Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PROBLEM BASE LEARNING


Yuk Atasi Diare
Minggu ke-2
Tanggal 4 Maret 2014

Grup B
Ana Dwi Fibriyanti

115070301111008

Aprinia Dian N

115070300111009

Asria R Lino

115070307111016

Desi Ayu Ningtyas

115070300111020

Ellen Natalia

115070300111030

Firdausi Ayu Fitriani

115070301111018

Glaveria Galuh Giriananda

115070301111009

Lailatul Muniro

115070301111001

Lega Satya Puspitasari

115070301111025

Lisa Zumrotul Hasanah

115070301111026

Qodriyah N.F

115070300111021

Sofy Amelia Putri

115070300111037

Suci Wulansari

115070301111017

Yeniar Alifa Istiqomah

115070307111014

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 2
BAB I : ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI ..................................................................................... 3
B. SKENARIO ............................................................................................................................ 3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM ..................................................................................................... 3
D. CUES .................................................................................................................................... 4
E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION .................................................................................... 4
F. HASIL BRAINSTORMING ....................................................................................................... 5
G. HIPOTESA ............................................................................................................................ 9
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ................................................................................. 12
BAB II : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 37
REKOMENDASI ........................................................................................................................ 38
REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39
TIM PENYUSUN ....................................................................................................................... 41

BAB I
ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
CADE
Cade 9. Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk melakukan suatu
konseling, pendidikan, atau kegiatan health promotion

B. SKENARIO
SKENARIO
Yuk Atasi Diare
Musim hujan membuat IRNA Anak RSUB mengalami peningkatan jumlah pasien
sehingga seluruh tempat tidur terisi oleh pasien anak yang sebagian besar adalah pasien
dengan diagnosa diare. Dari 30 pasien di IRNA anak terdapat 25 anak diare dengan usia antara
3-10 tahun. Sebelum masuk rumah sakit beberapa ibu sudah memberikan larutan oralit buatan
sendiri, air gula, dan oralit di apotek. Saat ini kondisi anak di rumah sakit dalam keadaan
dehidrasi sedang dan berat. Untuk mencegah anak mengalami dehidrasi lebih lanjut di rumah
sakit maka anak diberikan Oral Rehidration Solution (ORS). Untuk memberikan informasi
terkait pencegahan dan penanganan pada kondisi diare maka ahli gizi diharapkan mampu
memberikan edukasi gizi secara massal.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM


TERM

DEFINITION

ORS

Cairan yang digunakan untuk penggantian cairan dan elektrolit

(Oral Rehydration Solution)

seperti sodium, kalium, dan klorida, yang diperlukan untuk


fungsi fisiologis dan efektif untuk kasus dehidrasi ringan-sedang
(Health Link. 2010)

Oralit

Larutan campuran garam elektrolit untuk dehidrasi akibat diare


(Depkes RI. 2011)

Dehidrasi

Keadaan yang diakibatkan kehilangan cairan tubuh yang


berlebihan (Dorland)

Edukasi Gizi

Suatu proses yang berdimensi luas untuk mengubah perilaku


masyarakat sehingga kebiasaaan makan yang baik dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Supariasa.2013)


IRNA

Instalasi Rawat Inap (RS. Soetomo. 2004)

Diare

Buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan


bisa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya, bisa 3
kali atau lebih dalam sehari (Kemenkes RI. 2011)

Apotek

Rumah obat/rumah tempat penjualan obat yang melayani


resep dokter (KBBI)

Dehidrasi Sedang

Keadaan dimana anak mengalami penurunan berat badan 510%, anak mengalami haus, gelisah dan rewel (Depkes RI.
2008)

Dehidrasi Berat

Anak mengalami penurunan berat badan > 10%, cubitan kulit


perut kembali sangat lambat > 2 detik, anak tidak sadar, dan
malas minum (Depkes RI. 2008)

D. CUES
CUES
Ahli gizi diharapkan mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk
melakukan suatu edukasi gizi secara massal terkait diare pada pasien IRNA anak RSUB

E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION


1. Apa etiologi, faktor risiko, sign symptom, dan komplikasi dari diare serta bagaimana
pengklasifikasinya?
2. Apa saja macam-macam dehidrasi dan diare dengan dehidrasi beserta ciri-cirinya?
3. Bagaimana keterkaitan diare dengan dehidrasi dan apa bahaya diare bagi tumbuh
kembang anak?
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan diare?
5. Bagaimana prinsip, syarat, tujuan dan kandungan ORS?
6. Bagaimana cara membuat larutan gula dan garam yang tepat? Apa saja fungsi dan
komponen yang ada di dalamnya serta berapa dosis yang diberikan untuk anak?
7. Bagaimana perencanaan edukasi gizi secara massal?
a. Tujuan
b. Pihak-pihak yang terlibat
c. Metode

d. Media
e. Langkah-langkah
f.

Waktu pelaksanaan

g. Materi
8. Apa saja kekurangan dan kelebihan edukasi gizi secara massal?
9. Apa aja faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan?
10. Bagaimana monitoring evaluasi dari edukasi gizi secara massal?

F. HASIL BRAINSTORMING
Jumat, 28 Februari 2014
1. Apa etiologi, faktor risiko, sign symptom, dan komplikasi dari diare serta bagaimana
pengklasifikasinya?
Etiologi :
- virus, parasit/racun dari bakteri
- Kelainan irama usus
- Penyalahgunaan obat laxative
- Imunitas anak menurun
Sign symptom:
- BAB dengan konsistensi encer dan frekuensi > 5 x sehari
- Dehidrasi
- Perut kembung
- Rewel
- Badan panas
- Kelesuan, lemas
Patofisiologi:
Sanitasi yang tidak adekuat dan infeksi oleh bakteri Bakteri, virus, parasit
yang berasal dari lingkungan masuk ke tubuh anak yang imunitasnya belum sempurna
dan

masuk

ke

pencernaannya

meningkatkan

motilitas

usus

dan

absorbsiterganggu peningkatan rangsangan sekresi ion dan air penghambatan


absorbsi ion dan air terjadi diare encer.
Faktor risiko:
- Umur
- Higiene Sanitasi lingkungan

- ASI eksklusif
- Iklim
- Pasien penyakit tertentu
- Ketersediaan air bersih
- Malnutrisi
- Pola asuh yang salah (Penerapan makanan prelakteal, MP-ASI dini)
- Imunitas
Klasifikasi diare:
- Osmotik
Adanya larutan yang tidak terserap aktif secara osmotik
- Parenteral
- Sekretori
Peningkatan rangsangan sekresi ion dan air, penghambatan absorbsi ion dan air
atau keduanya
- Traveler
- Tropical
- Weanling
- Watery
- Fermentatif
- Neonatal
- Nukus
- Gastreogenik
- Factitious
- Disentri
- Diantameba
- Kronik bassilary
- Kaketik
Komplikasi:
- Dehidrasi
- Malnutrisi
2. Apa saja macam-macam dehidrasi dan diare dengan dehidrasi beserta ciri-cirinya?
- Dehidrasi ringan
Kulit kering, bisa diatasi dengan pemberian cairan via oral tanpa infuse

- Dehidrasi sedang
Tidak mengeluarkan air mata, jarang pipis, jumlah saliva sedikit
- Dehidrasi berat
Mata cekung, tidak sadar,kulit keriput, bagian abdomen cekung
3. Bagaimana keterkaitan diare dengan dehidrasi dan apa bahaya diare bagi tumbuh
kembang anak?
Motilitas usus meningkat pengeluaran cairan meningkat cairan di tubuh
berkurang dehidrasi
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan diare?
Pencegahan :
- Jaga higiene sanitasi
- Perhatikan makanan anak
- Pemberian ASI eksklusif
- Menjaga status gizi anak normal
- Pola asuh yang tepat
- Menjaga sistem imunitas
Penanganan :
- Rehidrasi dengan pemberian larutan oralit
- Memenuhi zat gizi anak
5. Bagaimana prinsip, syarat, tujuan dan kandungan serta jumlah ORS?
Komponen : larutan anion dan kation natrium (mengikat air), kalium
Tujuan :
-

mengembalikan kandungan cairan ke dalam tubuh untuk mencegah dehidrasi,

mengembalikan ion tubuh yang hilang karena diare

Prinsip : omolaritas sama dengan cairan tubuh, disesuikan dengan kebutuhan mineral
6. Bagaimana cara membuat larutan gula dan garam yang tepat? Apa saja fungsi dan
komponen yang ada di dalamnya serta berapa dosis yang diberikan untuk anak?
7. Bagaimana perencanaan edukasi gizi secara massal?
a.

Tujuan
- Untuk mengurangi prevalensi terjadinya diare di IRNA RSUB
- Untuk memberikan pengetahuan terkait diare pada anak
- Untuk mengedukasi masyarakat yang belum tahu tentang pencegahan dan
penanganannya agar dapat diterapkan di rumah

b.

Pihak-pihak yang terlibat


Ahli gizi, orang tua pasien, keluarga pasien,

c.

Metode
Picture to picture

d.

Media
Gambar, selebaran seperti leaflet

e.

Langkah-langkah (waktu diberikan)


-

Persiapan menyiapkan materi untuk edukasi, menyusun outline edukasi,


membuat media/alat bantu

Pelaksanaan edukasi dan konfirmasi (tanya jawab)


Tahapan Picture to picture : AG menyiapkan gambar, peserta menyusun
gambar sesuai pengetahuan, klarifikasi jawaban

f.

Waktu pelaksanaan
Hari ke-2 saat pasien sudah terkumpul

g.

Materi
Gambaran umum diare, faktor penyebab, cara penanganan dini agar tidak
semakin parah, cara pencegahan

8. Apa saja kekurangan dan kelebihan edukasi gizi secara massal?


Kelebihan

: efisien, dan menyeluruh

Kekurangan

: miss-informasi, tidak terlalu spesifik, tidak efektif

9. Apa aja faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan?


10. Bagaimana monitoring evaluasi dari edukasi gizi secara massal?

G. HIPOTESIS

Faktor Risiko:
a. Faktor ibu/perilaku
b. Faktor lingkungan :
c. Gizi buruk
d. Imunodefisiensi
e. Umur
f. Karakteristik demografi
g. Pendidikan
dan
pengetahuan orang tua
h. Faktor sosial ekonomi

Sign/Symptom: Sakit perut, Mual,


Muntah, BAB terus menerus, Nafsu
makan berkurang, Dehidrasi, Mata
cekung, Kelelahan, Kram pada perut,
Demam tinggi, Feses cair dan berdarah

Etiologi:
a. Penyakit inflamantory
b. Obat obatan
c. Infeksi
d. Malabsorbsi
e. Kondisi malnutrisi
f. Imunodefisiensi
g. Alergi

Macam-macam

Dampak
a. Jangka pendek : Penurunan asupan
makanan, kebutuhan nutrisi
meningkat
b. Jangka panjang :
Terjadi hipoglikemi malnutrisi
gagal tumbuh kembang edema otak
gagal multi organ kejang,
kematian

Diare

Diare Tanpa Dehidrasi

Diare Dehidrasi RinganSedang

Tanpa gejala dehidrasi

- Gelisah, rewel
- Mata cekung
- Ingin minum terus, ada
rasa haus
- Cubitan kulit
perut/turgor kembali
lambat

Waktu (Akut Kronis)


Patofis (omotik, sekretorik,
inflamatorik, infeksi)
Masalah (Disentri, Kolera)

Diare Dehidrasi Berat


-

Lesu, tidak sadar


Mata cekung
Malas minum
Cubitan
kulit
perut/turgor sangat
lambat > 2 detik

Pencegahan
- perilaku sehat (pemberian ASI
eksklusif, MP-ASI, mencuci
tangan, BAB di jamban,
menggunakan air bersih,
imunisasi campak)
- penyehatan lingkungan
(penyediaan air bersih,
pengelolaan sampah, dan sarana
pembuangan air limbah)

Waktu Persiapan dilakukan dua hari


Pelaksanaannya dimulai saat rata-rata
semua peserta edukasi datang
Maksimal pengulangan pesan edukasi
massal 3 kali

Tujuan
- Membantu
masy.
untuk
belajar
attitude/aturan baru
yang sesuai kebutuhan masalah sasaran
- Menghilangkan
perilaku
negatif
sasaran

Pihak Terlibat
- Ahli gizi
- Perawat
- Pediatritian
- Keluarga
pasien

Tujuan : pencegahan terjadinya


dehidrasi akibat diare

Penanganan

Di rumah
4 tatalaksana diare
Beri cairan tambahan
(larutan
gula
garam/oralit
- Beri zinc
- Teruskan ASI eksklusif
dan makanan
- Nasihat ibu

Di Rumah Sakit
ORS

frekuensi
pemberian ORS
yaitu diberikan segera setelah
anak mengalami diare hingga
diare berhenti

Prinsip:
Glukosa menarik air ke lumen usus
Natrium dan kalium menggantikan ion yang hilang
Memperbaiki terjadinya asidosis akibat diare dan
dehidrasi (WHO , 2006)
Osmolaritas antara 200-300 mmol/L

Edukasi Gizi Massal

Metode
Lecture
Of
discussion atau
Ceramah Umum

Media:
Poster
Leaflet
Photo
Slide ppt

Langkah
Persiapan
o materi
o media yang digunakan
o jadwal
dan
tempat
penyuluhan
o Persiapan ruangan edukasi
Pelaksanaan
o Peserta mengisi daftar hadir
o Dietitian
menyampaikan
materi edukasi
o Tanya
jawab
dan
demonstrasi

Materi
- Gambaran umum diare
- Pencegahan diare
- Pembuatan oralit
sederhana
- Penanganan diare
melalui 4 tata laksana
diare di rumah
- Bahan makanan yg
dianjurkan dan tidak

10

Kelebihan
- efisiensi waktu
- materi bersifat umum
- Efisien biaya
- Dapat menjangkau dengan
sasaran besar

Kekurangan
- tidak semua peserta mendapat
kesempatan untuk berbicara
- miss informasi
- pemahaman setiap orang berbeda
- kurang efektif
- perubahan perilaku kurang maksimal
-

Monev
Kuisioner pre-test dan Post test
1) Gunakan pertanyaan seperti :
mengapa,bagaimana,kenapa ibu harus melakukan
tatalaksanadiare dirumah
2) Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3) Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu
mnejawab pertanyaan
4) Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab
pertanyaan dengan benar
Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau
praktekkan kembali

11

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


1. Gambaran Umum Diare
Etiologi:
a. Penyakit inflamantory
b. Obat obatan
c. Konsumsi gula berlebih
d. Infeksi (kuman kuman penyakit)
e. Penurunan daya tahan tubuh (Mahan, 2008 dan Depkes RI, 2011)
f.

Malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak

g. Kondisi malnutrisi : kwashiokor dan marasmus


h. Imunodefisiensi (Pradani, 2012)
i.

Alergi

j.

Infeksi paranterial (infeksi yang disebabkan oleh infeksi di luar alat pencernaan :
otitis media akut, broncopenia, dsb) (K sari, 2010)

Sign Symptom :
a. Sakit perut
b. Mual
c. Muntah
d. BAB terus menerus
e. Nafsu makan berkurang
f.

Dehidrasi

g. Mata cekung
h. Kelelahan
i.

Kram pada perut

j.

Demam tinggi

k. Feses cair dan berdarah (Black, 2013)


Faktor resiko:
a. Faktor ibu/perilaku : ibu memberikan susu melalui botol susu yang mungkin tidak
bersih, tidak memberikan ASI (ASI eksklusif), memberikan MP- ASI terlalu dini
akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman, tidak menerapkan kebiasaan
cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/ makan, setelah BAB, dan setelah
membersihkan BAB anak, penyimpanan makanan yang tidak higienis

12

b. Faktor lingkungan : keterediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya


ketersediaan MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
c. Keadaan gizi anak terutama anak dengan gizi buruk
d. Orang yang mengalami imunodefisiensi (Kemenkes RI, 2011)
e. Umur : semakin muda semakin besar kemungkinan mengalami diare
f.

Karakteristik demografi : sumber air bersih, jamban, jenis lantai rumah yang tidak
kedap air maupun yang masih berlantai tanah lebih beresiko

g. Pendidikan dan pengetahuan orang tua


h. Faktor sosial ekonomi (Pradani, 2012)
Macam-macam diare:
a. Berdasarkan lama atau waktu :
1. Diare akut yaitu diare yang berlangsung selama < 14 hari
2. Daire kronik yaitu diare yang berlangsung selama > 14 hari
b. Berdasarkan mekanisme atau patofisiologi:
1. Diare Osmotic
Substansi hipertonik non absorbsi menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik intralumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen. Diare
osmotik terjadi karena :
a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium
sulfat atau antasida mengandung magnesium
b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi
konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus
c) Pasien dengan defec absorbtif, misalnya defisiensi disakarida atau
malabsorbsi glukosa galaktosa
2. Diare secretory
Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan penurunan
absorbsi atau diare dengan volume tinja sangat banyak
3. Diare inflammatory
Disebabkan kerena kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan , elektrolit dan
mukus yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja
4. Diare pada infeksi
a) Adanya virus
b) Bakteri

13

penempelan di mukosa

toksin yang menyebabkan sekresi

invasi mukosa

c) Protozoa menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan


pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare
c. Berdasarkan Masalah:
1. Disentri adalah diare yang disertai lendir dan berdarah
2. Kolera (Gunawan, 2010).
Komplikasi diare:
a. Jangka pendek :
-

Penurunan asupan makanan, kebutuhan nutrisi meningkat (WHO,2009)

b. Jangka panjang :
Terjadi hipoglikemi malnutrisi gagal tumbuh kembang edema otak

gagal multi organ kejang, kematian (Gunawan, 2010)


-

Metabolik asidosis

Gangguan sirkulasi sehingga terjadinya renjatan atau shock (Harianto, 2004)

2. Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Huang et al 2005 berdasarkan gejala fisik dan klinis
Tanda/gejala

Ringan

Sedang

Berat

(3-5%)

(6-9%)

(>10%)

- Tingkat kesadaran

Sadar

Letargi

Tidak sadar

- Pengisian kembali

2 detik

2-4 detik

Lebih dari 4 detik

- Membran mukosa

Sedikit

Kering

Sangat kering

- Denyut jantung

meningkat

Meningkat

Sangat meningkat

- Laju pernafasan

Normal

Meningkat

Meningkat

- Tekanan darah

Normal

Normal;artostatik

Menurun

- Denyut nadi

Normal

Cepat dan lemah

Sangat lemah

- Turgor kulit

Kembali normal

Kembali lambat

Tak segera kembali

- Fontanela

Normal

Agak cekung

Cekung

- Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

- Keluaran urin

Menurun

oliguria

Anuria

kapiler

14

Klasifikasi dehidrasi berdasarkan elektrolit serum :


1) Dehidrasi hiponatremik atau hipotonik
Kadar Na <130 mEq/L. Terjadi ketika kehilangan Na relatif lebih besar
daripada air. Cairan ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraseluler
sehingga air bergerak dari kompartemen cairan ekstraseluler ke intraseluler.
Dampak kegagalan sirkulasi disebabkan penggantian kehilangan cairan dengan
cairan rendah solut (Garna dkk, 2000).
2) Dehidrasi isonatremi atau isotonik
Cairan hilang sama dengan konsentrasi Na dalam darah . kehilangan
Na dan air yang jumlahnya sama di kompartemen ekstravaskuler dan
intravaskuler. Na = 130 150 mEq/L (Huang et al, 2009).
3) Dehidrasi hipernatremik atau hipertonik
Cairan yang hilang mengandung lebih sedikit Na daripada darah. Na >
150 mEq/L. Kehilangan na serum lebih sedikit daripada air sehingga Na serum
tinggi dan cairan di ekstravaskuler pindah ke intravaskuler. Karena intake
elektrolit lebih banyak daripada air (Huang et al, 2009).

Klasifikasi Dehidrasi dihubungkan dengan diare


Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan sedang

Dehidrasi berat

- Keadaan umum baik

- Gelisah, rewel

- Lesu, lunglai/tidak sadar

- Mata tidak cekung

- Mata cekung

- Mata cekung

- Minum biasa, tidak haus

- Ingin minum terus, ada

- Malas minum

- Cubitan kulit
perut/turgor kembali
segera

rasa haus
- Cubitan kulit
perut/turgor kembali

- Cubitan kulit
perut/turgor sangat
lambat > 2 detik

lambat
(Kemenkes, 2011)

3. Keterkaitan Diare dengan Dehidrasi dan Bahayanya bagi Tumbuh Kembang Anak
Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya air dan elektrolit (Natrium,
Kalium, dan Bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair. Dehidrasi terjadi bila
hilangnya cairan dean elektrolit ini tidak diganti secara adekuat sehingga timbulah
kekurangan cairan dan elektrolit (WHO, 2006).

15

Bahaya diare untuk tumbuh kembang anak:


Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak,
dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare bisa disembuhkan
tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak akan terus turun.
Akibatnya anak akan kekurangan gizi, menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan
otaknya.
Seperti diketahui, 60% pertumbuhan otak anak terjadi sejak anak masih
berada di dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Diare pada anak <2 tahun dan
balita akan mengganggu perkembangan otaknya. Volume otak menjadi kecil dan
jaringan

otaknya

menjadi

lebih

sedikit

dibandingkan

dengan

anak

yang

pertumbuhannya normal. Kondisi kurang gizi ini juga akan diikuti oleh rentetan lain
yang memperburuk kondisi fisik anak. Daya tahan tubuh yang menurun pada bayi
kurang gizi akan membuat pertahanan tubuhnya rapuh dan mudah diserang berbagai
kuman penyakit, seperti kuman penyebab ISPA (Widjaja, 2008).

4. Pencegahan dan Penanganan Diare


Pencegahan :
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah :
a) Perilaku Sehat
1) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil

16

ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat


preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2) Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI,
yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3) Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui FaceOral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan
air tercemar.

17

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar


bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi
risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
4) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
5) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko
terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6) Membuang Tinja Bayi yang Benar

18

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anakanak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7) Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak
sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi
berumur 9 bulan.
b) Penyehatan Lingkungan
1) Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,
penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik
secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus
tetap dilaksanakan.
2) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang
biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu
sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat.
Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah

19

penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus


dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila
tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan
akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.
3) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk (Kemenkes RI, 2011)
Menurut CHE, 2009 dalam UNICEF, 2009 :
a. Primary Prevention (mencegah/mengurangi transmisi penyakit)
Vaksinasi rotavirus dan measles, mencuci tangan dengan sabun, meningkatkan
suplai air minum, memperbaiki sanitasi lingkungan, mencegah stunting dengan
intake adekuat
b. Secondary Prevention (mengurangi keparahan penyakit)
Mengkampanyekan ASI, suplementasi vitamin A, pemberian intake zinc yang
cukup

Penanganan Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indoonesia tahun 2011, ada dua
macam penangan diare, yaitu penanganan di rumah dan penangan di pelayanan
kesehatan (rumah sakit) yang terbagi dalam rencana tata laksana penangan diare A, B
dan C.
1) Rencana Terapi A
Diberikan pada pasien diare tanpa dehidrasi saat berada di rumah.
Menerangkan 5 Langkah Terapi Diare di Rumah
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

20

Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan

Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)

Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.

Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak

Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.

Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:


-

Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.

Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.

2. BERI OBAT ZINC


Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
-

Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari

Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI

Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat

Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan

Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.

Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)

Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu

4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL: DISENTERI, KOLERA dll


5. NASIHATI IBU/ PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :

Berak cair lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

Makan dan minum sangat sedikit

21

Timbul demam

Berak berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari

2) Rencana Terapi B
Diberikan pada pasien diare dengan dehidrasi ringan/sedang di tempat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit.
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN
ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak

Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:


UmurSampai

4 bulan

4 -12 bulan

12-24 bulan

2-5 tahun

Berat Badan

< 6 kg

6-10 kg

10-12 kg

12-19 kg

Jumlah cairan

200-400

400-700

700-900

900-1400

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.

Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.

Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit

Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut


AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT:

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.

Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.

Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI.
Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN,
KEMUDIAN
PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B

22

Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C


BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah.

Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah

Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah

3) Rencana Terapi C
Diberikan pada pasien diare dengan dehidrasi berat di tempat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit.

UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN

Beri cairan Intravena segera.

Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg
BB, dibagi sebagai berikut:
Umur

Pemberian I Kemudian 70
30ml/kg BB

ml/kg BB

Bayi < 1 tahun

1 jam*

5 jam

Anak > 1 tahun

30 menit*

2 jam

* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.

Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum;


biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).

Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat


dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B
atau C ) untuk melanjutkan terapi.

Rujuk penderita untuk terapi Intravena.

Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara


memberikannya selama di perjalanan.

23

Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/ Orogastrik.


Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
Nilai setiap 1-2 jam:
- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih
lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk
terapi Intravena.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai
(A, B atau C )
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut.
Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
Nilai setiap 1-2 jam:
- Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih
lambat.
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk
terapi Intravena.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang
sesuai.

Catatan :
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi
untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan
cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit
di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri
antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.

Pemberian cairan tambahan


Cairan yang sesuai untuk diare dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
-

Cairan yang mengandung garam seperti ORS, minuman bergaram, dan sup sayur
atau sup ayam dengan penambahan garam. Ajarkan ibu untuk menambahkan
garam sekitar 3g/L pada minuman atau sup yang tidak bergaram selama diare.
Bisa juga dengan membuat larutan home-made mengandung garam 3g/L dan
18g/L gula (sukrosa).

Cairan tanpa garam seperti air mineral, air tajin, sup tanpa tambahan garam, air
kelapa muda, jus buah segar tanpa pemanis.

Cairan yang tidak sesuai untuk penderita diare yaitu: minuman manis yang berasal
dari gula karena gula memiliki sifat hipertonik yang dapat menyebabkan diare osmotik

24

dan hipernatremia. Contohnya teh manis, jus buah komersial, dan minuman
komersial bersoda (WHO. 2005).

Pemberian Tablet Zinc


1. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
2. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat zinc selama 10 hari
berturut turut.
3. Dosis obat zinc (1 tablet = 20 mg)
-

Umur < 6 bulan : tablet/ hari

Umur 6 bulan : 1 tablet/ hari

4. Larutkan tablet dalam satu sendok makan air matang atau ASI (tablet mudah larut
30 detik), segera berikan kepada anak. Untuk anak yang usianya lebih besar, zinc
dapat dikunyah.
5. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat zinc, ulangi
pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa
kali hingga satu dosis penuh.
6. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan
obat zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
7. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini
dimaksudkan unutk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan
berulangnya diare pada 2 3 bulan ke depan.
8. Zinc juga dapat dilarutkan dengan larutan oralit, namun hal ini tidak dianjurkan,
karena dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian zinc jika diarenya
berhenti. Oralit juga harus tetap diberikan, meskipun anak sudah mendapat terapi
zinc.
9. Zinc dapat diperoleh dengan resep dokter. Petugas kesehatan seperti bidan dan
perawat dapat memberikan zinc dibawah pengawasan dokter (Depkes RI, 2011).

Diet untuk Diare Persisten


Terdapat dua diet yang direkomendasikan untuk anak dan bayi umur > 6 bulan
dengan diare persisten berat. Jika terdapat tanda kegagalan diet atau jika anak tidak
membaik setelah 7 hari pengobatan, diet yang pertama harus dihentikan dan diet

25

yang kedua diberikan selama 7 hari. Pengobatan yang berhasil dengan diet mana pun
dicirikan dengan: Asupan makanan yang cukup, Pertambahan berat badan, Diare yang
berkurang dan Tidak ada demam.
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan. Bertambahnya
berat badan dipastikan dengan terjadinya penambahan berat badan setidaknya
selama tiga hari berturut-turut. Beri tambahan buah segar dan sayur-sayuran matang
pada anak yang memberikan reaksi yang baik. Setelah 7 hari pengobatan dengan diet
efektif, anak harus kembali mendapat diet yang sesuai dengan umurnya, termasuk
pemberian susu, yang menyediakan setidaknya 110 kalori/kg/hari. Anak bisa dirawat
di rumah, tetapi harus terus diawasi untuk memastikan pertambahan berat badan
yang berkelanjutan dan sesuai dengan nasihat pemberian makan.
a. Diet pertama: diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa). Diet ini harus mengandung setidaknya
70 kalori/100 gram, beri susu sebagai sumber protein hewani, tapi tidak lebih dari
3.7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus mengandung setidaknya 10% kalori
dari protein. Contoh berikut mengandung 83 kalori/100 g, 3.7g laktosa/kg berat
badan/hari dan 11% kalori dari protein:
-

Susu bubuk

lemak penuh (atau susu cair : 85 ml) 11 g

Nasi 15 g

Minyak sayur 3.5 g

Gula tebu 3 g

Air matang 200 ml

b. Diet untuk diare persisten, diet kedua: Tanpa susu (bebas laktosa), diet dengan
rendah pati (starch). Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70
kalori/100g, dan menyediakan setidaknya 10% kalori dari protein (telur atau
ayam). Contoh di bawah ini mengandung 75 kalori/100 g:
-

Telur utuh 64 g

Beras 3 g

Minyak sayur 4 g

Gula 3 g

Air matang 200 ml

Ayam masak yang ditumbuk halus (12 g) dapat digunakan untuk mengganti telur
untuk memberikan diet 70 kalori/100 g.

26

Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri dengan
cara sebagai berikut:
Bahan:
o

Beras 40 g gelas

Tempe 50 g 2 potong

Wortel 50 g gelas

Cara membuat:
1) Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel.
2) Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
3) Bubur tempe siap disajikan.
Supplemen multivitamin dan mineral
Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen multivitamin dan
mineral setiap hari selama dua minggu. Ini harus bisa menyediakan berbagai
macam vitamin dan mineral yang cukup banyak, termasuk minimal dua RDAs
(Recommended Daily Allowance) folat, vitamin A, magnesium dan copper. Sebagai
panduan, satu RDA untuk anak umur 1 tahun adalah:
-

Folat 50 mg

Zinc 10 mg

Vitamin A 400 mg

Zat besi 10mg

Tembaga(copper) 1 mg

Magnesium 80 mg (WHO, 2009)

5. Oral Rehydration Solution


Tujuan :
-

Sebagai penanganan pertama pada diare akut

Untuk rehidrasi dan pencegahan terjadinya dehidrasi akibat diare

Dapat berkontribusi untuk peningkatan berat badan dan status gizi akibat dari
diare

Mengurangi efek buruk diare pada status gizi (WHO , 2006)

Prinsip:

27

Glukosa menarik air ke lumen usus, sehingga memaksa usus kecil untuk
menyerap cairan dengan cepat, serta memfasilitasi absorbs natrium dengan
ratio 1 : 1 molar basis di usus halus

Natrium dan kalium dibutuhkan untuk menggantikan ion yang hilang akibat
diare dan muntah

Memperbaiki terjadinya asidosis akibat diare dan dehidrasi (WHO , 2006)

Menurut Kemenkes RI (2011), frekuensi pemberian ORS yaitu diberikan segera


setelah anak mengalami diare hingga diare berhenti
Tatalaksana pemberian menurut Depkes (2008):
Cara pemberian :
a. Diare tanpa dehidrasi :
Pemberian satu bungkus ORS dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc)
- anak-anak < 1 tahun : 50 100 cc setiap BAB
- anak-anak > 1 tahun : 100 200 cc setiap BAB
b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang :
Jumlah pemberian dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan = 75 ml x BB anak
Bila BB tidak diketahui:
Umur

< 4 bulan

4-12bulan

12-24 bulan

2-5 tahun

Berat badan

< 6 bulan

6 10 kg

10 12 kg

12 19 kg

Jumlah cairan

200 400

400 - 700

700 - 900

900 - 1400

c. Diare dengan dehidrasi berat :


-

dengan cairan intervena : 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

tanpa cairan intravena : 20 ml / kg BB / jam selama 6 jam

Menurut Krause (2008) pemberian rehidrasi dengan ORS dilakukan dengan melihat
kondisi pasien:
a. Tanpa dehidrasi :
< 2 tahun : 50-100 ml setelah pengeluaran tinja cair
2-9 tahun : 100-200 ml setelah mengeluarkan feses
10 tahun : sebanyak yang diinginkan
b. Dehidrasi
< 4 bulan

: 200-400 ml dalam 4 jam

4-11 bulan

: 400-600 ml dalam 4 jam

28

11-23 bulan

: 600-800 ml dalam 4 jam

2- 4 tahun

: 800- 1200 ml dalam 4 jam

5-14 tahun

: 1200 2200 ml dalam 4 jam

15 tahun

: 2200 4000 ml dalam 4 jam

Mengukur kembali status dehidrasi secara periodic dilanjutkan dengan pemberian


makanan secara normal termasuk menyusui
c. Severe dehidrasi
Untuk bayi < 1 tahun :
-

30 ml/kg pada 1 jam pertama

70 ml/kg pada 5 jam selanjutnya

Anak-anak > 1 tahun :


-

30 ml/kg pada 30 menit pertama

70 ml/kg pada 150 menit selanjutnya

Adapun kutipan komposisi ORS dari Parrish (2004) sebagai berikut :

29

6. Larutan Gula Garam Buatan Rumahan


Komposisi oralit buatan sendiri yaitu : 1 sdt gula pasir dan sdt garam
dimasukan kedalam 200 cc air matang. Setelah itu diaduk rata dalam gelas dan
diperoleh larutan gula garam yang siap digunakan.
Dosis pemberian oralit :
-

Anak < 1 tahun 50-100 ml tiap buang BAB

Anak > 1 tahun 100-200 ml tiap BAB

Bila anak dehidrasi ringan atau sedang, jumlah oralit pada 3 jam pertama ->
75 ml x BB anak

Fungsi oralit :
-

Untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare

Sebagai penangnan pertama pada diare akut

Untuk mengatasi dehidrasi pada pasien diare (Depkes RI, 2011).

7. Edukasi Gizi secara Massal


a. Tujuan
-

Membantu masyarakat untuk belajar attitude atau aturan baru yang sesuai
kebutuhan masalah sasaran

Menghilangkan prilaku negatif sasaran

Adanya motivasi mengetahui lebih lanjyt tentang hal-hal yang berhubungan


dengan Kesehatan (GTZ, 2010, Harianto, 2004, PERSAGI, 2010, dan
Poedyasmoro, 2005)

b. Pihak yang terlibat


-

Ahli Gizi : pemateri edukasi terkait mengenai diet dan makanan

Perawat : kordinator pengumpulan peserta edukasi dan sebagai penanggung


jawab ruangan

Pediactrician:

sebagai

yang

berwenang

dan

berkompetensi

dalam

menjelaskan materi gambaran umum, penanganan diare pada anak-anak


-

Keluarga Pasien: Sebagai sasaran edukasi massal (AETC, 2012)

c. Metode yang digunakan untuk saat edukasi massal


Lecture Of discussion atau Ceramah Umum dengan tujuan terjadinya
perubahan prilaku ke arah yang diharapakan melalui peran aktif peserta
memberikan umpan balik dan adanya saling tukar informasi dan pengalaman

30

sesama peserta edukasi. Selain itu, metode ceramah dapat digunakan untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (FS Saragih, 2011, Harianto,
2004, dan Thomas, ANNU, 2005).
d. Media Edukasi Massal
-

Poster jika tidak tersedia proyektor atau LCD pada ruangan tempat edukasi

Leaflet: bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang di


lipat.

Photo: sebagai media pendukung

Slide ppt: memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk


sasaran relatif besar (M. Muchtar, 2011, Harianto, 2004)

e. Langkah-langkah
-

Persiapan edukasi
o

Menentukan materi sesuai kebutuhan

Membuat susunan materi yang akan disajikan

Merencanakan media yang digunakan

Mengumumkan jadwal dan tempat penyuluhan

Persiapan ruangan edukasi (Kemenkes RI, 2013)

Pelaksanaan
o

Peserta mengisi daftar hadir

Dietitian menyampaikan materi edukasi

Tanya jawab dan demonstrasi (Kemenkes RI, 2013)

Monitoring evaluasi pelaksanaan edukasi yang telah dilaksanakan (AETC,


2012)

f.

Waktu
-

Persiapan dilakukan dua hari

Pelaksanaannya dimulai saat rata-rata semua peserta edukasi datang

Maksimal pengulangan pesan edukasi massal 3 kali (Putu, 2011)

g. Materi
-

Gambaran umum diare (penyebab, sign symptom, faktor risiko, dampak)

Pencegahan diare

Pembuatan oralit sederhana

31

Penanganan diare melalui 4 tata laksana diare di rumah (pemberian cairan


tambahan lebih dari biasanya, pemberian zink, teruskan pemberian ASI dan
makanan, dan indikasi kapan anak dibawa ke petugas kesehatan

Managemen karbohidrat, makanan alternatif (misal susu untuk pasien


laktosa intoleran), cara membaca label makanan

Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


o

Mengurangi konsumsi kafein karena meningkatkan stimulasi aktivitas


motorik kolon

Mengurangi konsumsi lemak karena menghambat pengosongan


lambung dan meningkatkan kecepatan transit di small bowel, namun
MCT (TG rantai menengah) boleh dikonsumsi

Bahan makanan yang mengandung serat tidak larut (insoluble fiber)


meningkatkan kecepatan bowel dan waktu transit. Lemak larut
(soluble fiber) mengurangi rasa tidak nyaman atau nyeri atau bloating
karena serat ini difermentasi di kolon untuk membentuk Short Chain
Fatty Acid (AETC, 2012; UNC, 2011; Kemenkes RI, 2013; Naspghan
Foundation, 2011).

8. Kelebihan dan Kekurangan Edukasi Gizi secara Massal


METODE PENYULUHAN
Kelebihan

Solusi

Kekurangan

efisiensi waktu

kurang efektif

materi bersifat

perubahan perilaku kurang

keberhasilan itu kurang maka

maksimal

dibagi lagi menjadi kelompok-

umum

apabila hasil dari mendekati

Efisien biaya

kelompok kecil untuk

Dapat menjangkau

penyuluhan berikutnya

dengan sasaran

besar

tidak semua peserta

menyediakan waktu yang

mendapat kesempatan untuk

optimal sehingga semua sasaran

berbicara

dapat leluasa bertanya

miss informasi

pemahaman setiap orang

Menyederhanakan kalikmat

berbeda

32

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Penyuluhan


a. Faktor penyuluh misalnya kurangnya persiapan,kurang menguasai materi yang
akan dijelaskan,penampilan kurang meyakinkan sasaran,bahasa yang digunakan
kurang dapat dimengerti oleh sasarn,suara terlalu kecil dan kurang didengar serta
penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.
b. Faktor sasaran

misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit

menerima pesan yang disampaikan ,tongkat sosial ekonomi terlalu rendah


sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih
memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak,kepercayaan dan adat kebiasaan
yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya,kondisi lingkungan
tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
c. Faktor proses dalam penyuluhan misalnya waktu penyuluhan yang tidak sesuai
dengan waktu yang diinginkan sasaran,tempat penyuluhan dekat dengan
keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan,jumlah
sasaran pemnyuluhan yang terlalu banayk,alat peraga yang kuran,metoda yang
digunakan kurang teapt sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang
digunakan kurang dimengerti oleh sasaran. (Citerawati, 2012)

10. Monitoring Evaluasi Edukasi Gizi secara Massal


Kuisioner pre-test dan Post test
1) Gunakan pertanyaan seperti : mengapa,bagaimana,kenapa ibu harus melakukan
tatalaksanadiare dirumah
2) Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3) Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu mnejawab pertanyaan
4) Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab pertanyaan dengan benar
Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali
(Kemenkes,2011)

Monitoring dan evaluasi terhadap edukasi gizi massal terdiri atas monev outcome,
monev impact, dan monev proses.
a. Evaluasi outcome dilakukan untuk menilai pengaruh program penyuluhan
terhadap

tujuan umum program (program goal).Evaluasi ini berhubungan

dengan penilaian pengaruh program terhadap masalah keshatan yang dituju. Ibu

33

di nilai dapat menerapkan tindakan tersebut di rumah ditandai ketika ibu


menangani anak nya ketika diare dapat ditangani dengan tepat. Dapat dilihat
dari rekam medis ketika anak kembali pada rumah sakit (Hawe et al dalam
Masyuni, 2010).\
b. Evaluasi impact dilakukan untuk menilai pengaruh program terhadap tujuan
khusus program (objectif).Evaluasi ini berhubungan dengan penilaian pengaruh
program terhadap faktor resiko yang mempengaruhi masalah kesehatan yang
menjadi sasaran program. Dapat dilakukan kegiatan pre-test dan post-test. Jika
hasil post-test dapat menghasilkan nilai 80 % dan ada 10 pertanyaan dan
sasaran dapat menjawab 8 benar dan 2 salah maka edukasi yang diberikan
dirasa berhasil (Putu, 2011 dan Hawe et al dalam Masyuni, 2010).
c. Evaluasi proses dapat menggunakan PEMAT. The Patient Education Materials
Assessment Tool (PEMAT) merupakan metode yang sistematis untuk
mengevaluasi dan membandingkan antara kemudahan suatu materi edukasi
untuk dipahami dan dilaksanakan. PEMAT menggunakan penilaian dengan
sistem skoring untuk menilai kemampuan materi dipahami dan dilaksanakan.
Ada dua versi PEMAT yaitu PEMAT-P untuk materi yang dicetak seperti brosur
dan pamphlet dan PEMAT A/V untuk materi berupa video dan multimedia
lainnya. PEMAT P berisi 17 item yang mengukur kemudahan materi dipahami
dan 7 item yang mengukur kemudahan materi dilaksanakan. PEMAT A/V berisi
13 item yang mengukur kemudahan materi dipahami dan 4 item yang mengukur
kemudahan materi dilaksanakan. Semakin tinggi skor maka materi edukasi
semakin mudah dipahami dan dilaksanakan. Berikut ini adalah contoh form
PEMAT (AHRQ, 2013):
d.

34

35

36

BAB II
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan bisa air saja
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya, bisa 3 kali atau lebih dalam sehari. Penyebab yang
sering mendasari timbulnya diare adalah akibat infeksi virus, bakteri/ parasit dan keracunan.
Macam-macam diare digolongkan menjadi 3 yaitu berdasarkan waktu/lamanya diare (diare
akut dan persisten), patofisiologi (osmotik, sekretori, inflamatorik, dan infeksi), dan
berdasarkan masalah (disentri dan kolera). Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya air dan
elektrolit (Natrium, Kalium, dan Bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair. Apabila
hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat akan timbul kekurangan cairan
dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi dengan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.
Pencegahan yang dapat dilakukan bisa melalui perilaku sehat (pemberian ASI eksklusif,
MP-ASI, mencuci tangan, BAB di jamban, menggunakan air bersih, imunisasi campak) dan
penyehatan lingkungan (penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan sarana pembuangan
air limbah). Penanganan diare terdiri dari 3 rencana terapi berdasarkan derajat dehidrasi yaitu
Rencana Terapi A, B, dan C. Tatalaksana secara umum yaitu rehidrasi dengan pemberian cairan
tambahan atau oralit, pemberian zinc setiap hari selama 10 hari berturut-turut, teruskan
pemberian ASI dan makanan, pemberian antibiotik secara selektif, dan nasihati ibu kapan
harus membawa anak ke sarana kesehatan.
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pencegahan dan penanganan diare,
diperlukan adanya edukasi gizi secara massal berupa penyuluhan dengan metode ceramah.
Sebelum melakukan ceramah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu tujuan, sasaran,
metode yang digunakan, media yang sesuai, dan materi apa yang akan disampaikan. Dari
metode yang digunakan, pasti ada kelebihan dan kekurangan di dalamnnya, dimana
kekurangan dari metode ini sebaiknya dianalisis tentang solusi yang tepat untuk meminimalisir
kekurangan yang ada. Untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu edukasi gizi, diperlukan
adanya proses monitoring evaluasi dengan melihat indikator keberhasilan yang telah
ditentukan.

37

REKOMENDASI
Skenario yang diberikan dikemas dalam kata-kata yang sederhana, namun dalam
setiap kata mengandung suatu masalah yang harus dibahas sehingga membutuhkan kepekaan
dan ketelitian mahasiswa dalam membahas skenario ini. Untuk kasus-kasus selanjutnya
mungkin bisa diteruskan seperti ini lagi.

38

DAFTAR PUSTAKA
AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). 2013. The Patient Education Materials
Assessment Tool (PEMAT) and Users Guide. AHRQ Publication 14-0002-EF.
AIDS Education and Training Centers (AETC). 2012. Section 5: Common Complaints Diarrhea.
http://aidsetc.org/aidsetc?page=cg-501_diarrhea. Diakses 2 Maret 2014.
Cirterawati. 2012. Penyuluhan dan Konsultasi.
Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. http://www.dinkestts.web.id/bank-data/category/7-pedoman-penanganandiare.html?download=17:buku-saku-lintas-diare. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014
pukul 19.05 WIB.
FS.
Saragih,
2011.
Prilaku
Ibu
Dalam
Penatalaksanaan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17125/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.00 WIB.
Gunawan, Roni. 2010. Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan
Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara : Medan.
Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat.
Departemen Farmasi FMIPA UI : Jakarta
K.Sari, 2010. Patofisiologi Diare. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.30 WIB.
Kemenkes RI . 2011. Situasi diare di Indonesia
Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data da Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Kepmenkes. 2001. Buku Pelayanan Anak Di Rumah Sakit. 2009. Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2014 Pukul 19.00 WIB.
M. Muchtar. 2011. Penyuluhan Gizi. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.05 WIB.
Mahan, L.Katheen, Stump, Sylvia Escott. 2008. Krauses Food Nutrition Therapy. Canada :
Elsavier
Masyuni. 2010. Implementasi Program Promosi Pencegahan DIare pada Anak Berusia dibawah
3 Tahun. UMS.
Naspghan Foundation. 2011. Recognition and Management of Dietary Carbohydrate-Induced
Diarrhea in Pediatric Patients. The NASPGHAN Foundation for Childrens Digestive
Health and Nutrition.
PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi, Jakarta.
Poedyasmoro. 2005. Buku Praktis Ahli Gizi. Jurusan Gizi Poltekkes Malang
Pradani, Onny Septa. 2012. Pengaruh Formula Rehidrasi Oral Berbasis Beras Terhadap Lama
Sakit
Diare
Akut
Dehidrasi
Tidak
Berat.
http://eprints.undip.ac.id/37719/1/Onny_Septa_P_G2A0081396_Lap.KTI.pdf.
Diakses tanggal 28 Februari 2014. Pukul 20.00 WIB.
Putu, 2011. Pemyuluhan Gizi di Rumah Sakit. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul
19.00 WIB.

39

UNC. 2011. Nutritional Intervention for IBS. UNC Center for Functional GI and Motility
Disorders.
UNICEF WHO. 2009. Diarrhea : why children are still dying and what can be done
WHO, 2006. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Departement of Child and
Adolescent Health and Development : Switzerland.
WHO. 2005. THE TREATMENT OF DIARRHOEA - A manual for physicians and other senior
health
workers.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf.
Diakses tanggal 2 Maret 2014. Pukul 20.00 WIB.
WHO. 2006. ORAL REHYDRATION SALTS Production of the new ORS. Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2014 Pukul 19.00 WIB.
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia
Widjaja, 2008. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita.

40

TIM PENYUSUN

A. KETUA

Suci Wulansari
B. SEKRETARIS

115070301111017
:

Glaveria Galuh Giriananda

115070301111009

Lisa Zumrotul Hasanah

115070301111026

C. ANGGOTA
1. Ana Dwi Fibriyanti

115070301111008

2. Aprinia Dian N

115070300111009

3. Asria R Lino

115070307111016

4. Desi Ayu Ningtyas

115070300111020

5. Ellen Natalia

115070300111030

6. Firdausi Ayu Fitriani

115070301111018

7. Lailatul Muniro

115070301111001

8. Lega Satya Puspitasari

115070301111025

9. Qodriyah N.F

115070300111021

10. Sofy Amelia Putri

115070300111037

11. Yeniar Alifa Istiqomah

115070307111014

D. FASILITATOR
Mbak Dian
E. PROSES DISKUSI
1. Diskusi pertama berjalan lancar walaupun PI hanya terpecahkan sekitar 70%
sampai akhir diskusi
2. Fasil sangat membantu dan memberikan informasi terkait skenario
3. Mahasiswa banyak mendapatkan pengetahuan baru mengenai diare
4. Mahasiswa lebih teliti membaca skenario karena ternyata setiap kata/kalimat
dalam skenario bisa dijadikan sebagai masalah yang perlu dibahas.

41

Anda mungkin juga menyukai