Anda di halaman 1dari 23

Contoh kasus :

Pada 10 Maret 2005 PT. A (kontraktor) menandatangani kontrak dengan pemberi kerja untuk
membangun gedung perkantoran. Nilai kontrak Rp 3.000.000.000,- masa penyelesaian 3
tahun, (10/3/2005) uang muka 20%, pembayaran 3 termin sesuai dengan tingkat penyelesaian
kontrak/pekerjaan, retensi 5% untuk setiapa termin. Tingkat penyelesaian pekerjaan tahun
2005 40%, tahun 2006 75%, dan tahun 2007 100%.
Penyelesaian:
Uang muka = 20%x Rp 3.000.000.000 = Rp 600.000.000,Jurnal penerimaan uang muka (dicatat oleh PT. A sebagai kontraktor) :
Kas

Rp 600.000.000,-

-Uang muka kontrak konstruksi

Rp 600.000.000,-

Biaya konstruksi (asumsi) penagihan dan hasil penagihan adalah sebagai berikut :
Tahun

Biaya Konstruksi

Penagihan

Hasil Penagihan

2005

Rp 1.040.000.000

Rp 1.200.000.000 (40%)

Rp 900.000.000 x)

2006

Rp

Rp 1.050.000.000 (35%)

Rp 787.500.000 x)

910.000.000

2007
0.000

Rp

750.000.000 (25%)
Rp 2.600.000.000

Rp

650.00

Rp 712.500.000 xx)
Rp 3.000.000.000

Rp2.400.000.000

Retensi :
I:

5% x Rp 1.200.000.000 = Rp 60.000.000
II:

5%

Rp

1.050.000.000

Rp 52.500.000
5% x Rp 2.250.000.000 = Rp 112.500.000
Jurnal pengeluaran biaya, penagihan, dan hasil penagihan dalam buku PT. A akan Nampak
sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah)
Keterangan :
Konstruksi dalam pelaksanaan
-

2005
1.040

2006

Bahan baku, kas, dan lain-lain

910
1.040

2007
650

910

650

( mencatat biaya konstruksi)


Piutang usaha
-

1.200

Penagihan Kontrak Konstruksi

1.050
1.200

1.050

750
750

( mencatat tagihan )
Kas

900

787,5

712,5

Uang Muka Kontrak Konstruksi


-

240

Piutang Usaha

210
1.140

150
997,5

862,5

( mencatat hasil penagihan )


x) tagihan-uang muka-retensi
xx) jumlah pembayaran dari pemberi kerja setelah serah terima penyelesaian pekerjaan =
tagihan-uang muka+pengembalian retensi

Metode Kontrak Selesai


Jurnal penutup untuk pengakuan pendapatan dan biaya tahun 2007 (periode kontrak selesai ) :
Penagihan kontrak konstruksi
-

Rp 3.000.000.000,-

Pendapatan kontrak konstruksi

Rp 3.000.000.000,-

Biaya kontrak konstruksi


-

Rp 2.600.000.000,-

Konstruksi dalam pelaksanaan

Rp 2.600.000.000,-

Laporan L/R kontrak konstruksi untuk menjelaskan pengalokasian pendapatan, biaya, dan
L/R pada periode kontrak, ilustrasinya sebagai berikut : (dalam Rp)
2005

2006

Pendapatan kontrak konstruksi

2007
3.000.000.000

Biaya
konstruksi

kontrak
-

Laba kontrak konstruksi

(2.600.000.000)
-

400.000.000

Metode Persentase Penyelesaian


Metode biaya ke biaya ( cost to cost method ). Pada metode ini perhitungan biaya kontrak
tidak dihubungkan secara proporsional dengan tingkat penyelesaian kontrak setiap periode
tapi didasarkan pada biaya actual. Pendapatan diakui setiap periode berdasarkan tingkat
penyelesaian kontrak dan biaya actual.

Jurnal penutup untuk mengakui pendapatan dan biaya kontrak konstruksi setiap periode
kontrak adalah sebagai berikut :
31 Desember 2005

Penagihan kontrak konstruksi


-Pendapatan kontrak konstruksi
Biaya kontrak konstruksi

Rp 1.200.000.000
Rp 1.200.000.000
Rp 1.040.000.000

-Konstruksi dalam pelaksanaan


31 Desember 2006

Rp 1.040.000.000

Penagihan kontrak konstruksi

Rp 1.050.000.000

-pendapatan kontrak konstruksi


Biaya kontrak konstruksi

Rp 1.050.000.000
Rp 910.000.000

-konstruksi dalam pelaksanaan


2007(kontrak selesai)

Rp 910.000.000

Penagihan kontrak konstruksi

Rp 750.000.000

-Pendapatan kontrak konstruksi


Biaya kontrak konstruksi

Rp 750.000.000
Rp 650.000.000

-konstruksi dalam pelaksanaan

Rp 650.000.000

Laporan L/R kontrak konstruksi atas proyek tersebut selama periode kontrak, ilustrasinya
sebagai berikut : (Rp)
Pendapatan kontrak konstruksi

2005

2006

2007

1.200.000.000

1.050.000.000

750.000.000

Biaya
konstruksi

(1.040.000.000)

Laba kontrak konstruksi

kontrak

( 910.000.000)
160.000.000

(650.000.000)
140.000.000

100.000.000

Jika metode biaya untuk biaya (cost to cost method) tidak digunakanuntuk mengukur
kewajaran kontrak akan tetapi menggunakan taksiran kerja teknik, maka pengakuan
pendapatan, biaya, dan laba akan didasarkan pada taksiran tersebut.
Misal kewajaran kontrak tahun 2005 menurut kerja teknik adalah 42% , ,aka pendapatan,
biaya dan laba tahun 2005 akan dihitung dan dilaporkan sebagai brikut :
Pendapatan kontrak konstruksi (42% x Rp 3.000.000.000)
Biaya
2.600.000.0000)

kontrak

konstruksi

Rp 1.260.000.000
(42%

Rp

(Rp 1.092.000.000)

Laba kontrak konstruksi ( laba kotor) (42%xRp 400.000.000)

Rp

168.000.000

Akan tetapi bila biaya actual tahun 2005 adalah sebesar Rp 1.040.000.000 (seperti pada
contoh lalu) dan perusahaan tetap ingin melaporkan laba kotor Rp 168.000.000, maka akan
mengurangi taksiran pedapatan yang diakui dan akan dilaporkan sebagai berikut :
Biaya kontrak konstruksi (actual)

Rp 1.040.000.000

Laba
kotor

kontrak
Rp

konstruksi/laba

168.000.000

Pendapatan kontrak konstruksi (yang diakui)

Rp 1.208.000.000

II. 3 Pengakuan Taksiran Rugi


Bila besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan
kontrak, taksiran rugi harus segera diakui sebagai beban (PSAK No. 34. Paragraph 34).
Contoh : Seperti pada contoh lalu biaya actual pada akhir tahun 2006 (2005 s/d 2006) adalah
sebesar Rp 1.950.000.000 (Rp 1.040.000.000+Rp 910.000.000) dan ditaksir untuk
menyelesaikan kontrak tersebut masih diperlukan biaya Rp 1.300.000.000, maka estimasi
biaya kontrak sebesar Rp 3.250.000.000, sedangkan nilai kontrak Rp 3.000.000.000. Taksiran
kerugian Rp 250.000.000 harus diakui sebagai kerugian tahun 2006, dengan jurnal :
Kerugian yang diantisipasi
-Konstruksi dalam pelaksanaan

Rp 250.000.000,Rp 250.000.000,

Metode
persentase
penyelesaian
harus

digunakan perusa
haan
apabila estimasi
kemajuan
kearah penyelesai
an,
pendapatan, serta
biaya
secara layak dapat

dipercaya, dan
semua syarat
berikut ini
terpenuhi:1.
Kontrak itu secara
jelas menetapkan
hak-hak yang
dapat dipaksakan

pemberlakuannya
mengenai barang
atau jasa yang
akan diberikan
dan diterima oleh
pihak yang
terlibatdalam
kontrak, imbalan
yang akan

dipertukarkan,
serta cara dan
syarat
penyelesaian.2.
Pembeli dapat
diharapkan untuk
memenuhi semua

kewajiban dalam
kontrak.3.
Kontraktor dapat
diharapkan untuk
melaksanakan
kewajiban
kontraktual
tersebut.Metode

kontrak selesai
harus digunakan
perusahaan hanya
jika:a.
Jika suatu entitas
terutama
mempunyai

kontrak jangka
pendek, atau b.
Jika syarat-syarat
untuk
menggunakan
metode persentase
penyelesaian
tidak

dapatdipenuhi,
atauc.
Jika terdapat
bahaya yang
melekat dalam
kontrak itu di luar
resiko bisnis yang
normaldan

berulang.Asumsin
ya adalah bahwa
metode presentase
penyelesaian
merupakan
metode yang
lebih baik dan me
tode kontrak seles
ai hanya akan dig

unakan jika metod


e persentase peny
elesaiandianggap
tidak tepat
Jurnal-jurnal

Metode

Kontrak

Pencatatan

>>

Proyek

pekerjaan

Kas/

>>

Kas/

>>>>>>

Uang

cicilan
Bank

Proyek

500.000.000

pendapatan

proyek
Rp

3.000.000.000

Rp

Pencatatan

>>

500.000.000
Rp

Proyek

Pendapatan

proyek

Rp
Proyek

muka

>>>>>>

1.500.000.000

pembayaran

Muka

Uang

1.500.000.000

Rp

Pencatatan

>>

proyek

Rp

Utang

Penerimaan

pengerjaan

dalam

>>>>>>

Selesai

biaya

3.000.000.000

Laba/

Dalam

Pekerjaan

Rugi
Rp

500.000.000

>>>>>> Laba Proyek Rp 500.000.000*


*)

Misal

proyek

dengan

dikeluarkan

kontrak

Rp

3.000.000.000,-

kontraktor

dan

Rp

biaya

yang

2.500.000.000

(3 miliar 2,5 miliar = 500 juta)


Metode
pendapatan
pendapatan
berlangsung.

Prosentase
dan
dan

biaya
yang

Penyelesaian
dalam
telah

satu

pada
tahun

terjadi

intinya
buku

untuk

yang
biaya,

adalah
telah
dimana

di

pengakuan
dapat
proyek

untuk
masih

Kalau

mencatat

biaya

kuitansi-kuitansi.
yang

masih

berapa
3

miliar,

Cara

untuk

telah

tahun
tahun

gampang,

PERKIRAAN.

Jadi

Misal

telah

selesai

adalah

prosentase

Rp

dengan

melihat

untuk

proyek

pendapatan

selesai.

pertama
pertama

menghitung

terjadi
mencatat

dengan

pekerjaan

pada

telah

bagaimana

berlangsung?

prosentase

pendapatan

yang

Lalu

dihitung,

proyek
sebesar

900

juta

penyeselaian

kira-kira

dengan

(3

kontrak

30%,
miliar

kontrak

maka

30%).

yaitu

Total biaya sampai akhir kontrak dibagi (:) Total taksiran biaya sampai akhir periode
Jurnal-jurnal

pencatatan

sama

dengan

dan

pendapatan.

pendapatan

untuk

metode

kontrak

Untuk

dicatat

metode
selesai.

Bedanya

metode

tiap

prosentase

akhir

hanya

prosentase

tahun

penyelesaian
terletak

penyelesaian,

buku,

sedangkan

hampir

pada

laba

laba

dan

metode

kontrak

selesai, laba dan pendapatan diakui setelah proyek selesai.


Jurnal-Jurnal

Pencatatan

Metode

Pencatatan

>>

Prosentase

Biaya-biaya

Proyek

Dalam

Penyelesaian

proyek

Pekerjaan

Rp

500.000.000

>>>>>> Kas/ Utang Rp 500.000.000

Pencatatan

>>

Pembayaran

Kas/

Cicilan

Bank

Rp

500.000.000

>>>>>> Uang Muka Proyek Rp 500.000.000

Pencatatan

>>

Laba/

Proyek

Rugi

pada

Dalam

akhir

tahun

Pekerjaan

buku

Rp

100.000.000

>>>>>> Laba Tahun Berjalan Rp 100.000.000*


*)

Laba

Rp

kotor

Kontrak

3.000.000.000

(biaya

tahun

(Rp

pertama

500.000.000

Taksiran

Rp

by.

2.000.000.000)

Rp

Laba

Tahun

Berjalan

(Rp

proyek)

500.000.000

500.000.000

Rp

2.500.000.000)x

Rp

500.000.000

= Rp 100.000.000
Dalam perpajakan, metode yang boleh digunakan adalah metode prosentase penyelesaian.

Jurnal-jurnal
-

Metode

Pencatatan
>>

dalam

>>>>>>

Kas/

Penerimaan
>>
>>>>>>

pekerjaan

Uang

Rp
Rp

cicilan
Kas/

Uang

pengerjaan
Utang

Muka

Rp
Proyek

Proyek

proyek
1.500.000.000
proyek
500.000.000

Rp

pendapatan
muka

1.500.000.000

pembayaran
Bank

Pencatatan
>>

Selesai

biaya

Proyek

Kontrak

500.000.000
proyek

Rp

3.000.000.000

>>>>>>

Pendapatan

Pencatatan
>>

Proyek

Dalam

>>>>>>
*)

Misal

dengan

dikeluarkan
(3
Metode

kontrak

Rp

pendapatan

dan

pendapatan

dan

dalam

yang

Rp

500.000.000*

3.000.000.000,-

dan

biaya

tahun

terjadi

500

intinya

buku

untuk

yang

2.500.000.000
=

pada

satu

telah

500.000.000

Rp

miliar

Penyelesaian

biaya

Rugi

Rp

2,5

Prosentase

Laba/
Proyek

kontraktor
miliar

3.000.000.000

Pekerjaan

Laba

proyek

Rp

adalah

yang
biaya,

juta)

telah

pengakuan

di

dimana

dapat

untuk

proyek

masih

berlangsung.
Kalau

mencatat

biaya

kuitansi-kuitansi.
yang
3

Lalu

masih

berapa

pendapatan
Cara

tahun

untuk

tahun

menghitung

terjadi

telah
pertama

pertama

gampang,

mencatat

dengan

pekerjaan

pada

telah

bagaimana

berlangsung?

prosentase

miliar,

yang

Jadi

selesai.

Misal

telah

selesai

prosentase

melihat

untuk

proyek

dihitung,

kira-kira

pendapatan

PERKIRAAN.

adalah

dengan

Rp

proyek

dengan

sebesar

900

juta

penyeselaian

(3

kontrak

30%,
miliar

kontrak

maka

30%).

yaitu

Total biaya sampai akhir kontrak dibagi (:) Total taksiran biaya sampai akhir periode
Jurnal-jurnal

pencatatan

sama

dengan

dan

pendapatan.

pendapatan
selesai,

metode

Jurnal-Jurnal

kontrak

Untuk

dicatat
laba

untuk

metode

tiap

akhir

dan

Dalam

Pencatatan
>>
>>>>>>

sedangkan
setelah
Prosentase

Rp

Laba/
Proyek
Laba

Rugi
Dalam
Tahun

dan
kontrak
selesai.

:
500.000.000
500.000.000

Cicilan

Bank
Muka

laba

Penyelesaian

Rp

Pembayaran

Uang

laba

proyek

Utang

Kas/

hampir

pada

metode
proyek

Pekerjaan

Kas/

Pencatatan
>>>>>>

penyelesaian,

diakui

Metode

terletak

Biaya-biaya

Proyek

>>

buku,

penyelesaian

hanya

prosentase

pendapatan

>>>>>>
-

Bedanya

tahun

Pencatatan
>>

prosentase

selesai.

Pencatatan

metode

Rp
Proyek

:
500.000.000

Rp

500.000.000

tahun

buku

Pekerjaan

Rp

100.000.000

Berjalan

Rp

100.000.000*

pada

akhir

*)

Laba

Rp

kotor

Kontrak

3.000.000.000

Laba
=

(biaya

tahun

(Rp

pertama

500.000.000

+
+

Taksiran
Rp

by.

2.000.000.000)

Rp

Tahun

Berjalan

(Rp

500.000.000
Rp

proyek)

500.000.000

Rp

2.500.000.000)x

Rp

500.000.000
100.000.000

Dalam perpajakan, metode yang boleh digunakan adalah metode prosentase penyelesaian.
Note:

Di tulisan sebelumnya saya sudah bahas dasar pengakuan pendapatan dan biaya
kontrak konstruksi, cara mudah menginterpretasikan estimasi pendapatan yang
andal dalam PSAK 34 beserta contoh implementasinya. Di tulisan yang sama saya
juga sudah bahas satu contoh kasus penerapan Metode Persentase Penyelesaian
kontrak bertahap sesuai dengan PSAK 34dimana pengakuan pendapatan
dan biaya dilakukan setiap periode buku sepanjang syarat dapat diestimasi secara
andal terpenuhitanpa menunggu hasil penilaian perkembangan pekerjaan.
Seperti sudah saya sampaikan di tulisan tersebut, kecuali untuk perusahaan yang
sudah Go-Publik (harus lapor Bappepam) saya tidak menganjurkan untuk
menjalankan apa yang direkomendasikan oleh PSAK 34, karena pendekatan
tersebut terlalu berbahaya. Itulah yang akan saya bahas dalam tulisan inidengan
melanjutkan contoh kasus yang sama (agar pemahamannya utuh, bagi yang belum
membaca tulisan sebelumnya saya sarankan agar dibaca terlebih dahulu).
Saya katakan apa yang disarankan dalam PSAK 34 terlalu berbahaya karena
menurut saya, meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil
perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah
dibuat belum tentu sungguh-sungguh terjadi.
Saya tampilkan kembali contoh kasusnya:
JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan
pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:
Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB
menunjukan angka Rp 7,500,000,000).

Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat


tanggal 28 Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan
sebagai berikut:

Akhir Semester I 2012 : 10%

Akhir Semester II 2012: 30%

Akhir Semester I 2013: 50%

Akhir Semester II 2013: 70%

Akhir Semester I 2014: 90%

28 Desember 2014: 100%

Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan


penyelesaian pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan,
pihak PT. ABC bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak
telah disahkan dalam perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.
Jika isi kontrak tersebut dituangkan ke dalam estimasi, maka hasilnya akan
menjadi sbb:

Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen,
pasir, kapur, batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Jurnalnya:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000
[Kredit]. Utang Toko Rejeki = Rp 25,000,000
Tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah
buruh bangunan sebesar Rp 50,000,000. Jurnalnya:

[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000


[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000
(Mengapa jurnalnya demikian? Silahkan baca penjelasannya di tulisan
sebelumnya. Penting untuk saya sampaikan bahwa: akun Biaya Kontrak
Konstruksi adalah penyederhanaan, pada penerapan yang sesungguhnya anda
bisa memilah-milah transaksi berdasarkan bahan yang dibeliuntuk tujuan
pengendalian (sehingga akun Biaya Kontrak Konstruksisehingga akun Biaya
Kontrak Konstruksi bisa anda beri nama Biaya Kontrak Besi, Biaya Kontrak
Semen, dan seterusnyaapapun namanya sepanjang memenuhi
logikaakuntansi dan dipergunakan secara konsisten. Saya akan bahas di tulisan
yang akan datang).
Nah, jika mengikuti PSAK 34, di akhir Januari 2012 Pekerjaan Dalam Proses sudah
bisa dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal. Dan pengakuan pendapatan dapat
dilakukan dengan membuat rasio antara biaya yang telah dikeluarkan dengan RAB,
lalu rasio tersebut diaplikasikan ke dalam total nilai kontrak. Sehingga diperoleh
jurnal pengakuan pendapatan sbb:
[Debit]. Piutang PT. ABC = Rp 100,000,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 100,000,000
Dengan laba Rp 25,000,000
(Mengenai tehnis pembuatan rasio dan perhitungan pendapatan, silahkan baca
tulisan sebelumnya).
TETAPI, sekalilagi, SAYA TIDAK MENGANJURKAN ITU. Saya menganjurkan aga
pengakuan pendapatan baru dilakukan jika kepastian pembayaran mendekati 99%.
Kapan kepastian 99% itu tercapai?
Kepastian 99% itu terjadi pada saat perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai dan
disepakati antara PT. JAK selaku kontraktor dan PT. ABC selaku pemberi kontrak.
Selama inspeksi atau penilaian hasil pekerjaan belum dilakukan, maka pengakuan
pendapatan saya anggap terlalu buru-buru.
Bayangkan, jika PT. JAK misalnya mengikuti anjuran dari PSAK 34 seperti di atas,
lalu setelah dialakukan penilaian ternyata PT. ABC menganggap perekembangan
hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh PT. JAK baru mencapai 0.5% (bukan 1%
seperti pengakuan pendapatan yang telah di buat), padahal buku Januari 2012
sudah ditutup. Pastinya buku akan jadi kocar-kacir. Bukan hanya pendapatan yang
lebih diakui, tetapi juga laba!
Sehingga sekalilagi, pengakuan pendapatan sebaiknya dilakukan setelah penilaian
(inspeksi) lapangan dilakukan. Sebelum itu terjadi, sebaiknya pengeluaran-

pengeluaran yang telah terjadi tetap diakumulasikan kea kun Pekerjaan Dalam
Proses. Tak masalah jika laporan laba-rugi belum di buat. Lha wong faktanya belum
ada pendapatan koq. Fakta juga bahwa segala pengeluaran yang telah terjadi masih
merupakan pemupukan asset (aktiva)samasekali tidak melanggar prinsip-prinsip
akuntansi.
Oke. Sesuai isi kontrakakhir Semester I 2012, PT. JAK dijadwalkan sudah akan
merampungkan minimal 10% dari seluruh pekerjaan. Katakanlah tanggal 25 Juni
2012, PT. JAK mengajukan meminta pembayaran pertama kepada PT. ABC.
Dalam kontrak telah disebutkan bahwa. pembayaran dilakukan secara bertahap
mengikuti perkembangan hasil pekerjan. Atas permintaan tersebut, PT. ABC dengan
ditemani oleh perwakilan dari PT. JAK melakukan inspeksi lapangan secara
bersama-sama untuk memeriksa tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi yang
telah dicapai oleh PT. JAK.
Dari hasil pemeriksaan bersama ditemukan bahwa tingkat penyelesaian yang sudah
dicapai mencapai 9%. Untuk itu, disepakati bahwa PT. ABC akan segera
mengirimkan pembayaran sebesar 9% x nilai kontrak = 9% x Rp 10,000,000,000 =
Rp 900,000,000. Nah, di titik ini PT. JAK sudah bisa mengakui pendapatan.
Selanjutnya, keesokan harinya (26 Juni 2012) PT. JAK mengirimkan invoice tagihan
sebesar Rp 900,000,000. Sementara itu, per tanggal 26 Juni 2011 saldo akumulasi
akun Pekerjaan Dalam Proses PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000.
Bagaimana mencatat invoice tagihan tersebut? Bagimana dengan pangakuan
biayanyasaldo akumulasi akun Pekerjaan Dalam Proses PT. JAK menunjukan
angka Rp 800,000,000, apakah semuanya dipindahkan ke akun biaya?
Jangan buru-buru. Sebagai orang accounting, biasakan berpikir analitisjangan
mau jadi kalkulator dan tukang jurnal sajabandingkan estimasi dengan
kenyataannya dahulu.
Tingkat pencapaian pekerjaan seharusnya sudah mencapai 10%, pada
kenyataannya yang bisa disepakati hanya 9% sehingga kenyataannya pendapatan
hanya Rp 900,000,000 (Rp 100,000,000 lebih rendah dibandingkan estimasi).
Sementara, kenyataan pengeluaran yang telah terjadi mencapai Rp 800,000,000
(Rp 50,000,000 lebih tinggi dibandingkan estimasi yang hanya Rp 750,000,000).
Karena penyimpangan di pendapatan dan biaya tersebut, Laba-pun menjadi
menyimpang. Dari estimasi laba Rp 250,000,000 (=1,000,000,000 750,000,000),
yang terealisasi hanya Rp 100,000,000. Terjadi penyimpangan laba sebesar Rp
150,000,000. Angka yang cukup besar tentunya.

Dari perspektif akuntansi, untuk pendapatanmau tidak mau hanya bisa diakui
sebesar invoice tagihan. Sehingga jurnalnya menjadi:
[Debit]. Piutang PT. ABC Akhir Semester I 2012 = Rp 900,000,000
[Debit]. Pendapatan = Rp 900,000,000
Yang masih jadi tanda tanya adalah pengakuan biayanya. Pertanyaannya:
Sungguhkah biaya yang telah keluar sebesar Rp 800,000,000? Periksa pencatatan
dari awal hingga akhirapakah sudah akurat? Jika belum akurat lakukan
penyesuaian-penyesuaian. Jika sudah akurat?
Kemungkianannya tinggal 2 saja:
Kemungkinan-1. Ada beberapa bahan yang sudah dibeli, tetapi belum
dipergunakan sepenuhnya Periksa: adakah material bangunan yang belum
dipakai (semen, pasir, kapur, kayu, dan lain-lain), adakah material yang setengah
proses? Jika ada, hitung. Adakah upah tukang/buruh yang dibayar di depan? Jika
ada hitung. Mungkin tidak bisa dihitung secara pasti, untuk itu lakukan estimasi
minta approval dari atasan (pimpinan) untuk menentukan estimasi ini. Katakanlah
total angkanya Rp 100,000,000, maka besarnya biaya yang diakui hanya Rp
700,000,000 (=800,000,000 100,000,000). Saldo akun Pekerjaan Dalam Proses
yang bisa dipindahkan ke akun biayapun jadinya hanya Rp 700,000,000. Sehingga
jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 700,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 700,000,000
Oke pengakuan pendapatan dan biaya telah dilakukan. Hasilnya? Laba Rp
200,000,000 saja. Masih ada penyimpangan Rp 50,000,000 jika dibandingkan
dengan estimasinya yang Rp 250,000,000. Dimanakah selisihnya?
Kemungkinan-2. Pemborosan (inefisiensi) dan kehilangan Jika estimasi
material bangunan yang belum terpakai sudah akurat dan disepakati, maka
kemungkinan yang tersisa hanya ini (boros atau hilang). Telah terjadi pemborosan
atau kehilangan senilai Rp 50,000,000. Apa yang harus dilakukan terhadap selisih
ini, apakah diakui sebagai biaya atau langsung diakui sebagai rugi?
Catat biaya saja. Jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 50,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
Kondisi timpang seperti ini besar kemungkinannya terjadi di awal-awal. Memang,
pekiraan tingkat penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati belum tentu akurat
100%, estimasi material yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%.
Bagaimanapun juga itu baru satu dari total 5 fase yang direncanakan.

Perlakuan akuntansi, analisa dan pengendalian di fase-fase berikutnya akan tetap


demikian. Terus berulang sampai proyek selesai.
Nah, jika penyimpangan di fase pertama ini tidak tertutup di fase berikutnya, maka
besar kemungkinannya diakhir proyek nanti PT. JAK akan mengalami kerugian.
Kerugian itu tidak selalu karena pemborosan atau kehilangan, bisa saja karena
RAB-nya yang keliru. Oleh sebab itu, disamping perlu melakukan pengawasan lebih
ketat, RAB juga perlu dihitung/ditinjau ulang tingkat akurasinyamungkinkah harga
material naik? Atau upah buruh/tukang naik? Dan lain sebagainya. Jika memang
tidak akurat atau telah terjadi kenaikan harga material maka PT. JAK perlu membuat
revisi RAB. Jika negosiasi ulang bisa dilakukan dengan pihak PT. ABC, tentu itu
jalan terbaik.
Dalam contoh kasus tadi kebetulan saya buat hasil penilaian tingkat perkembangan
pekerjaan lebih kecil dari estimasi. Pada praktek sesungguhnya, bisa saja terjadi hal
sebaliknya (meskipun kemungkinannya kecil). Jika demikian keaadaanya, berarti
akan timbul laba. Laba itupun belum tentu akurat. Masih perlu dilihat di fase-fase
berikutnya.
Secara keseluruhan bisa saya katakan bawa: penerapan Metode Persentase
Penyelesaian pada kontrak konstruksi tidak mudah. Tantangannya ada pada akurasi
estimasi-estimasi yang telah dibuatakurasinya yang mentukan apakah proyek
menjadi sukses atau sebaliknya. Diperlukan sistim administrasi dan pengendalian
yang ketatjauh lebih ketat dibandingkan jenis aktivitas usaha lainnya.
Kesulitan itu akan menjadi semakin tinggi jika perusahaan menggarap multi-kontrak,
multi-proyek. Mengapa semakin seulit? Karena setiap biaya yang timbul harus bisa
dihubungkan dengan proyeknya. Pendapatan yang diterimapun harus bisa
dihubungkan dengan proyeknya dengan benar. Sehingga matching principle tetap
bisa terjaga. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengorganisasian khusus.
Nah bagaimana merencanakan dan mengorganisasikan administrasi agar perlakuan
akuntansinya tetap konsisten, benar dan akurat? Jika ada kesempatan saya akan
bahas secara khusus. Yang jelas bahasan tersebut akan lebih banyak di wilayah
sistim informasi akuntansi dan pengendalian interen (penyusunan sistem/prosedur,
dan kebijakan/policy). Tentu yang lekat dengan kenyataan praktek dilapangan
(actionable)bukan yang sifatnya teoritis belaka. Untuk sementara saya ucapkan
selamat beraktivitas, semoga sukses selalu.

Anda mungkin juga menyukai