HEMOROID
Disusun oleh:
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB.(K)Trauma. FINACS.,FICS
ILMU BEDAH
SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan Makalah yang berjudul
Hemoroid.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3
2.1 AnatomiAnorektum ............................................................................ 3
2.2 Definisi Hemoroid .............................................................................. 9
2.3 Patofisiologi Hemoroid ..................................................................... 10
2.4 Faktor Resiko Hemoroid .................................................................. 11
2.5 Klasifikasi Hemoroid ........................................................................ 12
2.5.1 Hemoroid Interna ..................................................................... 13
2.5.2 Hemoroid Eksterna .................................................................. 14
2.5.3 Gabungan Hemoroid interna dan eksterna .............................. 15
2.6 Manifestasi Klinis Hemoroid ............................................................ 15
2.7 Diagnosis Hemoroid.........................................................................17
2.7.1 Anamnesis ............................................................................... 17
2.7.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................... 18
2.7.3 Pemeriksaan Tambahan ........................................................... 20
2.8 Diagnosa Banding Hemoroid ........................................................... 21
2.9 Penatalaksanaan Hemoroid ............................................................... 24
2.9.1 Penatalaksanaan Medis ............................................................ 24
2.9.2 Terapi Minimal Invasive ......................................................... 25
2.9.3 Operatif ................................................................................... 27
2.10 Komplikasi Hemoroid ..................................................................... 27
2.11 Prognosis Hemoroid ........................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................29
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
sementara konstipasi merupakan salah satu faktor risiko dari kejadian hemorrhoid
(Fox-Orenstein, 2008). Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan
secara medik dan scara bedah tergantung dari derajatnya (Simadibrata M, 2006).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tepi anus atau anal verge adalah batas terluar dari canalis ani dan
merupakan pertemuan antara anus dan kulit perianal. Lokasi persis dari tepi anus
ini tidak jelas, tetapi epitel kulit pada tepi anus ini sedikit sekali mengandung
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea (Simadibrata M, 2006;
Zinner MJ, 2007).
Linea dentata adalah ujung atas kanalis ani, merupakan peralihan epitel
mikosa. Struktur ini merupakan penyatuan dari embrional ectoderm dengan
endoderm, dan terletak kurang lebih 1-1,5 cm diatas ujung anus. Pada zona
transisional epitel kolumnar dari rectum beralih menjadi epitel kuboid, kemudian
menyatu dengan epitel skuamosa pada linea dentata (Simadibrata M, 2006; Zinner
MJ, 2007).
Cincin anorektal atau anorectal ring terletak 1-1,5 cm diatas linea dentate,
merupakan batas atas dari kompleks spincter ani dan mudah teraba pada
pemeriksaan anus. Kanalis ani dikelilingi oleh dua lapis kelompok otot. Lapisan
otot dalam, yaitu spincter interna adalah penebalan dari otot polos sirkular yang
mengelilingi rectum. Lapisan otot luar, yaitu spincter externus adalah otot bergaris
yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu lapisan dalam, superficial, subkutaneus.
Kanalis ani berawal dari cincin anorectal dan berakhir pada anal verge.
Panjangnya sekitar 2-3 cm (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007).
Aliran darah balik melalui dua rute. Diatas linea dentate, pleksus
hemoroidalis interna mengalirkan darah menuju vena rektalis superior dan
kemudian bermuara ke vena mesenterika inferior dan system portal. Pleksus
hemoroidalis eksterna terletak dibawah linea dentate, mengalirkan darah ke vena
rectalis inferior dan vena rectalis media, kemudian mengalirkannya ke vena iliaka
interna (Simadibrata M, 2006; Zinner MJ, 2007). Vena-vena dari anorektum
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Vena-vena rektum dilihat dari anterior (Sumber: Netter FH. Atlas of
Human Anatomy 6th edition, 2014)
cabang vena rectalis inferior, disertai bekuan kecil darah pada jaringan submukosa
dekat anus. Pembengkakan ini disebut trombosis hemoroid externa/hematoma
perianal. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri (Riwanto Ign, 2010).
Gambar 2.4 Inervasi anorektum dilihat dari anterior (Sumber: Grants Atlas of
Anatomy 12th Edition, 2009).
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar
desenden yang mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul 15
menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja
dalam rektum menyebabkan peregangan rektum yang menimbulkan rangsangan
sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong tinja
kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-serat sensoris
asendens yang selanjutnya dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran
tentang adanya distensi. Sementara itu terjadi kontraksi sementara otot lurik
sfingter ani eksternus, puborectal sling (bagian dari muskulus levator ani). Dengan
demikian terjadilah reflek yang disebut reflek inflasi.
10
litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan, dan
lateral kiri, mengikuti cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak
sebagai pembengkakan globular kemerahan.1 Hemoroid yang lebih kecil terjadi
diantara tempat-tempat tersebut (Mansjoer A, 2002).
Faktor risiko hemoroid banyak sekali, sehingga sukar bagi kita untuk
menentukkan penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu:
Primer
o Keturunan, karena dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
o Anatomik dan fisiologi. Vena daerah anorektal tidak mempunyai
katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot
dan vasa sekitarnya sehingga memudahkan timbulnya timbunan
darah.
o Kelemahan dari tonus sphincter ani
Sekunder
o Pekerjaan. Orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus
mengangkat
barang
berat,
mempunyai
predisposisi
untuk
hemoroid.
o Umur. Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
o Endokrin, misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena
ekstremitas dan anus (sekresi hormon relaksin) yang dapat
melemahkan dinding vena di bagian anus.
11
12
Derajat I :
-
Derajat II :
-
Derajat III :
-
Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus
didorong dengan jari ( reposisi manual )
Derajat IV :
-
13
Tabel 2.1 Derajat Hemoroid Interna (Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 3, 2010)
Derajat
Berdarah
Prolaps
Reposisi
II
Spontan
III
Manual
IV
Tetap
irreponibel
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus yang
sebenarnya merupakan suatu hematom, disebut sebagai hemoroid thrombosis
eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
14
2.6 Manifestasi Klinis Hemoroid (Riwanto Ign, 2010; Thornton, SC, 2013)
-
15
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah,
tanpa disertai nyeri dan pruritus. Walaupun berasal dari vena, darah yang
keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan
massif terjadi bila bantalan prolaps pecah dan terbendung oleh spincter.
Perdarahan dapat juga timbul diluar defekasi, yaitu pada orang tua dengan
bantalan anus yang hanya ditutupi oleh mukosa yang terletak diluar anus,
terjadi akibat tonus spincter yang melemah. Perdarahan ini berwarna
merah segar karena berasal dari lamina propia yang langsung berada
dibawah epitel; dan baru terjadi. Perdarahan luas dan intensif di fleksus
hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
anemia berat.
-
Gejala iritasi. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mukus. Sekresi dari mukosa anus disertai
perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori
pakaian dalam, bahkan dapat menimbulkan maserasi kulit. Skin tags
merupakan tanda pernah terjadinya episode komplikasi thrombosis
hemoroid interna. Pruritus ani sebenarnya bukan akibat dari wasir. Rasa
gatal bisa terjadi karena sulit untuk menjaga kebersihan di daerah yang
terasa nyeri. Pruritus ani yang timbul bisa juga disebabkan karena iritasi
16
kulit perianal oleh karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
anus. (itching and pruritus)
-
Nyeri. Nyeri dan rasa tidak nyaman timbul bila ada komplikasi berupa
prolaps, thrombosis, atau akibat penyakit lain yang menyertai seperti fisura
ani, abses dan keganasan. Puncak nyeri biasanya timbul setelah defekasi.
17
Anamnesis
Hemoroid
interna
yang
terus
menerus
akibat
rangsangan mucous.
Hemoroid
eksterna
2.7.2
18
19
Kelainan anorectal lainnya, misalnya fisura ani, fistel ani dan lain
lain
2.7.3
20
21
22
pemeriksaan, tidak ada kelainan yang dapat ditunjukkan dan hanya tampak
apabila penderita mengejan pada posisi duduk seperti pada waktu defekasi.
Didapatkan permukaan mukosa dengan rugae. Didapatkan pula discharge
mucous dan inkontinensia. Bentuknya sirkumferensial (Elliot M, 2013).
23
Berupa perbaikan pola hidup perbaikan pola makan dan minum, perbaiki
pola atau cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan
yang harus selalu ada dalam setiap bentuk derajat hemoroid. Perbaikan
defekasi disebut Bowel Managemet Program (BMP) yang terdiri dari diit,
cairan serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku perubahan air
besar. Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi
jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Mengedan dan konstipasi akan
24
Bertujuan memperbaiki
25
26
2.9.3
Operatif
Infeksi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi ( inkarserata
/ terjepit ) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
Laserasi yang terjadi pada plexus hemorroidalis tersebut dapat terinfeksi
oleh kuman kuman yang banyak terdapat dalam kanalis analis tersebut.
Infeksi yang berat dapat menyebabkan sepsis perianal dan bisa
mengakibatkan kematian.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30