Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT


A. Segitiga Utama Epidemiologi
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi
merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara
3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya yaitu host

(tuan rumah/penjamu), agent (faktor penyebab) dan

environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini


merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan
(disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap
keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit.
Host

Agent

Environment

Komponen pada segitiga epidemiologi adalah :


a. Faktor Penjamu (Host/Tuan Rumah)
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi
tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk
dalam faktor penjamu adalah :
1. Genetika
Faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan, misalnya
buta warna, asma, hemofilia, sickle cell disease.
2. Umur
Umur

juga

mempengaruhi

status

kesehatan

karena

ada

kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu, misalnya usia


balita dan usia lanjutrentan terhadap penyakit karena usia balita sistem
pertahanan tubuhnya belum stabil, sedangkan usia lanjut sistem
pertahanan tubuhnya sudah menurun.
1

3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit
yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan mungkin pada wanita
atau hanya pada laki-laki, misalnya pada wanita terjadi kanker serviks,
pada laki-laki kanker prostat.
4. Etnis/ras/warna kulit
Etnis/ras mempengaruhi status kesehatan karena dapat perbedaan
antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam, misalnya ras kulit putih
memiliki resikolebih tinggi terkena kanker kulit dibandingkan orang ras
kulit hitam.
5. Keadaan Fisiologis tubuh
Keadaan fisiologis tubuh merupakan keadaan tubuh yang

normal.

Keadaan fisiologis tubuh mempengaruhi status kesehatan misalnya


kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, keadaan gizi.
6. Keadaan Imunologis
Keadaan imunologis merupakan keadaan pertahanan tubuh atau
kekebalan tubuh, dimana kekebalan tubuh didapat secara aktif
maupun pasif, misalnya kekebalan yang diperoleh karena adanya
infeksi sebelumya, memperoleh antibodi dari ibu atau pemberian
vaksinasi.
7. Perilaku/kebiasaan ; gaya hidup, personal hygine, hubungan antar
pribadi, rekreasi.
8. Penyakit sebelumnya
Penyakit sebelumnya mempengaruhi status kesehatan karena ada
penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya
serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga
jika sebelumnya telah sembuh maka resiko terjadinya kekambuhan
relatif kecil atau tidak terjadi.
b. Faktor Agen
Agen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organime hidup atau kuman
infektif yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan lainnya. Yang termasuk faktor agen adalah :

1. Faktor Nutrisi
Nutrisi dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk kelebihan gizi dan
kekurangan gizi. Bentuk kelebihan gizi misalnya tingginya kadar
glukosa, kolesterol, kelebihan konsumsi vitamin tertentu. Bentuk
kekurangan gizi misalnya keadaan kurang gizi seperti defisiensi lemak,
protein, vitamin.
2. Faktor Kimia
Faktor kimia dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk keracunan
zat-zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, asbes,
kobalt atau zat alergen.
3. Faktor Fisik
Faktor fisik dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk fisik atau
benda yang dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran,
misalnya suhu, debu, radiasi, trauma mekanik (jatuh, tabrakan,
pukulan)
4. Faktor Biologis
Faktor biologis dapat menyebabkan penyakit, diamna faktor biologis ini
terdiri dari berbagai jenis, seperti :
a. Metazoa, seperti cacing tambang, cacing gelang, Schistosomiasis.
b. Protozoa, seperti disentri amoeba, plasmodium malariae.
c. Bakteri, seperti treponema pallidum, streptococcuspneumoniae,
mycobacterium tuberculosis.
d. Funi (jamur), seperti Histoplasma capsulatum, Taenia pedis.
e. Virus, seperti measels, mumps, smallpox, polio.
Dari segi epidemiologi selain menggunakan konsep agen sebagai
penyebab penyakit juga menggunakan terminologi faktor risiko. Dimana
agen merupakan penyebab pasti suatu penyakit, sedangkan faktor resiko
merupakan

seluruh faktor yang dapat memberikan

kemungkinan

meyebabkanterjadinya penyakit. Yang termasuk faktor resiko terjadinya


penyakit

diantaranya

adalah

faktor

gaya

hidup,

gangguan

kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olahraga dan lain-lain.

gizi,

c. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor di luar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Yang termasuk faktor
lingkungan adalah :
1. Lingkungan Fisik, misalnya air, tanah, iklim, struktur bumi, dan
sebagainya.
2. Lingkungan Biologis, misalnya orang yang tinggal di lingkungan yang
padat, flora (sebagai sumber makanan) dan fauna (sebagai sumber
protein).
3. Lingkungan Sosial, misalnya a-sosial, urbanisasi, lingkungan kerja,
keadaan perumahan, keadaan soaial masayarakat (kekacauan,
bencana alam, perang, banjir).
4. Lingkungan Ekonomi, misalnya status ekonomi, kemakmuran.

B. Karakteristik Segitiga Utama Epidemiologi


Ketiga faktor dalam trias epideiologi terus menerus berinteraksi satu sama
lain sehingga perubahan pada unsur trias dapat menyebabkan kesakitan
yang tergantung pada karakteristik (ciri) dari ketiganya dan interaksi antara
ketiganya.
a. Karakteristik Penjamu
Penjamu mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, misalnya :
1. Resistensi
Resistensi merupakan kemampuan penjamu untuk bertahan terhadap
infeksi tertentu dan penjamu mempunyai mekanisme pertahanan
tersendiri dalam menghadapinya.
2. Imunitas
Imunitas merupakan kemampuan penjamu untuk mengembangkan
suatu respon imunologis, baik yang didapat secara alamiah atau yang
didapat dari luar (non alamiah) sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu.

3. Infeksi (infectiouness)
Infeksi merupakan kemampuan penjamu yang terinfeksi untuk
menularkan penyakit pada orang lain karena kuman berada dalam
tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
b. Karakteristik Agen
Agen

mempunyai

karakteristik

tersendiri

dalam

menyebabkan

terjadinya penyakit, misalnya:


1. Infektivitas
Invektivitas

merupakan

kemampuan

organisme

untuk

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dari penjamu untukmampu


tinggal dan memperbanyak diri dalam jaringan penjamu karena
biasanya diperlukan organisme dalam jumlah tertentu untuk mampu
menimbulkan infeksi didalam penjamunya.
2. Patogenesis
Patogenesis

merupakan

kemampuan

organisme

untuk

menimbulkan suatu reaksi yang patologis setelah terjadinya infeksi


pada penjamu yang diserang.
3. Virulensi
Virulensi

merupakan

kemampuan

organisme

tertentu

untuk

menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya


mungkin menyebabkan kematian atau sering juga virulensi dikenal
sebagai tingkat keganasan agen.
4. Toksisitas
Toksisitas merupakan kemampuan organisme untuk memproduksi
reaksi kimia yang toksis dalam upaya merusak jaringan untuk
menyebabkan penyakit,
5. Invasitas
Invasitas merupakan kemampuan organisme untuk masuk kedalam
penjamu dan menyebar setelah memasuki jaringan.
6. Antigenisitas
Antigenisitas

merupakan

kemampuan

merangsang reaksi antibodi dalam penjamu.

organisme

untuk

Urutan penyakit infeksi utama menurut karakteristik agennya


(Valanis96)
Urutan relatif
Tinggi

Infektivitas

Patogenisitas

Cacar

Sedang

Cacar

Virulensi
Rabies

Campak chikenpox Rabies

Cacar

Poliomyelitis

Campak chikenpox

Tuberkulosis

Ebola

Common cold

Hantavirus

AIDS

Ebola

Ebola

AIDS

Rubella

Rubella

poliomyelitis

Mumps

mumps

Common cold
Rendah

Tuberkulosis

Poliomyelitis

campak

Tuberkulosis
Sangat

Lepra

Lepra

rendah

Rubella
Chikenpox
Common cold

c. Karakteristik Lingkungan
Lingkungan mempunyai karakteristik tersendiri dalam menimbulkan status
sakit, misalnya:
1. Topografi
Topografi berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik yang natural
maupun buatan manusia yang mungkin mempengaruhi terjadinya dan
penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis
Geografis merupakan keadaan yang berhubungan dengan struktur
geologi bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit.

C. Kejadian Penyakit Dalam Masyarakat


Beberapa istilah kejadian penyakit dalam masyarakat:
1. Endemis
Endemis adalah suatu keadaan dimana penyakit terjadi secara menetap,
tidak cepat hilang, jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara
luar biasa dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu.
Contohnya: kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Balikpapan
merupakan kasus endemis selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun
2007-2009.
2. Epidemi
Epidemi adalah penyakit yang timbulsebagai kasus baru pada suatu
populasi tertentu, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang
melampaui laju ekspektasi (dugaan) atau jumlah yang melebihi atas
jumlah normal atau yang biasa.
Contohnya: tahun 2002 terjadi epidemi chikungunya di Bekasi (Jawa
Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah).
3. Pandemi
Pandemi adalah epidemi yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan
biasanya mencakup proporsi populasi yang banyak.
Contohnya: pandemi flu burung terjadi di Indonesia pada tahun 2009 dan
sudah menyebar ke seluruh dunia.
4. Kasus
Kasus adalah seseorang yang menderita penyakit yang telah didiagnosis
terhadapnya, jadi bukan sekedar terinfeksi.
Contohya:

orang

dikatakan

memiliki

kasus

TBC

setelah

dokter

menegakkan diagnose orang tersebut terinfeksi TBC berdasarkan hasil


pemeriksaan diagnostik.
5. Kasus Indeks
Kasus indeks adalah kasus pertama yang menjadi sumber penyebaran
penyakit menular yang terjadi dalam komuniti.
Contohnya: flu babi pertama kali menyebar di Meksiko tahun 1976.

D. Segitiga Distribusi Epidemiologi


Distribusi epidemiologi meliputi 3 faktor yaitu person, tempat dan waktu
yang sering dikenal dengan PPT (person, place, time). Informasi person,
tempat dan waktu berguna untuk menggambarkan adanya perbedaan dalam
keterpaparan agen dan kepekaan penjamu. Perbedaan ini dapat dipakai
sebagai petunjuk tentang sumber, agenyang bertanggung jawab, transmisi
dan penyebaran suatu penyakit.
1. Faktor Manusia (Person)
person

adalah

karakteristik

dari

individu

yang

mempengaruhi

keterpaparan yang mereka dapatkan dan kepekaan terhadap penyakit.


Person yang karakteristiknya mudah terpapar dan peka terhadap suatu
penyakit akan mudah sakit.
2. Faktor Tempat (Place)
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis, seperti: RT/RW,
negara, region, urban dan rural, dll.
3. Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau
tahun, dan lain-lain. Informasi waktu bisa menjadi pedoman tentang
kejadian yang timbul dalam masyarakat.

BAB II
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR (PM)
A. Definisi Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat berpindah dari satu orang ke
orang yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit menular
ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan
berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari satu orang ke orang yang lain ditentukan
oleh 3 faktor:
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)

B. Faktor Penyebab Penyakit Menular


Pada proses perjalan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal
adanya beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain faktor
penyebab (agent) yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber
penularan (reservoir maupun resources), adanya cara penularan khusus (mode
of transmission), adanya cara meninggalkan penjamu dan cara masuk ke
penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu itu sendiri.
Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur
biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai
organisme multiseluler yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia. Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok yakni:
1. Kelompok

arthropoda

(serangga),

seperti

pada

penyakit

scabies,

pediculosis dan lain-lain;


2. Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupun cacing perut dan
lain sebagainya;
9

3. Kelompok protozoa, seperti plasmodium, amuba dan lain-lain.


4. Fungus atau jamur, baik uni maupun multiselular seperti histoplasmosis
capsulatum.
5. Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia yang memiliki sifat
tersendiri.
6. Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.
Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikroorganisme, unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempunyai
potensi untuk tetap berusaha untuk mempertahankan diri terhadap faktor
lingkungan dimana ia berada dalam usaha mempertahankan hidupnya serta
mengembangkan keturunannya.
Adapun usaha tersebut meliputi berkembang biak pada lingkungan yang
sesuai/menguntungkan,

terutama

pada

host/penjamu

dimana

mikro-

organisme tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu ke penjamu


lainnya yang lebih sesuai/ menguntungkan serta membentuk pertahanan
khusus pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau
bentuk lainnya.
C. Reservoar
Reservoir adalah habitat atau tempat dimana bibit penyakit mampu hidup dan
berkembang biak. Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau
benda-benda mati. Konsep reservoir merupakan pusat penyakit menular karena
reservoir adalah komponen utama dari lingkaran penularan dimana unsur
penyebab meneruskan dan mempertahankan hidupnya, dan juga sekaligus
sebagai pusat/sumber penularan dalam suatu lingkaran penularan. Reservoir
khusus untuk unsur penyebab adalah mereka yang sesuai dengan lingkaran
hidup unsur penyebab tersebut secara alamiah.
a. Manusia sebagai Reservoir
Dari sekian banyak jenis dan kelompok penyakit menular, ada sebagian
diantaranya yang hanya dijumpai atau lebih sering hanya dijumpai pada
manusia. Penyakit ini umumnya berpindah dari manusia ke manusia dan

10

hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja. Suatu lingkaran


penularan penyakit yang sangat sederhana dengan reservoir manusia serta
penularan manusia ke manusia. Kebanyakan penyakit kelompok ini dijumpai
pad penyakit saluran pernafasan oleh vrus maupun bakteri seperti pada
infeksi staphylococcus dan streptococcus, dipteria, pertusis TBC, influenza,
pada beberapa penyakit kelamin seperti gonorrhoe dan sipilis serta pada
penyakit lepra dan penyakit kulit lainnya.
Penyakit infeksi dikatakan terjadi bila unsur penyebab penyakit masuk dan
berkembang biak dalam tubuh penjamu yang menimbulkan reaksi dari
penjamu tersebut. reaksi penjamu mungkin timbul dan tampak secara jelas,
tetapi dapat pula hanya pada tingkat yang paling minimal dimana unsur
penyebab hanya berada pada permukaan tubuh dan pada tingkat yang cukup
untuk mempertahankan diri tanpa menghasilkan gejala yang dapat tampak
sebagai reaksi dari penjamu. Keadaan seperti ini disebut kolonisasi seperti
beradanya stsphylococcus aureus pada mukosa hidung.
Tingkat selanjutnya adalah infeksi terselubung/tanpa gejala dan dalam
bentuk subklinik. Pada tingkat ini, unsur penyebab tidak hanya berkembang
biak dalam tubuh penjamu, tetapi juga menimbulkan reaksi yang dapat diukur,
walaupun secara klinik belum dapat ditentukan. Pada keadaan dimana infeksi
telah mencapai tingkat gejala klinik yang jelas yang disertai dengan gejala
dan kelainan fisik, maka keadaan penjamu disebut penderita klinik atau kasus
penyakit infeksi. Dengan demikian, maka penularan penyakit ke penjamu
potensial lainnya akan memberikan berbagai keadaan antara lain bentuk
kolonisasi, infeksi terselubung (covert) serta kasus penderita (overt). Dengan
demikian maka manusia sebagai reservoir dapat sebagai penderita dengan
gejala klinis yang jelas tetapi dapat pula dalam bentuk pembawa kuman
(carier) dengan tanpa gejala klinis sama sekali.
Carier atau pembawa kuman adalah penderita atau mereka yang
sedang/pernah terinfeksi yang masih mengandung unsur penyebab penyakit
menular tetapi tanpa gejala klinis. Dengan demikian pembawa kuman adalah
reservoir yang punya potensi sebagai sumber penularan.

11

Carrier sangat penting dalam episemiologi karena:


a. Jumlah carrier jauh lebih baik banyak daripada orang yang sakitnya
sendiri.
b. Carrier maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka terkena penyakit.
c. Carrier

tidak

menurunkan

kesehatannya

karena

masih

dapat

melakukan pekerjaan sehari-hari.


d. Carrier mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang
relatif lama.
Melihat perjalanan penyakit pada penjamu, bentuk pembawa kuman
(carrier) dapat dibagi dalam beberapa jenis:
1. Healthy carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya
tidak pernah menampakkan mendererita penyakit tersebut secara
klinis akan tetapi mengandung unsur penyebab yang dapat menular
pada orang lain, seperti pada penyakit poliomyelitis, hepatitis B dan
meninggococcus.
2. Incubatory carrier (masa tunas) ialah mereka yang masih dalam
masa tunas, tetapi telah mempunyai potensi untuk menularkan
penyakit/sebagai sumber penularan, seperti pada penyakit cacar air
(chickenpox), campak (measles) dan pada virus hepatitis.
3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis) ialah mereka yang baru
sembuh dari penyakit menular tertentu untuk masa tertentu, yang
masa

penularannya

kemungkinan

hanya

sampai

tiga

bulan

umpamanya kelompok salmonela, pada hepatitis B, dan pada dipteri.


4. Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup
lama seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.
Perlu diperhatikan disi carrier/pembawa disini bahwa carrier kuman
hanya berlaku bagi mereka yang dapat menjadi sumber penularan, artinya
sejumlah

penyakit

tertentu

dengan

infeksi

tanpa

gejala,

berarti

mengandung unsur penyebab tetapi tidak bersifat carrierkarena tidak


dapat menularkan unsur penyebab tersebut kepad orang lain. Contohnya
12

pada mereka dengan TBC primer atau dengan tes tuberkulin yang positif,
tidak bersifat carrier.
Jadi manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit menular
dapat dibagi dalam tiga kategori utama.
1. Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita,
umpamanya pada penyakit cacar, campak maupun TBC dan lepra
dapat pula digolongkan pada kelompok ini.
2. Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai carrier
seperti pada dipteri, kolera, tifus abdominalis dan lain-lain.
3. Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita, akan tetapi
tidak dapat menularkan langsung penyakitnya ke penjamu potensial
lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup seperti vektor atau
penjamu antara lain seperti malaria, filaria dan sebagainya.
b. Reservoar pada Binatang
Selain dari manusia sebagai reservoir, maka penyakit menular yang
mengenai manusia dapat berasal dari binatang terutama yang termasuk
dalam kelompok penyakit zoonosis yaitu penyakit pada binatang
vertebrata yang dapat menular pada manusia. Beberapa penyakit
zoonosis utama dan reservoir utamanya adalah :
(1) Pes : tikus
(2) Rabies : anjing
(3) Bovine tuberculosis : sapi
(4) Leptospirosis : tikus
(5) Virus encephlitides : kuda
(6) Trichinosis : babi
(7) Hidatosis : anjing
(8) Brocellossis : kambing
c. Benda- benda mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati
pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit
penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh
karena itu bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi

13

dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh
Clostridium tetani penyebab tetanus, C. Botulinum penyebab keracunan
makanan dan sebagainya.

D. Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit


Sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga
reservoar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Untuk menularkan penyakit, kuman memulai aksinya dengan memasuki pintu
masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika ingin
berpindah ke penderita baru lagi akan keluar melalui pintu tertentu (portal of exit).
Pengetahuan tentang jalan masuk ini penting dalam epidemiologi karena
dengan mengetahui jalan masuk dapat dilakukan penghadangan perjalanan
kuman masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya cacing yang akan masuk
melalui mulut dicegah dengan upaya cuci tangan sebelum makan. Sedangkan,
pengetahuan tentang jalan keluar bermanfaat dalammenemukan kuman untuk
identifikasi atau diagnosis, misalnya kuman TBC keluar melalui batuk maka
penemuan

kuman

TBC

dilakukan

dengan

penemuan

kumannya

di

batu/dahaknya.

E. Macam-macam Penularan
Route penularan adalah suatu mekanisme dimana agen/penyebab penyakit
tersebut ditularkan dari satu orang lain atau dari reservoar kepada host baru.
Penularan ini melalui berbagai cara antara lain:
1.

Kontak langsung
Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada
umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup di lingkungan yang
padat sehingga cenderung terjadi di kota daripada di desa yang
penduduknya masih jarang. Contohnya penyakit kulit seperti gatalgatal, panu, kadas.

14

2.

Inhalasi (inhalation)
Inhalasi adalah penularan melalui udara/pernafasan. Penyakit yang
ditularkan melalui udara ini sering disebut air bone infection.
Contohnya TBC.

3.

Infeksi (infection)
Penularan ini melalui perantara tangan, makanan dan minuman.
Contohnya kolera, typhus.

4.

Penetrasi pada Kulit


Hal ini ditularkan langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada
kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria
atau melalui luka misalnya tetanus.

5.

Infeksi mealui Plasenta


Merupakan infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita
penyakit

pada

waktu

mengandung,

misalnya

syphilis

dan

toxoplasmosis.

F. Faktor Host
Terjadinya suatu penyakit infeksi pada seseorang ditentukan pula oleh faktorfaktor yang ada pada host itu sendiri. Dengan kata lain, penyakit-penyakit dapat
terjadi pada seseorang tergantung oleh kekebalan/resistensi orang yang
bersangkutan.

G. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit menular yaitu :
1. Pemberantasan Reservoir (sumber penyakit)
Pemberantasan reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit
dapat dilakukan dengan :
a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat
yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina

adalah

membatasi

ruang

gerak

penderita

dan

menempatkannya bersama penderita-penderita lain yang sejenis pada


tempat khusus yang didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang
lam, misalnya karantina untuk penderita kusta.
15

Pemberantasan reservoir binatang sebagai sumber penyebaran penyakit


dapat dilakukan dengan :
a. Memberantas

sarang

atau

tempat

hidup

binatang,

misalnya

pemberantasan sarang nyamuk di tempat air yang tergenang dapat


mencegah penyakit demam berdarah atau malaria.
b. Melakukan vaksin binatang secara rutin.
c. Pemeliharaan kandang atau tempat hidup binatang yang dipelihara.
2. Memutus Rantai Penularan
Upaya pencegahan penyakit melalui pemutusan rantai penularan dapat
dilakukan dengan cara :
a. Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penyebaran penyakit
menular.
b. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene lingkungan.
3. Melindungi kelompok yang Rentan da beresiko terkena Penyakit Menular.
Bayi, anak balita, lansia, ibu hamil adalah kelompok yang rentan terhadap
penyakit menular. Kelompok ini perlu perlindungan khusus (specific
protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif; pemberian
obat-obat profilaksis tertentu, pemberian vitamin dan suplemen yang lain.
Oleh sebab itu, meningkatkan dizi merupakan usaha pencegahan penyakit
infeksi.

16

BAB III
EPIDEMOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
A.

Definisi penyakit tidak menular


Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak dapat
berpindah dari orang satu ke orang yang lain. Istilah penyakit tidak
menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan:
1.

Penyakit kronik
Penyakit kronik dapat di pakai untuk penyakit tidak menular
karena kelangsungannya biasanya bersifat kronik (menahun)
atau lama. Namaun ada juga penyakit tidak menular yang
keberlangsungannya mendadak/akut, misalnya keracunan.

2.

Penyakit non-infeksi
Penyebab

penyakit

tidak menular

mikroorganisme,namun

tidak

berarti

biasanya
tidak

bukan
ada

oleh

peranan

organisme dalam terjadinya penyakit tidak menular.


3.

Penyakit degenerative
Kejadian penyakit tidak menular bersangkutan dengan proses
degenerasi atau penuaan sehingga penyakit tidak menular
banyak di temukan pada usia lanjut.

4.

New communicable disease


Penyakit dianggap dapat menular melalui gaya hidup (life style).
Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan
caranya sendiri,tidak seperti penularan klasikpenyakit menular
yang melewati suatu rantai penularan tertentu. Gaya hidup
didalamnya menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan
komunikasi global.

17

B. Perbandingan Karakteristik Penyakit Menular dan Tidak


Menular
Penyakit Menular (PM)

Penyakit Tidak Menular (PTM)

1. Banyak ditemui di negara

1. Ditemukan di negara industri

berkembang.
2. Rantai penularan yang jelas
3. Perlangsungan akut

2. Tidak ada rantai penularan


3. Perlangsungan kronik

4. Etiologi mikroorganisme jelas


5. Bersifat single-kausa

4. Etiologi tidak jelas


5. Biasanya multiple- kausa

6. Diagnosis mudah

6. Diagnosis sulit

7. Agak mudah mencari

7. Sulit mencari penyebabnya

penyebabnya
8. Biaya relatif murah

8. Biaya mahal

9. Jelas muncul dipermukaan

9. Ada iceberg phenomen

10. Morbiditas dan mortalitasnya


cenderung menurun

10. Morbiditas dan mortalitasnya


cenderung meningkat.

C. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Untuk faktor risiko penyakit tidak menular digunakan sebutan faktor
risiko (risk factors) hal ini untuk membedakannyadengan istilah
etiologi yang sering dipergunakan dalam penyakit menular atas
diagnosis klinik. Contoh faktor risiko; merokok, alcohol, diet, gaya
hidup, obese, asbes, radiasi, sexual behavior, obat-obatan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Noor, N. Nasry. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta,
Jakarta, 2006
Maryani, L., Muliani, R. Epidemiologi Kesehatan Pendekata Penelitian, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2010

19

Anda mungkin juga menyukai