molekul pereaksi pada permukaan
3. Reaksi pada permukaan
4. Desorpsi hasil dari permukaan
5. Difusi hasil dari permukaan menuju badan sistem
Tipe katalis
Katalis homogen Katalis homo-heterogen Katalis heterogen
Katalis asam/basa Biokatalis (enzim) Bulk katalis (alloy logam)
Kompleks logam transisi Fungsional nanopartikel Katalis yang diemban
Perbandingan elemen katalis homogen dan heterogen
Elemen Katalis Homogen Heterogen
Efektifitas
Pusat aktif Semua atom yang memiliki reaktifitas Hanya atom-atom pada permukaan partikel
Konsentrasi yang dibutuhkan Rendah Tinggi
Selektifitas Tinggi Lebih rendah
Masalah difusi Secara praktis tak ada (kinetika mengendalikan jalannya reaksi) Ada (perpindahan
massa mempengaruhi jalannya reaksi)
Kondisi reaksi Lembut (50 200 oC) Parah (sering > 250 oC)
Penggunaan Tertentu/spesifik Luas

Potensi kehilangan aktifitas Bereaksi kembali dengan produk (pembentukan klaster) dan keracunan
Kristal logam mengalami sintering, keracunan, coking, fouling, migrasi uap metal pada suhu tinggi
Sifat katalis
Struktur/stoikiometri Mudah ditentukan Sulit ditentukan
Kemungkinan modifikasi Tinggi Rendah
Daya tahan suhu Rendah Tinggi
Tehnik pemisahan katalis Seringkali rumit (distilasi, ekstraksi, dekomposisi kimiawi) Suspensi,
filtrasi (sistem slurry)
Tidak perlu pemisahan (sistem fixed-bed)
Kemungkinan daur ulang katalis Bisa dilakukan Tidak perlu (fixed-bed)
Mudah (suspensi atau slurry)
Potensi kehilangan katalis Tinggi Rendah
Katalis dan Racunnya
Katalis pada kendaraan diesel (CuO atau Al2O3)
Katalis CuO atau Al2O3 akan mengalami keracunan jika terdapat senyawa sulfur dalam reaktan.
Solar Indonesia mengandung sulfur sebesar 0,5% berat, sehingga CuO atau Al203 tidak dapat
digunakan sebagai katalis untuk katalitik konverter kendaraan diesel.
Katalis pada Sintesis Asam Sulfat (Pt, Fe2O3, V2O5)
Katalis yang digunakan:
a. Pt dengan penyangga asbes atau magnesium sulfat yang telah dikalsinasi atau silika gel.
b. Fe2O3 Kurang reaktif dibandingkan Pt, tetapi murah, terdapat pada terak pemanggangan pirit.
c. V2O5 dengan penyangga zeolit atau natural diatomite brick
Tujuan pemakaian penyangga: memperluas permukaan kontak katalis dengan reaktan
Peracunan katalis
Pada saat terjadi peracunan, aktivitas katalis turun. Proses peracunan terjadi sebagai akibat
melekatnya bahan-bahan asing (yang disebut racun, seperti debu, senyawa selenium, tellurium,

antimony, lead, dsb.) pada permukaan aktif katalis sehingga tidak dapat dipakai sebagai tempat
reaksi. Proses melekatnya benda asing pada permukaan aktif katalis dapat terjadi secara:
a. Fisis dapat diaktifkan kembali. Contoh: Cl2, HCl katalis diaktifkan lagi dengan cara
pemanasan di dalam gas yang bebas Cl2 dan HCl.
b. Kimia adsorpsi secara kuat pada permukaan aktif tidak dapat diaktifkan lagi. Contoh:
senyawa arsenik, selenium, tellurium, antimony, lead. (Katalis V2O5 dan Platinized-silica-gel tahan
terhadap racun arsenik).
Katalis pada Catalitic reforming (Ni)
Pada umumnya katalis yang dipakai di Steam Reforming adalah Nikel. Nikel merupakan sulfur
absorbent yang sangat baik. Dalam jumlah sangat sedikit saja akan menyebabkan deaktivasi katalis
total. Deaktivasi artinya berkurangnya keaktifan katalis. Dapat terjadi secara kimiawi dan secara
fisik.
A. Deaktivasi secara kimiawi:
- Oksidasi katalis: katalis mengalami oksidasi kembali ke NiO. Dapat terjadi apabila H2 pada umpan
kurang. Ni bereaksi dengan H2O membentuk NiO.
- Keracunan (poisoning): terjadi apabila senyawa aktif (Ni) bereaksi dengan senyawa racun (misal S,
Cl membentuk NiS, NiCl2) sehingga senyawa aktif tersebut tidak dapat mereaksikan gas bumi.
B. Deaktivasi secara fisik terjadi apabila katalis menjadi tidak aktif karena perubahan fisik atau
adanya suatu benda/padatan yang menutupi senyawa aktif sehingga tidak dapat kontak dengan
reaktan, antara lain :
- Karbonisasi
- Sintering
Beberapa racun katalis catalytic reforming adalah sebagai berikut :
Sulfur
Konsentrasi sulfur maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5 wt-ppm. Biasanya
diusahakan kandungan sulfur dalam umpan naphtha sebesar 0,1-0,2 wt-ppm untuk menjamin
stabilitas dan selektivitas katalis yang maksimum.
Beberapa sumber yang membuat kandungan sulfur dalam umpan naphta tinggi adalah : proses
hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi atau katalis sudah harus diganti),
recombination sulfur dari naphtha hydrotreater (dan terbentuknya sedikit olefin) akibat

temperature hydrotreater yang tinggi dan tekanan hydrotreater yang rendah, hydrotreater stripper
upset, memproses feed yang memiliki end point tinggi.
Nitrogen
Konsentrasi nitrogen maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5 wt-ppm.
Kandungan nitrogen dalam umpan naphtha akan menyebabkan terbentuknya deposit ammonium
chloride pada permukaan katalis.
Beberapa sumber yang membuat kandungan nitrogen dalam umpan naphtha tinggi adalah : proses
hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi atau katalis sudah harus diganti),
penggunaan filming atau neutralizing amine sebagai corrosion inhibitor di seluruh area yang tidak
tepat guna.
Water
Kandungan air dalam recycle gas sebesar 30 mol-ppm sudah menunjukkan excessive water,
dissolved oxygen, atau combined oxygen di unit catalytic reforming. Tingkat moisture di atas level
ini dapat menyebabkan reaksi hydrocracking yang excessive dan juga dapat menyebabkan coke
laydown. Lebih lanjut lagi, kondisi ini akan menyebabkan chloride ter-strip dari katalis, sehingga
mengganggu kesetimbangan H2O/Cl dan menyebabkan reaksi menjadi terganggu.
Beberapa sumber yang membuat kandungan air dalam system tinggi adalah : proses hydrotreating
yang tidak sesuai, kebocoran heat exchanger yang menggunakan pemanas pendingin steam/water di
upstream unit, system injeksi water catalytic reforming, kebocoran naphtha hydrotreater stripper
feed effluent heat exchanger, proses drying yang tidak cukup di drying zone di dalam regeneration
tower, dan kebocoran steam jacket di regeneration section.
Metal
Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam katalis catalytic reforming sama
sekali tidak dibolehkan, sehingga umpan catalytic reformer tidak boleh mengandung metal sedikit
pun.
Beberapa sumber kandungan metal dalam umpan naphtha adalah : arsenic (ppb) dalam virgin
naphtha, lead mungkin timbul akibiat memproses ulang off-spec leaded gasoline atau kontaminasi
umpan dari tangki yang sebelumnya digunakan untuk leaded gasoline, produk korosi, senyawa water
treating yang mengandung zinc, copper, phosphorous, kandungan silicon dalam cracked naphtha
yang berasal dari silicon based antifoam agent yang diijeksikan ke dalam coke chamber untuk
mencegah foaming, dan injeksi corrosion inhibitor yang berlebihan ke stripper naphtha
hydrotreater.
Katalis Pada Proses Hydrocracking (Pt)

Keracunan Logam
Pada proses penghilangan logam dari umpan, senyawa logam organik terdekomposisi dan
menempel pada permukaan katalis. Jenis logam yang biasanya menjadi racun katalis hydrocracker
adalah nikel, vanadium, ferro, natrium, kalsium, magnesium, silica, arsenic, timbal, dan phospor.
Keracunan katalis oleh logam bersifat permanent dan tidak dapat hilang dengan cara regenerasi.
Keracunan logam dapat dicegah dengan membatasi kandungan logam dalam umpan. Best practice
batasan maksimum kandungan logam yang terkandung dalam umpan hydrocracker adalah 1,5
ppmwt untuk nikel dan vanadium, 2 ppmwt untuk ferro dan logam lain, serta 0,5 ppmwt untuk
natrium.
Kandungan air dalam katalis
Air dapat masuk ke dalam katalis jika pemisahan air dari feed hydrocracker di dalam tangki
penyimpanan tidak sempurna ataupun terjadi kerusakan steam coil pemanas tangki penyimpanan.
Air dapat dicegah masuk ke dalam reactor dengan memasang filter 25 micron.
Katalis Pada Proses Reforming
Proses reforming nafta dengan katalis bifungsional dapat menghasilkan komponen bensin bermutu
tinggi dan hidrokarbon aromatik rendah (benzena, toulena, dan silena). Umpan nafta mengandung
kotoran-kotoran molekul non-hidrokarbon senyawa organic berupa sulfur, nitrogen, oksigen dan
juga organik logam, sehingga umpan nafta tersebut perlu dimurnikan lebih dulu pada proses
hidromurnian. Katalis reformer bifungsional mempunyai inti aktif logam (mono dan bi-metal) dan
inti aktif asam (Al2O3Cl). Kotoran non-hidrokarbon umpan nafta dapat menurunkan aktivitas
katalis reformer bi-fungsional.
Katalis pada Sintesis -tokoferol (AlC13, BF3, dan ZnCl2)
-tokoferol dikenal sebagai satu vitamin E yang mempunyai aktivitas antioksidan. Senyawa
tokoferol terbentuk dari reaksi kondensasi hidrokuinon dengan aklik alkohol merupakan proses
yang penting dalam sintesis struktur cincin kroman, dengan menggunakan AlC13, BF3, dan ZnCl2
sebagai katalis asam Lewis.
Kelemahan katalis tersebut, mengalami deaktivasi karena terikatnya molekut air selama reaksi
berlangsung. Akibainya katalis tersebut, tidak dapat dipakai ulang walaupun sebenamya masih ada.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan katalis yang efisien. Al bentonit dikenal sebagai katalis
asam Lewis dan efisiensi dalam reaksi organik. Katalis ini mempunyai luas permukaan dan sisi
aktifnya pada lapisan oktahedral dan tetrahedral sehingga dapat digunakan sebagai katalis asam dan
reaksi penukar ion.
Katalis Pada Proses Pembuatan Biodiesel (Katalis Lipase)

Biodiesel rute non-alkohol dari minyak goreng bekas dapat menyiasati semakin menipisnya
ketersediaan bahah bakar berbasis minyak bumi. Saat ini, produksi biodiesel pada skala industri
dilakukan melalui reaksi transes-terifikasi trigliserida minyak nabati dengan metanol menggunakan
katalis alkali. Namun, penggunaan katalis alkali itu memiliki kelemahan, yakni pemurnian produk
dari katalis yang bercampur homogen relatif sulit dilakukan. Selain itu, katalis bisa ikut bereaksi
sehingga memicu reaksi penyabunan. Reaksi sampingan yang tidak diinginkan itu pada akhirnya
membebani proses pemurnian produk dan menurunkan yield biodiesel sehingga berdampak pada
tingginya biaya produksi.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan katalis yang tidak bercampur homogen dan
mampu mengarahkan reaksi secara spesifik guna menghasilkan produk yang diinginkan tanpa
reaksi samping. Belakangan ini, riset sintesis biodiesel menggunakan enzim li-pase semakin banyak
dilakukan. Enzim lipase yang bisa menjadi biokatalis dalam sintesis biodiesel tersebut mampu
memperbaiki kelemahan katalis alkali, yakni tidak bercampur homogen sehingga pemisahannya
lebih mudah. Selain itu, enzim tersebut juga mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa
adanya reaksi samping yang tidak diinginkan.Meskimengandung kelebihan, penggunaan lipase
sebagai biokatalis menyisakan satu persoalan. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan
lipase terdeakti-vasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam menga-talisis reaksi menjadi
buruk.

Anda mungkin juga menyukai