KEGAGALAN PASAR
DAN
CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 1
1. SRI MELYA ALI
2. SUSANTI TABO
3. HATRANTO LABETA
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GORONTALO
T.A 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dari Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini di buat untuk melengkapi tugas dari
mata kuliah EKONOMI PUBLIK. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. kami berharap makalah ini bisa bermanfaat khususnya buat
kami dan umumnya buat mahasiswa lainnya.
Limboto, 27 Oktober
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
................................................................. !
........................................................................... !!
BAB 1
PENDAHULUAN .................................................. 4
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................ 5
BAB III
PENUTUP ..................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien
dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini
mekanisme pasar akan menyebabkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau
terlalu sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan pasar
tidak terjadi sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan oleh pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimal. Dalam banyak hal., terjadinya kegagalan pasar disebabkan biaya transaksi
pertukaran bukanlah tanpa biaya, misalnya saja, biaya untuk memperoleh informasi ,biaya
tawar-menawar biaya untuk melakukan kontrak, biaya dalam perencanaan, dan sebagainya.
Bagi konsumen untuk memperoleh informasi mengenai kualitas suatu jenis barang
yang akan dibeli memerluka biaya yang tidak sedikit , begitu juga mengenai kualitas input
yang akan dibeli oleh produsen. Dalam hal terjadinya kegagalan pasar , maka pemerintah
diharapkan untuk ikut campur tangan agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai secara
efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Pasar adalah area tempat jual-beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu. Atau
dapat di definisikan dengan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan
ekonomi yang berwujud jual-beli. Yang dimaksud dengan kegagalan pasar adalah
ketidakmampuan dari suatu perekonomian pasar untuk berfungsi secara efisien dan
menimbulkan keteguhan dan pertumbuhan ekonomi. Kegagalan ini mendorong pemerintah untuk
menjalankan beberapa kegiatan ekonomi.
Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
a. Pasar sebagai Sarana Distribusi
b. Pasar sebagai Pembentuk Harga
c. Pasar sebagai Sarana Promosi
Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien
dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini,
mekanisme akan menyebabkan barang yang dihasilkan memnjadi terlalu banyak atau terlalu
sedikit dan dalam hal yang sangat ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan pasar terjadi
sehingga barang dan jasa tertentu tidak dihasilkan pasar tersebut.
Esensi timbulnya kegagalan pasar timbul karena masyarakat tidak bertindak secara
kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan menyebabkan terjadinya kondisi Pareto
Optimum, Dalam hal terjadinya kegagalan pasar, maka pemerintah diharapkan untuk ikut
campur tangan agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai secara efisien, Kegagalan pasar
terjadi karena adanya factor-faktor di bawah ini, yaitu:
1. Adanya Common Goods
2. Adanya unsure ketidaksempurnaan pasar
3. Adanya barang public
4. Adanya eksternalitas
5. Adanya pasar tidak penuh (incomplete market)
6. Adanya kegagalan inforamasi
7. Unemployment
8. Adanya ketidakpastian
1.
yang memberikan hak pemilikan kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia dapat
mengecualikan orang lain untuk memanfaatkan barang tersebut.
Untuk beberapa jenis barang, hak pemilikan tidak dapat diberikan kepada satu individu
melainkan diberikan kepada sekelompok masyarakat, misalnya saja sebidanag padang rumput
milik desa, dan sebagainya. Oleh karena manfaat dari barang-barang di atas tidak hanya
dirasakan oleh satu insividu saja, maka tidak seorangpun yang dapat menjual. Dalam situasi ini,
maka Hume menyatakan akan timbul apa yang disebut dengan tragedy kebersamaan ( tragedy of
commons). Hume memberikan contoh sebidang tanha gembalaan yang dimiliki sekelompok
orang yang dapat dimanfaat oleh anggota kelompok tersebut untuk menggembalakan ternaknya,
akan tetapi tidak seorangpun secara individual dapat menjual hak kepemilikannya sehingga tidak
ada pasar untuk tanah tersebut. Oleh karena setiap orang dapat menggembalakan tenaknya maka
setiap orang akan cenderung menggunakan tanah tersebut secara berlebihan ( over used)
sehingga tanah tersebut akan menjadi tandus dengan cepat. Dari contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam hal kekayaan yang diliki bersama maka perilaku yang optimal bagi
setiap individu merupakan tindakan yang optimal dipandang dari segi kelompok. Masalah yang
timbul dalam kasus kekayaan bersamasssss karena ada dua factor, yaitu indivisibility dan jumlah
kelompok masyarakat. Apabila jumlah anggota kelompok hanya dua orang, maka diantara kedau
orang tersebut akan dibuat suatu perjanjian yang menagtur penggunaan kekayaan tersebut secara
optimal tetapi apabila anggota kelompok semakin banyak maka biaya untuk memperoleh
persetujuan menjadi semakin besar dan mahal.
Pada tingkat produksi OX1 tersebut alokasi sumber ekonomi tercapai secara efisien. Pada
titik E, MC=P0 yang berarti produsen menetapkan harga sesuai dengan tambahan biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan satu unit terakhir (MC). Harga yang terjadi (P0) digunakan
seluruhnya untuk membayar factor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan X1.
Sebaliknya, konsumen bersedia membayara sesuai dengan yang ditunjukkan oleh kurva
permintaan, yaitu sebesar P0 per unit barang (AR=P0).
P
C
PO
E
P
MR, AR
X2
X1
X3
jumlah barang X
Diagram 3.1
Pasar persaingan sempurna
Pada tingkat harga P0 konsumen bersedia membayar harga tersebut untuk membeli
barang X1. Jadi, di sini ju7mlah barang yang diminta produsen sama dengan harga yang mau
dibayar oleh konsumen. Karena itu, kondisi alokasi sumber ekonomi yang efisien terjadi apabila
MC = AR = P. Pada pasar persaingan sempurna, keinginan konsumen dan produsen selaras pada
jumlah brang sebanyak OX1.
Pada pasar monopoli, produsen yang mempunyai prinsip keuntungan yang maksimal
akan mengahsilkan barang X sebanyak OX1, yaitu tingkat produksi di mana MC=MR, pada
gambar di bawah ini produksi sebesar OX1 tersebut, harga yang dipungut sebesar OP1,
sedangkan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan output X1 hanya sebesar CX1 yang berarti
produsen memperoleh keutungan monopolis.
Harga
P1
A
B
AC
P2
P3
AR
MR
X1
X2
Diagram 3.2
Pasar Monopoli
Efisiensi Penggunaan Sumber ekonomi dan produksi tercapai pada titik B yaitu pada
tingkat produksi OX2 dan harga OP2. Pada titik B tersebut konsumen bersedia membayar harga
barang sebesar Rp BX2 atau sebesar Rp OP2 dan biaya yang diperlukan produsen untuk
menghasilkan tambahan barang terakhir (MC) juga sebesar Rp OP2.
3.
Monopoli Alamiah
Ada beberapa jenis barang yang hanya dapt diproduksikan oleh satu produsen saja.
Betapa pun pemerintah berusaha untuk menghapus monopoli pada produksi satu industri, akan
tetapi persaingan di antara produsen yang ada akan menyebabkan hanya satu produsen saja yang
mampu bertahan.
Harga
P2
P3
P1
PO
AC
MC
X2
MR X3
X1
AR
Jumlah
Diagram 3.3
Industri pada keadaan Monopoli alamiah
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan barang X sangat kecil, sehingga
kurva permintaan (AR) memotong kurva biaya rata-rata (AR) pada bagian yang menurun.
Apabila produsen berproduksi pada tingkat produksi yang oleh masyarakat dianggap efisien,
yaitu pasa MC=AR produsen akan menghasilkan OX1 unit barang, dan menjula barng X dengan
harga OP0. Tetapi pada tingkat produksi OX1 produsen akan rugi sehingga tingkat produksi OX1
tidak dapat berlangsung dalm waktu yang lama atau dalam jangka panjang. Pada OX1,
penerimaan total sebesar OX1AP0 sedangkan pengeluran total sebesar OX1BX1. Sehingga
terdapat kerugian sebesar BAP0P1. Apabila barang tersebut harus diproduksikan sebanyak OX1
unit, maka tidak akan ada seorang produsen pun yang mau menghasilkannya. Oleh karena itu
pemerintah harus campur tangan yang dapt diwujudkan dalm beberapa bentuk. Campur tangan
pemerintah dapat dengan cara memproduksikan barang tersebut oleh pemerintah, atau produksi
barang X dapat diserahkan kepada pihak swasta dengan memberikan ganti rugi sebesar POABP1,
sehingga produsen swasta tidak menderita rugi karena besarnya subsidi tersebut memnyebabkan
penerimaan total sama dengan pengeluaran total (TR=TC).
4.
Barang Publik
Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, akan tetapi tidak seorangpun
yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dalam
jumlah yang terbatas, misalnya pertahanan, peradilan, dan sebagainya. Jenis barang tersebut
dinamakan
barang
public
murni
yang
mempunyai
dua
karakteristik
utama,
yaitu
penggunaannyan tidak bersaingan (nonrivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian
(non excludabilty).oleh karena oihak swata tidak mau menghasilkan barang public murni, maka
pemerintahlah yang harus menghasilkannya agar kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan.
5.
Eksternalitas
Masalah lain yang menyebabkan kegagalan pasar dalam mengalokasikan factor-faktor
produksi secara efisiem adalah adanya apa yang disebut dampak sampingan atau eksternalitas.
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai
pengaruh terhadap pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut. Jadi dua
syarat terjadinya eksternalitas, yaitu:
1. Adanya pengaruh dari suatu tindakan, dan
2. Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima
eksternalitas
Konsumen
Konsumen
Produsen
Produsen
4
1.
2.
yang berusaha mencapai kepuasan yang maksimum berarti pula ia merupakan orang yang
memaksimumkan anggaran pemerintah. Karena seorang birokrat bukanlah seorang yang
netral terhadap proses pembuatan anggaran pemerintah. Oleh karena itu, birokrat cenderung
akan menghasilkan barang atau jasa yang yang lebih besar dari[ada yang seharusnya,
sehingga terjadi inefisiensi dalam penggunaan sumber ekonomi oleh pemerintah.
Kritik terhadap teori perilaku birokrat yang yang cenderung mengajukan dana/anggaran
yang lebih besar daripada tigkat peoduksi output yang secara sosial adalah optimal (socially
optimal), datang dari beberapa ekonom, diantaranya Jackson yang berpendapat bahwa fungsi
utilitas birokrat tidaklah sekedar memaksimumkan anggaran, tetapi lebih komplekss
terahadap itu. Birokrat juga mempunyai kepuasan dalam melayani masryakat atau
melaksanakn tugas bagi kepentingan umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa pemerintah harus campur tangan dalam perekonomian untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber ekonomi karena sistem pasar tidak dapat melaksanakan alokasi
sumber sumber ekonomi secara efisien. Sehingga roda perekonomian dapat dijalankan
dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan . Oleh karena itu, dengan roda perekonomian
yang baik, pemerintah dapat mensejahterakan masyarakat terutama lapisan masyarakat
menengah kebawah.
Penyebab dari kegagalan pasar adalah adanya kompetisi yang tidak sempurna,
eksternalitas dan informasi yang asimetris.
Saran
Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan adanya larangan ikhtikar, membuka akses
informasi dan adanya regulasi harga.