Anda di halaman 1dari 6

MOLAHIDATISOSA

Etiologi
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah pembengkakan pada
vili (degenerasi pada hidrofik) dan poliferasi trofoblas. Faktor yang dapat menyebabkan mola
hidatidosa antara lain:
a. Faktor ovum: ovum patologik sehingga mati dan terlambat dikeluarkan
b. Imunoselektif dari trofoblas
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d. Paritas tinggi
e. Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas

Tanda dan Gejala


Menurut Mochtar, 2005 terdapat beberapa tanda dan gejala pada mola dilihat dari keluhan dan
beberapa pemeriksaan khusus obstetri yang dilakukan pada penderita:
a. Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa.
b. Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum.
c. Terdapat pendarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau
kecoklatan seperti bumbu rujak.
d. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya.
e. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang
merupakan diagnosa pasti.
f. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan, yang disebut muka
mola (mola face).
g. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin.
h. Adanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar, dan fundus uteri turun;
lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
i. Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
j. Terdengar bising dan bunyi khas.
k. Perdarahan tidak teratur.

l. Penurunan berat badan yang berlebihan. (Purwaningsih, 2010)


Komplikasi
Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi :
a. Perdarahan hebat.
b. Anemia.
c. Syok hipovolemik.
d. Infeksi sekunder.
e. Perforasi uterus.
f. Keganasan (PTG).

Penanganan awal :
1. Jika diagnosis mola sudah ditegakkan, evakuasi uterus.
2. Segera lakukan evakuasi jaringan mola. Sambil berikan infus 10 Unit Oksitosin dalam
500 ml cairan IV (NaCl atau RL) 40-60tpm (sebagai pencegahan terhadap perdarahan
hebat dan efektivitas kontraksi uterus secara cepat)
Penanganan selanjutnya :
1. Pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal atau tubektomi

bila ingin

menghentikan kehamilan.
2. Lanjutkan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan
pp tes. Karena ada resiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
khoriokarsinoma. Jika tes urin tidak negatif setelah 8 minggu atau positif kembali dalam
1 tahun, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk mendapatkan pemantauan.

Pathway

Molahidatidosa

HUKUM KEWENANGAN BIDAN


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/ Menkes/SK/VII/2002
wewenang seorang bidan dalam Pasal 15 adalah sebagai berikut:
I.

Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

II.

Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli
c.

Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya

d. Pada sarana kesehatan tertentu

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010


yang mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, maka dalam pasal 13 ditetapkan
peraturan sebagai berikut:
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12. Bidan yang
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan
dibawah supervise dokter
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
c. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.

Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil telah disebutkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 Pasal 15 dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 32
Pasal 13.
Namun, untuk kewenangan bidan dalam pemberian pelayanan pada ibu hamil patologi dengan
mola hidatidosa tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13 ayat 2 yaitu: asuhan antenatal terintegrasi dilakukan dibawah

advise dokter. Jadi, untuk pelayanan pada ibu hamil patologi dengan mola hidatidosa dilakukan
sistem kolaborasi dengan dokter spesialis.

Anda mungkin juga menyukai