PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang
Saat ini arus barang impor semakin tidak tertahankan lagi sehingga menyebabkan
pasar lokal mengalami kebanjiran produk impor yang memiliki kualitas serupa dengan
produk lokat tetapi dengan harga yang lebih kompetitif. Bahkan Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (Hipmi) menilai jika kondisi industri manufaktur Indonesia saat ini
semakin terpuruk. Persaingan yang semakin ketat semakin mengharuskan perusahaan untuk
mengambil tindakan yang tepat agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan sesuai
dengan konsep going concern. Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
perusahaan melaksanakan berbagai kebijaksanaan untuk mencapai tujuan umum yaitu
untuk memaksimalkan laba yang dicapai melalui peningkatan penjualan produk perusahaan
dan efesiensi biaya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang manajer perusahaan
harus mampu membuat perencanaan dan pengendalian biaya terutama biaya produksi
karena biaya produksi merupakan faktor utama dalam pelaksanaan produksi perusahaan.
Hansen dan Mowen (2009) dalam Kwary menyatakan bahwa dalam pengendalian biaya,
manajemen perlu menetapkan biaya standar. Pengendalian biaya produksi memerlukan
patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur terhadap pengendalian
biaya produksi. Bila pengendalian biaya produksi telah efektif, hal ini akan mempengaruhi
harga pokok produksi, sehingga produk yang dihasilkan akan mampu bersaing dengan
produk lain sejenis dengan harga yang kompetitif.
Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi bahan baku,
tenaga kerja, modal dan keahlian pengusaha. Semua faktor produksi yang dipakai adalah
merupakan pengorbanan dari proses produksi dan berfungsi sebagai ukuran untuk
menentukan harga pokok barang. Menurut Sherman Rosyidi, biaya produksi adalah biaya
yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat diambil kesimpulan bahwa biaya apa
saja yang diperlukan untuk membuat produk, baik barang maupun jasa. Biaya produk
dibagi menjadi dua, yaitu: biaya eksplisit, adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas
perusahaan untuk membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam
berproduksi. Contohnya adalah biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Yang kedua adalah
biaya implicit yaitu biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung
dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang
dimiliki sendiri oleh perusahaan. Contohnya adalah penggunaan gedung milik perusahaan
sendiri.
Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi
perusahaan dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak
dapat tumbuh dan bahkan akan mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan
bisnisnya. Untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha
memperoleh pendapatan yang memungkinkan untuk menutupi biaya produksi. Dengan
demikian, sangat penting memperhitungkan biaya produksi dan menetapkan harga jual
produks dengan tepat untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan
kerugian.
2.2
Rumusan Masalah
1) Apa saja klasifikasi biaya?
2) Bagaimana strategi penetuan harga?
3) Bagaimana konsep biaya produksi?
4) Bagaimana perhitungan biaya produksi?
5) Bagaimana perhitungan biaya satuan rata-rata?
2.3
Tujuan Penulisan
1) Mengetahui klasifikasi biaya
2) Mengetahui strategi penentuan harga
3) Memahami konsep biaya produksi
4) Mengetahui cara perhitungan biaya produksi
5) Mengetahui perhitungan biaya satuan rata-rata
2.4
Manfaat
Mengetahui konsep dari biaya produksi serta mengetahui cara perhitungan, baik
perhitungan biaya produksi maupun perhitungan biaya satuan rata-rata serta dapat
menganalisis kejadian biaya produksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor
produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga
berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang.
Menurut Sherman Rosyidi, biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh pengusaha untuk dapat diambil kesimpulan bahwa biaya apa saja yang
diperlukan untuk membuat produk, baik barang maupun jasa.
Biaya Produksi dapat dibagi menjadi dua, biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melihat
laporan keuangan, pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk
membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam
berproduksi. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah
biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas
perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki
sendiri oleh perusahaa, bisa disebut juga dengan biaya kesempatan (oportunity cost);
contoh: penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.
Menurut Sadono Sukirno (2005, 208), biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
yang diproduksi perusahaan tersebut. Dalam menganalisis biaya produksi perlu
dibedakan dua jangka waktu adalah sebagai berikut:
1) Biaya jangka pendek, yaitu jangka waktu di mana sebagai faktor produksi tidak
dapat ditambah jumlahnya. Dalam biaya jangka pendek biaya produksi
dibedakan:
a. Biaya total
Biaya total dibedakan menjadi tiga jenis biaya:
ini
merupakan
biaya
variabel
yang
dibelanjakan
untuk
2) Biaya jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan.oleh karna itu tidak dibedakan antara biaya tetap dan biaya
berubah dan semua jenis biaya dikeluarkan merupakan biaya berubah (Sadono
Sukirno, 2005:209-217).
Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
2) Biaya Pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai
dengan pengumpulan piutang menjadi kas.
3) Biaya Administrasi dan Umum yaitu semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan,dan
pengawasan
kegiatan
perusahaan
secara
keseluruhan.
4) Biaya Keuangan yaitu semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi
keuangan (Supriyono, 1953 : 19).
2.2
Klasifikasi Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai
dengan
penggolongan
tersebut,
karena
dalam
akuntansi
biaya
dikenal
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
Contoh: dari biaya tetap adalah biaya gaji, biaya penyusutan aktiva tetap,
pajak bumi dan bangunan, biaya sewa dan asuransi.
5) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan
sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.
Contoh: pembelian gedung, tanah, peralatan, dll.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat
terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya
tersebut.
Contoh: pembayaran gaji administrasi kantor, gaji akuntan, rekening listrik
dan telepon, komisi penjualan.
6) Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan
a. Biaya standar dan biaya dianggarkan
1. Biaya standar, merupakan biaya yang ditentukan di muka (predetermine
cost) yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan satu unit produk.
2. Biaya yang dianggarkan, merupakan perkiraan total pada tingkat
produksi yang direncanakan.
b. Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
10
11
2.5.2
2.3
produksi untuk mengetahui laba atau rugi suatu perusahaan (usaha yang dilakukan),
roda produksi perusahaan setiap harinya memproduksi barang dan jasa yang
dinikmati konsumen. Semua perusahaan mulai dari perusahaan raksasa multinasional
hingga pedagang kaki lima mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan
jasa yang dapat dimanfaatkan konsumen. Biaya peluang (opportunity cost) adalah
pengorbanan yang dilakukan seseorang karena mengambil sebuah pilihan.
Cara penentuan biaya pembuatan produk:
1) Biaya historis adalah penentuan biaya produk dengan mengumpulkan semua
biaya yang telah terjadi dan diperhitungkan setelah operasi pembuatan produk
selesai.
12
2) Biaya sebelum pembuatan adalah suatu cara penentuan biaya pembuatan produk
sebelum produk tersebut dibuat.
Biaya ini terbagi menjadi dua:
a. Biaya anggaran yaitu suatu biaya yang berdasarkan kegiatan masa lalu dan
perkiraan kegiatan pada masa yang direncanakan.
b. Biaya standar yaitu suatu biaya yang berdasarkan standar-standar pelaksanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Awal Tahun
2400
4,10/jam
600
4,00/jam
300
200
2,00
Akhir Tahun
3400
4,10/jam
400
4,00/jam
140
120
2,00
1,80
1,80
Departemen
A
A
Biaya
2.400
1.300
Biaya Total
3.700
13
Departemen
A
B
A
B
Jam
600
300
400
140
Upah/jam
Biaya Biaya Total
4,10 2.460
4,00 1.200
4,10 1.640
4,00
560
5.860
Departemen
1 Januari
1 Januari
31 Desember
31 Desember
A
B
A
B
Dasar
Pengenaan
(DP)
/jam buruh
/jam mesin
/jam buruh
/jam mesin
Jam
Biaya/
DP
600
200
400
120
2,00
2,00
1,80
1,80
Biaya
Biaya Total
1.200
360
800
216
2.576
Buruh langsung :
Departemen A
4.100
Departemen B
1.760 +
5.860
Bahan Langsung :
3.700 +
9.560
Overhead Pabrik :
Departemen A
2.000
Departemen B
576 +
2.576
14
2.4
diketahui mengenai:
1. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC)
Biaya atau Ongkos tetap yang dibebankan kepada setiap unit output. Apabila
biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata.
Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC
adalah:
=
15
AC = FC + TC
atau
D
D
MC
AVC
AFC
Kurva-kurva AVC dan AC berbentuk huruf U..Bentuk Kurva yang semacam itu
mencerminkan bahwa kegiatan produksi dipengaruhi oleh hukum Hasil Lebih yang
Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Returns).
16
2.5
b.
c.
Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 140) disebutkan
bahwa: Titik impas (Break Event Point) adalah titik dmn total biaya sama
dengan total penghasilan.
Dari berbagai pengertian Break Event Point diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Break Event Point atau titik impas adalah suatu titik yang menunjukkan total
penghasilan sama dengan total biaya, sehingga pendapatan sebelum bunga dan pajak
dalam satu periode adalah nol.
2.5.2 Analisis Break Event Point (BEP
a.
Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita
17
rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang dengan kata lain labanya
sama dengan nol.
b.
Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even
merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat
penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang
terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut
dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba
ataupun menderita rugi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis Break Event Point (BEP) Analisis
yang dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau cara atau
teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada tingkat atau jumlah
produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan mengalami kerugian
ataupun memperoleh keuntungan.
2.5.3 Asumsi dan Keterbatasan dalam Break Event Point
Menurut Mulyadi (2002; 260-261) asumsi yang mendasari analisis impas
adalah:
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam
perhitungan impas, sedangkan biuaya variable berubah sebanding dengan
perubahan volume penjualan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan
penurunan harga jual atau memberikan potongan harga, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan. Penambahan
fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.
d. Harga factor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan
baku dan tariff upah menyimpang terlalu jauh disbanding dengan data yang
18
dipakai sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi
biaya, volume, dan laba.
e. Efisiensi produksi dianggap tidk berubah. Apabila terjadi penghematan
biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih
rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi
biaya, volume, dan laba.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 141)
asumsi-asumsi yang mendasari dan keterbatasa yang dimiliki analisis break even
point adalah:
a. Biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, cukup akurat
dapat dipisahkan dalam elemen biaya variable dan biaya tetap.
b. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senatiasa tetap selama
periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.
c. Biaya variable berubah secara langsung (proporsional) dengan penjualan
selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.
d. Analisis tersebut dibatasi pada situasi dimana kondisi ekonomi dan kondisi
lainnya diasumsikan relative stabil.
e. Merupakan pedoman pengambilan keputusan.
19
Keterangan :
QBEP(u)
TFC
AVC
Keterangan :
QBEP(sales)
TFC
AVC
FC
1- Pct VC
Keterangan :
FC
= biaya tetap
Pct VC
20
c)
= ( 1 VC )
Keterangan :
2.6
= Jumlah penjualan
FC
= Biaya tetap
VC
21
terjadi defisit atau tidak sampai seratus persen, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pelayanan kesehatan tersebut merugi.
2.7
penyusutan, dimana biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul
akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat
penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam
proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau
karena mengalami kerusakan fisik. Untuk menghitung biaya tersebut di atas harus
diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari peralatan tersebut.
Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai penyusutan yang
sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan. Contohnya adalah sebagai
berikut:
Sebuah alat radiologi dengan harga pokok Rp. 70.000.000,00 menyusut
(depresiasi), umur ekonomis dari peralatan 5 tahun. Hitunglah biaya
penyusutan
Perhitungan :
Biaya penyusutan = Harga barang / umur ekonomis barang
= Rp. 70.000.000,00 / 5 tahun
= Rp. 14.000.000,00
Jadi, biaya penyusutan untuk sebuah alat radiologi setiap tahunnya adalah
14.000.000,00
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Data pada penelitian ini didapatkan melalui metode observasi langsung dan
3.2
23
BAB IV
HASIL SURVEI
24
4.1
Klasifikasi Biaya
Tabel 4.1.1 Daftar Unsur Biaya Klinik Ortodonti Kartini 22
No.
1.
2.
3.
4
5.
6.
7.
8.
Unsur Biaya
Harga Satuan
Qty
Life Time
Jumlah
Gedung
Fasilitas
a. Televisi
b. AC
c. Komputer
d. Meja dan Kursi
Administrasi
e. Meja dan Sofa
Ruang Tunggu
f. Meja,
Kursi,
dan
Lemari
Ruang Dokter
Dental Chair
Unit Gnatus Type
Lazio Pad Opti
Peralatan Medis
Bahan Habis Pakai
Medis
Bahan Habis Pakai
Non Medis
Bahan Umum
a. Listrik
b. Air
c. Telepon
Gaji Tenaga Medis
Rp 625.000.000,00
1 buah
10 tahun
Biaya Produksi
1 tahun
Rp 625.000.000,00 Rp 62.500.0000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
3.000.000,00
2.500.000,00
5.300.000,00
2.800.000,00
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
5 tahun
Rp
Rp
Rp
Rp
3.000.000,00
5.000.000,00
5.300.000,00
2.800.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
600.000,00
1.000.000,00
1.060.000,00
560.000,00
Rp
4.500.000,00
1 set
Rp
4.500.000,00
Rp
900.000,00
Rp
3.200.000,00
1 set
Rp
3.200.000,00
Rp
640.000,00
Rp 63.700.000,00
1 buah
5 tahun
Rp 63.700.000,00
Rp
12.740.000,00
Rp 368.000.000,00
Rp 4.700.000,00
1 set
1 pack
5 tahun
1 bulan
Rp 368.000.000,00
Rp 4.700.000,00
Rp
Rp
73.600.000,00
56.400.000,00
1 bulan
Rp
600.000,00
Rp
7.200.000,00
2 orang
1 bulan
1 bulan
1 bulan
1 bulan
Rp
Rp
Rp
Rp
275.000,00
48.000,00
130.000,00
4.600.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
3.300.000,00
576.000,00
1.560.000,00
55.200.000,00
Rp
600.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
275.000,00
48.000,00
130.000,00
2.300.000,00
25
No.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15
Unsur Biaya
Gaji
Pegawai
Administrasi
Biaya
Makan
Pegawai Medis dan
Administrasi
Insentif
Pegawai
medis dan non medis
Alat Tulis Kantor
(ATK)
Pemeliharaan
Gedung
Pemeliharaan
Peralatan Medis
Pemeliharaan
Alat
Non-medis
Harga Satuan
Qty
Life Time
Jumlah
Rp
1.800.000,00
1 orang
1 bulan
Rp
Biaya Produksi
1 tahun
1.800.000,00 Rp
21.600.000,00
Rp
400.000,00
3 orang
1 bulan
Rp
1.200.000,00 Rp
14.400.000,00
Rp
800.000,00
3 orang
3 bulan
Rp
2.400.000,00 Rp
9.600.000,00
Rp
1.400.000,00
1 tahun
Rp
1.400.000,00
Rp
1.400.000,00
Rp
1.200.000,00
1 tahun
Rp
600.000,00
Rp
600.000,00
Rp
3.400.000,00
1 tahun
Rp
575.000,00
Rp
575.000,00
Rp
800.000,00
1 tahun
Rp
250.000,00
Rp
250.000,00
26
Nama Barang
Biaya Produksi
1 tahun
1.
2.
Gedung
Fasilitas
a. Televisi
b. AC
c. Komputer
d. Meja
dan
Kursi
Administrasi
e. Meja dan Sofa Ruang
Tunggu
f. Meja, Kursi, dan Lemari
Ruang Dokter
Dental Chair
Unit Gnatus Type Lazio Pad
Opti
Peralatan Medis
Bahan Habis Pakai Medis
Bahan Habis Pakai Non Medis
Bahan Umum
a. Listrik
b. Air
c. Telepon
Gaji Tenaga Medis
Gaji Pegawai Administrasi
Biaya Makan Pegawai Medis
dan Administrasi
Rp 62.500.000,00
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Skala Produksi
Fixed Cost
Variable
(Rp)
Cost
(Rp)
62.500.000
Klasifikasi Biaya
Fungsi dan Aktivitas
Direct Cost
Indirect
(Rp)
Cost
(Rp)
62.500.000
Lama Penggunaan
Investment Operationa
Cost
l Cost
(Rp)
(Rp)
62.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
600.000,00
1.000.000,00
1.060.000,00
560.000,00
600.000
1.000.000
1.060.000
560.000
600.000
1.000.000
1.060.000
560.000
600.000
1.000.000
1.060.000
560.000
Rp
900.000,00
900.000
900.000
900.000
Rp
640.000,00
640.000
640.000
640.000
Rp
12.740.000,00
12.740.000
12.740.000
12.740.000
Rp
Rp
Rp
73.600.000,00
56.400.000,00
7.200.000,00
73.600.000
73.600.000
56.400.000
73.600.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.300.000,00
576.000,00
1.560.000,00
55.200.000,00
21.600.000,00
14.400.000,00
56.400.000
7.200.000
3.300.000
576.000
1.560.000
55.200.000
21.600.000
14.400.000
7.200.000
56.400.000
7.200.000
21.600.000
14.400.000
3.300.000
576.000
1.560.000
55.200.000
21.600.000
14.400.000
3.300.000
576.000
1.560.000
55.200.000
27
No
.
Nama Barang
11.
12.
13.
14.
15.
Biaya Produksi
1 tahun
Rp
9.600.000,00
Klasifikasi Biaya
Skala Produksi
Fungsi dan Aktivitas
Fixed Cost
Variable
Direct Cost
Indirect
(Rp)
Cost
(Rp)
Cost
(Rp)
(Rp)
9.600.000 9.600.000
Lama Penggunaan
Investment Operational
Cost
Cost
(Rp)
(Rp)
9.600.000
Rp 1.400.000,00
1.400.000
1.400.000
1.400.000
Rp
600.000,00
600.000
600.000
600.000
Rp
575.000,00
575.000
575.000
575.000
Rp
250.000,00
250.000
250.000
250.000
Rp 326.261.000,00 230.400.000 95.861.000 280.236.000 46.025.000 153.600.000 172.661.000
Rp 326.261.000,00
Rp 326.261.000,00
Rp 326.261.000,00
28
4.2
b.
c.
29
4.3
Jenis Aktivitas
Jumlah
1.
Jumlah Pasien
5760
2.
5760
3.
288
Perhitungan Average Cost terdiri dari perhitungan Average Fixed Cost dan Average
Variabel Cost.
a. Average Fixed Cost
AFC
30
4.4
= TC / Q
= Rp 326.261.000,00 / 5.760
= Rp 56.642,53
Keterangan:
UC = Unit Cost
TC = Total Cost aktual
Q = Quantitiy (jumlah pelayanan)
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa biaya satuan aktual yang
4.5
= TFC / (P-AVC)
= Rp. 230.400.000,00 / (Rp.130.000 Rp 16.624,53)
= Rp. 230.400.000,00 / Rp 113.375,50
31
= 2.032,18 pelayanan
Jadi, Klinik Ortodonti Kartini 22 akan mencapai BEP ketika pelayanan
pemeriksaan tanpa tindakan mencapai 2.032,18 pelayanan.
Selain menghitung BEP dalam unit, dapat pula dihitung BEP Klinik
Ortodonti Kartini 22 dalam penjualan (sales). Berikut perhitungan BEP atas dasar
penjualan (sales).
BEP(sales)
= TFC / (1 AVC/P)
= Rp. 230.400.000,00 / (1 Rp 16.624,53 / Rp 130.000,00)
= Rp 230.400,000,00 / (1 0,13)
= Rp 230.400,000,00 / 0,87
= Rp 264.827.586,21
Keterangan:
AVC = Average Variabel Cost
QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pelayanan
BEP(sales)= BEP penjualan, dalam hal ini penjualan pelayanan permeriksan
tanpa tindakan
TFC = Total Fixed Cost
P = Price actual
32
Kurva BEP
Berdasarkan hasil perhitungan BEP atas dasar unit adalah 2.032,18
pelayanan dan atas dasar penjualan (sales) adaah Rp 264.827.586,21. Maka
kurvanya adalah sebagai berikut :
Rp
Pendapatan
BEP
Biaya
pokok
264.827.586,21
230.400.000,00
Jumlah
Pelayanan
2.032,18
Gambar 3. Kurva BEP Klinik Ortodonti Kartini 22
b. Perhitungan CRR
Total Revenue (TR)
=PxQ
= Rp 130.000,00 x 5.760
= Rp 748.800.000,00
33
4.6
Analisis Perhitungan
Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi yang ada di Klinik Ortodonti Kartini
22, didapat hasil total cost berdasarkan skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas
produksi adalah sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual merupakan
hasil pembagian Total cost dengan jumlah pelayanan per tahun (2014), dari perhitungan
tersebut didapat unit cost di Klinik Ortodonti Kartini 22 sebesar Rp 56.642,53. Jadi harga
aktual yang harus dibayarkan per pasien gigi per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan di
Klinik Ortodonti Kartini 22 adalah Rp 56.642,53 dan tarif yang ditetapkan oleh Klinik
Ortodonti Kartini 22 untuk satu kali pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan adalah
Rp130.000,00 per pasien.
Dengan diketahui tarif pemeriksaan tanpa tindakan per pelayanan telah ditentukan
oleh Klinik Ortodonti Kartini 22, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan Total Fix Cost
dibagi dengan Price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa Klinik Ortodonti Kartini 22 harus
melayani 2.032,18 pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan agar modalnya kembali
(mencapai titik impas). CRR adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan Klinik Ortodonti Kartini 22 untuk menutupi biayanya dengan penerimaan
dari pembayaran pelayanan yang dihitung dari pembagian antara TR unit bersangkutan
dengan TC unit bersangkutan dikali 100%.
Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 230% yang berarti mengalami surplus. Hasil
CRR dapat memberi informasi bahwa Klinik Ortodonti Kartini 22 mampu menutupi biaya
yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit sebesar 230% - 100% yaitu
130% per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan
34
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk
uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria untuk keperluan analisis
klasifikasi konsep biaya, yaitu pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala
produksi, pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya, dan pembagian biaya
berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya.
Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi dibagi menjadi
biaya tetap (Fixed cost = FC), biaya variabel (Variabel cost = VC), dan total cost.
Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya dibagi menjadi biaya invetasi, biaya
opersional dan total biaya.
Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya, dibagi menjadi
biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost) dan total biaya.
Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi suatu pelayanan
kesehatan atas segala usaha yang dilakukan.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu mengetahui
terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed Cost/AFC), biaya variabel
rerata (Average Variable Cost/AVC), dan biaya total rerata (Average Cost/AC).
Cost Recovery Rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan penghasilan yang didapatkan
(revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu dilakukan kegiatan analisis biaya untuk
mendapatkan informasi real kondisi dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga
didapatkan gambaran realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi
dalam menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan.
Hasil survey biaya produksi di Klinik Ortodonti Kartini 22 yang ditangani oleh
Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Agus El Arief.,drg.,Sp.Ort yang berlokasi di Jalan Kartini
Nomor 22 Sidoarjo memiliki Total Cost sebesar Rp 326.261.000,00 dengan Total Fixed
Cost (TFC) sebesar Rp 230.400.000,00 dan Total Variabel Cost sebesar Rp 95.861.000,00.
35
Biaya jasa pelayanan untuk satu kali pemeriksaan tanpa tindakan adalah
Rp130.000,00. Dengan hari buka pelayanan pada hari Senin Sabtu dengan jumlah
pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan sebanyak 5760 pelayanan dalam satu tahun
(November 2014)
Dengan biaya gedung sebesar Rp 625.000.000,00 yang memiliki life time selama 10
tahun. Biaya penyusutan tahunan yang dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti Kartini 22 ini
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu (cost nilai residu) dibagi dengan
umur. Sehingga biaya penyusutan atau depresiasi gedung adalah sebesar Rp 62.500.000,00.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi Klinik Ortodonti Kartini 22, maka
diketahu bahwa biaya tetap rerata (Average Fixed Cost/AFC) adalah sebesar Rp 40.000,00
dan biaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC) sebesar Rp 16.624,53.
Unit Cost atau biaya satuan aktual yang harus dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti
Kartini 22 per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan adalah sebesar Rp 56.642,53.
Perhitungan BEP didapatkan hasil bahwa BEP Klinik Ortodonti Kartini 22 atas dasar unit
adalah 2.032,18 pelayanan dan atas dasar penjualan (sales) adaah Rp 264.827.586,21. Jadi,
Klinik Ortodonti Kartini 22 akan mencapai titik impas atau break Event pont pada saat
telah melakukan pelayanan sebanyak 2.032,18 pelayanan atau telah menjual jasa pelayanan
sebesar Rp264.827.586,21.
Hasil perhitungan CRR didapatkan presentase sebesar 230% yang artinya bahwa
pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan di Klinik Ortodonti Kartini 22 memiliki kemampuan
keuangan yang baik karena CRR yang diterima jauh melebihi 100%.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengertian, Definisi dan Rumus BEP Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan.
http://organisasi.org/. (diakses pada 23 Maret 2014)
Anonim. 2012. Ilmu Ekonomi Mikro Struktur Biaya. fuiguide.file.wordprees.com. (diakses
pada 24 Maret 2014)
Apriyono, Andri. 2009. Break Even Point (BEP).http://ilmumanajemen.wordpress.com.
(diakses pada 22 Maret 2014)
Irnawati. 2011. Pengertian, Definisi dan Rumus BEP.http://irnawt.wordpress.com. (diakses
pada 23 Maret 2014)
Iskandar, Riswan.2009. Klasifikasi Biaya
http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/33-klasifikasibiaya.pdf.(diakses 23 Maret 2014)
Nifitri, Rida. 2012. Klasifikasi Biaya.
http://ridanifitri20.wordpress.com/2012/10/01/klasifikasi-biaya/. (diakses
24 Maret 2014)
Putri, Ayudya. 2012. Pengertian Ongkos Produksi.
http://ituuttie.blogspot.com/2011/02/pengertian-ongkos.html. (diakses pada 24
maret 2014)
Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta
37
38