Anda di halaman 1dari 11

PELAKSANAAN SAMPLING URAT BATUAN

DI DAERAH PINUSAN KECAMATAN BENDUNGAN


KABUPATEN TRENGGGELEK PROVINSI JAWA TIMUR
Oleh :Jismon Tri Hadi
ABSTRAK
Proses pengambilan sampel dalam pelaksanaan eksplorasi merukan
bagian penting dalam penentuan kualitas dan kualitas suatu endapan pada
daerah pinusan kecamata bendungan kabupaten trenggelek provinsi jawa timur
merupakan jalur pegunungan zona selatan jawa yang banyak mengandung
endapan mineral seperti emas,perak yang terdapat pada urat batuan.
Pada daerah penelitian merupakan endapat epitermal yang terbentuk
pada daerah hidrotermal dengan temperature dan tekanan rendah dan tersebar
lebih ke permukaan dengan asosiasi mineral vulkanik.
Pada lokasi penelitian kadar emas dan ketebalan rata-rata berdasarkan
pola sebaran endapan ,tipe endapan,dan geomorfologi daerah bisa dilakukan
metode chanel sampling dengan bantuan pembuatan parit uji dan sumur uji
untuk mengetahui keterdapatan mineral emas pada tahap eksplorasi awal
Data hasil chanel sampling merupakan data ketebalan urat 27.4 cm dan
kadar 1.503 gr/ton dari emas yang kemudian dianalisis dengan koefisien korelasi
untuk mengetahui hubungan kadar dengan ketebalan urat, dari pengolahan data
didapat hasil -0.36 yang berarti tidak ada korelasi antara kadar dan tebal urat.

PENDAHULUAN
Sampling adalah proses untuk mendapatkan sebagian kecil dari suatu massa
yang besar (endapan) yang cukup representatif untuk mewakili massa endapan
tersebut akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terjadi kendala dalam
memperhitungkan cara yang repsentatif dengan biaya yang ekonomis.Dari
masalah tersebut untuk melakukan proses sampling dengan baik dan benar
terlebih dahulu harus dipahami tentang hal-hal berikut:
1. Tipe dan pola penyebaran dari endapan yang akan kita ambil sampelnya
harus disesuikan dengan metoda pengambilan sampelnya
2. Kondisi geologi dan morfologi daerah yang kita lakukan pengambilan
sampel harus dipahami untuk mendukung proses pengerjaan sampel
3. Lokasi pengambilan contoh hal ini berkaitan dengan prosedur
pengambilan dan peralatan yang digunakan
4. Nilai endapan dan besar investasi merupakn faktor kunci dalam
pelaksanaan teknis proses pengambiolan sampel karena setiap kegiatan
harus yang repsentatif dan ekonomis

Pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel dalam kegiatan pertambangan


biasanya dilakukan saat eksplorasi, eksploitasi dan proses transportasi dengan
tujuan:
1.
2.
3.
4.

Mengetahui kadar dari bijih dan penyebarannya.


Menghitung besarnya cadangan.
Perencanaan dan operasi penambangan yang sesuai.
Menentukan metoda pengolahan yang cocok

Salah satu yang mendasari diadakannya pengambilan sampel urat batuan


dalam eksplorasi di daerah Pinusan Kecamatan Bendungan Kabupaten
Trenggalek Propinsi Jawa Timur adalah karena Pegunungan Selatan Jawa Timur
diperkirakan merupakan salah satu jalur mineralisasi di Indonesia. Daerah yang
merupakan wilayah konsesi PT. Aneka Tambang Tbk. ini merupakan daerah yang
dianggap cukup menarik dijadikan sebagai daerah penelitian,mengingat
kondisi geologi mineralisasi yang perlu dipelajari seperti litologi yang
menyusunnya serta tipe dan penyebaran mineralisasinya. Untuk mengetahui
adanya jalur urat mineralisasi di daerah Pinusan sehingga pengembangan dan
perencanaan eksploitasi dapat terarah dan efektif bagi perencanaan dan
pengembangan selanjutnya, perlu dilakukan penelitian.
Daerah petelitian termasuk ke dalam zona Pegunungan Selatan Jawa Timur
yang merupakan jalur pegunungan yang banyak mengandung sumber daya
mineral. Adanya batuan terobosan pada daerah Trenggalek menyebabkan
terbentuknya mineralisasi pada batuan yang mengubah batuan menjadi
bernilai ekonomis, seperti adanya kandungan emas, galena, perak pada uraturat batuan.
Morfologi Daaerah Penelitian
Berdasarkan pengontrol morfologinya maka daerah telitian mempunyai
bentukan asal struktural yang terbagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfik, yaitu:
1. Punggungan monoklin (S2)Satuan geomorfik ini menempati kurang lebih
15% dari luas daerah telitian. Disusun oleh perselingan breksi volkanik
dengan lava yang sebagian sudah mengalami pelapukan.
2. Perbukitan Monoklin Bergelombang Kuat (S3). Satuan geomorfik ini
menempati kurang lebih 45% dari luas daerah telitian. Disusun oleh
perselingan breksi volkanik dengan lava batupasir tufan

3. Perbukitan Monoklin Bergelombang Lemah (S4). Satuan geomorfik ini


menempati kurang lebih 30% dari luas daerah telitian
Struktur geologi. Struktur geologi yang dijumpai pada daerah telitian antara lain
berupa:
1. Struktur monoklin, dipengaruhi oleh lapisan miring yang hanya satu arah.
Secara umum kemiringan lapisan litologi pada daerah Pinusan sebesar
32 dengan penyebaran litologi berupa breksi vulkanik, lava dan
batupasir tufan,
2. Sesar (Patahan). Di daerah penelitian, peneliti menemukan dua buah
bidang sesar berlokasi di Gunung Mranggu dan Kaligandul dengan lokasi
pengamatan pada LP 25 dan LP 47. Sesar Gunung Mranggu. Di lokasi ini
dijumpai kenampakan gores garis dan cermin sesar dengan step gash
menunjukkan pergerakan ke kanan. Sesar ini memotong jalur urat
mineralisasi. Hasil pengukuran gores garis diketahui arah bearing yaitu N
196E dengan besar sudut penunjaman (plunge) yang dibentuk 29dan
Rake 32. Berdasarkan pada klasifikasi Rickard, 1972 diketahui jenis sesar
Tersebut adalah Normal Right Slip Fault. Sesar Kaligandul. Kedudukan
bidang sesar hasil pengukuran di Kaligandul (LP 47) menunjukkan
kedudukan bidang65 pada N 093E dengan pergerakan relatif ke
kanan. Hasil pengukurangores garis diketahui arah bearing yaitu N
114E dengan besar sudut penunjaman (plunge) yang dibentuk 38
dengan rake 46. Hasil pengukuran diperkirakan Hanging wall relatif
turun. Berdasarkan pada klasifikasi Rickard,1972 diketahui jenis sesar
tersebut adalah Right Normal Right Slip Fault.
3. Kekar (rekahan). Data-data kekar yang berhasil di dapat berada pada 8
(delapan) lokasi yang berbeda yaitu pada LP 4, LP 7, LP 9, LP 28, LP 29, LP
32, LP 35, LP 52, dan LP 68. Kumpulan data kekar kemudian dilakukan
analisa menggunakan Stereo Net (The Polar Equal Area Net dan Kalsbeek
Counting Net). Dari hasil analisa didapatkan data-data sebagaimana pada
tabel 3.
Stratigrafi. Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. Satuan Breksi Vulkanik Mandalika
2. Satuan Lava Mandalika.

UMUR

FORMASI

Oligosen Mandalika
Miosen
Awal

SATUAN
BATUAN
Lava
Mandalika

SIMBOL

Breksi
volkanik
mandalika

PEMERIAN
Satuan batuan ini
Menempati kurang
lebih 3% dari total
luas
keseluruhan,
warna
abu-abu,
kecoklatan,
masif,
hipokristalin,
granularitas, fanerik
halus, inequigranular,
komposisi:
kuarsa,
biotit, plagioklas
Satuan batuan ini
menempati kurang lebih
97% dari total luas
keseluruhan, coklat
kehitaman, masif,
fragmen: andesit, basal,
trakit, silika, berbutir
halus sampai kerakal,
buruk, menyudut
tanggung, terbuka

Tipe Endapan Daaerah Penelitian


Endapan bijih pada daerah penelitian tergolong endapan
epithermal
adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan hidrothermal dekat permukaan,
mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah berasosiasi dengan
kegiatan magmatisme kalk- alkali sub-aerial, sering kali (tidak selalu) endapannya
dijumpai di dalam produk volkanik (dan sedimen volkanik)
Ciri-ciri umum endapan epithermal (Lindgreen, 1933)
Kedalaman
Temperatur
Pembentukan

Permukaan hingga 1500 m.


50 2000C
Pada batuan sedimen atau batuan, terutama yang berasosiasi
dengan batuan intrusif dekat permukaan atau

Zona bijih

Urat-urat
yang simple,
tidak
beraturan
ekstrusif, biasanya
disertaibeberapa
sesar turun,
kekar,
dsb. dengan

Logam bijih
Mineral Bijih

pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat


pada
pipa
Pb, Zn,
Au,dan
Ag, stocwork
Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Native Au, Ag, electrum, Cu, Bi Pirit, Markasit, Sfalerit,
Galena, Kalkopirit, Cinabar, Stibnite, Realgar, Orpiment, Ruby
Silver, Argentite, Selenides, Tellurides.

Mineral ikutan

Kuarsa, Chert, Kalsedon, Ametis, Serisit, Klorit rendah Fe,

(gangue)
Ubahan batuan

Epidot, Karbonat, Fluorit, Barite, Adularia, Alunit, Dickite,


Rhodochrosite, Zeolit
Sering sedikit chertification (silifikasi), kaolinisasi, piritisisasi,

samping
Tekstur dan

dolomitisasi,
Crustificationkloritisisasi.
(banding), sangat umum sering sebagai fine

Struktur

banding, cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir


(kristal) sangat bervariasi

Beberapa endapan epithermal pada umumnya (tidak selalu)


endapannya dijumpai dalam produk volkanik (dan sedimen volkanik). Dalam
sistem epithermal sulfidasi rendah, fluida magmatik yang didominasi gas (SO2
dan HCl) direduksi pada saat bereaksi dengan batuan samping (wall rock)
sehingga terjadi dilusi (pengenceran) akibat adanya sirkulasi fluida meterorik (air
hujan). Proses tersebut terjadi pada bagian bawah dari sistem sulfidasi rendah
yang membawa zat volatil (termasuk unsur logam didalamnya), hal ini
menyebabkan fluida didominasi oleh H2S sebagai sumber sulfur yang paling
besar yang juga melarutkan garam (terutama NaCl) pada temperatur 170-270C
dan kedalaman 50-1000 m (Hedenquist & Houghton, 1988 dalamCorbett
dan Leach, 1996)
Model Mineralisasi Emas Perak Pacific Rim. (Corbett & Leach, 1996)

Inklusi fluida (Fluid Inclusion) adalah material fluida berukuran mikro yang
terdapat dalam suatu mineral yang umumnya hadir dalam bentuk tiga
fase/fluida, yaitu padat, cait atau gas. Fluida tersebut mengisi sisa ruangan dan
terperangkap pada saat pendinginan karena adanya perbedaan koefisien tingkat
penyusutan yang lebih besar dari pada mineral pengandungnya (Yuwono, 1994).
Adanya pertumbuhan kristal yang tidak sempurna mengakibatkan fluida pada
kristal terperangkap dalam rongga tipis yang biasanya berukuran < 100 m
(Evans, 1982).
Permasalahan yang akan diteliti yaitu geologi daerah telitian
besertakeberadaan urat/vein yang mengandung mineral bijih yang bersifat
ekonomis yang nantinya menyangkut dana operasional untuk melakukan
eksplorasi lebih lanjut. Permasalahan tersebut dirumuskan menjadi:
1. Bagaimana kendali geologi terhadap kehadiran mineral emas-perak di
daerah telitian?
2. Bagaimana pola penyebaran zona mineralisasi melalui media/rekahan
yang berkembang?
3. Bagaimana hubungan mineralisasi yang berasosiasi dengan endapan
emas pada daerah telitian?

Pola Sebaran Endapan


Emas memiliki jenis cukup beragam menurut proses pembentukannya,
salah satunya adalah jenis emas epithermal. Endapan emas epitermal
merupakan endapan mineral permukaan yang berada di lapisan paling atas atau
disebut Low Sulfidation. Proses transportasi dari dapur magma yang menerobos
melalui Lapisan Porphyri, High Sulfidation sampai lapisan Low Sulfidation
merupakan proses yang terpenting dimana emas dibawa oleh mineral-mineral
dalam zona alterasi. Endapan tersebut berupa epitermal sulfida rendah dalam
bentuk mineral-mineral dan urat pada kuarsa yang umumnya terdapat dalam
batuan gunung api (volcano-magmatic arc) yang berumur Pratersier sampai
Tersier. Keberadaan emas epitermal dalam permukaan berasosiasi dengan

adanya bentukan struktur geologi baik sesar maupun patahan yang menunjukkan
adanya potensi endapan emas epitermal dan mineral pembawa).
Metode Sampling
Dalam tahapan pengambilan sampel eksplorasi proses pengambilan
didasarkan pada kondisi endapan, tipe endapan, pola penyebaran endapan dan
jumlah endapan, secara garis besar pola pengambilan sampel dibagi atas:
1. Chanel sampling: Merupakan metode pengambilan sampel yang terletak
dekat permukaan
2. Chip sampling: Merupakan proses pengambilan sample dari suatu
singkapan

batuan

biasa

dalam

eksplorasi

merupakan

kegitan

pengambilan sampel yang paling awal


3. Grab sampling:merupakan proses pengambilan sampel pada stope
tambang bawah tanah atau pada proses pengangkutan tambang bawah
tanah
4. Bulk sampling: Merupakan proses pengambilan sample dengan jumlah
besar biasa dilakukan pada cutting bor peledakan
Berdasarkan kondisi morfologi,pola sebaran dan tipe endapan pada daerah
penelitian maka metode channel sampling yang lebih cocok digunakan yaitu
suatu metode dalam pengambilan sampel batuan yang dilakukan dengan
menelusuri arah urat/vein dan membuat bukaan parit hingga urat mineralisasi
tersingkap di permukaan dengan posisi parit memotong tubuh urat mineralisasi.
Jalur Urat Mineralisasi Mranggu struktur yang terisi mineralisasi
diinterpretasikan terjadi sebelum adanya aktivitas hidrothermal. Struktur ini
diperlukan guna tersedianya rongga/ruang untuk dilaluinya larutan hidrothermal
sekaligus sebagai tempat pengendapan mineralisasi (Bateman,1981). Jalur urat
mineralisasi pada daerah Pinusan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
1. Jalur urat mineralisasi Mranggu 1 dengan arah N 216E (relatif Timur
laut-baratdaya)
2. Jalur urat mineralisasi Mranggu2 dengan arah N182E (relatif utaraselatan). Kedudukan urat hasil pengukuran pada jalur urat

Data-data pengukuran hasil pembuatan parit yang dilakukan pada LP 24, LP


28, Lp 29,Lp32,Lp35 Lp52 dan LP 68
Koordinat pengambilan sampel
No
Kedudukan umum
No
Kedudukan umum
LP
LP
4
60pada N 130E
32
70 pada N 189E
7

71 pada N 160E

35

72 pada N 315E
71 pada N 218E

52

28

76 pada N 192E

68

29

74pada N 188E

71 pada N 184E,
69 pada N 211E,
72 pada N 275E
68 pada N 061E
68 pada N 183E ,
70 pada N 213E
69 pada N 059E
71 pada N 186E,
268oE

Pengolahan Data
Pengolahan data sampling eksplorasi bertujuan untuk menilai kelayakan
ekonomi yang repsentatif dari hasil lapangan, biasa dalam penolahan data
eksplorasi dipakai analisa geostatistik,
Aplikasi statistik di dalam eksplorasi terdapat antara lain dalam
perhitungan koefisien dan koefisien variasi. Pengetahuan mengenai kedua hal ini
sangat membantu dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan.

Keterangan
N : jumlah data
X : kadar
Y :ketebalan
koefisien korelasi dapat digunakan umpamanya untuk mencari hubungan
antara ketebalan endapan dengan kadar secara statistik. Kemungkinankemungkinan yang dihadapi adalah sebagai berikut, dari hasil proses chanel
sampling daerah penelitian didadat data sebagai berikut

Data hubungan kadar dan ketebalan urat


Kedudukan umum
Kandungan Emas
Ketebalan Vein
(gr/ton) - x
(cm) - y
72 pada N 340E

0.84

32

71 pada N 160E

1.97

36

72 pada N 315E

1.52

35

71 pada N 218E

0.71

28

76 pada N 192E

0.63

48

74pada N 188E

1.22

56

70 pada N 189E

0.84

22

71 pada N 184E

1.55

20

69 pada N 211E,

1.18

16

72 pada N 275E

2.39

20

68 pada N 061E

2.02

26

68 pada N 183E

1.70

18

70 pada N 213E

2.83

20

69 pada N 059E

0.63

20

71 pada N 186E,

2.53

14

NO

KEDUDUKAN UMUM

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

72 pada N 340E
71 pada N 160E
72 pada N 315E
71 pada N 218E
76 pada N 192E
74pada N 188E
70 pada N 189E
71 pada N 184E
69 pada N 211E,
72 pada N 275E
68 pada N 061E
68 pada N 183E
70 pada N 213E
69 pada N 059E
71 pada N 186E,

Jumlah

Kandungan Emas
(gr/ton) - x
0.84
1.97
1.52
0.71
0.63
1.22
0.84
1.55
1.18
2.39
2.02
1.7
2.83
0.63
2.53

Ketebalan Vein
(cm) - y
32
36
35
28
48
56
22
20
16
20
26
18
20
20
14

x*y

0.7056
3.8809
2.3104
0.5041
0.3969
1.4884
0.7056
2.4025
1.3924
5.7121
4.0804
2.89
8.0089
0.3969
6.4009

1024
1296
1225
784
2304
3136
484
400
256
400
676
324
400
400
196

22.56

411

41.276

13305

26.88
70.92
53.2
19.88
30.24
68.32
18.48
31
18.88
47.8
52.52
30.6
56.6
12.6
35.42
573.34

Analisis data

r = -0,36
Kesimpulan
Daerah petelitian termasuk ke dalam zona Pegunungan Selatan Jawa
Timur yang merupakan jalur pegunungan yang banyak mengandung sumber
daya mineral. Adanya batuan terobosan pada daerah Trenggalek menyebabkan
terbentuknya mineralisasi pada batuan yang mengubah batuan menjadi
bernilai ekonomis, seperti adanya kandungan emas, galena, perak pada uraturat batuan.
Berdasarkan pola sebaran endapan endapan , tipe endapan dan bentuk
morfologi endapan yang terdapat dilokasi penelitian maka dilaksanakan metode
chanel sampling dengan pembuatan parit uji dan sumur uji untuk mengetahui
arah urat , penyebaran dan ketebalannya, sehingga setelah dianalisis dengan
koefisien korelasi didapat nilainya -0.36 dengan madsud koefisien linear negative
(tidak ada hubungan kadar dengan ketebalan urat batuan)

1
0

1
1

Anda mungkin juga menyukai