Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN EMPIRIS ANTARA INTERVENSI PEMERINTAH DAN TEORI

AKUNTANSI
Teori akuntansi banyak berubah setelah adanya peraturan pemerintah. Ketika berhadapan dengan
peristiwa sejarah seperti peraturan pemerintah, "bukti" yang disajikan selalu tunduk pada
interpretasi dan bias tergantung pada sang peneliti. Selalu muncul terkaiti "sampel strategis"
referensi yang menghasilkan simpulan. Pada tahap awal dalam pengembangan teori ini pendekatan
ex post studi kasus telah menghasilkan [Posner, 1974] dan tampaknya menjadi prekursor logis dan
diperlukan untuk teori umum regulasi. Kami menyadari masalah-masalah metodologis. Meskipun
bukti kami sajikan agak "santai," dan bukan "ketat" seperti yang kita inginkan, namun itu tetaplah
bukti. Selain itu, kami telah berusaha untuk memilih referensi dari standar dan literatur akuntansi
klasik. Tidak diragukan lagi, kutipan dan referensi yang bertentangan muncul. Kami tidak berpikir
bahwa semua masalah telah kami selesaikan, melainkan mendorong orang lain untuk mengejar,
memperbaiki, dan memperluas analisis kami.

Aturan Rel Kereta Api


Pertumbuhan rel kereta api dianggap oleh banyak akuntan sangat penting dalam pengembangan
teori akuntansi terutama pada tahun 1800-1930. pertumbuhan rel kereta api berperan dalam
pengembangan akuntansi penyusutan dan depresiasi dalam literatur pada abad kesembilan belas.
Tidak ada keraguan bahwa perkembangan kereta api baik di Amerika Serikat dan Inggris
mempengaruhi literatur akuntansi tentang sifat penyusutan, termasuk pertanyaan terkait klasifikasi
penyusutan sebagai beban.
Akibatnya, dari teori yang kita miliki timbul dua pertanyaan. Pertama mengapa debat penyusutan ini
muncul seiring dengan pertumbuhan rel kereta api? Dan yang kedua apakah aturan pemerintah atau
aksi politik yang mendahului literature?
Alasan timbulnya debat tersebut diteliti oleh Littleton (1933). Dia menegaskan bahwa dua kondisi
yang diperlukan untuk pengembangan penyusutan akuntansi, perusahaan dengan kewajiban
terbatas dan aset jangka panjang. Dia menunjukkan bahwa perseroan terbatas adalah kondisi yang
diperlukan, karena menyebabkan perjanjian membatasi dividen terhadap laba dan dengan demikian
menciptakan permintaan untuk laporan keuangan yang melaporkan keuntungan. Aset jangka
panjang penting karena jika tidak ada, maka tidak akan ada kebutuhan menghitung penyusutan
untuk menentukan keuntungan.
Analisis Littleton tersebut tidak lengkap. Pertama biaya agen untuk utang dan modal tetap muncul
tanpa memandang apakah perusahaan secara legal memiliki kewajiban terbatas atau tidak. Kedua,
perjanjian dividen dan aset jangka panjang belum tentu menyebabkan penyusutan yang
diperlakukan sebagai beban. Kami tidak mengamati penyusutan diperlakukan sebagai beban
sebelum abad ini. Sebaliknya ia diperlakukan sebagai alokasi keuntungan. Hal ini menunjukkan
bahwa analisis Littleton ini belum didukung secara empiris.
Littleton mengakui bahwa analisisnya tidak konsisten dengan fenomena yang diamati dan bahwa
beberapa variabel lain yang diperlukan untuk menjelaskan adanya kekhawatiran tentang beban
penyusutan dalam teori dan praktik akuntansi. Dia menjelaskan bahwa variable yang hilang tersebut
adalah pengetahuan. Kami mengusulkan bahwa penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa,
dalam kasAS rel kereta api, tarif dan tarif yang diatur oleh pemerintah adalah atas dasar

"keuntungan." Sebagai contoh kereta api AS charter sering melakukan penyesuaian tarif mereka
berdasarkan keuntungan.
Parlemen Inggris menetapkan tarif kereta api maksimal pada awal perkembangan rel kereta api,
dengan beberapa pengecualian. Mulai saat itu Parlemen mulai mengatur keuntungan kereta api.
Pada 1836, James Morrison berusaha agar Parlemen membatasi keuntungan dari semua kereta api.
Hasilnya adalah diterbitkannya Gladstones bill pada tahun 1844. Walaupun kemudian aturan ini
dilemahkan oleh diterbitkannya the actual Railways Regulation Act pada tahun 1844, namun sebuah
prinsip telah mulai didirikan.
Isu tentang keuntungan kereta api di AS dan UK mulai mendapat perhatian politik pada abad ke 19.
Oleh karena itu, tidak mengherankan pertanyaan mengenai perhitungan keuntungan dan apakah
penyusutan harus dibebankan sebagai beban ikut muncul ke permukaan. Metode akuntansi terkait
penambahan modal, penyusutan, perbaikan, pembaharuan, dan lain-lain dapat mempengaruhi
keuntungan yang dilaporkan dan karenanya, tarif dan nilai pasar rel kereta api.
Isu politik tentang keuntungan kereta api mengarahkan beberapa negara bagian AS untuk
meluluskan aturan legislasi yang dalam beberapa cara mengatur rel kereta api, biasanya dengan
"mengendalikan harga yang terlalu tinggi." Pada tahun 1887 undang-undang federal membentuk
Interstate Commerce Commission untuk melarang tarif yang tidak masuk akal dan diskriminasi
harga, kontrol atas merger, dan menetapkan sistem akun yang seragam. Komisi itu mengadopsi
kebijakan akuntansi yang mengatur perbaikan atau perbaharuan ikatan, rel, jalan, lokomotif, dan
gerbong diklasifikasikan sebagai beban operasi.
Meskipun kereta api adalah target utama dari regulasi, harga utilitas publik lainnya juga diatur dalam
abad kesembilan belas. Sebuah Komisi Gas didirikan di Massachusetts pada tahun 1885 dan dua
tahun kemudian diperluas untuk mengatur perusahaan listrik. Kemudian, komisi itu diberikan
kontrol atas kapitalisasi dan tarif. Pemerintah kota mengatur tarif perusahaan air (Spring Valley
Water Works v. Schottler (1883)) dan peraturan tersebut menyebabkan sengketa hukum mengenai
apakah depresiasi harus dipertimbangkan dalam menentukan tarif (San Diego Water Co v. San
Diego). Negara bagian mengatur biaya untuk lift gandum (Munn v. Illinois (1877)).
Hipotesis kami bahwa aturan tarif (terutama dari rel kereta api) menciptakan permintaan untuk teori
rasionalisasi penyusutan sebagai beban. Selain itu, kami berharap bahwa teori-teori ini lebih populer
dan akan menekankan bahwa perlakuan penyusutan sebagai beban adalah "kepentingan umum.
Namun, karena peraturan tarif dibenarkan dalam hal membatasi keuntungan monopolis, regulasi
menciptakan permintaan untuk pembenaran terkait penyusutan yang harus diperlakukan sebagai
biaya tahunan pengurang keuntungan. Selain itu, karena peraturan sering didasarkan pada argumen
ekonomi, teori penyusutan juga dibungkus sebagai biaya ekonomi.
Waktu munculnya perdebatan seakan mengkonfirmasi hipotesa kami bahwa aksi politik
menghasilkan teori akuntansi, bukan sebaliknya. Sebagaimana telah kita lihat, aturan kereta api AS
di tahun 1830-an termasuk ketentuan dalam pengaturan keuntungan. Aturan tersebut mendahului
perdebatan yang diamati dalam literature akuntansi. Langkah Morrison agar Parlemen mengatur
keuntungan dari rel kereta api di Inggris juga mendahului perdebatan tersebut

Tax Income Act


Pengaruh undang-undang pajak penghasilan pada praktek pelaporan keuangan cukup dikenal dan
banyak disesalkan oleh akademisi. Pengaruh tersebut sangat jelas dalam praktek dimana penyusutan

lebih kepada sebagai pengurang laba bersih, daripada memperlakukannya sebagai alokasi
keuntungan.
Pengaruh undang-undang pajak atas teori akuntansi tampaknya sedramatis deskripsi Saliers
terhadap pajak hukum AS terkait pengaruhnya pada praktik akuntansi, khususnya yang berkaitan
dengan penyusutan. Kepedulian terhadap penyusutan sebagai beban hanya ada dalam literatur
akuntansi kereta api sampai tahun 1880-an. Pada decade tersebut kami mengamati jurnal, artikel,
dan buku di Inggris yang membahas penyusutan untuk perusahaan secara umum. Namun kami tidak
mendapatkan hal yang sama di US. Hal ini menimbulkan pertanyaan kenapa tiba-tiba masalah
penyusutan muncul di Inggris, dan kenapa hal yang sama tidak terjadi di US.
Brief [1976, hal. 737] menunjukkan bahwa literatur Inggris saat itu didorong oleh keprihatinan
tentang "membayar dividen dari modal" dan bahwa "akuntan pertama-tama adalah untuk
memperjelas teori, dan kedua, untuk memahami tanggung jawab mereka dalam hal ini. Namun,
mereka hanya dibantu sedikit oleh kekuasaan kehakiman dan hukum yang gagal untuk menentukan
aturan perilaku akuntansi. " walaupun tulisan akuntansi saat itu menyarankan bahwa hal itulah
masalahnya, namun kami pikir itu jawaban yang tidak memuaskan. Keputusan hukum sudah
konsisten: Persoalan tentang depresiasi adalah persoalan manajemen internal perusahaan, tidak ada
hubungan dengan hukum.
Kami mengusulkan bahwa alasan kenapa tiba-tiba literature Inggris banyak membahas penyusutan
adalah karena sebelum tahun 1878 undang-undang pajak Inggris itu tidak membuat penyisihan atas
penyusutan. Kemudian pada 1878 UU tersebut dimodifikasi untuk membolehkan pengurangan
untuk nilai yang hilang dari peralatan dan gedung yang digunakan. Penyusutan tidak disebutkan di
aturan tersebut dan tidak diperkenankan nilai yang hilang karena keusangan.
Penjelasan tentang undang-undang pajak pada abad ke 19 juga menjelaskan kenapa tidak terjadi
perdebatan tentang penyusutan di US. Undang-undang pajak pertama di AS adalah UU Cukai tahun
1909. Pada periode tersebut yang mengemuka adalah persoalan menentukan keuntungan yang
tersedia untuk dividen.
Undang-undang pajak tidak hanya mempengaruhi waktu didiskusikannya peyusutan, namun juga
konsep penyusutan dan akuntansi pendapatan. Dalam kasus hukum pada dividen dari laba
penyusutan dianggap sebagai prosedur penilaian. Apakah jumlah penyusutan sudah cukup akan
diputuskan apabila terjadi perselisihan.
Aturan penyusutan pajak penghasilan di Inggris dan AS didasarkan pada biaya historis karena lebih
hemat biaya. Kebutuhan untuk rasionalisasi prosedur ini dan akrual lainnya di UU pajak akhirnya
menghasilkan konsep pendapatan berdasarkan pencocokan dan konsep realisasi.
Sepertinya perkembangan profesi dapat menjelaskan perbedaan waktu timbulnya debat tentang
penyusutan di Inggris dan AS. Badan-badan professional tidak benar-benar berkembang hingga
tahun 1870an di Inggris dan 1890 di AS. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengamati perdebatan
tentang penyusutan dikedua Negara itu. Namun hipotesis alternative ini kurang memuaskan karena
dua hal. Pertama, Littleton [1933, p. 265] melaporkan bukti bahwa banyak individu (terutama
pengacara) yang menerapkan praktek akuntansi pada abad 18. Lalu banyak pula akuntan public di AS
pada tahun 1866. Kedua, ketiadaan profesi akuntan resmi tidak serta merta mencegah munculnya
perdebatan mengenai penyusutan rel kereta api pada literature Inggris pada 1840an dan AS pada
1850an. Ketiga, pembentukan masyarakat profesional itu sendiri, adalah mungkin karena aksi politik.
Akuntan memiliki insentif untuk melobi penetapan praktek akuntansi oleh pemerintah. Mengingat
beberapa skala ekonomi dalam lobi, intervensi pemerintah dalam akuntansi diharapkan akan
menghasilkan badan-badan profesional.

Securities Act
Sedikitnya ada dua dampak besar dari diterbitkannya U.S. Securities Acts of 1933-3 terhadap
literature akuntansi. Pertama, tujuan akuntansi beralih kea pa yang kita sebut dengan tujuan
informasi, dan kedua merangsang penelitian terhadap prinsip akuntansi.
Sebelum Securities Act, para ahli teori akuntansi cenderung menggambarkan dan mendasarkan
ketetapan akuntansi mereka pada beberapa tujuan akuntansi, dan mereka mencantumkan
pengguna dari ketetapan tersebut. Daines [1929, hal. 94] menggambarkan "ortodoks" atau tujuan
dominan akuntansi sebagai "untuk mencerminkan bahwa penghasilan yang secara hukum tersedia
untuk dividen." Sweeney [1936, hal. 248] menyatakan bahwa "tujuan dasar akuntansi harus terdiri
dari upaya untuk membedakan antara modal dan pendapatan."
Setelah Securities Act, tujuan yang paling dominan adalah memberikan informai pada investor dan
kreditor dalam rangka membantu mereka membuat pilihan investasi yang rasional. Kami
menyebutnya tujuan informasi. Salah satu dokumen paling awal yang menggambarkan penekanan
baru ini adalah AAA 1936 "Pernyataan Tentatif Prinsip Akuntansi." Sejumlah prosedur akuntansi
yang tidak memuaskan dibahas di sini.
Memperhatikan penekanan yang diberikan pada investor, Hendrikson [1977, p. 54] juga mendukung
pendapat kami bahwa tujuan akuntansi berubah dari menyediakan informasi keuangan pada
manajemen dan kreditor, menjadi menyediakan informasi keuangan pada investor dan pemegang
saham.
Penulis masa kini bahkan tidak lagi memasukkan unsur manajemen sebagai pengguna laporan
keuangan. Dikotomi antara akuntansi internal dan eksternal sudah lengkap. Pernyataan terbaru
tentang tujuan akuntansi, Kerangka Konseptual FASB, juga tidak menyertakan manajemen.
Domnasi tujuan informasi muncul diduga sebagai pembenaran kepentingan public dan dukungan
terhadap securities act. SEC dibenarkan dalam hal, dan ditugaskan untuk mempertahankan fungsi
ketertiban pasar modal. Khususnya SEC berkewajiban untuk melindungi masyarakat dari terjadinya
kehancuran pasar saham. Kehancuran tersebut diduga disebabkan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan yang tidak memadai, walaupun hipotesa ini didukung sedikit bukti.
Hipotesis bahwa dominasi tujuan informasi disebabkan oleh Securities ACTdidukung tidak hanya
oleh kecenderungan penulis modern untuk mengutip kepentingan publik sebagai tujuan bersama
dengan tujuan informasi, tetapi dengan kecenderungan untuk menyatakan bahwa pemenuhan
tujuan informasi diperlukan untuk "kepentingan umum."
Hubungan erat antara tujuan informasi dan "kepentingan umum" diangkat dalam literatur bahwa
informasi yang diberikan dalam laporan akuntansi adalah barang publik dan sebagai akibatnya,
mungkin ada kekurangan produksi informasi dari sudut pandang masyarakat (yaitu, jika ada
kegagalan pasar).
Penelitian prinsip akuntansi sebelum Securities Act tidak pernah jauh dari praktek, dan
penetapannya dilakukan berdasarkan rasionalisasi terhadap praktek (contohnya matching concept).
Pada masa itu, kata teori tidak ada dalam literature akuntansi (kecuali Patton (1922)) sampai Perang
Dunia II berakhir.
Penjelasan yang paling mendekati kebenaran tentang dua perpindahan pemikiran dari akuntansi
ortodoks (Canning, 1929; and Paton, 1922) adalah keduanya didasarkan pada desertasi doctoral
yang ditulis dalam departemen ekonomi. Kedua penulis tersebut sangat dipengaruhi ekonom serta

akuntan. Jika Paton dan Canning adalah pertanda perubahan dalam pemikiran akuntansi, kita akan
melihat pergeseran pandangan akuntansi ortodoks pada tahun 1920-an, menyusul penerbitan bukubuku mereka. Atau, jika Canning dan pandangan Paton adalah outlier atau penyimpangan karena
pelatihan ekonomi mereka, kita akan mengharapkan untuk mengamati mereka memodifikasi
pandangan mereka sendiri terhadap posisi ortodoks untuk menjamin kelangsungan profesi mereka
sebagai akademisi akuntansi.
Perhatian literature terhadap praktek sebelum Securities Act tidak mengherankan. Penetapan
standar berdasarkan rasionalisasi wajar terjadi dalam dunia ekonomi dimana pelaporan keuangan
perusahaan tidak memiliki aturan tersendiri. Teoris akan mendasarkan pemikiran mereka atas
perusahaan individu pada pengaturan kelembagaan praktek akuntansi saat itu. Oelh karena itu, teori
sangat memperhatikan praktek. Lebih jauh lagi, karena ditujukan untuk satu individu perusahaan
tertentu, teori tidak diwajibkan untuk digunakan oleh seluruh perusahaan, namun bisa diadopsi.
Teoris tidak berupaya untuk menentukan prinsip akuntansi yang harus dipraktekkan seluruh
perusahaan.
Sebagaimana kita ketahui, Securities Act didasarkan pada argumen bahwa diperlukan pengungkapan
untuk "kepentingan umum." Idenya adalah bahwa tanpa pengungkapan, pasar modal akan kurang
efisien.
Pembenaran terhadap kebutuhan pengungkapan adalah insentif swasta untuk mengadopsi aturan
akuntansi tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, praktek akuntansi saat ini tidak bisa dijadikan
dasar penetapan aturan akuntansi. Pembenaran ini membebaskan teori akuntansi dari
ketergantungannya terhadap pengamatan praktek. Timbul kemungkinan untuk membangun teori
akuntansi tanpa mereferensikan pada suatu praktek tertentu. Lebih jauh lagi, pembenaran ini
membuat komisioner SEC untuk menuntut teori-teori baru tersebut. SEC bertujuan untuk
mereformasi praktek akuntansi, tanpa pengamatan terhadap praktek, SEC membutuhkan set teori
akuntansi tertentu untuk menjadi dasar reformasi yang mereka lakukan.
Kami menduga teoris akuntansi yang terbiasa mengamati praktek akuntansi akan bingung dengan
permintaan SEC. setelah munculnya permintaan SEC tersebut literature akuntansi mulai membahas
sifat-sifat prinsip akuntansi. Lebih jauh lagi, setelah para teoris mulai meninggalkan pengamatan
terhadap praktek akuntansi, kita mulai melihat literature akuntansi yang bersifat filosofis juga mulai
jauh dari praktek.
Adalah sebuah keharusan untuk membandingkan penelitian prinsip akuntansi di AS dengan di Inggris
di mana belum ada badan pengawas pemerintah dengan kekuatan hukum yang berwenang
menetapkan prosedur akuntansi. Sampai saat ini hanya ada sedikit kemajuan di Inggris dalam hal
penelitian prinsip akuntansi. Bukti-bukti menunjukkan penelitian prinsip akuntansi dilakukan sebagai
respons dari tekanan pemerintah yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam krisis keuangan.
Pembahasan dalam bagian ini menyatakan bahwa banyak dari teori akuntansi (misalnya, konsep
penyusutan, akuntansi akrual, penerapan konsep pendapatan ekonomi, dan gagasan bahwa tujuan
dari laporan keuangan umumnya untuk memberikan informasi kepada investor daripada untuk
mengendalikan biaya agensi), mengikuti intervensi pemerintah. Dengan demikian, bukti-bukti
tersebut konsisten dengan hipotesis kami bahwa banyak dari teori akuntansi adalah produk dari
intervensi pemerintah. Bukti yang ada tampaknya tidak konsisten hipotesis "kepentingan umum".
Tidak diragukan lagi ada teori alternatif yang dapat menjelaskan timeline literatur akuntansi.
Tantangannya untuk orang-orang yang mendukung teori-teori alternatif adalah untuk mereka
menjabarkannya dan menunjukkan bahwa teori alternative tersebut menghasilkan bukti yang lebih
konsisten daripada teori yang kami gunakan.

Anda mungkin juga menyukai