SURVEI HIDROGRAFI
Pengukuran Survei Batimetri di Waduk Sermo,
Kabupaten Kulonprogo, D.I. Yogyakarta
Anggota Kelompok :
Christanto Nainggolan 09/284565/TK/35378
Aulia Fadhilah Zahro
12/333330/TK/39716
Eldynand Trissandi T.
12/333395/TK/39761
Teguh Prihanto
12/333793/TK/40135
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
I.I.
Judul...(2)
I.II.
Latar Belakang...(2)
I.III.
Tujuan....(3)
I.IV.
Manfaat .....(3)
I.V.
II.II.
IV.2.
IV.3.
Pembahasan...(25)
Kesimpulan(27)
V.2.
Saran..(27)
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................(28)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
Pengukuran Survei Batimetri di Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo, D.I. Yogyakarta.
1.2.LATAR BELAKANG
Banyak potensi yang terkandung di daerah perairan Indonesia yang dapat
dimanfaatkan secara optimal. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
daerah perairan yang sangat luas.
Sekitar 2/3
Mengetahui aplikasi dari teori-teori yang diberikan saat perkuliahan seperti tentang
bar check, penggunaan alat Echosounder, mengetahui cara menavigatori kapal
sesuai dengan peta rencana survei, pengunduhan data survei dari Echosounder.
Mampu mengolah data hasil survei serta pembuatan peta yang baik dan benar dari
data yang telah diunduh.
Pukul
Tempat
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Batimetri adalah adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi
tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya
menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang
disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi
tambahan berupa informasi navigasi permukaan.. Awalnya, batimetri mengacu kepada
pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat
terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah
hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak
efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus.
II.2
1. Metode Akustik.
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi,
pulsa, intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi
metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah
satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan
batimetri.Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang
diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal
selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan
kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga
diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas dan
tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapalkapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o
vertikal tetapi untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi
lanjut dasar laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan.
Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju bunyi
dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan menambah
keburukan resolusi.
nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat
dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air (Supangat, 2003)
2. Satelit Altimetri.
Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro yang
dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan wahana
antariksa (satelit atau pesawat terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan topografi
permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus permukaan dan ketinggian
gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali
dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang disebut
S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir yang
sangat terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi
bersama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Perancis (Susilo, 2000).
Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana
bentuk tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang
mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang
bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk gambaran
paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat
massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit di
atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada koordinat
geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter),
penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem
ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh
permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi utama yang ingin
ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut. Hal ini dilakukan
5
dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu
tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke
satelit. (Heri Andreas dalam Hasanuddin Z A).
II.3
2.
dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum
didasarkan pada balok pulsa yang dipancarkan langsung ke dasar laut dan setelah
energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (dasar laut), beberapa balok
suara (beam) bentuk elektronik menggunakan teknik pemrosesan sinyal yang
dikenal balok sudut. Waktu propagasi dua arah antara transmisi dan penerimaan
dihitung oleh algoritma deteksi di dasar laut. Dengan menerapkan pelacakan
berkas, sistem dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral pusat cakupan
wilayah. Multi-beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan
resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontal).
Keuntungan dengan menggunakan multi-beam echosounder ketika akan
melakukan pengukuran kedalaman kita memperoleh langsung visual 3D. itu adalah
karena jumlah sinyal akustik yang dipancarkan oleh transduser tidak hanya satu
(tunggal), tetapi juga menyebarkan cakupan (wide angle) yang besar. Dengan
demikian, untuk objek atau dasar laut yang ada di sekitar transducer dengan posisi
besar di sudut tertentu akan disimpan.
Gambar 3. Gambar Memanjang Jalur Pengukuran Survei Hidorgrafi pada Muka Peta
II.4
1. Anemometer
Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin yang banyak
dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca.
Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin. Perancang
pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450. Selain mengukur
kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.
Angin sendiri adalah udara yang bergerak dari daerah dengan tekanan
udara tinggi ke daerah dengan tekanan udara rendah. Data angin berfungsi untuk
mengetahui arah, durasi dan kecepatan angin tepat di rencana lokasi pemetaan yang
berguna untuk mengetahui tekanan angin pada kapal. Fungsi dari survei angin
adalah untuk menyusun analisa gelombang, untuk mengetahui distribusi arah dan
kecepatan angin tepat di rencana lokasi pemetaan dan untuk merencanakan beban
pada kapal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan anemometer yang
dipasang 10 meter diatas permukaan perairan dan recodernya di pasang di darat.
8
data
dengan
yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut berikutnya atau pada saat pasang ke
saat pasang berikutnya. Hal ini disebut 1 siklus pasang surut.
3. Grabber
Grabber merupakan alat yang digunakan untuk mengambil materi atau sedimen
yang berada di bawah laut. Biasanya penggunaan grabber akan diintegrasikan
dengan tali yang telah ditandai untuk mengetahui
kedalam grabber yang diturunkan. Sebagai contoh,
misalkan kita ingin mengetahui materi atau sedimen
yang berada di kedalaman 50 meter dibawah laut
maka kita tinggal menurunkan grabber melalui tali
sesuai dengan tanda yang telah menunjuk kedalaman
50 meter.
Fungsi survei sedimentasi atau penyelidikan
tanah dan geologi ini untuk mengetahui kondisi
lapisan tanah (sub soil) yang hasilnya akan dipakai
Gambar 6. Grabber
4. Botol Nansen
Botol nansen merupakan alat yang digunakan oleh surveior untuk mengambil
sample air laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol ini terbuat dari
tabung acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan lainnya yang tahan karat
serta memiliki sepasang steering fins yang berguna untuk menstabilkan botol ketika
digunakan pada arus deras memiliki kapasitas 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt. Alat ini
digunakan untuk mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di berbagai
kedalaman di laut.
Cara kerja dari botol Nansen sebagai berikut : Botol nansen yang terbuat dari
logam atau plastik diturunkan dengan menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah
mencapai kedalaman yang diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah
mencapai botol, botol tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya.
Botol dan sampel di ambil dan diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua
dapat diatur agar terlepas oleh mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah tali
sehingga sampai mencapai botol Nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan
massengger pada interval sepanjang tali, serangkaian sampel pada setiap tingkatan
kedalaman dapat diambil. Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan
menggunakan termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah
10
untuk
pembacaan
suhu
titik
sampling
pada
tekanan
yang
memungkinkan.
8. GPS
Receiver GPS berguna untuk menentukan posisi atau titik koordinat dari setiap
kedudukan alat tersebut. Dalam pengukuran batimetri alat ini berguna untuk
mengetahui koordinat dari kapal/perahu ketika alat echosounder sedang melalukan
pemeruman (pengukuran kedalaman).
13
BAB III
PELAKSANAAN
III.1 Alat dan Bahan
a. GPS Fishfinder
f. Odom Echosounder
b. Fishfinder
g. Transducer
i. Barcheck
e. Laptop
14
III.2
5. Mengatur pembagian port pada router (terminal hub). Memasang kabel USB untuk PC,
kabel power suply, kabel serial masing-masing untuk Fishfinder dan Echosounder.
Mengatur pembagian port untuk Echosounder dan fish finder di Menu Configure ->
Equipment.
Masuk ke Control Panel. Pilih Device Manager dan mengatur port untuk setiap instrumen.
10. Tunggu beberapa saat lalu akan muncul krusor tanda posisi kapal pada layar PC.
11. Melakukan setting alat Fishfinder untuk merekam data hasil pemeruman.
12. Menyimpan hasil pemeruman Fishfinder.
13. Mengarahkan kapal ke jalur perum sesuai dengan yang tertera di layar (Lajur utama,
lajur silang, dan boundary waduk).
14. Melakukan pengecekan jalur di Fishfinder. Pastikan semua lajur terukur.
15. Setelah semua lajur tercover, mengemas alat-alat survei.
Di Laboratorium
Download data batimetri
1. Memastikan port fish finder sudah terkoneksikan dengan port pada laptop yang akan
digunakan untuk menginstall.
2. Membuka software DNR Garmin.
3. Memilih menu Track -> pilih Download.
4. Tunggu hingga semua data batimetri terdownload semua.
16
5. Menyimpan data batimetri yang telah didownload pada nama file dan folder yang
diinginkan dengan cara klik menu File -> pilih Save to -> pilih File
Koreksi Transducer
1. Dari data pada saat pemeruman yang didapat bahwa draft transducer sebesar 0.52 m,
maka data hasil kedalaman ditambahkan draft transducer.
2. Menyimpan data easting, northing, dan depth terkoreksi dengan ekstensi .csv.
Pembuatan peta Batimetri menggunakan software AutoCad
1. Buka Auto Cad, kemudian atur unitnya yaitu meter.
2. Mengimport titik yang telah dikoreksi sebelumnya. Pilih menu point import/export
Point import Point akan muncul kotak dialog import point, kemudian isikan
format point yaitu NEZ (comma delimited) dan lokasi tempat file yang akan di import
centang pada kotak Add point to point group beri nama point group (nama =
BatimetriSermo ) kemudian klik OK.
3. Membuat boundary, lakukan import point koordinat boundary kemudian digit titiktitik boundary tersebut menggunakan tools polyline . Hasilnya :
4. Membuat kontur, pilih menu Terrain Terrain model explorer klik kanan pada
Terrain pilih Create New Surface. Menambahkan point group dengan cara klik kanan
pada point group Add Point Group kemudian pilih titik_pemeruman_fix OK
18
Kemudian klik kanan pada surface1 piulih Build. Akan muncul kotak dialog Build
Surface1 kemudian klik OK.
19
Agar hasil kontur tidak melewati boundary, gunakan fungsi breaklines. Pilih menu
Terrain Terrain Model Explorer. Kemudian pada breaklines klik kanan lalu pilih
Define By Polyline lalu pada kotak dialog select object, pilih boundary.
Menutup jendela Terrain Model Explorer, kemudian pilih menu Terrain Create
Contours. Kemudian atur interval kontur minor 5 m dan interval kontur mayor 25 m.
20
Hasilnya
5. Untuk menghaluskan kontur pilih menu Terrain Contour style manager Contour
Appearance pada bagian smoothimg options, pilih Spline Curve lalu OK.
21
Hasilnya
ZOOM
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I
Data pemeruman terdiri atas 126.566 titik fix perum dengan setiap fix perum
memiliki unsur data:
1) Ident
8) altitude depth
2) Latitude
9) temp
3) Longitude
10) time
4) Y_proj
11) model
5) X_proj
12) filename
6) new_seg
13) time
7) display color
Dari data tersebut disimpan ke format excel kemudian dipilih data yang penting
(digunakan untuk pengolahan) yaitu:
1) x _proj (koordinat pada arah barat-timur),
23
Keterangan:
= kedalaman titik terkoreksi
= kedalaman titik hasil pemeruman dengan fish finder
= jarak transducer dari permukaan air
24
IV.3
Pembahasan
Pada praktikum pengukuran kedalaman dasat atau topografi dasar Waduk Sermo
untuk pembuatan peta batimeri tersebut, setelah diperoleh data pengukuran dilakukan
pemilihan data yang diperlukan (nilai x_proj, y_proj, dan depth).
Pembuatan peta batimetri pada dasarnya sama dengan pembuatan peta situasi,
yaitu diperlukan koordinat planimetris (x,y) dan ketinggian (z) untuk selanjutnya
dilakukan interpolsi untuk pembuatan kontur pada daerah yang dipetakan.
Titik-titik yang dipetakan sebagai titik sampel tersebut atau yang sering disebut
sebagai fix perum harus terdefinisikan koordinat x,y, dan z untuk setiap titik, baik pada
lajur keliling, lajur utama, maupun lajur silang sesuai dengan peta yang telah
direncanakan dan di-upload ke alat pemeruman fish finder.
Koordinat planimetris fix perum (x,y) diperoleh melalui GPS yang dipasang pada
tongkat tepat diatas transducer yang memancarkan gelombang untuk mengukur
kedalaman (depth).
25
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Dari hasil pengukuran batimetri, kontur topografi dasar laut bernilai negatif, hal ini
menunjukkan kedalaman waduk sermo. Semakin negatif nilai kontur topografi dasar
laut suatu area , maka semakin dalam area tersebut.
2. Dari hasil pengukuran batimetri diperoleh 126.566 titik fix perum yang terdiri dari
12 unsur. Tiga dari 12 unsur tersebut merupakan pembentuk kontur topografi dasar
Waduk Sermo yang terdiri dari koordinat planimetris (x, y) dan koordinat
kedalaman (depth/z). Koordinat planimetris dihasilkan dari pengukuran GPS,
sedangkan koordinat kedalaman diperoleh dengan melakukan koreksi bar check dan
koreksi draft tranducer.
V.2. Saran
Untuk pengembangan pengetahuan selanjutnya berdasarkan kegiatan praktikum yang
telah dilakukan, penulis memiliki saran-saran yaitu:
1. Untuk jumlah peralatan pengukuran batimetri sebaiknya lebih ditingkatkan,
mengingat besarnya jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.
2. Setiap shift pelaksanaan field trip sebaiknya diikuti beberapa kelompok dalam
jumlah yang lebih sedikit demi efektifitas pelaksanaan praktikum.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://joytalita.wordpress.com/2010/05/23/anemometer-nieee/
http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/2009/06/09/jenis-fungsi-dan-kalibrasi-beberapa-alat-ukur-dilaboratorium-konversi-energi-teknik-mesin-uns/
http://phki.ocean.itb.ac.id/?page_id=47
http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=110
http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/assets/download/sni/SNI/16.%20SNI%2076462010%20Survei%20hidrografi.pdf
http://khakharothen.multiply.com/journal/item/1?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fite
m
Tim Penyusun.1999. Diktat Survei Hidrografi (READER).Yogyakarta : Jurusan Teknik
Geodesi, FT-UGM
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7646-2010 tentang Survei Hidrografi menggunakan
singlebeam echosounder
28