Pada 10 Maret 2005 PT. A (kontraktor) menandatangani kontrak dengan pemberi kerja untuk
membangun gedung perkantoran. Nilai kontrak Rp 3.000.000.000,- masa penyelesaian 3
tahun, (10/3/2005) uang muka 20%, pembayaran 3 termin sesuai dengan tingkat penyelesaian
kontrak/pekerjaan, retensi 5% untuk setiapa termin. Tingkat penyelesaian pekerjaan tahun
2005 40%, tahun 2006 75%, dan tahun 2007 100%.
Penyelesaian:
Uang muka = 20%x Rp 3.000.000.000 = Rp 600.000.000,Jurnal penerimaan uang muka (dicatat oleh PT. A sebagai kontraktor) :
Kas
Rp 600.000.000,-
Rp 600.000.000,-
Biaya konstruksi (asumsi) penagihan dan hasil penagihan adalah sebagai berikut :
Tahun
Biaya Konstruksi
Penagihan
Hasil Penagihan
2005
Rp 1.040.000.000
Rp 1.200.000.000 (40%)
Rp 900.000.000 x)
2006
Rp
Rp 1.050.000.000 (35%)
Rp 787.500.000 x)
910.000.000
2007
0.000
Rp
750.000.000 (25%)
Rp 2.600.000.000
Rp
650.00
Rp 712.500.000 xx)
Rp 3.000.000.000
Rp2.400.000.000
Retensi :
I:
5% x Rp 1.200.000.000 = Rp 60.000.000
II:
5%
Rp
1.050.000.000
Rp 52.500.000
5% x Rp 2.250.000.000 = Rp 112.500.000
Jurnal pengeluaran biaya, penagihan, dan hasil penagihan dalam buku PT. A akan Nampak
sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah)
Keterangan :
Konstruksi dalam pelaksanaan
-
2005
1.040
2006
910
1.040
2007
650
910
650
1.200
1.050
1.200
1.050
750
750
( mencatat tagihan )
Kas
900
787,5
712,5
240
Piutang Usaha
210
1.140
150
997,5
862,5
Rp 3.000.000.000,-
Rp 3.000.000.000,-
Rp 2.600.000.000,-
Rp 2.600.000.000,-
Laporan L/R kontrak konstruksi untuk menjelaskan pengalokasian pendapatan, biaya, dan
L/R pada periode kontrak, ilustrasinya sebagai berikut : (dalam Rp)
2005
2006
2007
3.000.000.000
Biaya
konstruksi
kontrak
-
(2.600.000.000)
-
400.000.000
Jurnal penutup untuk mengakui pendapatan dan biaya kontrak konstruksi setiap periode
kontrak adalah sebagai berikut :
31 Desember 2005
Rp 1.200.000.000
Rp 1.200.000.000
Rp 1.040.000.000
Rp 1.040.000.000
Rp 1.050.000.000
Rp 1.050.000.000
Rp 910.000.000
Rp 910.000.000
Rp 750.000.000
Rp 750.000.000
Rp 650.000.000
Rp 650.000.000
Laporan L/R kontrak konstruksi atas proyek tersebut selama periode kontrak, ilustrasinya
sebagai berikut : (Rp)
Pendapatan kontrak konstruksi
2005
2006
2007
1.200.000.000
1.050.000.000
750.000.000
Biaya
konstruksi
(1.040.000.000)
kontrak
( 910.000.000)
160.000.000
(650.000.000)
140.000.000
100.000.000
Jika metode biaya untuk biaya (cost to cost method) tidak digunakanuntuk mengukur
kewajaran kontrak akan tetapi menggunakan taksiran kerja teknik, maka pengakuan
pendapatan, biaya, dan laba akan didasarkan pada taksiran tersebut.
Misal kewajaran kontrak tahun 2005 menurut kerja teknik adalah 42% , ,aka pendapatan,
biaya dan laba tahun 2005 akan dihitung dan dilaporkan sebagai brikut :
Pendapatan kontrak konstruksi (42% x Rp 3.000.000.000)
Biaya
2.600.000.0000)
kontrak
konstruksi
Rp 1.260.000.000
(42%
Rp
(Rp 1.092.000.000)
Rp
168.000.000
Akan tetapi bila biaya actual tahun 2005 adalah sebesar Rp 1.040.000.000 (seperti pada
contoh lalu) dan perusahaan tetap ingin melaporkan laba kotor Rp 168.000.000, maka akan
mengurangi taksiran pedapatan yang diakui dan akan dilaporkan sebagai berikut :
Biaya kontrak konstruksi (actual)
Rp 1.040.000.000
Laba
kotor
kontrak
Rp
konstruksi/laba
168.000.000
Rp 1.208.000.000
Rp 250.000.000,Rp 250.000.000,
Metode
persentase
penyelesaian
harus
digunakan perusa
haan
apabila estimasi
kemajuan
kearah penyelesai
an,
pendapatan, serta
biaya
secara layak dapat
dipercaya, dan
semua syarat
berikut ini
terpenuhi:1.
Kontrak itu secara
jelas menetapkan
hak-hak yang
dapat dipaksakan
pemberlakuannya
mengenai barang
atau jasa yang
akan diberikan
dan diterima oleh
pihak yang
terlibatdalam
kontrak, imbalan
yang akan
dipertukarkan,
serta cara dan
syarat
penyelesaian.2.
Pembeli dapat
diharapkan untuk
memenuhi semua
kewajiban dalam
kontrak.3.
Kontraktor dapat
diharapkan untuk
melaksanakan
kewajiban
kontraktual
tersebut.Metode
kontrak selesai
harus digunakan
perusahaan hanya
jika:a.
Jika suatu entitas
terutama
mempunyai
kontrak jangka
pendek, atau b.
Jika syarat-syarat
untuk
menggunakan
metode persentase
penyelesaian
tidak
dapatdipenuhi,
atauc.
Jika terdapat
bahaya yang
melekat dalam
kontrak itu di luar
resiko bisnis yang
normaldan
berulang.Asumsin
ya adalah bahwa
metode presentase
penyelesaian
merupakan
metode yang
lebih baik dan me
tode kontrak seles
ai hanya akan dig
Metode
Kontrak
Pencatatan
>>
Proyek
pekerjaan
Kas/
>>
Kas/
>>>>>>
Uang
cicilan
Bank
Proyek
500.000.000
pendapatan
proyek
Rp
3.000.000.000
Rp
Pencatatan
>>
500.000.000
Rp
Proyek
Pendapatan
proyek
Rp
Proyek
muka
>>>>>>
1.500.000.000
pembayaran
Muka
Uang
1.500.000.000
Rp
Pencatatan
>>
proyek
Rp
Utang
Penerimaan
pengerjaan
dalam
>>>>>>
Selesai
biaya
3.000.000.000
Laba/
Dalam
Pekerjaan
Rugi
Rp
500.000.000
Misal
proyek
dengan
dikeluarkan
kontrak
Rp
3.000.000.000,-
kontraktor
dan
Rp
biaya
yang
2.500.000.000
Prosentase
dan
dan
biaya
yang
Penyelesaian
dalam
telah
satu
pada
tahun
terjadi
intinya
buku
untuk
yang
biaya,
adalah
telah
dimana
di
pengakuan
dapat
proyek
untuk
masih
Kalau
mencatat
biaya
kuitansi-kuitansi.
yang
masih
berapa
3
miliar,
Cara
untuk
telah
tahun
tahun
gampang,
PERKIRAAN.
Jadi
Misal
telah
selesai
adalah
prosentase
Rp
dengan
melihat
untuk
proyek
pendapatan
selesai.
pertama
pertama
menghitung
terjadi
mencatat
dengan
pekerjaan
pada
telah
bagaimana
berlangsung?
prosentase
pendapatan
yang
Lalu
dihitung,
proyek
sebesar
900
juta
penyeselaian
kira-kira
dengan
(3
kontrak
30%,
miliar
kontrak
maka
30%).
yaitu
Total biaya sampai akhir kontrak dibagi (:) Total taksiran biaya sampai akhir periode
Jurnal-jurnal
pencatatan
sama
dengan
dan
pendapatan.
pendapatan
untuk
metode
kontrak
Untuk
dicatat
metode
selesai.
Bedanya
metode
tiap
prosentase
akhir
hanya
prosentase
tahun
penyelesaian
terletak
penyelesaian,
buku,
sedangkan
hampir
pada
laba
laba
dan
metode
kontrak
Pencatatan
Metode
Pencatatan
>>
Prosentase
Biaya-biaya
Proyek
Dalam
Penyelesaian
proyek
Pekerjaan
Rp
500.000.000
Pencatatan
>>
Pembayaran
Kas/
Cicilan
Bank
Rp
500.000.000
Pencatatan
>>
Laba/
Proyek
Rugi
pada
Dalam
akhir
tahun
Pekerjaan
buku
Rp
100.000.000
Laba
Rp
kotor
Kontrak
3.000.000.000
(biaya
tahun
(Rp
pertama
500.000.000
Taksiran
Rp
by.
2.000.000.000)
Rp
Laba
Tahun
Berjalan
(Rp
proyek)
500.000.000
500.000.000
Rp
2.500.000.000)x
Rp
500.000.000
= Rp 100.000.000
Dalam perpajakan, metode yang boleh digunakan adalah metode prosentase penyelesaian.
Jurnal-jurnal
-
Metode
Pencatatan
>>
dalam
>>>>>>
Kas/
Penerimaan
>>
>>>>>>
pekerjaan
Uang
Rp
Rp
cicilan
Kas/
Uang
pengerjaan
Utang
Muka
Rp
Proyek
Proyek
proyek
1.500.000.000
proyek
500.000.000
Rp
pendapatan
muka
1.500.000.000
pembayaran
Bank
Pencatatan
>>
Selesai
biaya
Proyek
Kontrak
500.000.000
proyek
Rp
3.000.000.000
>>>>>>
Pendapatan
Pencatatan
>>
Proyek
Dalam
>>>>>>
*)
Misal
dengan
dikeluarkan
(3
Metode
kontrak
Rp
pendapatan
dan
pendapatan
dan
dalam
yang
Rp
500.000.000*
3.000.000.000,-
dan
biaya
tahun
terjadi
500
intinya
buku
untuk
yang
2.500.000.000
=
pada
satu
telah
500.000.000
Rp
miliar
Penyelesaian
biaya
Rugi
Rp
2,5
Prosentase
Laba/
Proyek
kontraktor
miliar
3.000.000.000
Pekerjaan
Laba
proyek
Rp
adalah
yang
biaya,
juta)
telah
pengakuan
di
dimana
dapat
untuk
proyek
masih
berlangsung.
Kalau
mencatat
biaya
kuitansi-kuitansi.
yang
3
Lalu
masih
berapa
pendapatan
Cara
tahun
untuk
tahun
menghitung
terjadi
telah
pertama
pertama
gampang,
mencatat
dengan
pekerjaan
pada
telah
bagaimana
berlangsung?
prosentase
miliar,
yang
Jadi
selesai.
Misal
telah
selesai
prosentase
melihat
untuk
proyek
dihitung,
kira-kira
pendapatan
PERKIRAAN.
adalah
dengan
Rp
proyek
dengan
sebesar
900
juta
penyeselaian
(3
kontrak
30%,
miliar
kontrak
maka
30%).
yaitu
Total biaya sampai akhir kontrak dibagi (:) Total taksiran biaya sampai akhir periode
Jurnal-jurnal
pencatatan
sama
dengan
dan
pendapatan.
pendapatan
selesai,
metode
Jurnal-Jurnal
kontrak
Untuk
dicatat
laba
untuk
metode
tiap
akhir
dan
Dalam
Pencatatan
>>
>>>>>>
sedangkan
setelah
Prosentase
Rp
Laba/
Proyek
Laba
Rugi
Dalam
Tahun
dan
kontrak
selesai.
:
500.000.000
500.000.000
Cicilan
Bank
Muka
laba
Penyelesaian
Rp
Pembayaran
Uang
laba
proyek
Utang
Kas/
hampir
pada
metode
proyek
Pekerjaan
Kas/
Pencatatan
>>>>>>
penyelesaian,
diakui
Metode
terletak
Biaya-biaya
Proyek
>>
buku,
penyelesaian
hanya
prosentase
pendapatan
>>>>>>
-
Bedanya
tahun
Pencatatan
>>
prosentase
selesai.
Pencatatan
metode
Rp
Proyek
:
500.000.000
Rp
500.000.000
tahun
buku
Pekerjaan
Rp
100.000.000
Berjalan
Rp
100.000.000*
pada
akhir
*)
Laba
Rp
kotor
Kontrak
3.000.000.000
Laba
=
(biaya
tahun
(Rp
pertama
500.000.000
+
+
Taksiran
Rp
by.
2.000.000.000)
Rp
Tahun
Berjalan
(Rp
500.000.000
Rp
proyek)
500.000.000
Rp
2.500.000.000)x
Rp
500.000.000
100.000.000
Dalam perpajakan, metode yang boleh digunakan adalah metode prosentase penyelesaian.
Note:
Di tulisan sebelumnya saya sudah bahas dasar pengakuan pendapatan dan biaya
kontrak konstruksi, cara mudah menginterpretasikan estimasi pendapatan yang
andal dalam PSAK 34 beserta contoh implementasinya. Di tulisan yang sama saya
juga sudah bahas satu contoh kasus penerapan Metode Persentase Penyelesaian
kontrak bertahap sesuai dengan PSAK 34dimana pengakuan pendapatan
dan biaya dilakukan setiap periode buku sepanjang syarat dapat diestimasi secara
andal terpenuhitanpa menunggu hasil penilaian perkembangan pekerjaan.
Seperti sudah saya sampaikan di tulisan tersebut, kecuali untuk perusahaan yang
sudah Go-Publik (harus lapor Bappepam) saya tidak menganjurkan untuk
menjalankan apa yang direkomendasikan oleh PSAK 34, karena pendekatan
tersebut terlalu berbahaya. Itulah yang akan saya bahas dalam tulisan inidengan
melanjutkan contoh kasus yang sama (agar pemahamannya utuh, bagi yang belum
membaca tulisan sebelumnya saya sarankan agar dibaca terlebih dahulu).
Saya katakan apa yang disarankan dalam PSAK 34 terlalu berbahaya karena
menurut saya, meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil
perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah
dibuat belum tentu sungguh-sungguh terjadi.
Saya tampilkan kembali contoh kasusnya:
JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan
pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:
Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB
menunjukan angka Rp 7,500,000,000).
Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen,
pasir, kapur, batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Jurnalnya:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000
[Kredit]. Utang Toko Rejeki = Rp 25,000,000
Tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah
buruh bangunan sebesar Rp 50,000,000. Jurnalnya:
pengeluaran yang telah terjadi tetap diakumulasikan kea kun Pekerjaan Dalam
Proses. Tak masalah jika laporan laba-rugi belum di buat. Lha wong faktanya belum
ada pendapatan koq. Fakta juga bahwa segala pengeluaran yang telah terjadi masih
merupakan pemupukan asset (aktiva)samasekali tidak melanggar prinsip-prinsip
akuntansi.
Oke. Sesuai isi kontrakakhir Semester I 2012, PT. JAK dijadwalkan sudah akan
merampungkan minimal 10% dari seluruh pekerjaan. Katakanlah tanggal 25 Juni
2012, PT. JAK mengajukan meminta pembayaran pertama kepada PT. ABC.
Dalam kontrak telah disebutkan bahwa. pembayaran dilakukan secara bertahap
mengikuti perkembangan hasil pekerjan. Atas permintaan tersebut, PT. ABC dengan
ditemani oleh perwakilan dari PT. JAK melakukan inspeksi lapangan secara
bersama-sama untuk memeriksa tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi yang
telah dicapai oleh PT. JAK.
Dari hasil pemeriksaan bersama ditemukan bahwa tingkat penyelesaian yang sudah
dicapai mencapai 9%. Untuk itu, disepakati bahwa PT. ABC akan segera
mengirimkan pembayaran sebesar 9% x nilai kontrak = 9% x Rp 10,000,000,000 =
Rp 900,000,000. Nah, di titik ini PT. JAK sudah bisa mengakui pendapatan.
Selanjutnya, keesokan harinya (26 Juni 2012) PT. JAK mengirimkan invoice tagihan
sebesar Rp 900,000,000. Sementara itu, per tanggal 26 Juni 2011 saldo akumulasi
akun Pekerjaan Dalam Proses PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000.
Bagaimana mencatat invoice tagihan tersebut? Bagimana dengan pangakuan
biayanyasaldo akumulasi akun Pekerjaan Dalam Proses PT. JAK menunjukan
angka Rp 800,000,000, apakah semuanya dipindahkan ke akun biaya?
Jangan buru-buru. Sebagai orang accounting, biasakan berpikir analitisjangan
mau jadi kalkulator dan tukang jurnal sajabandingkan estimasi dengan
kenyataannya dahulu.
Tingkat pencapaian pekerjaan seharusnya sudah mencapai 10%, pada
kenyataannya yang bisa disepakati hanya 9% sehingga kenyataannya pendapatan
hanya Rp 900,000,000 (Rp 100,000,000 lebih rendah dibandingkan estimasi).
Sementara, kenyataan pengeluaran yang telah terjadi mencapai Rp 800,000,000
(Rp 50,000,000 lebih tinggi dibandingkan estimasi yang hanya Rp 750,000,000).
Karena penyimpangan di pendapatan dan biaya tersebut, Laba-pun menjadi
menyimpang. Dari estimasi laba Rp 250,000,000 (=1,000,000,000 750,000,000),
yang terealisasi hanya Rp 100,000,000. Terjadi penyimpangan laba sebesar Rp
150,000,000. Angka yang cukup besar tentunya.
Dari perspektif akuntansi, untuk pendapatanmau tidak mau hanya bisa diakui
sebesar invoice tagihan. Sehingga jurnalnya menjadi:
[Debit]. Piutang PT. ABC Akhir Semester I 2012 = Rp 900,000,000
[Debit]. Pendapatan = Rp 900,000,000
Yang masih jadi tanda tanya adalah pengakuan biayanya. Pertanyaannya:
Sungguhkah biaya yang telah keluar sebesar Rp 800,000,000? Periksa pencatatan
dari awal hingga akhirapakah sudah akurat? Jika belum akurat lakukan
penyesuaian-penyesuaian. Jika sudah akurat?
Kemungkianannya tinggal 2 saja:
Kemungkinan-1. Ada beberapa bahan yang sudah dibeli, tetapi belum
dipergunakan sepenuhnya Periksa: adakah material bangunan yang belum
dipakai (semen, pasir, kapur, kayu, dan lain-lain), adakah material yang setengah
proses? Jika ada, hitung. Adakah upah tukang/buruh yang dibayar di depan? Jika
ada hitung. Mungkin tidak bisa dihitung secara pasti, untuk itu lakukan estimasi
minta approval dari atasan (pimpinan) untuk menentukan estimasi ini. Katakanlah
total angkanya Rp 100,000,000, maka besarnya biaya yang diakui hanya Rp
700,000,000 (=800,000,000 100,000,000). Saldo akun Pekerjaan Dalam Proses
yang bisa dipindahkan ke akun biayapun jadinya hanya Rp 700,000,000. Sehingga
jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 700,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 700,000,000
Oke pengakuan pendapatan dan biaya telah dilakukan. Hasilnya? Laba Rp
200,000,000 saja. Masih ada penyimpangan Rp 50,000,000 jika dibandingkan
dengan estimasinya yang Rp 250,000,000. Dimanakah selisihnya?
Kemungkinan-2. Pemborosan (inefisiensi) dan kehilangan Jika estimasi
material bangunan yang belum terpakai sudah akurat dan disepakati, maka
kemungkinan yang tersisa hanya ini (boros atau hilang). Telah terjadi pemborosan
atau kehilangan senilai Rp 50,000,000. Apa yang harus dilakukan terhadap selisih
ini, apakah diakui sebagai biaya atau langsung diakui sebagai rugi?
Catat biaya saja. Jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 50,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
Kondisi timpang seperti ini besar kemungkinannya terjadi di awal-awal. Memang,
pekiraan tingkat penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati belum tentu akurat
100%, estimasi material yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%.
Bagaimanapun juga itu baru satu dari total 5 fase yang direncanakan.