Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penyusun:
GILANG NOOR ALAMSYAH
LIDYA CITRA H
THOMAS CAHYO W
NABIL M JUHANA
ANDIKA NANDIPRATAMA
BIMO RAEDY PERDANA
FAHRI YUDA IRIANDI
ZIKRA OGI MAULANA
RYAN DAYU N
IFFRIADI FRANKLIN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
negara
atau
pemerintah
suatu negaradengan
pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu
faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah
terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap
kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan.
Perdagangan
internasional
pun
turut
mendorong Industrialisasi,
yang
diwujudkan
oleh
spesialisasi.
Walaupun
suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan
yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
Terkadang,
menjalankan
mesin-mesinnya
(alat
faktor
yang
mendorong
suatu
negara
melakukan
perdagangan
Adanya
perbedaan
kemampuan
penguasaan ilmu
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional.
pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akanperdagangan bebas menjadi
yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk
beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar
Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial
seperti GATT dab WTOmemberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam
perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung
pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang
tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif
untuk
industri-industri
yang
penting
secara
strategis
seperti
sekarang Amerika
pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan
Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara
ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha
non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan.
Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan
prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas
dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada
beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk
peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi
lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selamaDepresi
Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi
tersebut.
Amerika
Amerika
Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan
Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of
America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika
Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga
gagal pada tahun-tahun belakangan ini.
2.1.6 Dampak Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional mempunyai dampak pada negara-negara yang terlibat. Dampak tersebut
ada yang positif dan ada yang negatif. Indonesia sebagai negara yang juga melakukan perdagangan
internasional memperoleh dampak-dampak tersebut.
a) Dampak Positif Perdagangan Internasional
Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya perdagangan
internasional. Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara pengimpor memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan. Adanya perdagangan internasional
juga membawa dampak yang cukup luas bagi perekonomian suatu negara.
Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut:
Mengingat
banyaknya
persaingan
dari
negara-negara
internasional maka hal itu mendorong setiap negara untuk meningkatkan kualitas produk
ekspornya agar bisa laku di pasar internasional dan menang dalam persaingan. Demikian
juga dengan negara kita, agar dapat bersaing dengan negara lain maka Indonesia mau
tidak mau juga dituntut selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas produknya agar
sesuai dengan standar mutu internasional dengan cara menerapkan ilmu pengetahuan dan
tehnologi dalam proses produksinya sehingga dapat bersaing dan laku di pasar
internasional. Misalnya dengan mengganti peralatan/mesin industri dengan yang lebih
modern dan bertehnologi.
Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing yang gulung tikar.
Karena banyak perusahaan yang kalah saing dengan produk luar yang biasanya lebih
bagus baik dari segi harga maupun dari segi kualitas, maka akan mengakibatkan banyak
perusahaan dalam negeri yang tidak mampu bersaing akan gulung tikar.
Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.
Dengan adanya perdagangan internasional juga akan mengakibatkan duplikasi yaitu
proses meniru kebudayaan negara maju karena masyarakat menganggap bahwa negara
maju itu negara yang wajib ditiru dan bagi yang tidak meniru akan mendapat julukan
ketinggalan jaman
Meningkatnya Pengangguran
Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau gulung tikar karena kalah bersaing dengan
perusahaan asing yang menjual produknya di Indonesia, mengakibatkan banyaknya tenaga
kerja yang di-PHK sehingga menyebabkan pengangguran meningkat dan daya beli
masyarakat menurun.
dan bukan negara yang yang dianggap enteng dan tidak diperhitungkan lagi. Orangorang Cina secara kontekstual mengikuti petuah Deng Xiaoping yang mengatakan zhi
fu shi guangrong (menjadi kaya itu mulia) yang memotivasi orang-orang Cina untuk
meningkatkan perekonomiannya. Selain itu setelah kebijakan reformasi dan membuka
diri (Gaige Kaifang) yang dimulai pada bulan Desember 1978 pertumbuhan
perekonomian Cina terus meningkat bahkan peningkatan itu mencapai 8% per
tahunnya.
Pembangunan Perekonomian Yang Terjadi di Negara Cina
Pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upayaupaya secara sadar dan terencana. Pada dasarnya pembangunan ekonomi ialah usaha
meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan
berorganisasi dan manajemen.
Majunya perekonomian Cina tidak akan lepas dari tokoh Deng Xiaoping yang
melakukan kebijakan reformasi dan loncatan jauh kedepan hasil pemikiran Mao Tse
Tung. Deng merupakan tokoh komunis sama seperti Mao Tse Tung yang menjadi
presiden namun, dalam hal ekonomi Deng adalah orang yang berpandangan
kapitalis bukan berpandangan komunis yang Mao harapkan. Namun pada akhirnya
Deng dapat membuktikan keberhasilan ekonomi Cina.
Cina yang berada di bawah kepemimpinan Mao dengan faham komunis
dalam perekonomiannya, terjadi polarisasi sosial yang ekstrim antara si kaya dan si
miskin. Harry Magdoff dan John Bellamy Foster, berpendapat mengenai
perekonomian Cina ini, bahwa pada akhir tahun 1970-an, Cina sukses membangun
struktur masyarakat yang paling egaliter di dunia dalam pengertian distribusi
pendapatan dan pemenuhan akan kebutuhan dasar. Ada dua soal utama penyebab hal
ini terjadi, yaitu pertama, sistem politik yang tertutup, yang tidak akomodatif terhadap
aspirasi dari bawah, menyebabkan tersumbatnya inovasi-inovasi baru sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Penyebab kedua, yang berkoinsidensi dengan kebijakan
politik yang tertutup, adalah situasi politik Perang Dingin saat itu.
Sebagai sebuah rejim yang menantang dominasi rejim kapitalis, Cina
menerima resiko pemboikotan dan isolasi ekonomi terhadap perdagangan luar
negerinya. Kondisi inilah yang memaksa Mao meluncurkan kebijakan Lompatan
Jauh ke Depan untuk memobilisasi sumberdaya internal guna memenuhi
kebutuhannya. Di samping itu, isolasi dan boikot tersebut, memunculkan perdebatan
luas di kalangan internal partai menyangkut jalan pembangunan Cina yakni, antara
antara
pembangunan
manusia
dan
alam,
serta
peningkatan
investasi asing langsung (FDI). Semakin banyak investor datang ke China oleh karena
faktor kekayaan sumber alam, upah buruh yang murah, serta potensi pasar yang besar.
Dalam hal membuka diri ini, Cina melakukannya dengan cara bertahap dari
daerah pesisir ke daerah pedalaman yang terbagi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama, percobaan Special Economic Zone (SEZs) diterapkan pada
permulaan tahun 1979. China mendirikan 4 SEZs di wilayah tenggara yang berbatasan
dengan Hongkong, Makao, dan Taiwan. Hal ini menjadikan mereka sangat tertarik
untuk menanamkan investasi.
2. Tahap kedua, merupakan tahap membuka diri sepenuhnya dari SEZs, Cina
memperluas kebijakan membuka diri ke seluruh kota-kota pelabuhan pada
pertengahan 1980an, dan mendirikan 14 Zona Pembangunan Ekonomi dan Teknologi
(Economic and Technology Development Zones-ETDZ), di mana kebijakankebijakan khusus sebagaimana diterapkan terhadap SEZs juga diberlakukan.
3. Tahap ketiga, merupakan era WTO China masuk menjadi anggota WTO tahun
2001 yang berarti bahwa perekonomian Cina telah sepenuhnya terintegrasi kepada
ekonomi dunia. Di tahun-tahun kedepan, akan lebih banyak lagi sektor-sektor
ekonomi Cina yang dibuka untuk investor asing, serta meningkatnya perusahaanperusahaan Cina yang sudah dikenal secara internasional serta siap untuk
berkompetisi dengan pesaing-pesaing global di pasar internasional.
2.2.2
Korea
Tepat 2 hari setelah Korea Selatan merdeka, Indonesia juga memproklamir
kemerdekaan setelah 2 kota besar Jepang dijatuhi bom atom pada 6 dan 9 Agustus
1945. Sesaat setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Belanda dan sekutu
(Inggris, Amerika Serikat dan cs) secara berusaha menjajah kembali wilayah
Indonesia. Pada saat yang sama, terjadi pemberontakan diberbagai daerah di
nusantara. Hal yang sama terjadi di Korea Selatan. Tidak lama setelah merdeka, Korea
mengalami perang saudara yang disulut oleh kepentingan ideologi asing. Perang
Korea pada 1950-1953 yang menewaskan hampir 2.5 juta jiwa menghancurkan
perekonomian dan stabilitas negara yang baru berdiri.
Merdeka Pada Tahun yang Sama, Tapi Hasilnya Berbeda
Dari segi usia dan sejarah pahit masa-masa pra dan pasca kemerdekaan, Indonesia
tidak jauh berbeda dengan Korea Selatan (Korsel). Indonesia dan Korsel sama-sama
menjadi negara miskin setelah lama dijajah. Namun, ada satu hal yang sangat
mencolok antara Indonesia dan Korsel pada saat itu (dan sekarang). Indonesia sangat
kaya dengan sumber daya alam dan tanah yang subur, sementara Korea sangat miskin
dengan sumber daya alamnya. Dalam kondisi yang bertolakbelakang ini, ternyata
dalam beberapa dekade kemudian justru Indonesia tertinggal jauh dibanding Korea.
Bukan sebaliknya..
Dari awalnya adalah negara pertanian tradisional paling miskin, Korsel bangkit
menjadi negara industri modern yang disegani dunia. Bayangkan, diawal-awal Korsel
harus bergantung pada utang luar negeri hanya sekadar bertahan, bukan berkembang.
Saking begitu miskinnya, AS juga sampai memutuskan mengurangi bantuan karena
mengira Korsel tidak akan pernah bisa tumbuh.
Dalam beberapa dekade kemudian, Korsel mencetak prestasi yang sangat luar biasa
sekaligus menjungkirkan semua pandangan rendah terhadap bangsa Korea. Pada saat
yang sama, bangsa Korea bertekad untuk menyalip negara yang pernah menjajah dan
negara yang pernah memandang sebelah mata. Perihnya penjajahan Jepang membuat
bangsa Korea harus mengalahkan bangsa Jepang (dalam pengertian soft-power).
Ditambah dengan sikap AS yang awalnya memandang rendah justru membuat bangsa
Korsel bangkit dan sadar bahwa hanya kebijakan radikal dan semangat kebangsaan
tinggi (atau istilah Bung Karno : national and character building) yang bisa
membebaskan perekonomian dari stagnasi dan kemiskinan.
Indonesia yang kaya dengan sumber daya dan hasil alamnya, meskipun merdeka pada
tahun yang sama dengan Korea, bangsa Indonesia ternyata tertinggal sangat jauh 4
dekade kemudian. Selama kurun 1960-1990, Korsel merupakan termasuk salah satu
negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Tahun 1988 (43 tahun kemerdekaan),
Korsel sukses menjadi tuan rumahOlimpiade Dunia 1988. Memasuki tahun 1990-an,
Korea semakin menunjukkan eksistensinya menjadi negara maju dengan pertumbuhan
ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang tinggi.
Dan hingga saat ini, Korsel telah mengalahkan banyak negara dunia termasuk Eropa.
Korsel menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-15 terbesar dunia dan keempat di
Asia setelah Jepang, China dan India. Korsel menjadi salah satu negara eksportir
barang manufaktur berteknologi tinggi utama, mulai dari elektronik, mobil/bus, kapal,
mesin-mesin, petrokimia hingga robotik.
Salah satu kekuatan ekonomi Korsel digerakkan oleh sistem jaringan. Bila bangsa
China menggunakan akar jaringan rantau yang berbasis pada klan/marga, dialek,
lokalitas, perhimpunan dan terpenting kepercayaan. Bangsa Korea juga menerapkan
akar jaringan yang sama yakni kepercayaan yang lebih dikenal dengan Chaebol.
Jaringan Chaebol Korea merupakan konglomerasi korporasi raksasa yang menguasai
ekonomi Korea. Chaebol didukung oleh keluarga, namun berbeda dengan Keiretsu di
Jepang atau Grupo di Amerika Latin, para pemimpin Chaebol hampir tidak pernah
memegang posisi resmi/legal chaebol yang dipegangnya. Diantara konglomerasi
Chaebol adalah korporasi raksasa Samsung, LG, Hyundai-Kia dan SK.
Angka-Angka Fantastis Ekonomi Korea
Diawal tahun 1960-an, ekonomi bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea.
Pada saat itu,perndapatan per kapita negara Korsel dan Indonesia dibawah US 100
dolar. Indonesia dengan pendapatan per kapita sekitar USD 70 dan Korea USD 80 per
kapita. Lima puluh tahun kemudian, income per kapita bangsa Korea Selatan naik
menjadi USD 19.000, sementara Indonesia baru menyentuh USD 2.200. Pendapatan
per kapita Korsel naik 235 kali lipat dan Indonesia hanya naik 1/8-nya atau naik 31
kali.
Ini berarti, rata-rata rakyat Korsel mengalami peningkatan pendapatan 490% per
tahun, sementara kenaikan pendapatan rata-rata rakyat Indonesia hanya 64% per
tahun. Angka ini tentu tidak menunjukkan realitas yang sesungguhnya, karena baik
Korea maupun Indonesia masih memiliki Indeks Gini yang tinggi (perbedaan antara si
kaya dan miskin).
Berikut beberapa angka fantastis dari negeri Korea Selatan :
Negara dengan kenaikan PDB lebih 400 kali lipat dari USD 2,3 miliar (1962)
menjadi USD 930 miliar (2008 )
Negara dengan kenaikan Income per capita 23500% dari USD 80 (1962) menjadi
USD 19.000 (2008 )
Negara produsen terbesar ke-5 masing-masing dibidang otomotif, baja, tekstil dan
petrokimia.
Negara dengan akses internet tercepat di dunia (12 Negara Internet Tercepat
Dunia)
Kekuatan ekonomi ke-4 terbesar di Asia setelah Jepang, China dan India. Didunia
Korsel menduduki peringkat ke-15.
Negara eksportir terbesar ke-11 dunia. Atau menduduki eksportir terbesar ke-3
Asia setelah China (2 dunia) dan Jepang (4 dunia). Sementara Indonesia berada di
peringkat 31.
Negara dengan pertumbuhan ekspor rata-rata 30% selama 3 dekade. Nilai ekspor
naik dari 3% GDP (1962) menjadi 37% GDP (2000)
Negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) tinggi. Peringkat 26 dari 180
negara. Sementara HDI Indonesia berada di peringkat 111 dan lain-lain.
Belajar dari Kunci Sukses Korea Selatan
Bagaimana dari negara miskin sumber daya, Korsel bisa membangun kekuatan
industri yang begitu dahsyat? Kasus Korsel menunjukkan kunci sukses suatu
pembangunan ekonomi bukan terletak pada ada atau tidaknya SDA, tetapi pada ada
tidaknya kemauan dan kemampuan manusianya, terutama level pemimpinnya, dan
pada pilihan pilihan strategi kebijakan (Sri Hartati Samhadi).
Menurut ekonom Korea Institut for International Economic Policy, Chuk Kyo
Kim, keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas dari perhatian besar pemerintah
Korsel pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif
di kegiatan penelitian dan pengembangan.
Disamping faktor besar dari pemerintah, kesuksesan Korsel juga tidak lepas dari
pembangunan karakter dan kebangsaan rakyat Korsel yang tangguh. Tumbunya jiwa
kewiraswastaan, tenaga kerja yang sangat terlatih, pengelolaan utang luar negeri yang
baik, pemerintahan yang relatif bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosialpolitik yang relatif bebas dari konflik.
Keberhasilan Korsel jelas didukung budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi.
Orang Korsel dikenal sebagai pekerja keras, dengan jam kerja jauh lebih panjang
dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD) lain. Faktor lain adalah adanya kemitraan kuat
antara pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kemampuan masyarakat untuk
beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan tantangan baru.
Dari sisi strategi kebijakan, dari awal penguasa Korsel menyadari pentingnya
mengembangkan sektor generatif. Hal itu meliputi sektor-sektor ekonomi unggulan
yang secara simultan bisa menjadi sumber akumulasi kapital dan memungkinkan
terjadinya pertumbuhan berbagai industri turunan dan industri terkait, sekaligus
sumber inovasi teknologi dan kelembagaan, seperti pada kasus industri baja dan
industri pembuatan kapal.
Industri baja yang kuat menjadi katalis bagi tumbuhnya industri otomotif,
pembangunan kapal, peti kemas, jalan raya, konstruksi, dan industri perlengkapan
rumah tangga, yang saling mendukung dan memperkuat. Sementara itu, industri
pembuatan kapal melahirkan industri rekayasa elektrik, elektronik, kimia, material,
dan mekanis.
Jadi, selain political will pemerintah Korsel yang tinggi terhadap pembangunan
bangsanya, mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk dengan bangga dan cinta
menggunakan produk lokal. Orang Korea paling benci menggunakan produk dari
negara yang pernah menjajahnya yakni Jepang. Untuk menggunakan produk canggih,
secara bertahap dan mandiri, mereka memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang
cinta akan produk dalam negeri ini membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea
jaya didalam negeri sekaligus bertahap jaya di luar negeri.
Produk-produk Samsung Electronics, POSCO, Hyundai Motor, KB Financial Group,
Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG
Electronics, Hyundai Mobis, LG Chem menjadi pilihan utama warga Korea. Produkproduk perusahaan Korea dapat ditemukan disetiap sisi jalan (mobil dan motor),
setiap individu (ponsel, kamera), setiap rumah (televisi, mesin cuci, AC, rice cooker
dll).
Perbedaan Mencolok
1. Orang Korsel membeli mobil Hyundai, KIA, Daewoo atau Sangyong sebagai
kendaraannya. Hanya sedikit sekali yang membeli Toyota, Honda, BMW,
Mercy atau yang lainnya.
2. Orang Korsel membeli dan memakai HP bermerek Samsung atau LG. Sangat
sedikit sekali saya melihat orang Korsel yang menggunakan Motorola, Soni atau
Nokia. (Catatan tambahan : Samsung dan LG saat ini masing-masing
menduduki peringkt 2 dan 3 produksi ponsel terbesar dunia setelah Nokai)
3. Orang Korsel membeli motor yang bermerek Daelim, Hyosung. Jarang sekali
ditemukan motor bermerek Honda, Yamaha, Suzuki atau Harley.
4. Dirumah-rumah orang Korsel dipenuhi perabotan elektronik bermerek Samsung
dan LG. Baik TV, DVD, mesin cuci, kulkas, komputer, heater, AC, hingga
setrika.
2.2.3
Hong Kong
Hong Kong merupakan satu dari dua Daerah Administratif Khusus yang merupakan
bagian dari negara Republik Rakyat Cina, selain Makau. Pada tanggal 1 Juli 1977,
daerah ini secara resmi diserahkan oleh pemerintah Inggris kepada Republik Rakyat
Cina.
Dalam Konvensi Peking tahun1860 setelah Perang Opium kedua, Semenanjung
Kowloon dan Stonecutters Island diserahkan kepada Inggris sedangkan New
Territories termasuk Pulau Lantau disewakan pada Britania untuk 99 tahun sejak 1
Juli 1989 dan berakhir 30 Juni 1997.
Sebelum diserahkan pada tahun 1997, Hong Kong adalah koloni Inggrisa dan sistem
hukum, mata uang, bea cukai, imigrasi, peraturan jalan, yang tetap berjalan di jalur
kiri. Urusan yang ditangani oleh Beijing adalah pertahanan nasional dan hubungan
diplomatik. Otonomi ini berlaku di Hong Kong (minimal) untuk 50 tahun dihitung
dari tahun 1997.
2. Hubungan Hong Kong dengan Inggris.
Kehadiran Inggris di Hong Kong selama 150 tahun memiliki sejarah yang panjang.
Peristiwa penyewaan Hong Kong oleh Inggris pada abad ke-19 itu berakhir pada akhir
abad ke-20. Dalam rentang waktu yang panjang itulah, Hong Kong telah menjadi
sebuah sentra finansial dan perdagangan jasa yang sangat penting di Asia Timur.
Selama masa Perang Dingin, Hong Kong juga menjadi jendela Cina untuk menengok
ke dunia luar.
Mundurnya Inggris dari Cina 30 Juni 1997disambut oleh pemerintah Cina yang
merasa berhak atas Hong Kong. Adanya kesamaan sejarah antara kedua wilayah itu
menyebabkan penyerahan itu menjadi penting dalam sejarah Asia.
Pulau Hong Kong menawarkan berbagai kemungkinan, yaitu memiliki pelabuhan
dengan laut yang dalam. Pelabuhan ini diperlukan untuk berlabuh kapal-kapal besar.
Ada keuntungan lain, pulau ini nyaris kosong karena penduduk Cina tak begitu
banyak.
Kombinasi antara posisi strategis untuk bisnis dan pertahanan yang cermat,
menyebabkan nilai Hong Kong makin tinggi. Selama Perang Dunia I, Perang Dunia
II, Kemerdekaan Cina 1949, Perang Korea tahun 1950-an, Revolusi Kebudayaan
tahun 1960-an dan akhirnya naiknya Deng Xiaoping di Cina daratan, Hong Kong
tetap bertahan.
Bagi Inggris, seperti dicatat Norman Miners dalam The Government and Politics of
Hong Kong (1995), menduduki Hong Kong diperlukan sebagai basis perdagangan
dengan Cina. Para pedagang Inggris yang melakukan bisnis di Guangxhou, dibatasi
dan diperlakukan dengan ketat oleh para pejabat Cina. Selain itu, Hong Kong
diperlukan untuk tempat dimana mereka bisa berlabuh, memperbaiki kapal dan
menyimpan barang dengan aman.
Hubungan Hong Kong dengan Inggris memang unik. Meski kata penjajahan lebih
sering digunakan untuk menyebut kehadiran Inggris di Hong Kong, tetapi bukti telah
menunjukkan, penduduk Cina yang ada di Hong Kong bisa berhasil. Tidak aneh
timbul anekdot, penduduk Hong Kong lebih betah di bawah Inggris daripada
penguasa Beijing.
Jejak keberhasilan Inggris dalam membangun Hong Kong adalah bhwa Ionggris telah
mampu mengubah bukit gersang dan gundul ini sudah berubah menjadi hutan beton
penuh gedung pencakar langit. Inggris juga meninggalkan sejumlah kebiasaan yang
berbeda dengan Cina daratan. Misalnya, pengendara yang mengutamakan pejalan
kaki, antre yang tertib di tempat apa pun apakah mau naik taksi, bus atau membayar
rekening listrik.
3. Hubungan Hong Kong dengan China.
Setelah lepas dari Inggris, Hong Kong tidak serta merta lepas dari kekuasaan dan
pengharuh luar. Cina yang sudah lama menginginkan wilayah strategis perdagangan
ini nampak menyambut dengan genbira pelepasan Hong Kong dari tangan Inggris
pada tahun 1997.
Kebijakan ekonomi Cina di Hong Kong nampaknya tidak dijalankan dengan begitu
ketat. artinya, Cina msih memberlakukn beberpa peraturan dan kebijakan yang sudah
ada (yang dibuat oleh Inggris). Agar tidak terjadi kekagetan di berbagai lapisan
masyarakatnya dengan sistem komunis yang akan diterapkan, Cina mengizinkan
sistem kapitalis tetap hidup selama 50 tahun mendatang. Suasana hati antara lega dan
cemas, kini menghinggapi seluruh penduduk Hong Kong karena belum pengalaman
menghadapi penguasa dari Beijing. Mereka masih menunggu sesuatu yang belum
pasti.
Mengenai hubungan ekonomi antara Cina dan Hong kong, Cina menyodorkan
semavam perjanjian kerjsama ekonomi antara kedua negara tersebut. Closer
Economic Partnership Agreement (CEPA) memayungi perniagaan antara Hong Kong
dan China, termasuk perdagangan barang, jasa, dan fasilitasi investasi. Pemerintah
Cina menyatakan bahwa dibawah payung CEPA, telah berhasil diciptakan 29,000
lapangan kerja pada tahun 2004-2005.
4. Analisis dengan Teori Sistem Dunia
Teori Sistem-Dunia adalah perspektif makrososiologi yang berupaya menjelaskan
dinamika ekonomi dunia kapitalis sebagai sistem yang bersifat total. Pendekatan
ini dipakai oleh Immanuel Wallerstein terutama melalui karya The Rise and Future
Demise of the World Capitalist System: Concepts for Comparative Analysis
(1974) (Schoorl, 1982:104).
Teori Sistem-Dunia juga mengadaptasi teori ketergantungan (dependency theory).
Dari teori ini Wallerstein menjelaskan pandangan neoMarxis mengenai proses
pembangunan, yang populer di negara-negara berkembang dan diantara tokohnya
adalah Fernando Henrique Cardoso. Teori dependensia memahami peripheri.
dengan cara melihat relasi pusat-pinggiran yang tumbuh di kawasan periperal seperti
Amerika Latin. Dari sanalah kritik terhadap kapitalisme global sekarang ini
berkembang.
Dalam sistem dunia, terjadi tiga pola hubungan antara negara pusat, negara semi
pinggiran , dan negara pinggiran. Bila dilihat dari pola ini, Hong Kong berada pada
posisi negara semi pinggiran dimana Hong Kong merupakan suatu negara yang
dijadikan sebagai kawasan transit bagi jalur perdagangan internasional. Dalam
perkembangan selanjutnya, keberhasilan ekonomi Hong Kong tidak dapat dilepaskan
Pemerintah harus menjaga agar pengeluaran selalu berada dalam batas pendapatan
dan menghindari defisit
Hong Kong dollar tetap dipertahankan dan terus didukung dengan cadangan devisa
100 persen (Basic Law tidak menyebutkan adanya rezim nilai tukar tertentu, seperti
fixed link dengan US dollar)
Hong Kong dollar tetap convertible dan tidak diterapkan pengendalian pertukaran
Aliran bebas modal keluar dan masuk Hong Kong tetap dijaga
Hong Kong tetap menjadi pelabuhan bebas, dengan kebijakan perdagangan bebas,
meskipun tarif tetap dapat dikenakan untuk kasus tertentu.
Hong Kong yang kami kategorikan sebagai negara semi pinggiran ini memiliki
keterkaitan yang kuat dengan negara induk (negara pusat, dalam hal ini Inggris
kemudian Cina). Selain itu, Hong Kong juga merupakan sebuah negara yang
bertindak sebagai produsen dan memasarkan hasil produksinya kepada negara
pinggriran lain. Dengan demikian, Hongkong bertindak sebagai negara yang semi
pinggiran, artinya dia masih memiliki ketergantungan kepada negara induk, akan
tetapi ia juga sudah mampu mengembangkan perekonomian tersendiri dan memiliki
pasar sendiri untuk menunjang kehidupan pereonomiannya.
2.2.4
Jepang
Pembangunan di Jepang dalam hal ini modernisasi di Jepang, sudah terjadi
pada Masa Meiji (1868-1912). Di bawah kaisar Meiji Jepang bergerak maju dalam
pembentukan suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian yang modern,
lembaga-lembaga politik yang modern dan pola masyarakat yang modern. Pada tahun
pertama pemerintahannya kaisar Meiji memindahkan ibukota kekaisaran dari Kyoto
ke Edo, tempat kedudukan pemerintah feodal. Edo diberi nama Tokyo (ibukota
timur). Di umumkan undang-undang dasar yang menetapkan sebuah kabinet dan
badan-badan legislatif yang terdiri dari dua dewan. Golongan-golongan lama pada
masa feodal yang membuat masyarakat terbagi-bagi di hapuskan. Pemerintahan Meiji
membawa pencerahan dan imajinatif membantu membimbing bangsanya melalui
peralihan yang penuh dinamika puluhan tahunnya.
Setelah zaman Meiji industrialisasi berarti pembentukan kota-kota industri
baru dan ini juga ikut menyebabkan terjadinya konsentrasi penduduk di kota-kota. Di
sisi lain banyak kota di Jepang yang pada mulanya merupakan kota puri milik
pangeran-pangeran feodal tetap mempertahankan ciri feodalistiknya dengan
penyesuaian modern. Dengan demikian meskipun aspek fisik dan material
pertumbuhan itu menimbulkan terjadinya masyarakat perkotaan, namun ciri komunal
yang mendalam itu tetap hidup dalam struktur sosial kota-kota Jepang (Fukutake,
1981: 5).
Dalam pembangunan di Jepang setelah perang dunia ke 2, perekonomian
Jepang hampir seluruhnya lumpuh akibat kerusakan perang diantaranya diakibatkan
karena kekurangan pangan yang parah, inflasi yang tak terbendung dan pasar gelap
dimana-mana. Rakyat Jepang mulai membangun ekonominya melalui tiga cara;
Pertama, Demiliterisasi pasca perang dan larangan persenjataan kembali yang tertera
dalam undang-undang dasar yang baru meniadakan beban berat pada sumber ekonomi
bangsa dari pengeluaran di sektor militer. Kedua, pemecahan zaibatsu (gabungan
bisnis atau trust yang besar) melepaskan kekuatan persaingan bebas. Dalam hal ini
pertanian disalurkan kembali berdasarkan skala besar khususnya dalam sewa tanah
pertanian. Ketiga, sistem prioritas produksi batu bara merupakan suatu usaha
pemusatan utama dari usaha industri bangsa (International Society for educational
information,1989:36)
2.2.5
Taiwan
Taiwan memiliki ekonomi kapitalis yang dinamik dengan panduan investasi
dan perdagangan asing oleh pemerintah yang terus berkurang. Untuk menjaga trend
ini, beberapa bank milik-pemerintah dan perusahaan industri telah diswastanisasikan.
Pertumbuhan nyata dalam GDP memiliki rata-rata 8% selamat 3 dekade terakhir.
Ekspor telah tumbuh cepat dan telah menyediakan dorongan utama bagi
industrialisasi. Tingkat inflasi dan pengangguran rendah; surplus perdagangan sangat
penting; dan persediaan mata uang asing merupakan ketiga terbesar dunia.
Pertanian menyumbangkan 3% dari GDP, turun dari 35% pada 1952. Industri
tradisional yang membutuhkan banyak tenaga kerja secara stabil dipindahkan ke luar
dan digantikan dengan industri berpusat pada modal dan teknologi. Taiwan telah
menjadi investor utama di RRC, Thailand, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan
Vietnam.
Pasaran pekerja yang semakin meluas telah mengakibatkan masuknya pekerja
asing, baik yang legal maupun ilegal. Karena pendekatan keuangan yang konservatif
dan kekuatan berbisnisnya, Taiwan menderita sedikit saja dibanding tetangganya
dalam krisis finansial Asia pada 1998-1999.
Hubungan perpolitikan luar negeri Indonesia dengan negara- negara Asia Timur, dalam paper
ini lebih difokuskan pada negara China dan Jepang, dimana dua negara ini dapat dikatakan
memiliki peran yang signifikan terhadap politik luar negeri Indonesia.
Hubungan diplomatik indonesia dengan China banyak mengalami pasang surut, terkait upayaupaya normalisasi. Retaknya hubungan diplomatik tersebut karena peristiwa G-30 S PKI
tahun 1967 dan minoritas China di Indonesia.Setelah 23 tahun hubungan tersebut beku, mulai
muncul upaya- upaya untuk melalkukan normalisasi. Hubungan diplomatik Jakarta- Beijing
diawali dengan kunjungan Menlu Ali Alantas ke Ohina pada bulan Juli 1990.
Indonesia melihat China tak hanya sebagai ancaman domismeestik, tapi juga sebagai
ancaman regional terhadap ASEAN dengan paham komunismenya. Tapi Indonesia tidak bisa
lepas dari peran China, terutama dalam kasusnya dengan kamboja, yang dinilai akan
menambah ruang gerak Indonesia. Upaya tersebut misalnya, adanya pembicaraan antara
Menlu Mochtar dan Menlu Wu Xueqian selama peringatan KAA ke 50, yang juga membahas
masalah Kamboja. Secara garis besar, ada 2 periode dalam normalisasi hubungan China dan
Indonesia, yaitu:
Periode pertama, tahun 1970-1977. Yang lebih menonjol yaitu penolakan dari Indonesia
untuk segera melakukan normalisasi, karena belum dirasa tuntas masalah ancaman
komunisme dan minoritas China.
Periode Kedua, tahun 1977-1988. Pada periode ini, mulai menonjolkan aspek ekonomi.
Perhatian untuk menjajagi kembali kemungkina pembukaan hubungan dagang langsung
dengan RRC muncul kembali setelah Menlu Mochtar Kusuma Atmaja menegaskan bahwa
Indonesia tidak perlu mencurigai mereka yang berdagang dengan RRC.
(Sukma, Rizal. 1994)
Setelah melewati dua periode penting ini, hubungan perpolitikan Indonesia- China mengalami
banyak perbaikan, terutama peningkatan kerjasama perdagangan yang tentunya harus
menguntungkan kedua belah pihak.
Dinamika hubungan Indonesia dengan Jepang sudah berjalan cukup lama, lebih dari 35
tahun dan pernah juga mengalami pasang surut. Dijelaskan oleh Bantarto Bandoro (1994),
hubungan Indonesia - Jepang memiliki kecenderungan- kecenderungan yang terbagi dalam 2
periode, yaitu:
1. Dasawarsa 1960an dan 1970an.
pada dasawarsa ini Indonesia masih sedikit ragu terhadap hubungan diplomatiknya dengan
jepang. Indonesia masih menganggap Jepang sebagai sumber bantuan sekaligus sebagai
sumber ancaman. Mulanya hubungan diplomatik tersebut tidak dinilai sebagai suatu ancaman
bagi kemerderkaan Indonesia, tetapi pada pertengahan tahun 1960-an, setelah beberapa elit
politik luar negeri Indonesia kembali dari kunjungan mereka ke Jepang, mereka tidak hanya
terkesantetapi juga khawatir akan kekuatan Jepang yang dapat mendorongnya untuk
melakukan ekspansionisme.
(Bandoro, Bantarto. 1994)
Dinilai sebagai ancaman, karena Jepang mempunya potensi teknologi dan kekuatan militer
yang besar, dikhawatirkan hal ini akan mengancam stabilitas kawasan Asia Tenggara.
2. Dasawarsa 1980-an.
Hubungan diplomatik Indonesia- Jepang pada periode ini sudah semakin matang, ditandai
dengan adanya pertemuan- pertemuan serta ditandatanganinya perjanjian- perjanjian
kerjasama, terutama dalam aspek ekonomi.
Menurut Bantarto (1994), Persoalan investasi, perdagangan, alih teknologi dan bantuan
keuangan Jepang kepada Indonesia adalah beberapa persoalan yang menonjol selama
dasawarsa 1980-an. Tidak hanya persoalan itu, Indonesia- Jepang juga memperluas hubungan
tersebut kedalam aspek- aspek lain. Peningkatan kualitas hubungan diplomatik tersebut juga
disadari akan membawa sumbangan berarti bagi kawasan regionalnya.
2.3.1
Tapi muncul juga kekhawatiran bahwa China melakukan hubungan baik dengan
indonesia karena ingin mengintervensi dan memainkan percaturan politik di
ASEAN.
c. Politik
Aspek politik fokusnya memang tidak sebesar aspek ekonomi dan stabilitas
keamanan kawasan domestik maupun regional. Hubungan Indonesia dengan China
memang sebagian besar terfokus pada aspek ekonomi, dalam aspek politik,
indonesia masih mengkhawatirkan paham komunisme yang bisa mengancam
eksistensi pemerintah Indonesia serta integritas nasionalnya. Lain halnya dengan
Jepang, aspek politik mempunyai porsi yang lebih besar daripada porsi yang
diperoleh dari China.
Hubungan diplomatik dalam kerangka politik Indonesia- Jepang lebih banyak
dilakukan dalam dalam lingkup ASEAN. Selain itu hubungan dalam bidang itu
dikaitkan dengan usaha Indonesia untuk mengembangkan adaptasi independen
terhadap tantangan- tantangan yang sama yang muncul dalam lingkungan mereka.
(Bandoro, Bantarto. 1994)
BAB III
KESIMPULAN
Perekonomian Asia Timur yang melaju pesat saat ini didukung oleh sumber daya manusianya yang
maju dan mampu melihat peluang. Seluruh kawasan Asia Timur tidak memiliki sumber daya alam
yang melimpah, namum mereka memanfaatkan keadaan yang ada dan bergerak dalam sektor jasa.
Selain sektor jasa kawasan Asia Timur ini pula mengimpor barang-barang mentah untuk diolah dan
dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Indonesia seharusnya mulai mencontoh negara-negara dikawasan Asia Timur ini untuk meningkatkan
kwalitas sumber daya manusia (SDM). Karena kawasan indonesia sendiri kaya akan sumber daya
alam namun tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal sehingga kekayaan ini hanya dapat dinikmati
oleh segelintir orang.
Warga Indonesia harus mencintai produk-produk dalam negeri. Karena apabila masyarakat lebih
menyukai produk luar negeri, maka dampak jangka panjangnya adalah produsen dalam negeri akan
bangkrupt karena kalah saing dengan produsen luar negeri. Sehingga mengakibatkan produk nasional
akan menurun dan pendapatan negarapun jelas akan turun.
DAFTAR PUSTAKA
Bandoro, Bantarto, 1994. "Beberapa Dimensi Hubungan Indonesia-Jepang dan Pelaporan
untuk Indonesia", dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde
Baru, Jakarta, CSIS.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://qyki.blogspot.com/2010/01/peranan-perdagangan-internasional-dalam.html