Grup B
Ana Dwi Fibriyanti
115070301111008
Aprinia Dian N
115070300111009
Asria R Lino
115070307111016
115070300111020
Ellen Natalia
115070300111030
115070301111018
115070301111009
Lailatul Muniro
115070301111001
115070301111025
115070301111026
Qodriyah N.F
115070300111021
115070300111037
Suci Wulansari
115070301111017
115070307111014
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 2
BAB I : ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI ..................................................................................... 3
B. SKENARIO ............................................................................................................................ 3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM ..................................................................................................... 3
D. CUES .................................................................................................................................... 4
E. DAFTAR PROBLEM IDENTIFICATION .................................................................................... 4
F. HASIL BRAINSTORMING ....................................................................................................... 5
G. HIPOTESA ............................................................................................................................ 9
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ................................................................................. 12
BAB II : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 37
REKOMENDASI ........................................................................................................................ 38
REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39
TIM PENYUSUN ....................................................................................................................... 41
BAB I
ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
CADE
Cade 9. Mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk melakukan suatu
konseling, pendidikan, atau kegiatan health promotion
B. SKENARIO
SKENARIO
Yuk Atasi Diare
Musim hujan membuat IRNA Anak RSUB mengalami peningkatan jumlah pasien
sehingga seluruh tempat tidur terisi oleh pasien anak yang sebagian besar adalah pasien
dengan diagnosa diare. Dari 30 pasien di IRNA anak terdapat 25 anak diare dengan usia antara
3-10 tahun. Sebelum masuk rumah sakit beberapa ibu sudah memberikan larutan oralit buatan
sendiri, air gula, dan oralit di apotek. Saat ini kondisi anak di rumah sakit dalam keadaan
dehidrasi sedang dan berat. Untuk mencegah anak mengalami dehidrasi lebih lanjut di rumah
sakit maka anak diberikan Oral Rehidration Solution (ORS). Untuk memberikan informasi
terkait pencegahan dan penanganan pada kondisi diare maka ahli gizi diharapkan mampu
memberikan edukasi gizi secara massal.
DEFINITION
ORS
Oralit
Dehidrasi
Edukasi Gizi
Diare
Apotek
Dehidrasi Sedang
Keadaan dimana anak mengalami penurunan berat badan 510%, anak mengalami haus, gelisah dan rewel (Depkes RI.
2008)
Dehidrasi Berat
D. CUES
CUES
Ahli gizi diharapkan mampu mengawasi, mengkoordinir, dan memimpin team untuk
melakukan suatu edukasi gizi secara massal terkait diare pada pasien IRNA anak RSUB
d. Media
e. Langkah-langkah
f.
Waktu pelaksanaan
g. Materi
8. Apa saja kekurangan dan kelebihan edukasi gizi secara massal?
9. Apa aja faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan?
10. Bagaimana monitoring evaluasi dari edukasi gizi secara massal?
F. HASIL BRAINSTORMING
Jumat, 28 Februari 2014
1. Apa etiologi, faktor risiko, sign symptom, dan komplikasi dari diare serta bagaimana
pengklasifikasinya?
Etiologi :
- virus, parasit/racun dari bakteri
- Kelainan irama usus
- Penyalahgunaan obat laxative
- Imunitas anak menurun
Sign symptom:
- BAB dengan konsistensi encer dan frekuensi > 5 x sehari
- Dehidrasi
- Perut kembung
- Rewel
- Badan panas
- Kelesuan, lemas
Patofisiologi:
Sanitasi yang tidak adekuat dan infeksi oleh bakteri Bakteri, virus, parasit
yang berasal dari lingkungan masuk ke tubuh anak yang imunitasnya belum sempurna
dan
masuk
ke
pencernaannya
meningkatkan
motilitas
usus
dan
- ASI eksklusif
- Iklim
- Pasien penyakit tertentu
- Ketersediaan air bersih
- Malnutrisi
- Pola asuh yang salah (Penerapan makanan prelakteal, MP-ASI dini)
- Imunitas
Klasifikasi diare:
- Osmotik
Adanya larutan yang tidak terserap aktif secara osmotik
- Parenteral
- Sekretori
Peningkatan rangsangan sekresi ion dan air, penghambatan absorbsi ion dan air
atau keduanya
- Traveler
- Tropical
- Weanling
- Watery
- Fermentatif
- Neonatal
- Nukus
- Gastreogenik
- Factitious
- Disentri
- Diantameba
- Kronik bassilary
- Kaketik
Komplikasi:
- Dehidrasi
- Malnutrisi
2. Apa saja macam-macam dehidrasi dan diare dengan dehidrasi beserta ciri-cirinya?
- Dehidrasi ringan
Kulit kering, bisa diatasi dengan pemberian cairan via oral tanpa infuse
- Dehidrasi sedang
Tidak mengeluarkan air mata, jarang pipis, jumlah saliva sedikit
- Dehidrasi berat
Mata cekung, tidak sadar,kulit keriput, bagian abdomen cekung
3. Bagaimana keterkaitan diare dengan dehidrasi dan apa bahaya diare bagi tumbuh
kembang anak?
Motilitas usus meningkat pengeluaran cairan meningkat cairan di tubuh
berkurang dehidrasi
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan diare?
Pencegahan :
- Jaga higiene sanitasi
- Perhatikan makanan anak
- Pemberian ASI eksklusif
- Menjaga status gizi anak normal
- Pola asuh yang tepat
- Menjaga sistem imunitas
Penanganan :
- Rehidrasi dengan pemberian larutan oralit
- Memenuhi zat gizi anak
5. Bagaimana prinsip, syarat, tujuan dan kandungan serta jumlah ORS?
Komponen : larutan anion dan kation natrium (mengikat air), kalium
Tujuan :
-
Prinsip : omolaritas sama dengan cairan tubuh, disesuikan dengan kebutuhan mineral
6. Bagaimana cara membuat larutan gula dan garam yang tepat? Apa saja fungsi dan
komponen yang ada di dalamnya serta berapa dosis yang diberikan untuk anak?
7. Bagaimana perencanaan edukasi gizi secara massal?
a.
Tujuan
- Untuk mengurangi prevalensi terjadinya diare di IRNA RSUB
- Untuk memberikan pengetahuan terkait diare pada anak
- Untuk mengedukasi masyarakat yang belum tahu tentang pencegahan dan
penanganannya agar dapat diterapkan di rumah
b.
c.
Metode
Picture to picture
d.
Media
Gambar, selebaran seperti leaflet
e.
f.
Waktu pelaksanaan
Hari ke-2 saat pasien sudah terkumpul
g.
Materi
Gambaran umum diare, faktor penyebab, cara penanganan dini agar tidak
semakin parah, cara pencegahan
Kekurangan
G. HIPOTESIS
Faktor Risiko:
a. Faktor ibu/perilaku
b. Faktor lingkungan :
c. Gizi buruk
d. Imunodefisiensi
e. Umur
f. Karakteristik demografi
g. Pendidikan
dan
pengetahuan orang tua
h. Faktor sosial ekonomi
Etiologi:
a. Penyakit inflamantory
b. Obat obatan
c. Infeksi
d. Malabsorbsi
e. Kondisi malnutrisi
f. Imunodefisiensi
g. Alergi
Macam-macam
Dampak
a. Jangka pendek : Penurunan asupan
makanan, kebutuhan nutrisi
meningkat
b. Jangka panjang :
Terjadi hipoglikemi malnutrisi
gagal tumbuh kembang edema otak
gagal multi organ kejang,
kematian
Diare
- Gelisah, rewel
- Mata cekung
- Ingin minum terus, ada
rasa haus
- Cubitan kulit
perut/turgor kembali
lambat
Pencegahan
- perilaku sehat (pemberian ASI
eksklusif, MP-ASI, mencuci
tangan, BAB di jamban,
menggunakan air bersih,
imunisasi campak)
- penyehatan lingkungan
(penyediaan air bersih,
pengelolaan sampah, dan sarana
pembuangan air limbah)
Tujuan
- Membantu
masy.
untuk
belajar
attitude/aturan baru
yang sesuai kebutuhan masalah sasaran
- Menghilangkan
perilaku
negatif
sasaran
Pihak Terlibat
- Ahli gizi
- Perawat
- Pediatritian
- Keluarga
pasien
Penanganan
Di rumah
4 tatalaksana diare
Beri cairan tambahan
(larutan
gula
garam/oralit
- Beri zinc
- Teruskan ASI eksklusif
dan makanan
- Nasihat ibu
Di Rumah Sakit
ORS
frekuensi
pemberian ORS
yaitu diberikan segera setelah
anak mengalami diare hingga
diare berhenti
Prinsip:
Glukosa menarik air ke lumen usus
Natrium dan kalium menggantikan ion yang hilang
Memperbaiki terjadinya asidosis akibat diare dan
dehidrasi (WHO , 2006)
Osmolaritas antara 200-300 mmol/L
Metode
Lecture
Of
discussion atau
Ceramah Umum
Media:
Poster
Leaflet
Photo
Slide ppt
Langkah
Persiapan
o materi
o media yang digunakan
o jadwal
dan
tempat
penyuluhan
o Persiapan ruangan edukasi
Pelaksanaan
o Peserta mengisi daftar hadir
o Dietitian
menyampaikan
materi edukasi
o Tanya
jawab
dan
demonstrasi
Materi
- Gambaran umum diare
- Pencegahan diare
- Pembuatan oralit
sederhana
- Penanganan diare
melalui 4 tata laksana
diare di rumah
- Bahan makanan yg
dianjurkan dan tidak
10
Kelebihan
- efisiensi waktu
- materi bersifat umum
- Efisien biaya
- Dapat menjangkau dengan
sasaran besar
Kekurangan
- tidak semua peserta mendapat
kesempatan untuk berbicara
- miss informasi
- pemahaman setiap orang berbeda
- kurang efektif
- perubahan perilaku kurang maksimal
-
Monev
Kuisioner pre-test dan Post test
1) Gunakan pertanyaan seperti :
mengapa,bagaimana,kenapa ibu harus melakukan
tatalaksanadiare dirumah
2) Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3) Berikan waktu kepada ibu untuk berfikir lalu
mnejawab pertanyaan
4) Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab
pertanyaan dengan benar
Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau
praktekkan kembali
11
Alergi
j.
Infeksi paranterial (infeksi yang disebabkan oleh infeksi di luar alat pencernaan :
otitis media akut, broncopenia, dsb) (K sari, 2010)
Sign Symptom :
a. Sakit perut
b. Mual
c. Muntah
d. BAB terus menerus
e. Nafsu makan berkurang
f.
Dehidrasi
g. Mata cekung
h. Kelelahan
i.
j.
Demam tinggi
12
Karakteristik demografi : sumber air bersih, jamban, jenis lantai rumah yang tidak
kedap air maupun yang masih berlantai tanah lebih beresiko
13
penempelan di mukosa
invasi mukosa
b. Jangka panjang :
Terjadi hipoglikemi malnutrisi gagal tumbuh kembang edema otak
Metabolik asidosis
2. Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Huang et al 2005 berdasarkan gejala fisik dan klinis
Tanda/gejala
Ringan
Sedang
Berat
(3-5%)
(6-9%)
(>10%)
- Tingkat kesadaran
Sadar
Letargi
Tidak sadar
- Pengisian kembali
2 detik
2-4 detik
- Membran mukosa
Sedikit
Kering
Sangat kering
- Denyut jantung
meningkat
Meningkat
Sangat meningkat
- Laju pernafasan
Normal
Meningkat
Meningkat
- Tekanan darah
Normal
Normal;artostatik
Menurun
- Denyut nadi
Normal
Sangat lemah
- Turgor kulit
Kembali normal
Kembali lambat
- Fontanela
Normal
Agak cekung
Cekung
- Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
- Keluaran urin
Menurun
oliguria
Anuria
kapiler
14
Dehidrasi berat
- Gelisah, rewel
- Mata cekung
- Mata cekung
- Malas minum
- Cubitan kulit
perut/turgor kembali
segera
rasa haus
- Cubitan kulit
perut/turgor kembali
- Cubitan kulit
perut/turgor sangat
lambat > 2 detik
lambat
(Kemenkes, 2011)
3. Keterkaitan Diare dengan Dehidrasi dan Bahayanya bagi Tumbuh Kembang Anak
Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya air dan elektrolit (Natrium,
Kalium, dan Bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair. Dehidrasi terjadi bila
hilangnya cairan dean elektrolit ini tidak diganti secara adekuat sehingga timbulah
kekurangan cairan dan elektrolit (WHO, 2006).
15
otaknya
menjadi
lebih
sedikit
dibandingkan
dengan
anak
yang
pertumbuhannya normal. Kondisi kurang gizi ini juga akan diikuti oleh rentetan lain
yang memperburuk kondisi fisik anak. Daya tahan tubuh yang menurun pada bayi
kurang gizi akan membuat pertahanan tubuhnya rapuh dan mudah diserang berbagai
kuman penyakit, seperti kuman penyebab ISPA (Widjaja, 2008).
16
17
18
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anakanak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau
olehnya
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
7) Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak
sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi
berumur 9 bulan.
b) Penyehatan Lingkungan
1) Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,
penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik
secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus
tetap dilaksanakan.
2) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang
biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu
sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat.
Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah
19
Penanganan Diare
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indoonesia tahun 2011, ada dua
macam penangan diare, yaitu penanganan di rumah dan penangan di pelayanan
kesehatan (rumah sakit) yang terbagi dalam rencana tata laksana penangan diare A, B
dan C.
1) Rencana Terapi A
Diberikan pada pasien diare tanpa dehidrasi saat berada di rumah.
Menerangkan 5 Langkah Terapi Diare di Rumah
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
20
Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)
Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.
Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
Muntah berulang
Sangat haus
21
Timbul demam
Berak berdarah
2) Rencana Terapi B
Diberikan pada pasien diare dengan dehidrasi ringan/sedang di tempat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit.
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN
ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
4 bulan
4 -12 bulan
12-24 bulan
2-5 tahun
Berat Badan
< 6 kg
6-10 kg
10-12 kg
12-19 kg
Jumlah cairan
200-400
400-700
700-900
900-1400
Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.
Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI.
Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN,
KEMUDIAN
PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
22
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah.
3) Rencana Terapi C
Diberikan pada pasien diare dengan dehidrasi berat di tempat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit.
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg
BB, dibagi sebagai berikut:
Umur
Pemberian I Kemudian 70
30ml/kg BB
ml/kg BB
1 jam*
5 jam
30 menit*
2 jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
23
Catatan :
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi
untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan
cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit
di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri
antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.
Cairan yang mengandung garam seperti ORS, minuman bergaram, dan sup sayur
atau sup ayam dengan penambahan garam. Ajarkan ibu untuk menambahkan
garam sekitar 3g/L pada minuman atau sup yang tidak bergaram selama diare.
Bisa juga dengan membuat larutan home-made mengandung garam 3g/L dan
18g/L gula (sukrosa).
Cairan tanpa garam seperti air mineral, air tajin, sup tanpa tambahan garam, air
kelapa muda, jus buah segar tanpa pemanis.
Cairan yang tidak sesuai untuk penderita diare yaitu: minuman manis yang berasal
dari gula karena gula memiliki sifat hipertonik yang dapat menyebabkan diare osmotik
24
dan hipernatremia. Contohnya teh manis, jus buah komersial, dan minuman
komersial bersoda (WHO. 2005).
4. Larutkan tablet dalam satu sendok makan air matang atau ASI (tablet mudah larut
30 detik), segera berikan kepada anak. Untuk anak yang usianya lebih besar, zinc
dapat dikunyah.
5. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat zinc, ulangi
pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa
kali hingga satu dosis penuh.
6. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan
obat zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
7. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini
dimaksudkan unutk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan
berulangnya diare pada 2 3 bulan ke depan.
8. Zinc juga dapat dilarutkan dengan larutan oralit, namun hal ini tidak dianjurkan,
karena dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian zinc jika diarenya
berhenti. Oralit juga harus tetap diberikan, meskipun anak sudah mendapat terapi
zinc.
9. Zinc dapat diperoleh dengan resep dokter. Petugas kesehatan seperti bidan dan
perawat dapat memberikan zinc dibawah pengawasan dokter (Depkes RI, 2011).
25
yang kedua diberikan selama 7 hari. Pengobatan yang berhasil dengan diet mana pun
dicirikan dengan: Asupan makanan yang cukup, Pertambahan berat badan, Diare yang
berkurang dan Tidak ada demam.
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan. Bertambahnya
berat badan dipastikan dengan terjadinya penambahan berat badan setidaknya
selama tiga hari berturut-turut. Beri tambahan buah segar dan sayur-sayuran matang
pada anak yang memberikan reaksi yang baik. Setelah 7 hari pengobatan dengan diet
efektif, anak harus kembali mendapat diet yang sesuai dengan umurnya, termasuk
pemberian susu, yang menyediakan setidaknya 110 kalori/kg/hari. Anak bisa dirawat
di rumah, tetapi harus terus diawasi untuk memastikan pertambahan berat badan
yang berkelanjutan dan sesuai dengan nasihat pemberian makan.
a. Diet pertama: diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa). Diet ini harus mengandung setidaknya
70 kalori/100 gram, beri susu sebagai sumber protein hewani, tapi tidak lebih dari
3.7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus mengandung setidaknya 10% kalori
dari protein. Contoh berikut mengandung 83 kalori/100 g, 3.7g laktosa/kg berat
badan/hari dan 11% kalori dari protein:
-
Susu bubuk
Nasi 15 g
Gula tebu 3 g
b. Diet untuk diare persisten, diet kedua: Tanpa susu (bebas laktosa), diet dengan
rendah pati (starch). Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70
kalori/100g, dan menyediakan setidaknya 10% kalori dari protein (telur atau
ayam). Contoh di bawah ini mengandung 75 kalori/100 g:
-
Telur utuh 64 g
Beras 3 g
Minyak sayur 4 g
Gula 3 g
Ayam masak yang ditumbuk halus (12 g) dapat digunakan untuk mengganti telur
untuk memberikan diet 70 kalori/100 g.
26
Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri dengan
cara sebagai berikut:
Bahan:
o
Beras 40 g gelas
Tempe 50 g 2 potong
Wortel 50 g gelas
Cara membuat:
1) Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel.
2) Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
3) Bubur tempe siap disajikan.
Supplemen multivitamin dan mineral
Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen multivitamin dan
mineral setiap hari selama dua minggu. Ini harus bisa menyediakan berbagai
macam vitamin dan mineral yang cukup banyak, termasuk minimal dua RDAs
(Recommended Daily Allowance) folat, vitamin A, magnesium dan copper. Sebagai
panduan, satu RDA untuk anak umur 1 tahun adalah:
-
Folat 50 mg
Zinc 10 mg
Vitamin A 400 mg
Tembaga(copper) 1 mg
Dapat berkontribusi untuk peningkatan berat badan dan status gizi akibat dari
diare
Prinsip:
27
Glukosa menarik air ke lumen usus, sehingga memaksa usus kecil untuk
menyerap cairan dengan cepat, serta memfasilitasi absorbs natrium dengan
ratio 1 : 1 molar basis di usus halus
Natrium dan kalium dibutuhkan untuk menggantikan ion yang hilang akibat
diare dan muntah
< 4 bulan
4-12bulan
12-24 bulan
2-5 tahun
Berat badan
< 6 bulan
6 10 kg
10 12 kg
12 19 kg
Jumlah cairan
200 400
400 - 700
700 - 900
900 - 1400
dengan cairan intervena : 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum, biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Menurut Krause (2008) pemberian rehidrasi dengan ORS dilakukan dengan melihat
kondisi pasien:
a. Tanpa dehidrasi :
< 2 tahun : 50-100 ml setelah pengeluaran tinja cair
2-9 tahun : 100-200 ml setelah mengeluarkan feses
10 tahun : sebanyak yang diinginkan
b. Dehidrasi
< 4 bulan
4-11 bulan
28
11-23 bulan
2- 4 tahun
5-14 tahun
15 tahun
29
Bila anak dehidrasi ringan atau sedang, jumlah oralit pada 3 jam pertama ->
75 ml x BB anak
Fungsi oralit :
-
Untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare
Membantu masyarakat untuk belajar attitude atau aturan baru yang sesuai
kebutuhan masalah sasaran
Pediactrician:
sebagai
yang
berwenang
dan
berkompetensi
dalam
30
sesama peserta edukasi. Selain itu, metode ceramah dapat digunakan untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (FS Saragih, 2011, Harianto,
2004, dan Thomas, ANNU, 2005).
d. Media Edukasi Massal
-
Poster jika tidak tersedia proyektor atau LCD pada ruangan tempat edukasi
e. Langkah-langkah
-
Persiapan edukasi
o
Pelaksanaan
o
f.
Waktu
-
g. Materi
-
Pencegahan diare
31
Solusi
Kekurangan
efisiensi waktu
kurang efektif
materi bersifat
maksimal
umum
Efisien biaya
Dapat menjangkau
penyuluhan berikutnya
dengan sasaran
besar
berbicara
miss informasi
Menyederhanakan kalikmat
berbeda
32
Monitoring dan evaluasi terhadap edukasi gizi massal terdiri atas monev outcome,
monev impact, dan monev proses.
a. Evaluasi outcome dilakukan untuk menilai pengaruh program penyuluhan
terhadap
dengan penilaian pengaruh program terhadap masalah keshatan yang dituju. Ibu
33
34
35
36
BAB II
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan bisa air saja
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya, bisa 3 kali atau lebih dalam sehari. Penyebab yang
sering mendasari timbulnya diare adalah akibat infeksi virus, bakteri/ parasit dan keracunan.
Macam-macam diare digolongkan menjadi 3 yaitu berdasarkan waktu/lamanya diare (diare
akut dan persisten), patofisiologi (osmotik, sekretori, inflamatorik, dan infeksi), dan
berdasarkan masalah (disentri dan kolera). Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya air dan
elektrolit (Natrium, Kalium, dan Bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair. Apabila
hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat akan timbul kekurangan cairan
dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi dengan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.
Pencegahan yang dapat dilakukan bisa melalui perilaku sehat (pemberian ASI eksklusif,
MP-ASI, mencuci tangan, BAB di jamban, menggunakan air bersih, imunisasi campak) dan
penyehatan lingkungan (penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan sarana pembuangan
air limbah). Penanganan diare terdiri dari 3 rencana terapi berdasarkan derajat dehidrasi yaitu
Rencana Terapi A, B, dan C. Tatalaksana secara umum yaitu rehidrasi dengan pemberian cairan
tambahan atau oralit, pemberian zinc setiap hari selama 10 hari berturut-turut, teruskan
pemberian ASI dan makanan, pemberian antibiotik secara selektif, dan nasihati ibu kapan
harus membawa anak ke sarana kesehatan.
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pencegahan dan penanganan diare,
diperlukan adanya edukasi gizi secara massal berupa penyuluhan dengan metode ceramah.
Sebelum melakukan ceramah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu tujuan, sasaran,
metode yang digunakan, media yang sesuai, dan materi apa yang akan disampaikan. Dari
metode yang digunakan, pasti ada kelebihan dan kekurangan di dalamnnya, dimana
kekurangan dari metode ini sebaiknya dianalisis tentang solusi yang tepat untuk meminimalisir
kekurangan yang ada. Untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu edukasi gizi, diperlukan
adanya proses monitoring evaluasi dengan melihat indikator keberhasilan yang telah
ditentukan.
37
REKOMENDASI
Skenario yang diberikan dikemas dalam kata-kata yang sederhana, namun dalam
setiap kata mengandung suatu masalah yang harus dibahas sehingga membutuhkan kepekaan
dan ketelitian mahasiswa dalam membahas skenario ini. Untuk kasus-kasus selanjutnya
mungkin bisa diteruskan seperti ini lagi.
38
DAFTAR PUSTAKA
AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). 2013. The Patient Education Materials
Assessment Tool (PEMAT) and Users Guide. AHRQ Publication 14-0002-EF.
AIDS Education and Training Centers (AETC). 2012. Section 5: Common Complaints Diarrhea.
http://aidsetc.org/aidsetc?page=cg-501_diarrhea. Diakses 2 Maret 2014.
Cirterawati. 2012. Penyuluhan dan Konsultasi.
Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. http://www.dinkestts.web.id/bank-data/category/7-pedoman-penanganandiare.html?download=17:buku-saku-lintas-diare. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014
pukul 19.05 WIB.
FS.
Saragih,
2011.
Prilaku
Ibu
Dalam
Penatalaksanaan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17125/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.00 WIB.
Gunawan, Roni. 2010. Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan
Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara : Medan.
Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat.
Departemen Farmasi FMIPA UI : Jakarta
K.Sari, 2010. Patofisiologi Diare. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.30 WIB.
Kemenkes RI . 2011. Situasi diare di Indonesia
Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data da Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia.
Kemenkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Kepmenkes. 2001. Buku Pelayanan Anak Di Rumah Sakit. 2009. Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2014 Pukul 19.00 WIB.
M. Muchtar. 2011. Penyuluhan Gizi. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul 17.05 WIB.
Mahan, L.Katheen, Stump, Sylvia Escott. 2008. Krauses Food Nutrition Therapy. Canada :
Elsavier
Masyuni. 2010. Implementasi Program Promosi Pencegahan DIare pada Anak Berusia dibawah
3 Tahun. UMS.
Naspghan Foundation. 2011. Recognition and Management of Dietary Carbohydrate-Induced
Diarrhea in Pediatric Patients. The NASPGHAN Foundation for Childrens Digestive
Health and Nutrition.
PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi, Jakarta.
Poedyasmoro. 2005. Buku Praktis Ahli Gizi. Jurusan Gizi Poltekkes Malang
Pradani, Onny Septa. 2012. Pengaruh Formula Rehidrasi Oral Berbasis Beras Terhadap Lama
Sakit
Diare
Akut
Dehidrasi
Tidak
Berat.
http://eprints.undip.ac.id/37719/1/Onny_Septa_P_G2A0081396_Lap.KTI.pdf.
Diakses tanggal 28 Februari 2014. Pukul 20.00 WIB.
Putu, 2011. Pemyuluhan Gizi di Rumah Sakit. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2014 Pukul
19.00 WIB.
39
UNC. 2011. Nutritional Intervention for IBS. UNC Center for Functional GI and Motility
Disorders.
UNICEF WHO. 2009. Diarrhea : why children are still dying and what can be done
WHO, 2006. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Departement of Child and
Adolescent Health and Development : Switzerland.
WHO. 2005. THE TREATMENT OF DIARRHOEA - A manual for physicians and other senior
health
workers.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf.
Diakses tanggal 2 Maret 2014. Pukul 20.00 WIB.
WHO. 2006. ORAL REHYDRATION SALTS Production of the new ORS. Diakses Pada Tanggal 28
Februari 2014 Pukul 19.00 WIB.
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia
Widjaja, 2008. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita.
40
TIM PENYUSUN
A. KETUA
Suci Wulansari
B. SEKRETARIS
115070301111017
:
115070301111009
115070301111026
C. ANGGOTA
1. Ana Dwi Fibriyanti
115070301111008
2. Aprinia Dian N
115070300111009
3. Asria R Lino
115070307111016
115070300111020
5. Ellen Natalia
115070300111030
115070301111018
7. Lailatul Muniro
115070301111001
115070301111025
9. Qodriyah N.F
115070300111021
115070300111037
115070307111014
D. FASILITATOR
Mbak Dian
E. PROSES DISKUSI
1. Diskusi pertama berjalan lancar walaupun PI hanya terpecahkan sekitar 70%
sampai akhir diskusi
2. Fasil sangat membantu dan memberikan informasi terkait skenario
3. Mahasiswa banyak mendapatkan pengetahuan baru mengenai diare
4. Mahasiswa lebih teliti membaca skenario karena ternyata setiap kata/kalimat
dalam skenario bisa dijadikan sebagai masalah yang perlu dibahas.
41