Oleh :
1. dr. Mudassir
2. dr. Aminuddin Azis, SpTHT-KL(K),MARS.
3. Dr. dr. Abdul Qadar Punagi, SpTHT-KL(K)
Contact person :
1.
dr. Mudassir
HP. 081355240956
E-Mail : dassirtht@yahoo.com
2.
HP. 08134290514,
3.
HP. 08124209997
Email : qadar@yahoo.co.id
penelitian
menunjukkan
bahwa
hubungan
kadar
PENDAHULUAN
Polip hidung adalah massa lunak yang bertangkai dalam rongga hidung
yang terjadi akibat inflamasi mukosa , permukaannya licin , berwarna putih
keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya
dapat bulat atau lonjong , tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Dulu
diduga predisposisi timbulnya polip hidung adalah faktor rinitis alergi dan atopi,
namun makin banyak penelitian tidak mendukung teori ini , Polip hidung
menimbulkan komplikasi yang mengurangi kualitas hidup dari penderita polip itu
sendiri, seperti obstruksi nasi , sinusisitis, dan Infeksi saluran napas akut. Oleh
karena itu penting untuk melakukan penelitian mengenai etiologi dari polip
hidung. 1
dengan
polip
hidung
dimana
didapatkan
peningkatan
MDA
(MDA)
terbentuk
dari
peroksidasi
lipid
(lipid
peroxidation) pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi)
dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara
berantai, akibat akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida tersebut dapat menyebabkan dekomposisi
beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan berbeda panjang
rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid utama yang
terbentuk.6
Steven B. Cannady pada tahun 2007 melakukan penelitian pada 18 pasien
dengan polip sinonasal dimana didapatkan terjadinya peningkatan radikal bebas
dan penurunan antioksidan superokside dismutase (SOD).7
data-data
diatas
maka
perlu
melakukan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Deskriptif analitik selama periode Nopember
Februari 2011 dengan populasi penelitian adalah semua penderita polip hidung
yang datang berobat di RS tempat penelitian dalam hal ini rawat jalan THT RS.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dan R.S Mitra Husada Makassar. Sampel
penelitian merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian,
yaitu penderita usia lebih dari 12 tahun dengan polip hidung . Kriteria eksklusi
adalah penderita yang menderita penyakit infeksi , menderita penyakit sistemik
seperti DM, TB , Penderita yang mengidap penyakit tumor atau kanker, penderita
yang sedang atau pernah menjalani radioterapi, serta tinggal dalam lingkungan
polusi yang tinggi seperti kawasan industri atau jalan raya yang padat.
a. 34 sampel didapatkan dengan rumus sampel secara komputerisasi dengan
software tertentu Dilakukan anamnesis,dilakukan pemeriksaan THT :
Otoskopi, Rinoskopi anterior dan posterior, faringoskopi, laringoskopi
indirect.Dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Bagi yang memenuhi kriteria inklusi, dimasukkan sebagai sampel
penelitian,Dilakukan informed consent kemudian ditanda tangani.
Dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid plasma dengan prinsip
kerjanya:
1. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan pada vena mediana kubiti, atau
vena yang terletak pada lengan atas adapun alat dan bahan yang
digunakan adalah spoit 5 cc, darah diambil sebanyak 4 cc kemudian
dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifugasi berisi EDTA sebagai
antikoagulan, Tabung mikrosentrifugasi kosong. Dan dilakukan
Pemisahan plasma.
Cara Kerja : Darah diambil sebanyak 5 cc dengan menggunakan spoit
dimasukkan
ke
tabung
yang
telah
berisi
EDTA
kemudian
JUMLAH
N
18
%
52,9
Perempuan
16
47,1
Jumlah
34
100
Umur
Minimun
Maksimun
Mean
SD
34
17
65
36,00
12,78
JUMLAH
N
18
16
34
%
52,9
47,1
100
N
1
6
3
3
3
1
10
10
2
34
%
2,9
17,6
8,8
8,8
8,8
2,9
29,4
5,9
14,7
100
Ya
Tidak
34
0
100
0
Rinore
Ya
Tidak
29
5
85,3
14,7
7
27
20,6
79,4
11
23
N
32,4
67,6
%
23
11
67,6
32,4
2
32
5,9
94,1
0
34
0
100
Sefalgia
ya
Tidak
Hiposmia/ Anosmia
ya
Tidak
Postnasal Drip
Ya
Tidak
Rinolalia
Ya
Tidak
Deformitas
ya
Tidak
Ya
Tidak
12
22
35,3
64,7
0
34
0
100
0
34
0
100
0
34
0
100
Minum alkohol
ya
Tidak
Radiasi
ya
Tidak
Polusi
ya
Tidak
10
N
29
5
%
85,3
14,7
28
6
82,4
17,6
Stadium
Stadium 2
Stadium 3
Mean
SD
Dominasi Eosinofil
Dominasi Neutrofil
29
5
5,49
4,41
0,77
0,65
0,004
N
28
6
Mean
5,06
6,61
SD
0,60
0,60
P
0,000
Mean
SD
11
Ya
Tidak
12
22
5,65
5,16
0,77
0,84
0,037
Mann-Whitney test
Tabel 10, menunjukkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara
perokok dan bukan perokok, Kadar MDA lebih tinggi pada perokok (5,65).
P<0,05.
Tabel 11. Mean MDA, menurut umur
Umur
<=36 Tahun
>36 Tahun
N
18
16
Mean
5,23
5,46
SD
0,66
1,02
P
0,0646
Mann-Whitney test
Tabel 11 menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut umur
(P>0,05)
Tabel 12. Mean MDA menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
N
18
16
Mean
5,65
5,08
SD
0,75
0,88
P
0,059
Mann-Whitney test
Tabel 12, menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut jenis
kelamin, (P>0,05) .
Tabel 13. Nilai Mean Kadar MDA pada penderita polip hidung.
MDA
N
34
Minimun
4,06
Maksimun
65
Mean
5,33
SD
0,84
Tabel 13. Menunjukkan nilai rata-rata MDA pada pemeriksaan penderita polip
hidung berkisar antara 4,06 7,23 dengan mean 5,33 0,84.
DISKUSI
Dari 34 sampel yang diteliti, didapatkan golongan umur bervariasi antara 17-65
tahun.(Tabel 2). Yang terbanyak ditemukan pada umur kurang atau sama dengan
36 tahun. ( Tabel 3) Hal ini sesuai dengan penemuan polip hidung sebelumnya
oleh Matius.M,M, pada tahun 2009, dimana umur terbanyak menderita polip
hidung antara umur 20-40 tahun. (60%). Sedangkan Cristian, l, tahun 2003
menemukan kelompok usia terbanyak menderita polip hidung 30 -39 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa polip hidung kebanyakan terjadi pada usia produktif.9,10
12
stadium 2 yang terbanyak dengan (82,4%), hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumya dimana penelitian yang dilakukan oleh Matus M.M. (2009),
menemukan stadium yang paling banyak adalah stadium 3 (66,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa pada stadium 2 penderita mulai merasakan gejala obstruksi
minimal dan rinore yang mendorongnya dating ke polik THT, mengingat sampel
yang terbanyak pada penelitian ini adalah PNS, maka tingkat kesadaran pasien
terhadap gejala dan keluhan yang dirasakan semakin tinggi untuk memeriksakan
kemungkinan kelainan pada cavum nasi.
Dari 34 sampel penderita polip hidung ditemukan sebanyak 12 sampel yang
merokok (35,3 %) dan dengan menggunakan rumus statistik Mann-Whitney test
diadapatkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara perokok dan bukan
perokok ( P<0,05). Hal ini menunkkan bahwa rokok termasuk salah satu
13
peroksidase
(EPO),
protein-protein dasar
inilah
yang akan
14
yang memicu timbulnya suatu radikal bebas. Sehingga kerusakan jaringan akan
semakin bertambah dan akan semakin banyak terjadi peroksdasi lipid yang akan
meningkatkan kadar MDA.13
Mengenai kadar MDA terhadap keseluruhan polip hidung dengan ranges 4,06
7,23. Dan mean 5,330,84. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dimana
kadar MDA normal menurut penelitian Susilo Siswinoto ( 1,04 0,43 mol/L).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dagli, M dkk (2004) yang
menunjukkan terjadinya peningkatan kadar MDA plasma pada penderita polip
hidung. Sedangkan erdogan okur pada tahun 2006 meniliti kadar MDA pada polip
hidung mendapatkan 2,430,38.4,5,12.
KESIMPULAN
a. Kadar MDA pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil (5,49) lebih tinggi
dibandingkan pada polip dominasi sel inflamasi neutrofil (4,41), hal ini
menunjukkan bahwa eosinofil memegang peranan penting dalam
peningkatan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Kadar MDA meninggi baik pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil
maupun dominasi sel inflamasi neutrofil dengan mean 5,330,84. Hal ini
menunjukkan bahwa pada polip hidung terjadi proses radikal bebas yang
menyebabkan kerusakan jaringan lipid.
c. Makin tinggi stadium dari polip hidung, makin banyak terjadi kerusakan
jaringan dan produksi radikal bebas dimana didapatkan kadar MDA pada
stadium 3 ( 6,61) lebih tinggi dibandingkan dengan stadium 2 (5,06).
Ucapan Terima kasih :
1. dr. Cahyono Kaelan, Sp.PA(K),Sp.S. atas bantuannya pada pemeriksaan
histopatologi.
2. Dr.dr.Arifin Seweng, atas bantuannya dalam analisis statistik
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. Punagi,AQ, Peranan sitokin pada Polip Nasi in: Jurnal Medika Nusantara
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2005; 26: 63-7.
3. Kirstreesakul,Virat, Update on Nasal Polyps. Etiopathogenesis. (Cited 2011
May 21. )
12.1966-72.pdf.
4. Okur, Erdogan, Malondialdehyde Level and Adenosine Deaminase Activity in
Nasal
Polyps
(Cited
2011
May
21).
Available
from:
http://oto.sagepuh.com/Content/134/1/137/full.
5. Dagli, Muharrem,at al, Role of Free Radical and Antioxidant in Nasal Polyps
(Cited 2011, May 25 ) Available from: hhttp://www.bdb.hacettepe.edu.tr/
yurdisi/htbesler5,pdf.
6. Putri,Dini,R, Efek Antioksidan Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun
Jambu Biji Pada Kelinci yang dibebani Glukosa. (cited 2011, august,12)
Available from :http://www.etd.eprints.ums.ac.id./6090/I/KI00050059.pdf.
7. Cannady,S,B, Signal Transduction of Oksidative Stress and Nasal Polyps in:
Journal of Internasional Medical Research (Cited 2011, August, 12).Availablefrom:http://www.lerner.ccf.org/pathogist/erzrumDocuments
Allergyimmunol.cannady.2007,pdf.
8. Winarsi,H, Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif dan Radikal Bebas, in :
Antioksidan Alami & Radikal Bebas.Yogyakarta: Penerbit Kanisius;2007; 5
:26-42.
9. Gareso,M,M, Hubungan Hasil pemeriksaan sel-sel inflamasi kerokan mukosa
hidung dengan jenis polip hidung,Tesis, Bagian Telinga Hidung Tenggorok
16