Kelompok: B-11
Ketua
Sekretaris
Anggota
1. 1102008212
2. 1102009285
3. 1102009159
4. 1102010161
5. 1102010252
6. 1102010258
7. 1102010262
8. 1102010268
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2011/2012
1102010305
1102010172
Skenario 3
Faktor XI tampaknya tidak berperan dalam pencetusan koagulasi fisiologis. Faktor ini
berperan sebagai suplemen dalam aktivasi faktor IX dan mungkin berperan penting di
tempat-tempat utama terjadinya trauma atau untuk operasi.
Faktor X aktif (bersama kofaktor V pada permukaan fosfolipid dan kalsium)
mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin menghidrolisis fibrinogen, melepaskan
fibrinopeptida A dan B untuk membentuk fibrin monomer. Fibrin monomer berikatan
secara spontan melalui ikatan hidrogen untuk membentuk suatu fibrin polimer yang
longgar dan tidak larut. Faktor XIII juga diaktifkan oleh trombin bersama kalsium. Faktor
XIII menstabilkan polimer fibrin dengan pembentukan ikatan silang yang terikat secara
kovalen.
Faktor-faktor Pembekuan
Domain Enzim-enzim, Reseptor, dan Kofaktor yang Terlibat dalam Pembekuan
Darah dan Pengaturannya
Pembatasan Fisiologis Pembekuan Darah
Pembekuan darah yang tidak terkendali akan menyebabkan terjadinya oklusi
pembuluh darah yang berbahaya (trombosis) jika mekanisme protektif berikut tidak
bekerja.
Inhibitor Faktor Pembekuan
Yang merupakan hal penting adalah bahwa efek trombin terbatas pada lokasi cedera.
Inhibitor yang pertama bekerja adalah inhibitor jalur faktor jaringan (tissue factor
pathway inhibitor, tFPI), yang terdapat dalam plasma dan trombosit dan terakumulasi
pada lokasi cedera yang disebabkan oleh aktivasi trombosit lokal. tFPI menhambat Xa
dan VIIa serta faktor jaringan untuk membatasi jalur utama in vivo. Terjadi inaktivasi
langsung trombin dan faktor potease serin lainnya oleh inhibitor lain yang bersirkulasi; di
antara inhibitor-inhibitor tersebut, anti trombin merupakan yang paling kuat. Antitrombin
mengaktifkan protease serin dengan cara bergabung dengannya melalui ikatan peptida
untuk membentuk kompleks berberat molekul besar yang stabil. Heparin memperkuat
kerja antitrombin secara bermakna. Protein lain yaitu kofaktor heparin II juga
menghambat trombin. Alfa2-makroglobulin, alfa2-antiplasmin, inhibitor C1-esterase dan
?1-antitripsin juga memberi efek inhibisi pada protese serin yang bersirkulasi.
Protein C dan Protein S
Terdapat juga inhibitor kofaktor pembekuan V dan VIII. Trombin berikatan dengan
reseptor permukaan sel endotel yaitu trombomodulin. Kompleks yang terjadi
mengaktifkan protein C yang merupakan protease serin tergantung-vitamin K, yang
mampu menghancurkan faktor V dan VIII yang aktif, sehingga mencegah pembentukan
trombin lebih lanjut. Kerja protein C diperkuat oleh protein S, yaitu suatu protein lain
yang bergantung vitamin K, yang mengikat protein C pada permukaan trombosit. Selain
itu, protein C aktif meningkatkan fibrinolisis.
Aliran Darah
Pada bagian perifer daerah jaringan yang rusak, aliran darah dengan cepat, aliran
darah dengan cepat mencapai dilusi dan penyebaran faktor-faktor aktif sebelum terjadinya
pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang aktif dihancurkan oleh sel-sel parenkim hati dan
massa berupa partikel disingkirkan oleh sel Kupffer dan sel-sel retikuloendotelial lainnya.
Plasmin dan Produk Pemecahan Fibrin
Pembentukan plasmin pada tempat terjadinya cedera juga membatasi besarnya
trombus yang terbentuk. Produk pemecahan fibrinolisis merupakan inhibitor kompetitif
terhadap trombin dan polimerisasi fibrin. Secara normal, alfa2-antiplasmin menghambat
semua plasmin bebas lokal.
Fibrin,suatu protein bersifat gelatin yang merupakan hasil akhir dari proses
pembekuan mudah dilihat baik dalam jaringan maupun dalm tabung reaksi .Perubahan
fibrinogen menjadi fibrin merupakan tahap akhir dari satu rangkaian infeksi rangkaian
interaksi protein.
Faktor-faktor pembekuan:
a) Faktor I :disebut fibrinogen,merupakan glikoprotein dibentuk dihati.Kadar
normal dalam plasma antara 150-400 mg/dl,masa paruhnya 3,5-4 hari,merupakan
sub unit fibrin.
b) Faktor II :disebut protrombin,merupakan glikoprotein dibentuk di hati,untuk
pembentukan vit K,sifatnya tahan panas,berada dalam serum setelah plasma
membeku masa paruhnys 2,5-3 hari.
c) Faktor III : disebut tromboplastin jaringan,bersifat meningkatkan pembentukan
bekuan,banyak terdapat dijaringan otak,paru-paru,dan placetan.
d) Faktor IV : adalah ion Ca++ yang diperlukan pada proses aktivitas factor 1+&
x.Untuk koagulasi diperlukan sedikitnya 2,5 mg/dl.Ca diikat oleh antikoagulan
sitrat,oxalate,dan ETDA: tidak berfungsi pada proses koagulasi.
e) Faktor V : disebut proekselein atau factor labil,dibentuk dihati,waktu paruhnya
15 jam.
f) Faktor VII : disebut prokonvertin,autoprotrombin I atau serum prothrombin
conversion accelerator (SPCA).dibentuk dihati,memerlukan vit K masa paruh 5
jam.
g) Faktor VIII :di dalam plasma terdapat suatu kompleks protein yang terdiri atas
:protein dengan berat molekul rendah dan protein lain dengan berat molekul
tinggi.
h) Faktor IX : disebut komponen tromboplastin plasma (PTC).dibentuk
dihati,memerlukan vit K.
i) Faktor X :disebut factor stuart (stuart-prower),disebut dihati,butuh vit K.masa
paruh +/- 40 jam.
j) Faktor XI : disebut plasma thromboplastin antecedent (PTA),tidak butuh vit
K.Stabil dalm plasma/serum simpan.
k) Faktor XII : disebut factor Hageman,terdapat baik dalam plasma maupun serum
dalam konsentrasi amat rendah,masa paruh 2 hari.
l) Faktor
XIII
:merupakan
factor
stabilisasi
fibrin
dan
disebut
fibrinase.Pembentukannya melibatkan hati dan megakartosit,masa paruh 5-10
hari.
4. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah : proses penghancuran deposit fibrin oleh system fibrinolitik
sehingga aliran darh akan terbuka kembali system fibrinolitis terdiri atas 4 komponen yaitu:
a) Proaktivator plasminogen: terdapat dalm sirkulasi yang kemudian diubah oleh
factor XII menjadi activator plasminogen.
b) Aktifator plasminogen:protein ini bereaksi dengan plasminogen membentuk
plasmin,diproduksi oleh macam-macam jaringan termasuk jaringan pembuluh
darah (endotel) dan pada umumnya merupakan enzim proteolitik.
c) Plasminogen : merupakan protein plasma (pro-enzim) dengan kadar 0,1-0,2 gr/l
dan masa paruh sekitar 40 jam.dibentuk dihati dan eosinofil dalam
sutal.Plasminogen diubah menjadi plasmin oleh activator plasminogen.
d) Plasmin adalah suatu enzim proteolitik yang dapat menghidrolisis fibrinogen dan
fibrin dan menghasilkan fibrin/fibrinogen degradation product(FDP).
2.4. Epidemiologi
Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi
sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1
di antara 50.000 orang.
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa.
Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami
hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier).
Dan ini sangat jarang terjadi.
Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan, akan
tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama kelahirannya.
Tingkatan Hemofilia
Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :
11
Klasifikasi
Berat
Sedang
Ringan
Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang
dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan
dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat.
Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang
berlebihan.
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami
perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi
2.5. Patogenesis
Proses kejadian dimulai dari terjadinya cedera pada permukaan jaringan, kemudian
dilanjutkan dengan permukaan fosfolipid trombosit yang mengalami agregasi. Ada proses
utama homeostasis pada pembekuan darah:
1. Fase konstriksi sementara (respon langsung terjadi cedera)
2. Reaksi trombosit terdiri dari adhesi
3. Pengaktifan faktor-faktor pembekuan, seperti faktor III dari membran trombosit, juga
mempercepat pembekuan darah
Dengan cara ini, terbentuklah sumbatan sumbat trombosit yang kemudian diperkuat oleh
protein filamentosa yang dikenal oleh fibrin.
Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi Xa (belum aktif). Rangkaian
reaksi pertama memerlukan faktor jaringan (tromboplastin) yang dilepas endotel pembuluh
saat cedera. Faktor jaringan ini tidak terdapat dalam darah, sehingga disebut faktor ekstrinsik.
Sedangkan faktor VIII dan IX terdapat dalam darah, sehingga disebut jalur intrinsik. (Sylvia
A.Price &Lloraine M.Wilson,2003)
Dalam proses ini, pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkan pengaktifan
bentuk penerusnya. Jalur intrinsik diawali dengan keluarnya plasma atau kolagen melalui
pembuluh yang rusak dan mengenai kulit. Faktor-faktor koagulasi XII, XI, dan IX harus
diaktifkan berurutan. Faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X diaktifkan. Namun pada
penderita hemofilia faktor VIII mengalami defisiensi, akibatnya proses pembekuan darah
membutuhkan waktu yang lama untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Kondisi seperti
inilah yang menghambat pengaktifan jalur intrinsik. Secara tidak langsung juga menghambat
jalur bersama, karena faktor X tidak bisa diaktifkan.Pembentukan fibrin, walaupun dibantu
oleh fosfolipid, trombosit tidak berarti tanpa faktor Xa. Untaian fibrin tidak terbentuk maka
dinding pembuluh yang cedera menutup. Dan perdarahanpun sulit dihentikan, hal ini dapat
diuji dengan tingginya (lamanya) PTT (partial tromboplastin time). (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson., 2003)
a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran
tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
12
d. Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang
akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.
a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran
tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka
tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.
Perdarahan dapat terjadi dimana saja tetapi yang paling sering adalah pada sendi dan
jaringanlunak atau otot. Sendi untuk bertumpu adalah sendi yang paling sering terkena,
dengan urutan kekerapan sebagai berikut :
1. Sendi lutut
2. Sendi siku
3. Sendi bahu
13
2.7. Diagnosis
Jika seorang anak laki-laki mengalami perdarahan yang tidak biasa, maka
diduga dia menderita hemofilia.
Pemeriksaan darah bisa menemukan adanya perlambatan dalam proses
pembekuan.
Jika terjadi perlambatan, maka untuk memperkuat diagnosis serta menentukan
jenis dan beratnya, dilakukan pemeriksan atas aktivitas faktor VII dan faktor IX.
PemeriksaanLaboratorium Darah
Hemofilia A
Defisiensifaktor VIII
PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
PT (Prothrombin Time atau waktu protombin) memanjang
TGT (Thromboplastin Generation Test) atau diferential APTT dengan plasma
abnormal
Jumlah trombosit dan waktu perdarahan normal
Hemofilia B
Defisiensifaktor IX
PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
PT (Prothrombin Time atau waktu protombin) dan waktu perdarahan normal
TGT (Thromboplastin Generation Test) atau diferential APTT dengan serum
abnormal
2.8. Diagnosis banding
15
inheritance
Tempat perdarahan
Bleeding time
PPT
APTT
FVIIIC
F VIIIR:AG
F IX
Tes ristosetin
Hemofilia A
Hemofilia B
Sex linked
Otot,
postrauma
N
N
Memanjang
Rendah
N
N
N
Sex linked
sendi, Otot,
postrauma
N
N
Memanjang
N
N
Rendah
N
Penyakit
von
willebrand
Autosomal dominan
sendi, Mukosa,
kulit,
postrauma
Memanjang
N
Memanjang
N
Rendah
N
Negatif
2.9. Penatalaksanaan
Hemofili A
Tranfusi plasma
Tranfusi faktor VIII
Rekombinan Faktor VIII
Desmopresin Asetat (untukHemophiliringan)
Hindari aspirin
Problem terapi
Terjadi munculnya inhibitor terhadap faktor VIII (15% kasus)
Infeksi Hepatitis C dan B
Infeksi HIV
Terapi antibodi faktor 8
Cyclofospamid
Prednison
Terapi Hemofili B
Pada dasarnya sama dengan terapi hemofili A
Tranfusi Plasma
Hindari Aspirin
2.10. Prognosis
Baik dengan penanganan yang tepat dan teratur. Tersedianya fasilitas seperti darah segar,
kriopresipitat dan faktor VIII menyebabkan prognosis hemofilia A menjadi baik.
16
Daftar Pustaka
Bakta, I Made 2003. Hemarologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ganong WF 2002. Review of Medical Physiology, 21st ed. Mosby, Philadelphia.
Hoffbrand, AV 2005. Trombosit, pembekuan darah, dan hemostasis dalam Kapita Selekta
Hematologi, 4th ed, hal 221-233. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo, Aru W dkk 2009. Hemofilia A dan B dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
V, jilid II, hal 1307-1312. Interna Publishing, Jakarta.
Wintrobe MM 2002. Clinical Hematology 8th ed. Lea & Febiger, Philadelphia.
www.hemofilia.or.id
17