Anda di halaman 1dari 16

1

ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID ( MDA ) PLASMA


PENDERITA POLIP HIDUNG BERDASARKAN DOMINASI
SEL INFLAMASI PADA PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Oleh :
1. dr. Mudassir
2. dr. Aminuddin Azis, SpTHT-KL(K),MARS.
3. Dr. dr. Abdul Qadar Punagi, SpTHT-KL(K)

Contact person :
1.

dr. Mudassir

HP. 081355240956

E-Mail : dassirtht@yahoo.com
2.

dr. Aminuddin Azis, Sp.THT-KL (K) ,MARS

HP. 08134290514,

3.

Dr. dr. Abdul QadarPunagi, SpTHT-KL (K)

HP. 08124209997

Email : qadar@yahoo.co.id

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Tamalanrea, Makassar.
Telp. (0411)590737 Fax : (0411)590737,
E-mail : tht_fkunhas@yahoo.com

ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID ( MDA ) PLASMA


PENDERITA POLIP HIDUNG BERDASARKAN DOMINASI
SEL INFLAMASI PADA PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Analysis on Plasma Malondialdehid (Mda) Content of Patients with


Nasal Polyps Based on Inflammation Cell Domination Through
Histiopathology Examination
Mudassir, Aminuddin Azis, Abdul Qadar Punagi

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mudassir, Aminuddin, Abd. Qadar Punagi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar malondialdehid (MDA)
plasma penderita polip hidung berdasarkan dominasi sel inflamasi
melalui histopatologi.
Penelitian ini bersifat analitik yang dilaksanakan pada bulan
Nopember 2011 sampai dengan Februari 2012 di RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makassar dan R.S. Mitra Husada Makassar. Sampel
yang diambil sebanyak tiga puluh empat pasien polip hidung yang
dilakukan dengan pemeriksaan kadar malondialdehid (MDA)
plasma dan pemeriksaan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan
histopatologi polip. Data dianalisis dengan analisis Mann-Whithey
test dengan hasil uji bermakna jika P>0,05.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

hubungan

kadar

malondialdehid (MDA) plasma berdasarkan dominasi sel inflamasi


pada pemeriksaan histopatologi, polip dominasi eosinofil (5,49)
memilki kadar malondialdehid (MDA) lebih tinggi dibandingkan
dengan polip dominasi neutrofil (4,41), dengan nilai P =0,010
(Mann-Whitney test), dengan nilai P <0,05. Secara statitistik kadar
Malondialdehid (MDA) signifikan dengan hasil histopatologi polip.

Kata Kunci : Radikal bebas, Malondialdehid, Polip hidung, Eosinofil,


Neutrofil.
ABSTRACT
The research aimed at investigating plasma malondialdehid (MDA)
content of patients with nasal polyps based on inflammation cell
domination through histopathology examination.
This was an analytic research strated from November 2011 to
February 2012 in Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar, Mitra Husada
Hospital Makassar, Thirty Four nasal polyps patients underwent plasma
MDA content examination and the examination of the inflammation cell
domination on the examination of polyp histopathology. The analysis used
was the Mann-Whitney test. The result is significant if P<0,05.
The result of the research indicates that analysis on the correlation
of the plasma MDA content based on the inflammation cell domination on
the examination of the histopathology, eosinophil domination Polyps (5,49)
has higher MDA content than neutrophil domination polyps (4,41). With the
value of P = 0,010 (Mann-Whitney test), the value P >0,05, Statistically,
The MDA content is significant with the polyp histopathology result.
Key-words : Free radicals, malondialdehid, nasal ployps, eosinophil,
neutrophil

PENDAHULUAN
Polip hidung adalah massa lunak yang bertangkai dalam rongga hidung
yang terjadi akibat inflamasi mukosa , permukaannya licin , berwarna putih
keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya
dapat bulat atau lonjong , tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Dulu
diduga predisposisi timbulnya polip hidung adalah faktor rinitis alergi dan atopi,
namun makin banyak penelitian tidak mendukung teori ini , Polip hidung
menimbulkan komplikasi yang mengurangi kualitas hidup dari penderita polip itu
sendiri, seperti obstruksi nasi , sinusisitis, dan Infeksi saluran napas akut. Oleh
karena itu penting untuk melakukan penelitian mengenai etiologi dari polip
hidung. 1

Polip hidung ditemukan 1-4 % dari populasi, dimana penderita polip


hidung banyak ditemukan pada penderita asma non alergi sebanyak 13 %
dibandingkan dengan asma alergi sebesar 5 %. Polip hidung terutama ditemukan
pada orang dewasa, hanya kurang 0,1 % ditemukan pada anak-anak, lebih sering
ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan ratio 2 : 1 , dan
dapat ditemukan pada semua kelompok ras. 2
Salah satu teori terkini tentang polip hidung adalah dihubungkan dengan
radikal bebas. Erdogan okur dkk. Melakukan penelitian terhadap 23 pasien
dengan polip hidung dan didapatkan peningkatan peroksidasi dari lipid
yaitu MDA ( malondialdehid ). Karlidag et all melakukan penelitian tentang
radikal bebas pada polip hidung dan mendapatkan peningkatan level nitric oxide
pada penderita polip hidung dan penurunan enzim Superoxide dismutase
(SOD)3,4..
Muharrem Dagli dkk pada tahun 2003 melakukan penelitian mengenai
hubungan antara radikal bebas dengan antioksidan pada polip hidung terhadap 50
pasien

dengan

polip

hidung

dimana

didapatkan

peningkatan

MDA

(malondialdehid ) dan penurunan antioksidan Enzimatis dan non Enzimatis pada


penderita polip hidung, dan menetapkan hubungan antara peningkatan
radikal bebas dan penurunan kadar antioksidan pada penderita polip hidung.5
Malondialdehid

(MDA)

terbentuk

dari

peroksidasi

lipid

(lipid

peroxidation) pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi)
dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara
berantai, akibat akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida tersebut dapat menyebabkan dekomposisi
beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan berbeda panjang
rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid utama yang
terbentuk.6
Steven B. Cannady pada tahun 2007 melakukan penelitian pada 18 pasien
dengan polip sinonasal dimana didapatkan terjadinya peningkatan radikal bebas
dan penurunan antioksidan superokside dismutase (SOD).7

Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh


rendahnya akitifitas dari enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid
(MDA ). Dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Muharrem Dagli dkk
pada tahun 2003 meneliti polip hidung dalam hubungannya dengan radikal bebas
dan malondialdehid ( MDA ), didapatkan bahwa makin tinggi kadar radikal
bebas maka makin tinggi kadar malondialdehid (MDA) dalam tubuh.4,5,8
Beberapa studi menunjukkan adanya perubahan epitel pada polip hidung
dan mereka menghubungkannya dengan radikal bebas. Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Cochrane menunjukkan trauma oksidasi pada sel. Ia menunjukkan
kerusakan pada membran ion pumps , dan menyebabkan peningkatan Natrium
intraseluler dan pengurangan kalium dan pergerakan kalsium medium eksternal
kedalam sitoplasma. Selanjutnya terjadi kerusakan pompa dari ion akibat dari
aksi langsung oksidasi pada protein-protein dan secara tidak langsung dari
hilangnya adenosine triposfat ( ATP ). Oksidan oksidan juga berefek pada
system energi seluler dan level ATP akan turun pada sel-sel yang terekspos
oksidan. Brainsten dan Yankaskas juga melaporkan bahwa epitel polip memiliki
peningkatan penyerapan natrium dan klorida dibandingkan dengan epitel konka.
Mereka mempertimbangkan bahwa radikal bebas akan membuat perubahan
pada epitel dengan cara mekanisme seperti yang tersebut diatas, dan ini pada
stadium awal dan kerusakan epitel pada stadium lanjut menyebabkan edema
pada mukosa.5
Berdasarkan

data-data

diatas

maka

perlu

melakukan

penelitian Analisis Kadar Malondialdehid Plasma penderita Polip Hidung


Berdasarkan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan Histopatologi, dengan
mengukur kadar malondialdehid ( MDA ) plasma penderita polip hidung, dengan
asumsi bahwa terjadi peningkatan radikal bebas pada penderita polip hidung
dimana kadar malondialdehid ( MDA ) dapat dipakai sebagai biomarker biologis
peroksidasi lipid untuk menilai stress oksidatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Kadar Malondialdehid
Plasma penderita Polip Hidung Berdasarkan dominasi sel inflamasi pada
pemeriksaan histopatologi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Deskriptif analitik selama periode Nopember
Februari 2011 dengan populasi penelitian adalah semua penderita polip hidung
yang datang berobat di RS tempat penelitian dalam hal ini rawat jalan THT RS.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dan R.S Mitra Husada Makassar. Sampel
penelitian merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian,
yaitu penderita usia lebih dari 12 tahun dengan polip hidung . Kriteria eksklusi
adalah penderita yang menderita penyakit infeksi , menderita penyakit sistemik
seperti DM, TB , Penderita yang mengidap penyakit tumor atau kanker, penderita
yang sedang atau pernah menjalani radioterapi, serta tinggal dalam lingkungan
polusi yang tinggi seperti kawasan industri atau jalan raya yang padat.
a. 34 sampel didapatkan dengan rumus sampel secara komputerisasi dengan
software tertentu Dilakukan anamnesis,dilakukan pemeriksaan THT :
Otoskopi, Rinoskopi anterior dan posterior, faringoskopi, laringoskopi
indirect.Dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Bagi yang memenuhi kriteria inklusi, dimasukkan sebagai sampel
penelitian,Dilakukan informed consent kemudian ditanda tangani.
Dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid plasma dengan prinsip
kerjanya:
1. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan pada vena mediana kubiti, atau
vena yang terletak pada lengan atas adapun alat dan bahan yang
digunakan adalah spoit 5 cc, darah diambil sebanyak 4 cc kemudian
dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifugasi berisi EDTA sebagai
antikoagulan, Tabung mikrosentrifugasi kosong. Dan dilakukan
Pemisahan plasma.
Cara Kerja : Darah diambil sebanyak 5 cc dengan menggunakan spoit
dimasukkan

ke

tabung

yang

telah

berisi

EDTA

kemudian

disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Cairan plasma


darah yang telah terpisah dari bagian padat darah dipindahkan ke
tabung mikrosentrfuge kosong. Plasma darah kemudian disimpan pada
mesin pendingin -70 derajat celcius, sebelum dikirim ke laboratorium
untuk pemeriksaan MDA.

a.Pengukuran Kadar MDA Plasma


Pengukuran MDA plasma diukur di. Pengukuran kadar MDA Plasma
dilakukan menurut metode yang digunakan Placer dkk. Alat dan bahan
yang diperlukan ; Pipet 10,200ul, pipet tip, stir bar, tabung
mikrosentrifugasi poliprolena, semi-mikrokuvet, spektrofoometer,
vortex, magnetic stirrer, water bath, 2-thiobarbiturat acid, asam asetat
glacial, natrium hidroksida, malondialdehida bis dan aquabides.
Persiapan reagensia dimulai dengan membuat reagensia TBA dengan
melarutkan 0,67 g 2 thiobarbiturat acid dalam 100 ml aquabidest,
kemudian ditambahkan 0,5 gr natrium hidroksida dan 100 ml asam
asetat glacial. Selanjutnya membuat larutan serial standar dan larutan
stok MDA 125 ul yang dilarutkan dalam aquabidest.
Cara Kerja : Sebanyak 100 ul sampel ( Plasma darah ) atau standar
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang telah dilabel. Pada
Masing-masing tabung ditambahkan aquabidest 0,9 ml pada sampel
selanjutnya ditambahkan TBA reagent 0,5 ml. Tabung berisi larutan
kemudian dipanaskan dalam waterbath pada suhu 95 derajat celcius
selama 1 jam. Selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm
selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.

b. Dilakukan pemeriksaan Histopatologi jaringan polip dilakukan di


Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar, melalui biopsi
Hasil yang diperoleh dilakukan uji statistik dengan sistem komputerisasi
dengan software tertentu dilakukan uji Mann-Whithney untuk menilai hubungan
antara MDA plasma dengan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan
histopatologi, bermakna bila p<0,05.
HASIL
Tabel 1. Distribusi penderita polip hidung berdasarkan jenis kelamin
JENIS KELAMIN
Laki-Laki

JUMLAH
N
18

%
52,9

Perempuan

16

47,1

Jumlah

34

100

Dari Tabel 1. Menunjukkan bahwa dari 30 penderita polip hidung didapatkan 18


laki laki dan 16 Perempuan.
Tabel 2. Nilai mean umur.

Umur

Minimun

Maksimun

Mean

SD

34

17

65

36,00

12,78

Dari tabel 2, menunjukkan umur sampel bervariasi antara 17 65 tahun,


dengan mean 3613 tahun.
Tabel 3. Distribusi penderita polip hidung berdasarkan pengelompokan umur.
UMUR
<=36 Tahun
>36 Tahun
Jumlah

JUMLAH
N
18
16
34

%
52,9
47,1
100

Dari tabel 3, menunjukkan bahwa umur terbanyak menderita polip hidung


umur sama atau kurang dari 36 tahun ( 52,9%).
Tabel 4. Distribusi penderita polip Hidung berdasarkan jenis pekerjaan
PEKERJAAN
Buruh
Ibu RT
Karyawan
Mahasiswa
Mahasiswi
Pelajar
PNS
Petani
Wiraswasta
JUMLAH

N
1
6
3
3
3
1
10
10
2
34

%
2,9
17,6
8,8
8,8
8,8
2,9
29,4
5,9
14,7
100

Dari tabel 4. Menunjukkan dari 34 penderita polip hidung maka berdasarkan


jenis pekerjaannya penderita polip hidung yang paling banyak adalah PNS (29,4
%). Sedangkan yang paling sedikit adalah pelajar (1%).
Tabel 5. Distribusi keluhan dan gejala penderita polip hidung.
Obstruksi nasi

Ya
Tidak

34
0

100
0

Rinore
Ya
Tidak

29
5

85,3
14,7

7
27

20,6
79,4

11
23
N

32,4
67,6
%

23
11

67,6
32,4

2
32

5,9
94,1

0
34

0
100

Sefalgia
ya
Tidak
Hiposmia/ Anosmia
ya
Tidak
Postnasal Drip
Ya
Tidak
Rinolalia
Ya
Tidak
Deformitas
ya
Tidak

Dari tabel 5, menunjukkan dari 34 penderita polip hidung yang diteliti


semuanya (100%) mengeluh obstruksi nasi.
Tabel. 6. Distribusi kebiasaan yang berisiko
Merokok

Ya
Tidak

12
22

35,3
64,7

0
34

0
100

0
34

0
100

0
34

0
100

Minum alkohol
ya
Tidak
Radiasi
ya
Tidak
Polusi
ya
Tidak

Dari tabel 6, menunjukkan 35,3 % penderita polip hidung yang diperiksa


mempunyai kebiasaan merokok, sedangkan faktor kebiasaan lain seperti minum
alkohol, pengaruh radiasi dan polusi tidak didapatkan.

10

Tabel 7. Distribusi hasil histopatologi dan stadium polip hidung


Histopatologi
Dominasi Eosinofil
Dominasi Neutrofil

N
29
5

%
85,3
14,7

28
6

82,4
17,6

Stadium
Stadium 2
Stadium 3

Dari tabel 7, menunjukkan dari 34 penderita polip hidung yang diperiksa


berdasarkan gambaran histopatologi jaringan polip, maka yang terbanyak adalah
polip dengan jenis sel eosinofil ( 79,4%), dan stadium yang paling banyak adalah
stadium 2 ( 82,4%).
Tabel 8. Perbandingan Mean MDA menurut Hasil Histopatologi
Histopatologi

Mean

SD

Dominasi Eosinofil
Dominasi Neutrofil

29
5

5,49
4,41

0,77
0,65

0,004

Tabel 8, menunjukkan mean MDA yang signifikan menurut hasil pemeriksaan


histopatologi ( P<0,05 ). Mean MDA ditemukan paling tinggi pada histopatologi
eosinofil (5,49) dan pada sel neutrofil (4,41), hal ini menunjukkan adanya
hubungan signifikan antara hasil histopatologi dengan kadar MDA. Hasil
perbandingan selanjutnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Perbandingan mean MDA menurut stadium
Stadium
Stadium 2
Stadium 3

N
28
6

Mean
5,06
6,61

SD
0,60
0,60

P
0,000

Tabel 9, menunjukkan terdapat perbedaan mean kadar MDA yang signifikan


antara stadium 2 dan 3 (P<0,001). Mean MDA pada stadium 3 (6,61) signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan mean kadar MDA pada stadium 2 (5,06). Hal
ini menunjukkan adanya hubungan antara stadium dengan kadar MDA.
Tabel 10. Mean MDA menurut kebiasaan merokok
Merokok

Mean

SD

11

Ya
Tidak

12
22

5,65
5,16

0,77
0,84

0,037

Mann-Whitney test
Tabel 10, menunjukkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara
perokok dan bukan perokok, Kadar MDA lebih tinggi pada perokok (5,65).
P<0,05.
Tabel 11. Mean MDA, menurut umur
Umur
<=36 Tahun
>36 Tahun

N
18
16

Mean
5,23
5,46

SD
0,66
1,02

P
0,0646

Mann-Whitney test
Tabel 11 menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut umur
(P>0,05)
Tabel 12. Mean MDA menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

N
18
16

Mean
5,65
5,08

SD
0,75
0,88

P
0,059

Mann-Whitney test
Tabel 12, menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut jenis
kelamin, (P>0,05) .
Tabel 13. Nilai Mean Kadar MDA pada penderita polip hidung.

MDA

N
34

Minimun
4,06

Maksimun
65

Mean
5,33

SD
0,84

Tabel 13. Menunjukkan nilai rata-rata MDA pada pemeriksaan penderita polip
hidung berkisar antara 4,06 7,23 dengan mean 5,33 0,84.
DISKUSI
Dari 34 sampel yang diteliti, didapatkan golongan umur bervariasi antara 17-65
tahun.(Tabel 2). Yang terbanyak ditemukan pada umur kurang atau sama dengan
36 tahun. ( Tabel 3) Hal ini sesuai dengan penemuan polip hidung sebelumnya
oleh Matius.M,M, pada tahun 2009, dimana umur terbanyak menderita polip
hidung antara umur 20-40 tahun. (60%). Sedangkan Cristian, l, tahun 2003
menemukan kelompok usia terbanyak menderita polip hidung 30 -39 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa polip hidung kebanyakan terjadi pada usia produktif.9,10

12

Jenis kelamin laki-laki lebih banyak ditemukan sebanyak 1,12 :1 dibandingkan


perempuan. Hal ini tidak jauh beda dengan hasil penelitian Matius Muling Gareso
1,14 : 1 ( 2009), dan Kristian Lopo ( 2003) 1,8 : 1 dan Drake lee juga menemukan
laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-4 : 1.9,10
Penderita polip hidung yang didapatkan pada penelitian ini sebagian besar
adalah PNS (29,4%), Sama halnya yang dikemukakan oleh Kristian Lopo pada
tahun 2003 yang terbanyak adalah PNS (13,64%). Hal ini menunjukkan bahwa
PNS memilki tingkat kedaran yang tinggi untuk dating berobat di Rumah sakit,
selain itu PNS memiliki asuransi berupa askes, sehingga penderita tidak perlu
memikirkan biaya pengobatan.
Keluhan dan Gejala polip berupa Obstruksi nasi ditemukan sebanyak ( 100%)
pada semua sampel penelitian, Hal yang sama ditemukan pada penelitian
sebelumnya ,Matius M.M. (2009) dan Cristian, L. (2003) juga menemukan seratus
persen sampel datang dengan keluhan obstruksi nasi. Keluhan inilah yang
mendorong pasien datang ke rumah sakit karena mereka baru merasa ada kelainan
setelah polip masuk dalam stadium 2 dan 3, sehingga pada penelitian ini kami
tidak menemukan stadium 1, disamping itupula stadium 1, sangat sulit terlihat
dengan pemeriksaan rinoskop anterior, sehingga menyulitkan dalam pengambilan
jaringan untuk biopsi. Keluhan atau gejala yang banyak dirasakan penderita polip
hidung adalah rinore (85,3%).

Dari 34 sampel penelitian ditemukan polip

stadium 2 yang terbanyak dengan (82,4%), hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumya dimana penelitian yang dilakukan oleh Matus M.M. (2009),
menemukan stadium yang paling banyak adalah stadium 3 (66,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa pada stadium 2 penderita mulai merasakan gejala obstruksi
minimal dan rinore yang mendorongnya dating ke polik THT, mengingat sampel
yang terbanyak pada penelitian ini adalah PNS, maka tingkat kesadaran pasien
terhadap gejala dan keluhan yang dirasakan semakin tinggi untuk memeriksakan
kemungkinan kelainan pada cavum nasi.
Dari 34 sampel penderita polip hidung ditemukan sebanyak 12 sampel yang
merokok (35,3 %) dan dengan menggunakan rumus statistik Mann-Whitney test
diadapatkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara perokok dan bukan
perokok ( P<0,05). Hal ini menunkkan bahwa rokok termasuk salah satu

13

kebiasaan yang beresiko yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal


bebas. Diduga kandungan Nitrogen Oksida dari asap rokok, merupakan oksidator
yang kuat, yang menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid dan menghasilkan
MDA.11
Dari hasil pemeriksaan histopatologi jaringan polip, didapatkan masing-masing
(85,3 %) polip dominasi sel inflamasi eosinofil, Polip dominasi sel inflamasi
Neutrofil (14,7 %). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Matius M.M. (2009), Polip dominasi sel eosinofil (73,3%) dan polip
dominasi sel netrofil sebanyak (23,3%), sedangkan Cristian, L. (2003)
menemukan polip dominasi sel eosinofil (90,9%) dan dominasi sel neutrofil
(68,18%), Dalam kepustakaan disebutkan eosinofil memegang peranan penting
pada reaksi inflamasi jaringan tipe lambat, dengan melapaskan protein-protein
penting seperti Major Basic Protein (MBP), Eosinofilic cationic protein (ECP),
eosinofilik

peroksidase

(EPO),

protein-protein dasar

inilah

yang akan

menyebabkan reaksi inflamasi, meningkatkan permeabilitas vaskuler, perubahan


aliran ion natrium dan klor, serta penumpukan protein-protein plasma dalam
jaringan mukosa sehingga terjadi edema dan akhirnya terbentuk polip. Neutrofil
pada polip banyak dihubungkan dengan faktor infeksi.
Berdasarkan kadar MDA terhadap stadium polip hidung ditemukan, kadar
MDA lebih tinggi pada stadium 3 ( 6,61) dibandingkan dengan stadium 2 (5,06 )
hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi stadium polip, makin banyak terjadi
kerusakan jaringan yang juga menimbulkan radikal bebas.
Untuk umur dan jenis kelamin tidak menentukan peningkatan kadar
MDA(P>0,05). Karena kadar MDA dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh
terjadinya kerusakan jaringan akibat dari peroksidasi lipid. Dimana MDA adalah
merupakan hasil utama peroksidasi lipid akibat suatu stress oksidatif.12
Kadar MDA pada polip dominasi sel eosinofil (5,49) lebih tinggi dibandingkan
dengan polip dominasi sel netrofil (4,41), hal ini terjadi karena pada polip
eosinofil, meghasilkan radikal bebas O2- dan H2O2, selain itu polip eosinofil
menghasilkan radikal bebas dari dari protein yang dikandungnya seperti
eosinofilik peroksidase (EPO) dan Matriks major Basic Protein dari eosinofil

14

yang memicu timbulnya suatu radikal bebas. Sehingga kerusakan jaringan akan
semakin bertambah dan akan semakin banyak terjadi peroksdasi lipid yang akan
meningkatkan kadar MDA.13
Mengenai kadar MDA terhadap keseluruhan polip hidung dengan ranges 4,06
7,23. Dan mean 5,330,84. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dimana
kadar MDA normal menurut penelitian Susilo Siswinoto ( 1,04 0,43 mol/L).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dagli, M dkk (2004) yang
menunjukkan terjadinya peningkatan kadar MDA plasma pada penderita polip
hidung. Sedangkan erdogan okur pada tahun 2006 meniliti kadar MDA pada polip
hidung mendapatkan 2,430,38.4,5,12.

KESIMPULAN
a. Kadar MDA pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil (5,49) lebih tinggi
dibandingkan pada polip dominasi sel inflamasi neutrofil (4,41), hal ini
menunjukkan bahwa eosinofil memegang peranan penting dalam
peningkatan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Kadar MDA meninggi baik pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil
maupun dominasi sel inflamasi neutrofil dengan mean 5,330,84. Hal ini
menunjukkan bahwa pada polip hidung terjadi proses radikal bebas yang
menyebabkan kerusakan jaringan lipid.
c. Makin tinggi stadium dari polip hidung, makin banyak terjadi kerusakan
jaringan dan produksi radikal bebas dimana didapatkan kadar MDA pada
stadium 3 ( 6,61) lebih tinggi dibandingkan dengan stadium 2 (5,06).
Ucapan Terima kasih :
1. dr. Cahyono Kaelan, Sp.PA(K),Sp.S. atas bantuannya pada pemeriksaan
histopatologi.
2. Dr.dr.Arifin Seweng, atas bantuannya dalam analisis statistik

15

DAFTAR PUSTAKA
1.

Mangunkusumo, E , Penyulit Sinusitis Polip Nasi dan Sinusistis


Jamur.In:Kumpulan Naskah Lengkap Kursus Pelatihan dan Demo Bedah
Sinus Endoskopik Fungsional (10-12 Juni 2000), Bagian Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar.2000: 96-9.

2. Punagi,AQ, Peranan sitokin pada Polip Nasi in: Jurnal Medika Nusantara
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2005; 26: 63-7.
3. Kirstreesakul,Virat, Update on Nasal Polyps. Etiopathogenesis. (Cited 2011
May 21. )

Available from : http://www.mat.or.th/journal/files/vol88 no

12.1966-72.pdf.
4. Okur, Erdogan, Malondialdehyde Level and Adenosine Deaminase Activity in
Nasal

Polyps

(Cited

2011

May

21).

Available

from:

http://oto.sagepuh.com/Content/134/1/137/full.
5. Dagli, Muharrem,at al, Role of Free Radical and Antioxidant in Nasal Polyps
(Cited 2011, May 25 ) Available from: hhttp://www.bdb.hacettepe.edu.tr/
yurdisi/htbesler5,pdf.
6. Putri,Dini,R, Efek Antioksidan Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun
Jambu Biji Pada Kelinci yang dibebani Glukosa. (cited 2011, august,12)
Available from :http://www.etd.eprints.ums.ac.id./6090/I/KI00050059.pdf.
7. Cannady,S,B, Signal Transduction of Oksidative Stress and Nasal Polyps in:
Journal of Internasional Medical Research (Cited 2011, August, 12).Availablefrom:http://www.lerner.ccf.org/pathogist/erzrumDocuments
Allergyimmunol.cannady.2007,pdf.
8. Winarsi,H, Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif dan Radikal Bebas, in :
Antioksidan Alami & Radikal Bebas.Yogyakarta: Penerbit Kanisius;2007; 5
:26-42.
9. Gareso,M,M, Hubungan Hasil pemeriksaan sel-sel inflamasi kerokan mukosa
hidung dengan jenis polip hidung,Tesis, Bagian Telinga Hidung Tenggorok

16

Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2009. : 308.


10. Lopo,C, Gambaran Histopatologi Polip Hidung Alergik dan Non Alergik,
Tesis, Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin,2003. : 39-45.
11. Priyanto, Toksisitas Radikal Bebas in: Toksikologi.Depok Jawa Barat
:Leskonfi .; 2 : 87-93.
12. Siswinoto, Hubungan Kadar Malondialdehid Plasma dengan Klinis Stroke
Iskemik Akut.(Cited 2011,Apr,10). Available from: http.//www.
Eprints.undip.ac.id/18745/susilowinoto.pdf.
13. Gleich,G,J, The Eosinophil, (Cited 2012, Jan, 12) Available from: http.//
www.aarific.org/documents/Gleich Eosinophil.P.ppt 2012.ppt.

Anda mungkin juga menyukai