Anda di halaman 1dari 8

Hemoptisis: apakah tuberculosis?

Bhatta DR,1* Singh TSK,2 Gokhale S3


1Department of Microbiology, Manipal College of Medical Sciences, Pokhara,
Nepal, 2Department of Microbiology, Sikkim Manipal Institute of Medical Sciences,
Sikkim, 3Department of Microbiology, Manipal College of Medical Sciences, Pokhara, Nepal
*Correspondence to: Mr. Dharm Raj Bhatta, Manipal College of Medical Sciences, Pokhara, Nepal.
email: ddharma2039@gmail.com, Tel. No.:(+977)-9806669798

ABSTRAK
PENDAHULUAN: Hemoptisis biasanya dianggap sebagai indikasi dari TBC paru, tetapi dapat
juga berhubungan dengan berbagai penyebab lain. Penelitian ini akan menjelaskan tentang
berbagai penyebab hemoptisis selain TBC paru.
BAHAN DAN METODE: Penelitian prospektif ini dilaksanakan antara bulan Agustus 2008
sampai Mei 2009 di Departemen Mikrobiologi, Sikkim Manipal Institute of Medical Sciences,
Gangtok, India. Total sample 61 dahak bernoda darah dikumpulkan dan diperiksa untuk
mendeteksi berbagai agen etiologi (bakteri, jamur dan parasit) dengan teknik standar. Rincian
klinis singkat pasien yang berkaitan dengan penyakit mereka dicatat.
HASIL: Acid fast bacilli yang ditunjukkan terdapat 29,5% kasus. Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Aspergillus niger,
Candida albicans dan Candida tropicalis diisolasi masing-masing terdapat 8,2%, 4,9%, 6,6%,
1,6%, 3,3%, 8,2% dan 3,3% kasus. Pasien klinis didiagnosis pneumonia terdapat 6,5% kasus dan
karsinoma paru-paru terdapat 3,3% kasus.
KESIMPULAN: Meskipun Tuberkulosis paru adalah penyebab utama hemoptisis, penyebab lain
dari hemoptisis perlu diperhatikan. Setiap kasus hemoptisis, jika tidak diselidiki dengan benar
mungkin akan salah diagnosa dan dianggap penyebabnya adalah tuberkulosis paru.
KATA KUNCI: Hemoptisis, Tuberkulosis

PENDAHULUAN
Hemoptisis didefinisikan sebagai batuk darah dari saluran pernapasan, spektrum yang
bervariasi dari darah membuat batuk dan mengeluarkan darah dalam jumlah yang banyak.
1

Definisi hemoptisis masif bervariasi dari 100ml/hari sampai lebih dari 1000ml/hari.2,3

Hemoptisis adalah salah satu manifestasi yang paling ditakuti dari penyakit cardiopulmonary. Ini
adalah gejala yang menakutkan bagi pasien dan sering merupakan manifestasi dari suatu gejala
utama. Jika jumlah dahak relatif kecil dari darah ini merupakan gejala yang mengkhawatirkan
dan ini yang disebut dengan hemoptisis masif yang dapat mengancam nyawa, oleh karena itu
berapapun jumlah darah yang keluar perlu dilakukan evaluasi.4 Hemoptisis adalah gejala non
spesifik dan dapat terjadi dalam kondisi klinis yang berbeda. Sudah sejak lama Hemoptisis
dianggap sebagai pathognomic tuberkulosis. Di India hemoptisis hampir identik dengan TBC
paru dan pasien dengan gejala ini sering diresepkan pengobatan antitubercular tanpa
pemeriksaan.5
Hemoptisis adalah gejala menakutkan bagi pasien dan merupakan manifestasi dari
penyakit yang paling mendasari penyakit seperti karsinoma bronkogenik. Infeksi adalah
penyebab paling umum dari hemoptisis preferensi 60-70% dari kasus Infeksi yang terjadi.6
Infeksi menyebabkan peradangan dan edema pada bronchos yang dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah superfisial. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, bronkitis menyumbang
26% dari kasus ini, sedangkan pneumonia dan TBC masing-masing menyumbang 10% dari
kasus ini. Bakteri invasif (Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa) atau jamur
(Aspergillus spp.) Adalah penyebab infeksi yang paling umum dari hemoptysis.7 Di India
penyakit TB paru merupakan penyebab paling umum dari hemoptysis.8
Di antara infeksi parasit, paragonimiasis paru dan echinococcosis adalah penyebab umum
dari hemoptisis. Paragonimiasis paru secara klinis dan radiologis dapat dibedakan dari
tuberkulosis paru. Dengan demikian paragonimiasis harus dianggap sebagai salah satu penyebab
paling penting dari hemoptisis terutama di negara-negara Timur Laut India di mana parasit kedua
penyakit ini adalah co-endemic.9
Virus seperti virus Influenza juga dapat menyebabkan infeksi berat pada hemoptysis.10
Human immunodeficiency virus merupakan predisposisi pasien untuk kondisi berat yang dapat
menyebabkan hemoptisis termasuk Kaposi sarcoma paru.11 Meskipun jarang, trauma adalah

penyebab lain yang mungkin terjadi. Trauma tumpul dapat menyebabkan hemoptisis, sekunder
memar paru dan perdarahan. Pada 7-34% pasien dengan hemoptisis tidak ada penyebab yang
dapat diidentifikasi ditemukan bahkan setelah evaluation yang dilakukan dengan hati-hati.7,12,13
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai penyebab hemoptisis dan untuk
membangkitkan kesadaran di antara petugas kesehatan tentang penyebab hemoptisis selain TB
paru. Seseorang harus dengan hati-hati menyelidiki kasus hemoptisis, jika tidak dapat
menyebabkan misdiagnosis dan pengobatan yang salah.

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian dan peserta: Penelitian prospektif ini dilakukan di departemen
Mikrobiologi, Sikkim Manipal Institute of Medical Sciences, India. Total 61 sampel dahak
dengan darah dikumpulkan dari pasien yang datang ke Rumah Sakit Medicine and Chest &
Tuberculosis department of Central Referral, Gangtok, Sikkim dari Agustus 2008 sampai Mei
2009. Rincian klinis singkat pasien yang berkaitan dengan penyakit mereka juga dicatat dari
Medical Record Department (MRD) termasuk karsinoma paru-paru. Semua pasien dengan
keluhan dahak berdarah mereka dilibatkan dalam penelitian ini dan pasien dengan keluhan gusi
berdarah dikeluarkan.
Contoh Sampel: Pada pagi hari sampel dahak pasien dikumpulkan dalam keadaan kering.
Semua pasien diperintahkan untuk mengumpulkan sampel dahak dengan cara bernapas dalam
kemudian batuk untuk mengeluarkan dahak langsung ke dalam wadah.
Pemeriksaan mikroskopis: Gram stain dari semua sampel dahak dilakukan untuk
mengamati jumlah sel radang, sel-sel epitel dan bakteri. Dilakukan pemeriksaan semua sampel
dahak dengan menggunakan metode Ziehl Neelsen-(ZN)ini merupakan metode pewarnaan untuk
mendeteksi keberadaan BTA. Kalium hidroksida (10%) me-mount dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan filamen jamur dan 0,85% saline meningkat untuk mendeteksi keberadaan agen
parasit.

HASIL

Dari total 61 pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini, 40 (65,6%) adalah laki-laki dan
21 (34,4%) adalah perempuan (Tabel 1). Kasus maksimum hemoptisis tercatat pada kelompok
usia 21-30 tahun. Kasus maksimum hemoptisis terlihat di bulan Maret. Batuk, demam dan nyeri
dada adalah gejala dominan. Pada kasus karsinoma paru (3,3%), sedangkan pneumonia secara
klinis didiagnosis pada 04 (6,6%) kasus (Gambar 1).
Dari total 61 sampel, 40 (65,6%) sampel menunjukkan patogen pernafasan sedangkan 21
(34,4%) sampel menunjukkan tumbuhan saluran pernapasan atas normal. BTA yang ditunjukkan
pada 29,5% kasus. Klebsiella pneumoniae, S. aureus, P. aeruginosa dan Streptococcus
pneumoniae adalah isolat lainnya. Di antara isolat jamur, Candida albicans, Candida tropicalis
dan Aspergillus niger yang mentionable (Tabel 2). Tidak ada agen parasit ditemukan.

PEMBAHASAN
Laporan medis dari berbagai bagian dunia mengungkapkan bahwa pola etiologi
hemoptisis di negara-negara maju telah berubah, dengan tuberkulosis paru menjadi kasus kurang
penting.14 Namun, di India pola tidak berubah. TB paru adalah penyebab paling umum dari
hemoptisis empat dekade yang lalu seperti yang ditunjukkan oleh Rao15 pada tahun 1960 dan
masih merupakan penyebab utama hemoptisis. Berbagai penelitian dari negara-negara
berkembang lainnya juga telah menunjukkan TB paru menjadi penyebab utama hemoptysis.16, 17
Dari 476 pasien dengan hemoptisis, 352 (73,9%) adalah laki-laki dan 124 (26,1%) adalah
wanita.18 tuberkulosis paru adalah penyebab utama hemoptisis. Ada 377 (79,2%) pasien dalam
kelompok, tuberkulosis paru, 25 (5,7%) pada kelompok neoplasma, 19 (4,0%) pada kelompok
kronis bronkitis, 18 (3,8%) pada kelompok bronkiektasis, dan 35 (7,3% ) pada kasus lain.
Tabel 1. Distribusi Sampel berdasarkan Usia dan jenis kelamin yang dikumpulkan

Tabel 2. Bakteri dan jamur yang terisolasi

Dalam penelitian ini, dari 61 pasien, 40 diantaranya (65,6%) adalah laki-laki dan 21
(34,4%) adalah perempuan. Meskipun TB paru adalah penyebab utama hemoptisis (29,5%), itu
kurang dari studi di atas. Kemungkinan alasan untuk ini bisa menjadi diagnosis tuberkulosis,
yang hanya didasarkan pada pewarnaan ZN, tidak dilengkapi dengan budaya mikobakteri.
Namun, penelitian terbaru oleh Soares Pires F et al. telah menunjukkan bahwa, 22,2% kasus
hemoptisis berhubungan dengan TB paru yang kurang dari Karsinoma study.19 kami paru-paru
terlihat pada 3,3% kasus yang hampir mirip dengan pengamatan Rajendra P et al.18
Paragonomiasis paru dilaporkan sebagai penyebab utama hemoptisis di daerah endemik.9
Studi di Nagaland menunjukkan Paragonimus heterotremus sebagai penyebab utama hemoptisis
dengan 50% seropositivity.9 Namun, tidak ada Paragonimus ditemukan dalam penelitian ini.
Bakteri (S. aureus, S. pneumoniae, P. aeruginosa, K. pneumoniae) dan jamur (Aspergillus spp.)
Agen terisolasi dalam penelitian ini bisa menjadi kemungkinan penyebab lain dari Hemoptysis.
Fabrice et al melaporkan hemoptisis mencapai puncaknya pada Maret yang mirip dengan
temuan study saat ini.20 Variasi musiman hemoptisis mirip dengan jumlah gangguan paru lainnya,

banyak dari (eksaserbasi dari bronkiektasis dan bronkitis kronis, bronkitis akut atau pneumonia)
dianggap sebagai penyebab dari hemoptisis, dan bisa dipicu oleh musim dingin-dominan
pernapasan pathogens.21, 22
KESIMPULAN
Hemoptisis merupakan gejala yang mengkhawatirkan bagi pasien dan sering
menunjukkan patologi yang serius. Berapapun jumlah darah dari gejala Hemoptisis dibutuhkan
evaluasi pasien dan dilakukan pemeriksaan dahak untuk mencari penyebab lain dari TB paru.
Penelitian ini mencari penyebab hemoptisis selain TB paru. Meskipun TB paru adalah penyebab
paling penting dari hemoptisis di India, hemoptisis karena berbagai penyebab lainnya adalah hal
yang biasa. Kesadaran harus ditingkatkan antara dokter umum tentang berbagai etiologi
hemoptisis. Hemoptisis tidak selalu didapatkan pada pasien TB paru. Oleh karena itu pengobatan
antitubercular tidak boleh dimulai tanpa pemeriksaan diagnostik yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harrison TR, Braunwald E. Principles of internal medicine, Hemoptysis. 16th ed., New York
Chicago San Franciso Lisbon London: Mcgraw-Hill 2005; 207.
2. Bobrowitz ID, Ramakrishna S, Shim YS. Comparison of medical v surgical treatment of major
hemoptysis. Arch Intern Med 1983;143:1343-1346.
3. Corey R, Hla KM. Major and massive hemoptysis: Reassessment of conservative management.
Am J Med Sci 1987;294:301-309.
4. Johnsan IL. Manifestation of hemoptysis, Postgrad Med 2000;112:101-13.
5. American Thoracic Society. The management of hemoptysis. Am Rev Respiratory Dis
1996;93:471-474.
6. Harrison TR, Braunwald E. Hemoptysis In: Harrisons Principles of internal medicine, 15th
ed., New York: Mcgraw-Hill; 2001;203-6.
7. Reisz G, Stevens D, Boutwell C, Nair V. The causes of Hemoptysis revisited. A review of the
etiologies of hemoptysis between 1986 and 1985. Mo Med 1997;94:633-635.
8. Arora VK. Practical approach to tuberculosis, hemoptysis in tuberculosis, 1st ed., New Delhi:
Jaypee brothers 2006;80-88.
9. Singh TS, Mutum SS, Razaque MA. Pulmonary paragonimiasis: clinical features, diagnosis
and treatment of cases in Manipur. Trans R Med Hyg 1986;80:967-971.
10. Bond D, Vyas H. Viral pneumonia and hemoptysis. Crit Care Med 2001;29:2040-2041.
11. Nelson JE, Forman M. Hemoptysis in HIV-infected patients. Chest 1996;110-737-43.
12. Set PA, Flower CD, Smith IE, Chan AP, Twentyman OP, Shneerson JM. Hemoptysis:
comparative study of the role of CT and fiberoptic bronchoscopy. Radiology 1993;189:677-680.
13. Herth F, Ernst A, Becker HD. Long term outcome and lung cancer incidence in patients with
hemoptysis of unknown origin. Chest 2001;120:1592-1594.
14. Bid Well, JL, Pachner RW. Hemoptysis: diagnosis and management. Am Fam physician
2005;72:1253-1260.
15. Rao PU. Hemoptysis as a symptom in chest clinic. Indian J Chest Dis 1960;2:219.

16. Abal AT, Nair PC, Cherian J. Hemoptysis: aetiology, evaluation and outcome-a prospective
study in a third-world country. Respir Med 2001;95:548-552.
17. Stebbings AE, Lim TK. Cause, treatment and outcome of patients with life-threatening
hemoptysis. Singapore Med J 1999;40:67-69.
18. Prasad R Garg R, Shinghai S, Srivastava P. Lessons from patients with hemoptysis attending
a chest clinic in India. Ann Thrac Med 2009;4:10-12.

Anda mungkin juga menyukai