Anda di halaman 1dari 10

Eklamsi dan Pre eklamsi

BAB II
PEMBAHASAN
PRE-EKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
PRE-EKLAMPSIA
Definisi
Bila disertai keadaan sebagai berikut :

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

Proteinuria 5 gr atau lebih per liter

Oliguria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam

Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium.

Terdapat oedema paru dan sianosis

Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi, dan
timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus, penglihatan
kabur, skotoma, diplopia, mual dan muntah, gangguan serebral lainnya : oyong, reflek
meningkat, dan tidak tenang.
2. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan
laboratorium
Penatalaksanaan
1. Pencegahan

a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tandatanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada
faktor faktor peredisposisi
c. Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
2. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia
Hendaknya janin lahir hidup
Trauma pada janin semaksimal mungkin
Penanganan Pada Pre-Eklampsia Berat

Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu


a. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S,
maka penanganan adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr IM setiap 4 jam ( selama tidak ada kontraindikasi )
Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24
jam sampai dicapai kriteria pre-eklampsia ringan ( kecuali ada kontraindikasi )
Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta BB ditimbang seperti pada
pre-eklampsia ringan, sambil mengawasi timbunya lagi gejala.
Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi
partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin maka penatalaksanaan
kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu
2. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan diatas 37 minggu
a. Penderita rawat inap

Istirahat mutlak dan ditempatkan pada kamar isolasi


Berika diit rendah garam dan tinggi protein
Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr d bokong kiri
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir,
respirasi 16 kali permenit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 % dalam
amp 10 cc
Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat
b. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 amp IM dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3 kali tablet atau 2 kali tablet sehari
c. Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan kegagalan jantung kongestif.
Untuk ini dapat disuntikan 1 amp IV lasix
d. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa
amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin ( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam infus
tetes
e. Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang mengedan
f. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi pendarahan yang disebabkan atonia uteri
g. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4
gr setiap 4 jam selama 24 jam postpartum
h. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC
EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia dalam bahasa yunani berarti halilitar karena serangan kejang kejang timbulnya
tiba-tiba seperti petir
Gejala Gejala Eklampsia
1. Stadium invasi ( awal atau aurora )
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit
2. Stadium kejang tonik

Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
ke dalam, pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit.

Stadium

ini

berlangsung

kira-kira

20-30

menit

3. Stadium kejang klonik


Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup.
Keluar ludah berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan
sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjamjam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam
keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40
celcius
Komplikasi
o Lidah tergigit
o Terjadi perlukaan dan fraktur
o Gangguan pernafasan
o Perdarahan otak
o Solusio plasenta
o Merangsang persalinan
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi tinggi
o Kematian ibu
Disebabkan oleh pendarahan otak, kegagalan jantung paru, kegagalan ginjal, infeksi,
kegagalan hepar, dan lain-lain
o Kematian bayi
Disebabkan hipoksia intrauterin dan prematuritas

Kriteria Eden
Adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri dari
o Koma yang lama
o Frekuensi nadi diatas 120 kali permenit
o Suhu 39,4 celcius atau lebih
o Tekanan darah lebih dari 200 mmHg
o Konvulsi lebih dari 10 kali
o Proteinuria 10 gr atau lebih
o Tidak ada oedema, oedema menghilang
Bila dijumpai salah satu tanda-tanda yang diatas maka disebut dengan eklampsia ringan,
bila dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek
Pencegahan
Upaya-upaya yang dilakukan adalah
o Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa eklampsia bukanlah penyakit
kemasukan seperti banyak yang disangka oleh masyarakat
o Meningkatkan jumlah poliklinik pemeriksaan antenatal serta mengusahakan agar semua ibu hamil
memeriksakan kehamilan sejak hamil muda
o Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tandatanda pre-eklampsia dan mengobatinya sedini mungkin
o Mengakhiri kehamilan sedapat-dapat pada kehamilan 37 minggu keatas apabila setelah dirawat
inap tanda-tanda tidak menghilang
Penanganan
Prinsip perawatannya adalah
1 Tujuan perawatan di RS adalah untuk menghentikan konvulsi, mengurangi vasospasme,
meningkatkan diuresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang tepat dan cepat, serta
untuk melakukan terminasi kehamilan 4 jam serangan kejang yang terakhir, dengan tidak
menghitungkan tuanya kehamilan
2 Penderita eklampsia harus dirawat inap di RS
3 Pengangkutan ke RS
o Sebelum dikirim, diberikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang selama dalam
perjalanan yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg

4. Sesampai di RS, pertolongan pertama adalah


o membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
o menghindarkan lidah tergigit
o pemberian oksigen
o pemasangan infus dektrosa atau glukosa
o menjaga agar janagan sampai trauma serta dipasang kateter tetap
5. Observasi penderita
o Dilakukan didalam kamar isolasi yang tenang dengan lampu redup ( tidak terang ), jauh dari
kebisingan dan rangsangan kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisis tensi, nadi, respirasi,
suhu badan, refleks,dan diuresis. Bila memungkinkan dilakukan funduskopi sekali sehari, juga
dicatat tingkat kesadaran dan jumlah kejang yang terjadi
o Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam, kadar
protein urin diperiksa dalam 24 jam kuantatif.
6. Regim-regim pengobatan
o Regim MgSO4 20 % dengan dosis 4 gr IV perlahan-lahan selama 5-10 menit kemudian disusul
dengan suntikan IM dosis 8 gr. Jika tidak ada kontraindikasi, berikan suntikan IM diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24 jam setelah konvulsi berakhir
atau setelah persalinan. Bila tidak ada kontraindikasi ( perhatikan pernapasan, refleks dan
diuresis ). Juga harus tersedia kalsium glukonas sebagai antidotum
kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi kepekaan syaraf pusat agar dapat mencegah
konvulsi, menambah diuresis, kecuali bila ada anuria dan untuk menurunkan pernafasan yang
cepat
o Regim sodium pentotal
Dosis insial suntikan IV perlahan-lehan sodium pentotal 2,5 % adalah sebanyak 0,2-0,3 gr.
Dengan infus secara tetes ( drips ) tiap 6 jam diberikan :
1 gr sodium pentotal dalam 500 cc dektrose 10 %
gr dalam 500 cc dextrose 10 %
gr dalam 500 cc dextrose 10 %
gr dalam 500 cc dextrose 10 %
( selama 24 jam )

kerja pentotal sodium adalah untuk menghentikan kejang dengan segera. Obat ini hanya
diberikan di RS karena cukup berbahaya dapat menyebabkan henti nafas ( apnea )
o Regim valium ( diazepam )
Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa 10 % dengan tetesan 30 permenit. Seterusnya
diberikan setiap 2 jam 10 mg dalam infus atau suntikan IM : sampai tidak kejang, obat ini cukup
aman
o Regim litik koktil ( lytic cocktail )
Ada 2 macam kombinasi obat yaitu :
Largactil ( 100 mg ) + phenergen ( 50 mg ) + Pethidin ( 100 mg )
Pethidin ( 100 mg ) + Chlorpromazin ( 50 mg ) + Promezathin ( 50 mg )
Masing-masing dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5 % dan diberikan secara infus tetes IV : jumlah
tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tekanan darah penderita
o Regim stroganoff

mberian antibiotika
o Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,22,4 juta satuan
8 Penanganan obstetrik
o Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann
janin, keadaan serviks dan sebagainya
Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian
direncanakan untuk mengakhiri kkehamilan atau mempercepat jalan persalinan dengan cara yang
aman
o Kalau belum inpartu, maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas kejang, dengan atau tanpa
amniotomi
o Kala II harus dipersingkat dengan ektraksi vakum atau ektraksi forseps. Bila janin mati dilakukan
embriotomi
o Bila serviks masih tertutup dan lancip ( pada primi ) serta kepala janin masih tinggi atau ada kesan
terdapat disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi obstetrik lainnya, sebaiknya dilakukan SC (
bila janin hidup ). Anastesi yang dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli anestesi
9. Bahaya yang masih tetap mengancam adalah pendarahan postpartum, infeksi nifas, atau
trauma akibat pertolongan obstetrik

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia ringan dimana
terjadinya kenaikan tekanan darah 160 / 110 mmHg, proteinuria 5 gram / lebih dalam 24 jam (
+3 atau +4 ), oliguria, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan. Dalam keadaan PEB, jika tidak
ditangani dengan segera maka pasien akan mengalami kejang / sudah dalam tahap eklampsia
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor genetik ( keturunan /
riwayat keluarga hipertensi ), kehamilan ganda, obesitas, DM, dan faktor prodisposisi. Ibu
pekerja keras dean perokok.
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau bahkan menjadi
eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan BB yang
meningkat terlalu jauh perminggu, tekanan darah dan proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang langsung kita
ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini bukanlah wewenang kita sebagai
bidan dan harus memerlukan tindakan yang lebih lanjut yang tidak bisa kita tangani sendiri
2. Saran

Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-eklampsia /


eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T ( Timbang, TD, TFU, Tablet Fe,
TT, Tes PMS, Temuwicara )

Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk menjelaskan tandatanda bahaya dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal
dan penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat

Bidan harus memberikan penyuluhan pada ibu ibu hamil tentang KB supaya
mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan
persalinan

Jika bidan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk ke
RS
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono, 2002 Ilmu kebidanan Yayasan Bina pustaka, Jakarta


Mansjoer Arif, 2000 Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu , Penerbit Media Aesculapius
FKUI , Jakarta
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu . Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG. 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan , Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG, 1998, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB . Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
www.askep-askeb-kita.blogspot.com

Eklamsia, adalah tahap akhir atau tahap paling parah dari pre-eklamsia yang tidak diobati. Selain gejala
seperti yang telah disebutkan, penderita eklamsia dapat terkena kejang-kejang, koma bahkan kematian
bagi ibu dan bayi.

Pre-Eklamsia adalah kondisi umum yang terjadi saat wanita hamil, ditandai dengan tekanan darah tinggi
dan kadungan protein dalam urin yang meningkat. Wanita hamil dengan pre-eklamsi juga sering
ditandai dengan pembengkakan kaki dan tangan. Biasanya terjadi pada awal tri semerter ketiga
kehamilan, meskipun bisa juga datang sebelum itu.

Anda mungkin juga menyukai