Anda di halaman 1dari 32

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN DAN PENGOBATAN ALTERNATIF


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan manusia,
termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya
tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu Sina seorang muslim yang menjadi
pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan
metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga
kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping sebagai
instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan untuk
melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal
tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang
membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan
pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam
proses mencari dan manusia dalam bebragai menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda
dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah
dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan aspek
kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan hal

yang tidak bisa di tolak, meskipun kadang bisa dicegah ataupun dihindari. Kemajuan teknologi
dewasa ini telah menghasilkan berbagai pengobatan modern yang dapat membantu pengobatan
pada segala macam penyakit.
Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dikaji dalam
Antropologi kesehatan bermula dari sejak berakhirnya PDII, ahli-ahli antropologi biologi dan
Antropologi sosial budaya mualai meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas budaya
mengenai masalah kesehatan juga pada faktor bioekologi dan sosiokultural yang berpengaruh
terhadap kesehatan dan timbulnya penyakit. Selain itu terdapat banyak faktor-faktor budaya yang
yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi sakit dan sehat,
perlakuan kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit, bahkan mengenai
cara seseorang memandang penyakit sangat ditentukan oleh kebudayaanya.
Dalam sistem pengobatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
pengobatan barat dan pengobatan timur. Seiring dengan berkembangnya teknologi, pengobatan
modern pun semakin berkembang. Pengobatan modern yaitu metode pengobatan yang sudah
terstandarkan dan telah diuji secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai pengobatan yang resmi
dipakai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pengobatan modern menggunakan alat-alat
kesehatan yang canggih dan mahal harganya, seperti CT Scan, MRI, dan lain-lain.
Selain pengobatan secara modern ada pula pengobatan secara alami atau biasa di sebut
dengan pengobatan tradisoanal. adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau

campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2. Apa itu pengobatan ?
3. Bagaimana pandangan islam terhadapat pengobatan tradisoanal-modern yang berkembang ?
4. Jenis pengobatan tradisional-modern ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari di buat nya makalah ini adalah untuk mengetahui atau memahami lebih luas
tentang seperti apa pandangan islam terhadap kemajuan teknologi kedokteran dalam ilmu
pengobatan terhadap penyakit yang berkembang saat ini serta seperti apa cara pengobatan dari
ilmu tradisional yang memang semakin marak di jumpai.

1.4.MANFAAT
Dengan memahami lebih lanjut tentang seperti apa pengobatan yang diperbolehkan dan tidak
dalam islam maka kita sebagai muslim yang baik akan lebih berhati-hati lagi dalam memilih
tempat atau sistem pengobatan yang akan di jalani agar tidak terjerumus ke dalam ilmu yang
salah dan mendapat kerugian bukan kesembuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN PENGOBATAN


Terapi atau pengobatanadalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis.
Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis.
Risalah Islam membawa rahmat bagi semesta alam dengan menanamkan jiwa harapan dan
optimisme bagi setiap insan dalam kondisi apapun. Semangat inilah yang menyelimuti pesan dan
petunjuk beliau tentang pengobatan sebagaimana dirangkum oleh Imam Ibnul Qayyim dalam
kitab Zadul Maad (Juz IV) yang dikenal dengan At-Thibb An-Nabawi (Pengobatan Nabi). Di
antaranya sabda beliau: Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai penyakit
maka akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla (HR. Muslim) Sesungguhnya Allah
tidaklah menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan untuknya obat yang diketahui oleh
orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR.
Ahmad).
Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis tanpa usaha sehingga
mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit, beliau menjawab: Ya.
Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit
kecuali menaruh padanya obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan. (HR. Ahmad)
Demikian pula Abu Khizamah menanyakan kepada Nabi tentang ruqyah (bacaan doa dan alQuran) untuk menyembuhkan, obat-obatan untuk berobat dan pelindung untuk pengamanan
apakah semua itu dapat menolak takdir Allah, maka beliau menjawab bahwa semua ikhtiar itu
juga termasuk takdir Allah.
Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim pernah menanyakan kepada Allah dari
mana asalnya penyakit dan obat, dijawab oleh Allah dari-Ku, Nabi Ibrahim menanyakan,

Lalu bagaimana dengan seorang dokter/tabib? maka Allah menjawab: Ia hanyalah seorang
perantara yang dikirimkan melalui tangannya suatu obat Oleh karena itu siapapun yang
memberi obat, itu bukan masalah.
Bisa saja dokter, tabib ataupun ahli pengobatan tradisional dan lainnya. Yang penting,
misinya pengobatan dan tercapainya kesembuhan. Kita bisa pilih sendiri mana yang berkenan di
hati kita, sebab obat mereka masing-masing biasanya berbeda, asalkan tidak mengandung bahanbahan yang najis, haram ataupun membahayakan serta cara-cara yang haram. Rasulullah
berpesan: Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah
menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang
haram. (HR. Abu Dawud).

3.2 CONTOH PERKEMBANGAN ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN

1. Pencangkokan Organ Tubuh


A.

Pengertian Transplantasi
Transplantasi atau pencakokan adalah pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat

yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki
organ tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan
hidup secara sehat. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak
berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari pendonor.

Dalam islam transplantasi bisa dikategorikan urusan duniawi. Karena jika kita amati, tidak
ada dalil baik dari Al Quran ataupun hadits. Lalu bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh
untuk di transplantasi?
Allah berfirman:
Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah 5 :2)
Dari firman tersebut maka mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi itu boleh. Namun
perlu diperhatikan,dalam mendonorkan organ,organ tersebut bukanlah organ vital,yang jika
organ tersebut di ambil maka akan menimbulkan kematian bagi pendonor.

B. Macam-macam Donor:
1. Donor Hidup
Donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak mengakibatkan
kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya. Hal ini
akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh
dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya, meski dengan kerelaannya.Allah Swt
berfirman:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (QS an-Nisa [4]: 29).
Selanjutnya Allah Swt berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-Anam [6]: 151)

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Siapa saja yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung dan membunuh dirinya sendiri, maka dia
akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.
dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah
2: 195)
Jadi organ-organ yang boleh diambil dari donor hidup adalah kulit ginjal sumsum tulang dan
darah (transfusi darah), organ yang tidak berdampak buruk pada individu itu sendiri apabila
diambil dari dalam tubuhnya.
2.

Donor Organ Ketika Pendonor Telah Meninggal


Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqih. Sebagian ulama madzhab Maliki
dan Adz-Dzahiri yang berpendapat bahwa pemanfaatan organ tubuh mayat tidak boleh
didilakukan dengan landasan sabda Rasulullah saw.,
Memotong tulang mayat sama dengan memotong tulang manusia ketika masih hidup. (H.R
Abu Daud).
Jadi, mayat harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa hidupnya.
Jumhur ulama fiqih yang terdiri dari sebagian ulama Madzhab Hanafi, Maliki, Syafli dan
Hambali berpendapat bahwa memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan
dibolehkan dalam keadaan darurat. Menurut mereka hadits riwayat Abu Daud tersebut berlaku
jika dilakukan semena-mena tanpa manfaat. Apabila dilakukan untuk pengobatan itu tidak
dilarang karena hadits yang memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya lebih
banyak dan lebih meyakinkan daripada hadits Abu Daud tersebut.

Transplantasi ini dapat di lakukan dengan syarat si pendonor telah mewariskan sebelum ia
meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat).
Namun ada pula yang berpendapat bahwa hukum pemilikan terhadap tubuh manusia
setelah dia mati merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah kematiannya,
manusia telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal, baik harta, tubuh,
maupun istrinya. Dengan demikian, dia tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya. Memang di
bolehkan untuk harta namun itu di khususkan hanya untuk harta bukan untuk anggota badan.
Kesimpulan :

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat diperbolehkan asal organ
yang disumbangkan tidak menyebabkan kematian kepada si pendonor.

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit (koma), hukumnya haram.

Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah meninggal, ada yang
berpendapat boleh dan ada yang berpendapat haram.

1.

Bayi Tabung

A. Pengertian Bayi Tabung


Bayi tabung atau pembuahan In Vitro Vertilization adalah sebuah teknik pembuahan yang
sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini merupakan salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
B. Proses Bayi Tabung

Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma pria diambil untuk
menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma dengan ovum dipertemukan di luar
kandungan pada satu tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu
menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan.Proses pembuatan bayi
tabung diantaranya :
a. Pengambilan Sel Telur
Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama: indung telur di pegang
dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di
mikroskop untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara kedua ( USG) folikel yang tampak di layar
ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur
seperti pengisapan laparoskopi.

Pendapat Ulama Tentang Pengambilan Sel Telur

Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang aurat
diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah
ushul fiqih:
Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa ( darurat). Dan
keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.

Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan darurat, dimana
orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar wanita. Karena belum ditemukan cara lain
dan kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu ditujukan semata- mata hanya
untuk kepentingan medis yang tidak menimbulkan rangsangan.

b.

Pengambilan sel sperma


Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan cara:

Istimna (onani)

Azl ( senggama terputus)

Dihisap dari pelir (testis)

Jima dengan memakai pengaman karet

Sperma yang di tumpahkan dalam jalan lahir yang dihisap dengan spuit.

Mimpi basah
Diantara keenam cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani (
mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit.
Pendapat Ulama Tentang Pengambilan Sperma
Ulama Malikiyah, Syafiiyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak berdasarkan
Al-Quran surat Al- Muminun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk
menjaga kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri.
Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga
sependapat dengan ulama Hanabilah.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna pada prinsipnya diharamkan, namun
istimna diperbolehkan dalam keadaan tertentu bahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada
perbuatan zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:
Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya.

C. Hukum bayi tabung menurut pandangan islam

Masalah tentang bayi tabung ini memunculkan banyak pendapat, boleh atau tidak? Misalnya
Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung
dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1
September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di
Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari istri sendiri.
para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain. Itu hukumnya HARAM. Para ulama menegaskan, di
kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan
dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya HARAM. Sebab, hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari
pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut
hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar
penikahan yang sah alias zina. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu
Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam
pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya
(berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di bolehkan ( Mubah) jika sperma dan sel
telur berasal dari pasangan suami istri yang sah.
Bayi tabung diharamkan jika:

1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain
2. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia.
Ada beberapa kriteria mengenai Halal Haram bayi tabung diantaranya :
Hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
a.

Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung
ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan
inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan.

Hal yang membuat bayi tabung menjadi haram, yaitu:


a.

Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

b. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari pihak
lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
c.

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri, kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka
tersebut.

d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
e.

Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

f.

Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan
mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat (At-Tiin:
4) adalah:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya

Dan hadist Rasululloh Saw:


Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air spermanya kepada
tanaman orang lain (perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud At- Tarmidzi yang dipandang
shahih oleh Ibnu Hibban.

3.

Teknologi Kloning

A. Pengertian kloning
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama
(populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksualyang biasa
terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan. Dalam bioteknologi,
kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusiauntuk menghasilkan salinan
berkas DNA atau gen, sel, atau organisme.

Proses kloning manusia dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut :
Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini
diambil dari manusia yang hendak dikloning.
Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya
dipisahkan.
Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua)
menjadi sel embrio.
Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap
diimplantasikan ke dalam rahim.
Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem
donor.
B. Dampak Kloning
Menurut George Annos, kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain:

Merusak peradaban manusia.

Memperlakukan manusia sebagai objek.

Hilangnya hukum variasi dialam raya.

Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.

Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.

Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak semaunya
oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia
hasil kloning.
Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap
kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki keistimewaan
dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki
keistimewaan. Misalnya kloning Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain.
Hal ini akan menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga
bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah menguasai manusia sebenarnya
karena keunggulan mereka dalam berbagai bidang.

C. Kajian Kloning dalam Hukum islam


Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam kajian
literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya,
rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut
beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:



(: 5).
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki (QS. 22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut
menampakkan paradigma al-Quran tentang penciptaan manusia mencegah tindakan-tindakan
yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah
tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah atas
kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta? Abul
Fadl menyatakan tidak, berdasarkan pada pernyataan al-Quran bahwa Allah SWT telah
menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

( : 59).

Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah (seorang
manusia), maka jadilah dia (QS. 3/Ali Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:


.



.


( : 45- 47).
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang

saleh. Maryam berkata: Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun. Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril): Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah
dia (QS. 3/Ali Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu terjadi
menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam
semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian
bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika kloning
manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu,
jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi
keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan,
yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami istri melalui perkawinan sebagai landasan bagi
pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam
ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari kedua orang tuanya, dan
kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam
dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan
suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi keluarga
Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka
serta merusak aturan hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan mengandung

ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau mengakibatkan hancurnya


lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan,
kehancuran moral, budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat teknik
kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan yang mulia
(misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan
menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environmentnya yang dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak
waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya mempunyai
DNA dari donor nukleussaja, sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka
DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya
(tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah
dengan saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu,
menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti
kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah
kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks
masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan sebagai
berikut:
1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan sampai ke negri
Cina sekalipun).

3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia ketahui (lihat
QS. 96/al-Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah (lihat ayat
Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan
teknologi bayi tabung, pencakokan organ tubuh, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari
takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan
teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun
membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di dalamnya.
Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih
bersifat tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada
manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi applied science dari
teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai implikasi sosial praktis sudah barang
tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu
dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan maupun
tidak. Wilayah pure science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.

3.3

PENGOBATAN ALTERNATIF DAN JENIS JENISNYA

A.

Pengertian
Istilah pengobatan alternatif mengacu pada berbagai perawatan yang biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai bagian dari tradisi pengobatan Barat. Pengobatan alternatif juga dapat
mencakup perawatan seperti jamu, bekam,gurah,homeopati dan akupunktur yang semuanya tidak
diklasifikasikan sebagai praktik standar dalam sistem kedokteran Barat. Pengobatan alternatif,
atau dikenal juga sebagai pengobatan komplementer atau pengobatan integratif atau holistik,
juga dapat merujuk kepada pengobatan medis apapun yang tanpa menggunakan obat.
Filosofi

dari

pengobatan

alternatif

biasanya

menekankan

promosi

kesehatan,

penyembuhan dan pencegahan melalui kesadaran diri atas pikiran dan tubuh, serta olahraga, gizi,
dan bentuk lain dari perawatan diri.
B. Jenis Jenis Pengobatan Alternatif
a. Pengobatan Para Rasul
Nabi Isa AS
Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) Aku telah datang
kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu)
dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas
izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit
kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu
apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang
beriman.(QS Ali-Imran:49).

Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap
dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah
melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.
Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit.
Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya
Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit,
karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik
sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang
Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.
Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu
kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Quran karena beliau dijadikan suri
tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah :Sesungguhnya pada diri Rasul itu
terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat
(Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.(QS Al-Ahzab: 21).
Imam Ali berkata : Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah AlQuran. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :
Ruqyah
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada
Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh
beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu

beliau sembuh. Inilah doanya :Bismillahi arqiika minkulli syai-in yudziika minsyarri kulli
nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika.
Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :
1. Nafats
Yaitu membacakan ayat Al-Quran atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan
kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi
Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca Al-muawwidzat yaitu tiga surat AlQuran yang diawali dengan Audzu yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di
tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.
2. Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.
Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim: bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada
manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air
liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut.
Inilah doa nya: Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka
laa yughodiru saqoman.
3. Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.
Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit
dengan sabdanya : letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah
Basmalah 3x dan Audzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x.

Doa Mukjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya,
salah satunya : Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah.

Dengan Memakai Madu


Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka
Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit.
Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang
sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.

Bekam
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW
pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda
: Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan
melakukan bekam.

b.

Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)


Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Ahli Hikmah
adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga dia menjadi
orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli
hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. Dia memberikan hikmah
kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah
diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orangorang yang memiliki akal sehat.QS Al-Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan oleh
para ahli hikmah tidaklah berbeda jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah SAW,

karena sebagian besar metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-Quran serta
hadist, beberapa metoda yang digunakan yaitu :
1. Ruqyah
Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh Nabi, lain dengan yang
dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Paraahli Hikmah
apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-Quran atau doa
kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.
2. Wafaq
Wafaq ialah ayat Al-Quran, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti
kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah
satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air
lalu di minumkan. Wallahualam.

Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT.
Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hambahamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin.
Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda: Sungguh mengagumkan perkara
seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah
dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur
maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang
demikian itu baik baginya. (HR.Muslim no.2999).
Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan
sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka.

Sebagaimana tersebut dalam hadist: Abdullah bin Masud RA berkata: Rasulullah SAW
bersabda: Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan
Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daundaunnya.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678).
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai
obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan
pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata:
berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari
pengobatan dengan Al-Quran, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6,
29).
Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah
bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara
pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan
dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata dengan
pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakitnya.
Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang
menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan
kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya : Dan
apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku.( QS Asy-Syuara: 80).

c.

Pengobatan Tradisional Tionghoa


(Hanzi:) adalah praktik pengobatan tradisional yang dilakukan di Cina dan telah
berkembang selama beberapa ribu tahun. Praktek pengobatan termasuk pengobatan

herbal, akupunktur, dan pijat Tui Na. Pengobatan ini digolongkan dalam kedokteran Timur, yang
mana termasuk pengobatan tradisional Asia Timur lainnya sepertiKampo (Jepang) dan Korea.
Jenis pengobatan tradisional tionghoa antara lain :
a.

Akupuntur

b. Tai chi
c.

Yoga

d. Meditasi
3.4 PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN
DAN PENGOBATAN ALTERNATIF

A. PANDANGAN TERHADAP ILMU KEDOKTERAN


Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan merupakan perkembangan hasil
dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan
kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik pengobatan
yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di
kembang kandan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.
Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang
terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al Quran dan
untuk fisik adalah materi contohnya madu.
Perlu di ketahui bahwa Allah menurunkan segala penyakitnya tanpa menjelaskan secara terperinci mengenai
jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan detail apa obatnya dan bagaimana
memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang

dinamai science bersama teknologinya. Apabila manusia mau mencari, maka Allah akan memberikan ilhamNya kepada siapa saja yang mau mencari dan mengembangkan akalnya terlepas dari agama yang dianutnya,
apakah dia Islam, ateis, Kristen, Hindu ataupun lainnya, sebagaimana yang terjadi di jaman ini. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam Surat AL-Alaq ayat 1-5 :
Bacalah dengan asma Tuhanmu yang telah mencipta. Menciptakan manusia dari alaq.
Bacalah. Dan Tuhanmu itu adalah Maha Mulia. Dia yang mengajarkan dengan qalam.
Mengajari manusia apa yang ia tidak tahu.
Simaklah sabda Rasulullah SAW:
Pikirkanlah mengenai ciptaan Allah dan janganlah pikirkan zat Allah, maka kamu akan
tersesat.

Tuntutlah ilmu sejak lahir sampai ke liang lahat. Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.
Barang siapa yang menghendaki dunia, maka ia harus berilmu dan barang siapa
yangmenghendaki akhirat, maka ia harus berilmu dan barang siapa menghendaki
keduamnya,maka ia harus berilmu. Agama itu akal dan tidak ada agama bagi mereka yang tidak
berakal.
Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan, termasuk pengetahun pengobatan(medical science ).
Islam bersama dokter-dokternya telah menyumbang bagi dunia kedokteran moderen barat sebagaimana yang
kita lihat sekarang. Hal penting yang harus selalu kita jaga adalah bahwa ilmu pengetahuan Islam, termasuk ilmu
kedokteran, dalam pengembangannya harus selalu dikaitkan dengan mengingat Allah dan pemakaiannya
disesuaikan dengan ajaran Islam sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al Quran surat Ali Imran, ayat 191 :

Mereka yang mengingat (dzikir) kepada Allah sewaktu berdiri, duduk atau berbaring dam
mereka pikirkan hal kejadian langit dan bumi. Ya, Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua
ini sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kiranya kami dari azabneraka.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah memerintahkan dokter
melakukan pembedahan perut pada seorang laki-laki yang mempunyai penyakit kronis pada
perut. Dokter itu berkata Ya Rasulullah, mungkinkah seni kedokteran membantu dalam hal ini?
Nabi menjawab Jika jenis pengobatan ini terbukti berhasil, maka metode pengobatan ini
hendaklah dipakai di sini.
Rasulullah tidak melarang pengobatan modern, malah memberikan ajuran yang kuat
padanya, beberapa hadits lain juga menerangkan bahwa Rasulullah pernah memanggil dokter
untuk pengobatan salah satu sahabat Anshar yang mengalami pendarahan internal, bahkan
Rasulullah ketika menjelang wafatnya, beberapa dokter baik Arab maupun non Arab selalu
datang serta duduk di samping beliau dan mengobati beliau.
Penyederhanaan kedokteran Islam menjadi kedokteran Nabi sesungguhnya juga tidak
terjadi pada masa-masa kejayaan Islam. Pada saat itu kaum muslimin secara sadar melakukan
penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara orisinal dan memberikan kontribusi
yang luar biasa di bidang kedokteran. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh
kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan
Ibn- Maimon.
Ibnu Sina misalnya, dokter kelahiran Persia yang telah menghafal Al- Quran sejak usia
lima tahun ini, tidak hanya dikenal sebagai Bapak kedokteran Islam, dunia pun menyebutnya
sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Tidak berlebihan, karena perkembangan dunia kedokteran
awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya

original dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan
jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga adalah orang yang
memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad
lamanya. Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara
lengkap untuk pertama kalinya. Ia pun adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung.

B. Pandangan Terhadap Pengobatan Alternatif


Rasulullah saw diutus Allah untuk membawa rahmat bagi semesta alam dengan
menanamkan jiwa harapan dan optimisme bagi setiap insan dalam kondisi apapun. Semangat
inilah yang menyelimuti pesan dan petunjuk beliau tentang pengobatan sebagaimana dirangkum
oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zadul Maad (Juz IV) yang dikenal dengan At-Thibb AnNabawi (Pengobatan Nabi).
Dalam

al-quran

juga

disebutkan

Dan kami turunkan dalam Al-Quran ayat-ayat yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang yang beriman dan Al-Quran tidak menambahkan bagi orang-orang yang zalim selain
kerugian

(Qs:

Al-isra

82).

Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis tanpa usaha sehingga
mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit, beliau menjawab: Ya.
Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit
kecuali menaruh padanya obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan. (HR.Ahmad).
Demikian pula Abu Khizamah menanyakan kepada Nabi tentang ruqyah (bacaan doa dan
al-Quran) untuk menyembuhkan, obat-obatan untuk berobat dan pelindung untuk pengamanan

apakah semua itu dapat menolak takdir Allah, maka beliau menjawab bahwa semua ikhtiar itu
juga termasuk takdir Allah.
Dengan demikian Islam sebenarnya memperbolehkan umatnya untuk senantiasa berusaha
dalam penyembuhan penyakitnya. Selain itu Islam juga sebagai motifator bagi perkembangan
dan penelitian pengobatan dalam rangka menguak takdir allah yang tersembunyi dibalik obatobatan tesebut.
Apalagi dewasa ini masyarakat tidak hanya mengandalkan dari perkembangan teknologi dari
kedokteran yang notabene biayanya yang mahal akan tetapi masih belum mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Karena semakin banyaknya penyakit yang sulit disembuhkan oleh
dokter-dokter dan para ahli sekalipun, serata tidak terjangkau masyarakat dalam masalah biaya
telah mendorong sebagian orang untuk mengembangkan suatu pengobatan tersendiri secara
Natural atau Supranatural, yang dirasa lebih efektif dari pada pengobatan secara medis yang
sudah ada sebelumnya. System pengobatan inilah yang dewasa ini menjadi trend dimayarkat
dengan sebutan pengobatan Alternative.
Dalam menyingkapi trend pengobatan Alternative tersebut tentunya masyarakat kususnya
umat islam senantiasa tetap dalam batasan-batasan yang sesuai dengan syariat islam.
Dari uraian diatas Islam sudah sangat tegas melarang pengobatan-pengobatan alternative
supranatural oleh paranormal atau yang lainnya yang proses pengobatannya menggunakan
mantara-mantra atau jampi-jampi dengan syarat-syarat tertentu seperti : menyembelih ayam
putih atau hitam, sesajen, tabur bunga, dan lain-lain. Karena hal tersebut telah membawa
manusia dalam perbuatan syirik yang sangat dikutuk Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mempunyai dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya, dan Dia mengampuni dosa-dosa

selain syirik itu bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya
ia telah tersesat sejauh-jauhnya (Qs. An-Nisa : 96).
Pada dasarnya pengobatan alternatif seperti ini diperbolehkan dalam Islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik.

BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Prinsip dasar keyakinan dalam Islam adalah Allah SWT. sebagai Dzat satu-satunya
penyembuh, penjaga dan pemelihara diri dan lingkungan. Tidak ada sesuatupun masalah yang
tidak ada jalan penyelesaiannya termasuk penyakit. Jika Allah menurunkan penyakit maka Dia
juga menurunkan obatnya. Dan untuk menyembuhkan penyakit tersebut Allah memerintahkan
manusia untuk untuk berusaha, termasuk dalam dunia pengobatan.
Pada dasarnya pengobatan medis adalah hasil perkembangan dari pengobatan alternatif
yang telah diuji secara ilmiah dan dapat dibuktikan keberhasilannya. Maka apapun bentuk
pengobatan itu selagi itu dapat dibuktikan keberhasilannya juga tidak menyalahi aturan dalam
agama Islam, maka pengobatan tersebut diperbolehkan. Karena pada dasarnya Allah
memerintahkan hambanya utuk berusaha dan berdoa. Allah juga memberi manusia akal untuk
berpikir dan mengembangkan apa yang telah Dia berikan. Maka ketika manusia mau berusaha
maka Allah pasti akan memberikan jalan, karena Allah tidak akan memberikan cobaan
melampaui kemampuan hambaNya.

4.2. Saran
Pada kenyataannya banyak orang-orang yang disembuhkan melalui pengobatan alternatif.
Bahkan orang yang sudah dinyatakan tidak dapat disembuhkan secara medis oleh dokter, dapat
disembuhkan dengan cara ini. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya supaya kita
bisa memanfaatkan pengobatan tersebut yang relatif lebih murah dan dapat dipercaya.
Jawabannya adalah kita harus teliti dalam memlilh tujuan mana yang akan kita jadikan sebagai
tempat pengobatan agar tidak terperdaya dan diperdaya oleh penyembuh atau tabib itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai