Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
kesehatan,
mencegah
dan
menyembuhkan
penyakit
serta
pokok
pelayanan
kesehatan
antara
lain
adalah
tersedia
dan
berkesinambungan, dapat terima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan
bermutu. Salah satu contoh pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu
adalah puskesmas. Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan
yang mandiri yang terdepan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan merata
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan IPTEK tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan dana masyarakat melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM); unit ini mempunyai wilayah kerja satu kecamatan
Salah satu program dasar dari puskesmas adalah pengobatan. Pengobatan
yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan dengan baik dan
lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat kesehatan sesuai standar
dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan (manajemen) obat merupakan suatu
rangkaian kegiatan dari puskesmas yang menyangkut aspek perencanaan,
pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal
untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan
BAB II
PEMBAHASAN
Kode
ICD
J 06
2.
K 31
3.
M79
4.
A 09
I 10
5.
Jumlah
291
255
208
158
135
Antibiotik:
a)
b)
c)
d)
e)
Antipiretik, analgetik:
a) Paracetamol tablet 500mg
b) Paracetamol sirup 120mg/5ml
c) Ibuprofen tablet 400 mg
d) Ibuprofen tablet 200 mg
e) Asam mefenamat 500 mg
Ekspektoran :
a) Gliseril guaiakolat tablet 100 mg
b) OBH Sirup
Antitusif :
a) Dekstrometorpan tablet 15 mg
b) Dekstrometorpan sirup 10 mg/5ml
Dekongestan
a) Efedrin HCl
Antihistamin
a) Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg
Anti inflamasi
a) Deksametason tablet 0,5 mg
b) Prednison tablet 5 mg
Vitamin
c) Vitamin B complex
2. Hipertensi
Antihipertensi :
4
Penurun HCl:
a) Antasida tablet
b) Antasida syrup
Antagonis H2:
a) Ulsikur injeksi (Cimetidin)
b) Cimetidin tablet
c) Ranitidin tablet
d) Ranitidin ampul
Anti emetik:
a) Ondansetron ampul
b) Ondansetron tablet
Anti Piretik:
a) Paracetamol tablet
Antibiotik:
a) Amoxisilin tablet
b) Kloramfenicol tablet
c) Vicillin vial
d) Cefotaxim vial
a. Cotrimoksazol
b. Metronidazol
c. Ciprofloxsasin
Vitamin:
a. Piridoksin
5. Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium, tendon dan jaringan lumak lainnya
Analgetik:
a)
Antalgin
b)
Asam mefenamat
c)
Ibuprofen
d)
Peroxicam
Terapi hiperurisemi:
a) Allupurinol
Vitamin:
a)
Tiamin
b)
Vitamin B complex
oleh
obat SWADANA tersebut melibatkan peran serta kepala puskesmas dan tim
pengadaan. Pasien yang mendapat obat SWADANA ini adalah pasien umum atau
non askes, dan pasien askes namun dikenakan tambahan biaya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran 2. Dengan sumber pengadaan obat
yang berasal daridua sumber ini dan perencanaannya yang baik diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pasien.
Daftar jumlah kebutuhan obat berdasarkan data jumlah penderita dan
harga pengadaan obat SWADANA berdasarkan 5 penyakit terbanyak selama
bulan Desember 2011 terdapat pada lampiran 1.
untuk
mengelola
perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
Bendahara barang di sini menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim
pengadaan.
Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim obat dan
alat kesehatan di puskesmas Ploso masih kurang terstruktur dengan baik, karena
dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat tersebut dipegang oleh 1 orang yang
merupakan anggota dari tim pengadaan juga sekaligus anggota dari tim
pemeriksa.
TIM PENGADAAN
BENDAHARA BARANG
TIM PEMERIKSA
Bagan 2.2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ploso
APOTIK SWASTA
GUDANG OBAT
PUSKESMAS
KAMAR
OBAT/APOTIK
UNIT-UNIT
Melayani kebutuhan
obat di Puskesmas
Poli
UGD
KIA
Lab
Kesling
PUSTU, POSYANDU,
POLINDES
Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) dan apotik swasta masuk ke
gudang obat puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh tim pemeriksa lalu obatobatan didistribusikan ke kamar obat, unit-unit seperti poli, UGD, KIA,
laboratorium,kesehatan lingkungan dan pustu-pustu. Stok obat yang berada di
UGD dan KIA digunakan untuk pemberian yang bersifat segera misalkan
pemberian obat emergensi, pemasangan infus, rawat luka dan lain-lain. Setelah
itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk mengganti obat maupun alat
kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus ke kamar obat yang kemudian
10
diserahkan kembali ke unit tersebut. Apabila stok obat dan alat kesehatan di unitunit habis, maka unit-unit tersebut berhak mengadakan permintaan obat dan alat
kesehatan ke gudang obat. Sedangkan di poli, pasien hanya di beri resep yang di
tebus ke kamar obat.
Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan
pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak
mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat.
11
permintaan yang diberi tambahan persediaan obat untuk 1 bulan (persediaan obat
yang sesuai untuk waktu 3 bulan digunakan untuk waktu 2 bulan), sehingga
diharapkan dapat mengatasi kebutuhan obat pada kasus emergensi. Selain itu,
khusus untuk kasus emergensi, dapat meminta sewaktu-waktu pada gudang obat
farmasi DINKES.
12
13
14
Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang
berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat
khusus yang terkunci baik. Obat-obat yang termasuk kategori vital seperti vaksin,
antidot, dan obat life saving di tempatkan di tempat yang terpisah dari obat
lainnya. Obat-obat tersebut di tempatkan di lemari atau rak yang mudah di
jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau keadaan stoknya, sehingga
menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan obat. Obat lainnya disusun di
rak tersendiri, dan disusun dengan alfabet.
Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem
FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat
yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas
kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya
masih jauh diletakkan di belakang.
15
Gambar 2.5 Lemari khusus untuk menyimpan obat narkotika dan psikotropika,
dilengkapi dengan kunci tersendiri saat keadaan tertutup.
16
Gambar 2.6 Lemari khusus untuk menyimpan obat narkotika dan psikotropika,
dilengkapi dengan kunci tersendiri saat keadaan terbuka.
Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karen
kelembapan
17
pendingin
Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan
fisik obat
Tidak menutup wadah obat dengan rapat
Kurang menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus
kosong/sampah bekas bungkus obat yang menumpuk di lantai.
18
Bagan 2.3. Alur Pelaporan Obat dan Alat Kesehatan di Puskesmas Ploso
19
Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena
pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas
kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di Puskesmas Ploso sudah
dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat
disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu
untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DINKES.
Dalam hal ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.
Untuk obat-obatan yang sangat essensial dan biasa terpakai, maka pasti tersedia.
Sedangkan untuk obat dalam bentuk sirup, terkadang tidak mencukupi kebutuhan
di puskesmas, sehingga dibuat perencanaan dan
Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas
alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran
yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.
Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Ploso bersifat aktif atau
pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan
lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan bersifat ringan.
Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan kerusakan dari masingmasing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes) kepada Kepala
Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat. Pelaporan alat kesehatan diberikan
kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.
2.9 Form yang Digunakan di Puskesmas Ploso
Form yang digunakan di puskesmas Ploso terdiri dari :
a) Kartu stok gudang obat puskesmas
Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas.
Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :
-
Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)
atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari
pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat,
sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan
manfaat kartu stok :
21
o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.
22
penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di
gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan oleh
kepala gudang obat.
24
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Ploso pada
bulan Desember 2011 adalah (1) infeksi akut pernafasan atas lainnya; (2)
penyakit oesophagus, lambung, dan usus dua belas jari; (3) Gangguan
jaringan ikat, otot, sinovium, tendon dan jaringan lumaklainnya; (4) diare
dan gastroenteritis lainnya yang diduga karena infeksi; dan (5) hipertensi.
2. ISPA menempati urutan pertama dengan pilihan terapi pilihannya yaitu
antibiotik (Amoxicillin), antipiretik-analgesik (Parasetamol), ekspektoran
(GG), antitusif (Dextrometorphan), dekongestan (Efedrin), antihistamin
(Chlorpheniramin Maleat), antiinflamasi (Deksametason), dan Vitamin
(Vitamin B complex).
3. Cara analisa jumlah keperluan obat berdasar penyakit terbanyak memiliki
kelemahan antara lain tidak dapat membedakan usia penderita dan jenis
penyakit.
4. Pengadaan obat di puskesmas Ploso berasal dari 2 macam yaitu obat yang
berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh
Puskesmas (SWADANA). Harga pengadaan obat SWADANA melibatkan
peran kepala Puskesmas dan tim pengadaan.
5. Penyimpanan obat di puskesmas Ploso tidak sesuai dengan syarat
penyimpanan yang sesuai standart, antara lain yaitu alas untuk tempat
obat, suhu penyimpanan yang tidak sesuai, banyaknya kerdus obat yang
tertumpuk dan penutupan wadah obat yang tidak rapat.
6. Di puskesmas Ploso, terdapat tim khusus yang menangani manajemen obat
dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara barang,
dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Namun tim
26
obat
mempunyai
fungsi
yang
kompleks.
Hal
tersebut
2.
3.
menjadi
informatif,
terpercaya,
dan
menghindari
penyalahgunaan.
27