KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Anatomi dan Fisiologi Sistem
Saraf & Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Vertigo tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah neurobehavior.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan
makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak
kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari
kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari
kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya
harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang
ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat.
Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti
terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya
dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian
asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan
masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa
dalam mempelajari tentang anemia dan asuhan keperawatan Leukemia Akut.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pengertian dari Vertigo
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian Vertigo?
2) Apa saja penyebab Vertigo?
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien Vertigo?
Apa saja komplikasi dari Vertigo?
Apa saja penatalaksanaan medis dari Vertigo?
Apa saja pemeriksaan penunjang dari Vertigo?
Bagaimana proses perjalanan penyakit Vertigo?
Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Vertigo?
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SYARAF & VERTIGO
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SYARAF
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiriterutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang
berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh.
Fungsi sistem saraf yaitu:
1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi
2. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain
3. Mengolah informasi sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya untuk
masamendatang sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran.
Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu:
1. Sistem saraf pusat (sentral), terbagi atas:
a. Otak
b. Sumsum tulang belakang(medula spinalis)
2. Sistem saraf perifer (tepi) terdiri atas:
a. Divisi Aferen, membawa informasi ke SSP (memberitahu
lingkunganeksternal dan aktivitas-aktivitas internal yg diatur oleh SSP
SSP
mengenai
b. Divisi Eferen, informasi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor (otot
ataukelenjar yg melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yg diinginkan), terbagi
atas:-Sistem saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg mempersarafi
otot-ototrangka-Sistem saraf otonom, yg mempersarafi otot polos, otot jantung dan
kelenjar, terbagi atas:
Sistem saraf simpatis
Sistem saraf Parasimpatis
Neuron (sel Saraf)
Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 10 saraf atau neuron
Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron
yanglainnya.
Sel Neuroglial
Biasa disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan pada SSP yg berfungsi
sebagai jaringanikatSel glial dapat mengalami mitosis selama rentang kehidupannya dan
bertanggungjawab atasterjadinya tumor system saraf.
IMPULS SARAF
Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg dibangkitkan
dalam serabut otot.
Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan dalam keadaan polarisasi, dimana
ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion negative lain lebih banyak dalam
selSuatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat membrane lebih permeable terhadap ion
Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan ini menyebabkan depolarisasi dimana sisi luar
akan bermuatan negative dan sisi dalam bermuatan positif. Segera setelah depolarisasi terjadi,
membrane neuron menjadi lbih permeable terhadap ion K+, yg akan segera keluar dari sel.
Keadaan ini memperbaiki muatan positif diluar sel dan muatannegatif di dalam sel, yg
disebut repolarisasi. Kemudian pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion
K+ ke dalam, dan neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls
lain. Sebuah potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dapat di
ukur dalam hitungan milidetik.
Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan impuls setiap detik.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkanterjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari.Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yangmenyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewatiotak. Bagannya sebagai berikut.
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke
mata
c.
Pons varoli
Terletak antara Medula oblongata dan mesensephalon, adapun fungsinya:
Penghubung antara serebrum dan medula oblongata
d. Medula oblongata
Merupakan bagian otak paling bawah, menghubungkan pons varoli dengan medulaspinalis,
Adapun fungsinya yaitu:
Mengontrol kerja jantung
Vasokonstriksi
Pusat pernafasan
Mengontrol kegiatan refleks
3. Otak kecil (Serebelum)
Terletak di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas
medulaoblangata, Adapun fungsinya yaitu :
Pusat keseimbangan
Mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dgn baik
Menghantarkan impuls dari otot-otot bagian kiri dan kanan tubuh
Talamus
Pusat pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum
Hipotalamus
Berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yg melakukan fungsi
vegetative penting untuk kehidupan seperti pengaturan frekuensi jantung, TD, Suhu
tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual
Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan.
Memproduksi hormone yg mengatur pelepasan atau inhibisi hormion kelenjar
hipofisis,sehingga mempengaruhi keseluruhan system endokrin.
Menyerupai plasma dan cairan interstisial tp tdk mengandung protein. Yang fungsinya
sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis. Sebagai media
pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
7. Prostaglandin
8. Asam glutamate
SSO memiliki 2 devisi yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis.
1. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medula spinalis, memiliki
neurotransmiter norefinefrin/Adrenalin sehingga disebut juga saraf adrenergik,
fungsinya mempertahankan derajat keaktifan (menjaga tonus vaskuler), memberi
respon pada situasi stres seperti trauma, ketakutan, hipoglikemi, kediginanan, latihan.
2. Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sakral pada medula spinalis,
neurotransmiternya yaitu asetilkolin sehingga disebut juga saraf kolinergik, fungsinya
menjaga fungsi tubuh esensial seperti proses dan pengurangan zat-zat sisa.
DAFTAR ISTILAH
Neuron : Sel saraf mengandung prosesus yang sangat banyak yang disebut serabut saraf
Saraf: kumpulan prosesus sel saraf(serabut) yang terletak di luar SSP
Ganglion: kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf perifer
Akson: Suatu prosesus tunggal,lebih tipis dan panjang dari dendrit
Dendrit: Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek,serta berfungsiuntuk
menghantar impuls ke sel tubuh
Aferen: Neuron yang membawa informasi dari perifer ke SSP
Eferen: Neuron yang membawa sinyal dari otak dan medula spinalis ke jaringan tepi
Neurotransmiter: Substansi kimia khusus yang sebagai penghubung komunikasi antar sel
bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejalagejala penyakit telinga lainnya.
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
( propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003)
B. Etiologi
1) Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior
inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2) Penyakit Sistem Saraf Pusat
a. Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi
kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom
sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.\
b. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
c. Trauma kepala/ labirin.
d. Tumor.
e. Migren.
3)
4)
5)
6)
f. Epilepsi
Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medulla adrenal, keadaan
menstruasi-hamil-menopause.
Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
Intoksikasi.
C. Patofisiologi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
- Reseptor mekanis divestibulum
- Resptor cahaya diretina
- Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan
di otak:
- Saraf vestibularis
-
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: intivestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi,
inti akulomotorius, formarsio retikularis
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dariresptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata
disebut nistagnus.
D. Manifestasi Klinik
- Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturutturut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA
dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan
vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
- Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigoberlangsung beberapa
detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan
menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan
Tandem dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki
lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat
penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah
terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat
kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan
sewaktu penderita mengalami disekuilibriu (gangguan keseimbangan) namun bukan
vertigo.
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi
penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega
namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
E. Klasifikasi
Komplikasi penyakit vertigo ini biasanya adalah penyakit meniere, trauma telinga dan
labirimitis, epidemic atau akibat otitis media kronika. Vertigo juga dapat disebabkan karena
penyakit pada saraf akustikus serebelum atau sistem kardiovaskuler.
G. Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
- Pemeriksaan neurologic
- Pemeriksaan otologik
- Pemeriksaan fisik umum.
(2) Pemeriksaan khusus :
- ENG
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada
beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular
berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita
dengan
serangan vertigo mendadak
harus
ditelusuri
kemungkinan
stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dannigtamus dapat berubah arah
bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila
kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan
system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma
- Audiometri dan BAEP
Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas
pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan
memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.
Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB)
ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan
intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program
computer atau diplot secara manual pada kertas grafik.
- Psikiatrik
(3) Pemeriksaan tambahan :
-
Laboratorium
EEG
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman
aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-
EMG
EMG memberi informasi yang berharga untuk membantu diagnosis terutama pada kasus
atrofi dan distrofi otot . Pada lesi saraf perifer, EMG dapat dipakai untuk menetukan,
pada stadium yang lebih awal dibandingkan dengan cara lainnya, apakah regenerasi
terjadi dengan memuaskan.
Pemunculan unit motor pada rekaman otot yang paralisis dapat dipakai sebagai bukti
bahwa beberapa saraf masih berfungsi dan intak (lolos dari kerusakan atau mengalami
regenerasi), meskipun kontraksi tidak tampak. EMG juga terbukti merupakan alat yang
bernilai dalam riset fungsi otot. Meskipun EMG menggambarkan aktivitas motoneuron,
ia hanya memberi gambaran yang relatif kasar terhadap fungsinya.
EKG.
H. Penatalaksaan Medis
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1) Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, walaupun demikian bilamana
penyebab dapat ditemukan maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
2) Terapi simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan pada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar,
melayang) dan gejala otonom (mual,muntah). Gejala tersebut timbul paling berat pada
vertigo vestibular fase akut dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari berkat
adanya mekanisme kompensasi sentral. Namun karena pada fase ini pasien biasanya
merasa cemas dan menderita maka perlu diberikan obat simtomatik.
Oleh karena obat-obat supresan vestibular dapat menghalangi mekanisme kompensasi
sentral, maka pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar
pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya
vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat gololonga tranquilizer
untuk menghilangkan rasa cemas, antiemetic di samping antivertigo lain
3) Terapi rehabilitatif.
Tujuan terapi reabilitatif adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi
sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular. Mekanisme kerja terapi
ini adalah melalui :
a. Subsitiusi sentral oleh system visual dan somatosensori untuk fungsi vestibular yang
terganggu
b. Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, system visual dan
somatosensori
c. Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang
diberikan berulang-ulang.
Untuk terapi rehabilitative ini kepada penderita vertigo diberikan latihan yang disebut
latihan vestibular :
a) Metoda Brandt-Daroff
Latihan vestibular untuk pengobatan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Caranya : Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Lalu tutup
kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik,
kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi lain dengan
cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari
berturut-turut tidak timbul vertigo lagi
Untuk penderita gangguan vestibular lain selain BPPV, setelah fase akut, dimana
rasa mual dan muntah sudah menghilang diberikan latihan vestibular lain,
diantaranya:
b) Latihan Visual-Vestibular
(1) Pasien yang masih harus berbaring
o Melirik ke atas, bawah, samping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap
jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula gerakan lambat makin lama makin
cepat.
o Gerakkan kepala fleksi dan ekstensi makin lama makin cepat. Lalu diulang dengan mata
tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan urutan yang sama,
(2) Untuk pasien yang sudah bisa duduk
o Gerakkan kepala dengna cepat ke atas dan bawah seperti sedang mengangguk sebanyak 5
kali, lalu tunggu 10 detik atau lebih lama sampai vertigo menghilang. Ulang latihan
tersebut sebanyak 3 kali
o Gerakkan kepala menatap ke kiri/kanan atas selama 30 detik, kembali ke posisi biasa
selama 30 detik, lalu menatap ke atas sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi
latihan sebanyak 3 kali
o Sambil duduk membungkuk dan mengambil benda yang diletakkan di lantai
(3) Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan
Sambil berdiri gerakkan mata, kepala seperti pada latihan 1a, 1b, 2a, 2b
Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan menutup
Latihan Berjalan (Gait Exercise)
o Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup bergantian
o Berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup bergantian. Lalu jalan tandem
dengan kepala menghadap ke atas
o Jalan turun naik pada lantai miring atau undakan dengan mata dan tertutup bergantian.
o Jalan mengelilingi seseorang sambil saling melempar bola dengannya
o Psysical conditioning dengan melakukan olah raga bowling, basket, jogging, rowlin.
: Tn. R
: Semarang, 12 Januari 1974
: 40 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Jawa
: Karyawan
: Menikah
: SLTA
2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke RS pada tanggal 14 Desember 2012 pukul 3 sore dengan keluhan nyeri
kepala tidak hilang sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Riwayat kesehatan menunjukkan klien tampak nyeri kepala, lesu, cemas
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Seksualitas
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
keterbatasan gerak
Pada
klien
ditemukan ketegangan pada mata
Klien terlihat kesulitan membaca
Klien terlihat pucat dan wajah tampak
kemerahan
Klien terlihat mengalami keputusasaan
cemas
Klien mengatakan jika bangun pada pagi
hari dengan disertai nyeri kepala
Klien mengatakan sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
Klien mengatakan jika dia mempunyai
riwayat hypertensi
Klien
mengatakan peka terhadap rangsangan
selama sakit kepala
kepala
Klien mengatakan nyeri pada skala : 2
Klien terlihat gelisah dan tidak tenang
Klien mengeluh kesulitan saat berjalan
karena adanya pusing
3. ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
Gangguan rasa
DS:
Klien mengeluh nyeri kepala tidak nyaman nyeri
hilang sejak 2 hari yang lalu
Stress dan
ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf,
vasospressor,
peningkatan
intrakranial
DO:
Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah : 100/40 mmHg
Nadi : 72 x / menit
Suhu : 38oC
Napas : 14 x / menit
Klien terlihat letih, lemah, malaise,
keterbatasan gerak
Klien terlihat pucat dan wajah tampak
kemerahan
Klien terlihat kekhawatiran, ansietas
DS :
Klien mengeluh letih, lemah,
Klien mengeluh
mengalami keterbatasan gerak
Klien mengatakan merasa ketegangan
pada mata
Keluarga klien mengatakan bahwa
pasien mengalami insomnia
Keluarga klien mengatakan klien
mudah cemas
Koping individual
tak efektif
ketidak-adekuatan
relaksasi, metode
koping tidak
adekuat, kelebihan
beban kerja
Klien
mengatakan
dia
Kurang
pengetahuan
(kebutuhan belajar)
mengenai kondisi
dan kebutuhan
DO:
Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah : 100/40 mmHg
Nadi : 72 x / menit
Suhu : 38oC
Napas : 14 x / menit
Klien terlihat letih, lemah, malaise,
keterbatasan gerak
Klien mengalami perubahan pada pola
bicara/pola pikir
Klien terlihat pucat
keterbatasan
kognitif, tidak
mengenal informasi
dan kurang
mengingat
TANGGAL
DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
Selasa,
18 Desember 2012
Kamis,
20 Desember 2012
Rabu,
19 Desember 2012
Jumat
21 Desember 2012
Kamis,
20 Desember 2012
Sabtu,
22 Desember 2012
5. INTERVENSI
NO
DX
1
INTERVENSI
instruksi
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Paraf
No.
DX
1
Evaluasi
S : klien sudah tidak merasa nyeri
O:
Nyeri kepala (-)
Klien sudah tidak terjadi gangguan pola tidur
Klien tidak pucat
Klien tidak gelisah
A : masalah gangguan rasa nyaman nyeri sudah
teratasi
P : intervensi dihentikan
Paraf
BAB III
PENUTUP
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita
sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau
bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah,
bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejalagejala penyakit telinga lainnya.
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
( propioseptik).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.