Sitologi
dan Antisipasi
Era Pasca Genom
PIDA TO PENGUKUHAN
Diucapkan pada Upacara Peresmian
Penerimaan
Jabatan Guru Besar IMadya dalam Ilmu Patologi Anatomik
pada Fakultas Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Semaranl, tanggal 24 Oktober 1998
Oleh
TJAHJONO
Assalamu'alaikum
Wr. Wh.,
Yang sara hormati
Rektor I Ketua SenatUniversitas Diponegoro
Para anggotaDewan PenyantunUniversitas Diponegoro
Paraanggota SenatclanDewan Guru BesarUniversitas
Diponegoro
Para Guru Besartamu,
Paraanggota Muspida Daerah Tingkat I Propinsi Jawa
Tengah,
Para PembantuRektor Universitas Diponegoro,
ParaDekan, PembantuDekan, Ketua Lembaga, Direktur
ProgramPascasarjana,Asisten Direktur Program Pascasarjana,Ketua Program Magister clan Program Doktor
selia sivitas akademika Universitas Diponegoro,
Paratamu undanganyang sara muliakan clan
Paramahasiswayang sara cintai,
Dengan kerendahanhati, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita sehingga
dapat menghadiri rapat senatterbuka Universitas Diponegoro dalam rangka peresmiaJ1penerimaanjabatan Guru
BesarMadya.
Sebelum mengawali pidato pengukuhan, saya
mengajak hadirin untuk merenungkan penderitaan lahir
clan batin yang dialami penderita kanker dan keluarganya.
Pen.deritaanini tercermin daTi.rasa nyeri luar biasa disertai putus asapactasaatdidiaKIlosis menderitakanker. Para
ilmuwan kedokteran telah berusaha menanggulangikankef clan mencari terapi yang tepat, tetapi sampai saat ini
basil terapi belum memuaskankarena belum merupakan
terapi yang tuntas terutama apabila kanker telah berkembang mencapai stadium lanjut. Terapi kanker memberi
1
Kanker
sebagai Sa/all
safllnlasa/ah
kesehatall di
Indonesia
pembelahan
set tubuh
manusia
norma.!
sional.
manusia
Dalam
dengan
sel
Dengan
demikian
berfungsi
protein
DNA
gel
(fase
secara
rase
g),
anak
masuk
yang
melalui
(daughter
ke
siklus
ke rase
istirallat
masuk
ke
Apabita
memperbanyak
cepat
Benjolan
normal,
maka
ini
tlllublm
G\
umum
basil
mitosis
G1,
sebagian
pada
sel.
sel
di
diri
secara
tidak
rase
disebut
neoplasm
clan
s~cara
teratur
anak
masuk
aktifkembali
kelompok
kembali
cepat.
set
timbul
tumor.
ke
men~ebabkan
(\,8,9,\ )
membelah
teratur,
a atau
sintesis
seterusnya.
sel
sehingga
ttlbuh
Siklus
(G1),
Go dapat
tubuh
tidak
terkendali,
organ
(M)
Masuknya
dalam
baru
menyusun
siklin.
gap-l
cell)
gel
dan
sel
atau
disebut
(M),
kemudian
aktif
tubuh
berlangsung
pada
mati
mitosis
siklus
normal
tubuh,
b u I1anolehI u ksuatu
(21467)
a.
kelom-
dikendalikan
penyem
rase
normal.
secara
(G2),
dalam
(Go).
rase
rase
istirahat,
proses
regenerasi
kaidah
gap-2
terns
pertumbuhan
pertumbuhan
mitosis
diri
kaidah
pembelahan
sel
fung-
berl311gsung
sehingga
mengganti
seI
tubuh
menurut
aturan
untuk
Kumpulan
memperbanyak
ini
terkendali,
dsel
I
a amnormal
proses
berlangsung
sel
Proses
manusia
untuk
Siklus
aru
sel.
organ
(mitosis)
dengan
Selain
.,
pok
siklus
sesuai
proporsional.
diri
nom1al.
berupa
berlangsung
oleh
menyusun
nom1al,
membelah
pembelahan
menerus,
clan
keadaan
cara
janngan
tersusun
jaringan
tidak
diri
tumbuh
suatu
clan
mengikuti
sangat
benjolan.
Menurnt
sifat
F aktor
keturunan,
lingkllllgan
hidup
nrerllp(Ikall
faktor ri.\iko
pertunrbllha/,
kturker
inisiasi,
promosi,
dan
progresi
.",
9
10
Onkogenesis
Peruballall
se/u/er pada
sel kllllker :
allla, set
11
Tabel 2.
Set displasia
ringan (CIN I)
dan displasia
Setdisplasia berat
ataukarsinoma
insitu (C.IN Ill)
Sel kanker
mikroinvasif
Sel kanker
invasif
sedang
CIN II
II
i
Ie to cure
Sumber: WHO (1988) (IXI
Perllbahan
Sllb!;'eliller
sel kallker:
perubahall
kromosom,
jumlah
kaiidullgan
DNA,
urutall
Ilukleotida
DNA (protoollkogen
menjadi
on kogen),
ekspresi
ollkoprotein,
aktivitas
proliferasi
sel
48 seperti yang diyakini pada saat itu. Nomenklatur kromosom, mulai dari kromosom 1 sampai 22 diatur berdasarkan International Systemfor Human Cytogenetic Nomenclature(Paris, 1971).(19)
Analisis kimia menunjukkan bahwa kromatin terdiri
atas asam yang mengandun!~unsur gula, fosfor dan basa
purin atau pirimidin. KeloDlpok asam ini disebut asam
nukleat. Terdapat dua macaJmasam nuklea~ yaitu deoxyribonucleic acid (DNA) dIll ribonucleic acid (RNA).
Oalam tiap kromosom terd:ipat DNA yang sangat panjang. Meskipun konsep gen sebagai materi yang diturunkan telah dicetuskan MeJtldelpada tahun 1865, istilah
gen diperkenalkan pertamakali oleh Johannsen (1910).
Beberapapembuktian berikut ini sangatpenting yaitu gen
dapat berubah (de Vries, 1902), gen menyandi protein
tertentu (Garrod, 1.906). Pada tahun 1912 Morgan
menyatakan bahwa di da1,lffi kromosom terdapat gen.
Gambaran bagaimana gen menyandi protein menjadi
jelas, setelah Avery, McLeod dan McCarthy ~ada tahun
1944 membuktikan bahwa gen adalahDNA. (7,9,20)
Gen merupakan urutan nukleotida DNA di dalam
kromosom yang menghasill:an protein atau RNA. Diperkirakan genom manusia mengandung100.000 gen. Setiap
gen menyandi protein tert(~ntu, dengan fungsi tertentu.
Satuasam amino dalam rantai polipeptida ditentukan oleh
urutan tiga nukleotida (triplet kodon). Konsep triplet
kodon ditemukan pertamakali oleh Brener & Crick pada
1961, kemudian disempumakan oleh Khorana ill.
(1967) sehingga melahirkarl konsep dogma sentral. Dari
konsep ini menjadi jelas bahwa genotipe menentukan
fenotipe. Kelainan genetik (proto-onkogen menjadi
onkogen) menimbulkan fenotipe kanker.
Genom
manusia
diperkirakan
mengandung
lOO.OOOgen
(onkogene-
gig),
Dalam
Perubahan
genotipe
men imbulkan
fenotipe
kal1ker
hal
nusia
mengandung
gene.
Genotipe
bangan
penyakit
tumor
bentuk
(kanker)
ansisositosis,
k 'at,
se11a
Satu
yang
timbul
h .Iper
hal
gel
kanker
14
pada
Hal
promosi
akibat
diingat,
bentuk
insisiasi
mening-
bent
uk
teno-
sel
abnonnal
Fenotipe
perubahan
promosi
protein
yang
Perubahan
terjadi
tahap
ini
proto-
onkogen.
pada
genotipe
sebelum
yaitu
clan
berbagai
oleh
gel
pleiomorfik,
inti-sitoplama
menjadi
mengakibatkan
terdapat
adalah
(displasia).
gen,
bertahap
disandi
benjolan
terjadi
bahwa
antara
perubahan
tahap
timbul
terdapat
bentuk
ini
menyandi
..
untuk
secara
bertahap.
.(126)
terbentuk,
akibat
genotipe
terjadi
renting
merupakan
onkogen
pun
k romasl.
onkogen.
yang
ciri
rasio
mempengaruh
menjadi
yang
mempunyai
anisokariosis,
mauyang
Akibat
klinik
Fenotipe
yang
keseim-
kanker
secara
kanker).
supressor
protein
berubah
genotipe
sehingga
ganas
tumor
nonnal.
proto-onkogen
ma-
proto-onkogen
menyandi
tubuh
merupakan
onkoprotein,
tire
gen
gene
organ
kromosom
mempertahankan
sehingga
fenotipe
(neoplasma
dalam
clan
berfungsi
suppressor
mutagen,
di
proto-onkogen
ini
pertumbuhan
pun
Onkogen
Terdapatn)'a
berbagai
protein
abnormal
tertentu dan
onkoprotein
dapat
memprediksi
pertumbuhan
transformasi
neoplastik
kanker,
inisiasi
abnormal
berubah.(1,2.
secara
maulang
,7,19)
Konsep
patogenesis
merupakan
dasar
penalalaksanaan
penyakil
Konsep
penyakit
pada linla
ahad SJ\1:
gallgguan
keseimhallgall antara
sanguis,
phlegm,
Inelancll ole
dall cllole
Pada tahun 1830-an(sekitar 150 tahun setelahditemukan mikroskop cahaya) dilakukan studi perubahan set /
jaringan. Walaupun struktur set ditemukan oleh Robert
Hooke, tetapi baru pada tahun 1838 Schleidr;n mendesk11psisel sebagai unsur dasarkehidupan. Padatahun 1839
Schwann mempublikasikan hipotesis bahwa semua
(Empedoclus,
jaringan binatang tersusunoleh set. Schwann berpendapat
Aristoteles)
bahwa sel berasal daTibahan amort (sitoblastema)melalui
proses kristalisasi. Virchow tidak sependapat,pada tahun
1~
,19,20)
Kanker
Analisis sitogenetik pada kanker stadium lanjut membuktikan abnormalitas beberapa kromosom. Aberasi
genetik pada lekemi mielositik kronik membuktikan
bahwa penyebab kanker ini adalah kelainan kromosom
(kromosom Philadelphia). Dengan perkembanganteknik
Kallker
banding kromosom pada tahun 1970-all, pemetaan kelerjadi akibat
lainan kromosom dengan analisis sitogenetik makin
kelainan
sempurna sehingga identifikasi menjadi lebih terperinci,
krO1l10S0m
misalnya pada lekemi mie1ositik kronik terdapat trans(von lokasi spesifik-pada krom~som 9 clan 22: t(9;22). Pada
Hansemann, tumor tahap progresi terdapat kelainan-kromosom yang
khas (karyotipe). Berkaitan dengan kelainan kromosom
/890;
Tlleodore pada kanker, disimpulkan bahwa onkogenesis merupakan
Boveri,1914) proses mikro-evolusi genetik (hipotesis Nowell,
1976).(1,2,6,7,17,21)
16
Perubahan konsep bahwa pertumbuhan kanker merupakan mikro-evolusi genetik membuka cakrawala barn Proses
penelitian subseluler. Telah disebutkan bahwa di dalam pertumbuhan
kromosom terdapat DNA. Watson clan Crick (1954) me- kanker
nemukan struktur double helix DNA. Kemudian berhasil merupakall
dijelaskan kode genetik, DNA menyandi protein (trans- mikro-evolusi
lasi), tiap protein mempunyai fungsi tertentu dalam gelletik
mengatur kehidupan antara lain mengatur siklus gel. (Ilipotesis
Mitosis pada siklus gel diatur oleh protein tertentu Nowell,
(siklin). Kanker merupakan gangguan pertumbuhan 1976).
(proliferasi clan deferensiasi sel), berarti gangguan siklus
sel. Berbagai studi berhasil membuktikan bahwa pada
kanker terdapat kelainan jumlah kandungan DNA mauM Iitasi
pun urutan DNA. Kemudian ditemukan onkogen, protomerllba/l
onkogen, tumor supressor gene yang mempunyai pengaprotorub dalam proses pertumbuhankanker.
ollkogen
Onkogen adalah gen virus atau sel yang mampu melljadi
menginduksi satu atau lebih sifat karakteristik tr3l1sfor- ollkogell
masi neoplastik, baik secara tunggal atau kombinasi de- aktif dengall
ngan gen lain pada tipe gel tertentu. Gen pada sel normal cara:
yang dapat berubah menjadi onkogen aktif akibat mutasi nleruba/l
disebut proto-onkogen. Mutasi mampu merubah proto- urutan DNA
onkogen menjadi onkogen aktif secara bervariasi mulai dengall
daTi perubahan urutan DNA (misalnya substitusi nukleo- substitllsi
tida tunggal) sampai rearrangement (insersi, delesi, Ilukleotida
amplifikasi gen, translokasi kromosom). Perubahan ini tunggal,
terjadi akibat dipicu oleh berbagai bahan kimia, fisika rearrangeatau virus. Tahun 1976 merupakan awal pengembangan ment (insersi,
konsep onkogen. Virus SV40 maupun retrovirus delesi,
(sarcoma Rous virus) mampu menguba11sel normal pada amplifikasi
kultur menjadi sel tumor.
gen,
trallslokasi
Perkembanganteknik rekombinan DNA pada tahun
1970-an, menyebabkan gen yang terkait dengan onko- kromosom).
17
Projek genom
manusia
bertujuan
menguraikan
informasi
Era
pasca genom
Patologi
anatomik,
histopatologi
dan
sitologi
Terdapat dua
macam
pemeriksaan
sitologi:
sitologi
eksfoliatif
dan sitologi
aspirasi
Keuntungan
dan
keterbatasan
pemeriksaan
sitologi
dengan memperbaiki berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah pengambilan sampel gel,
pengolahan gel di laboratorium serta f;emeriksa (dokter
spesialis patologi anatomik).(J,2,3,24,2S.26,
7)
Telah disebutkan bahwa dibanding dengan pemeriksaan histopatologi padajaringan. dalam penanggulangan kanker, pemeriksaansitologi bermanfaatuntuk deteksi
dini maupun diagnosis dini, karena dapat memeriksa sel
yang mulai berubahdari sel normal, gel displastik sampai
menjadi sel kanker (prabedah,intrabedah,pascabedah).
DETEKSI
DINJ
KANKER
Deteksi
sedini
mungkin
dilanjutkan
terapi yang
adekuat
22
dara sendiri), SALITRI (pl~riksa kulit sendiri), WASPADA (serangkaian gejala yang harus diwaspadai kemungkinan kanker) merupakan"program yang membantu Deteksi
penderita untuk mendeteksi benjolan atau tanda / gejala kankerpada
kanker sedini mungkin.(28)Apabila terdapat benjolan atau tingkat
tanda / gejala yang mencurigakan kemungkinan kanker, mal1ifestasi
penderita harus melakukan konsultasi ke dokter. Perlu klinik:
diingat bahwa tidak semua benjolan mallpun tanda i
gejala tersebut pasti kanker. Sekitar 80%-92% benjolan Deteksi
pacta payudara temyata bl.Ikan kanker, sembilan dari dilakukall
sepuluh benjolan pacta payudara bersifat jinak.(1.2,3.28,29)ole!l pellderita
Dengandemikian tidak perlll takut terlebih dahulu. tetapi selldiri
harus dibuktikan bahwa ben.iolantersebutbukan kanker.
(SADARI.
SA LlTRI,
Berbagai teknik diagnosis di klinik telah dikembangkan untuk deteksi dini kanker, antara lain marno- WASPADA),
grafi, ultrasonografi, CT -scan. Mamografi merupakan pe- segera
meriksaan untuk deteksi dini kanker payudara, terutama kollsulta.5i
dilakukan pactakasus yang tanpa gejala. American Cancer Society menganjurkan agar pemeriksaan mamografi
dilakukan setiap 1-2 tahun pactawanita setelahberusia 35
tahun, bahkan setiap tahun apabila telah berusia lebih dari
50 tahun. Untuk wanita berusia 20-40 tahun dianjurkan
untuk konsultasi ke dokter setiap tiga tahun, baru setelah
berusia lebih dari 40 tahun konsultasi setiaptahun.(29)
ke Jokier
Deteksi dini
kanker
pada tingkat
se/u/er:
Sil%gi
eksfo/ialij
dafl sil%gi
aspirllsi
Papanicolaou tentang metode pulasan gel. George Papanicolaou berhasil menemukan prosedur pulasan yang
mampu menunjukkan gambaran inti clan sitoplasma gel,
sehingga perubahan neoplastik gel dapat dideteksi.(I,2.3)
Berkat penemuan metode pulasan Papanicolaou, deteksi
dini terhadapkemungkinan kanker serviks uterus berkembaJ1gsangatpesat. Dewasa ini pemeriksaansitologi hapus
vagina (Pap smear, tes Papanicolaou) sudah memasyarakat clan hasilnya sangat memuaskan. Dari berbagai
publikasi hasil sttidi kanker serviks uterus, dalam waktu
40 tahun setelah ditemukan metode Papanicolaouterjadi
penurunanangka kejadian (insidens) clan angka kematian
(mortalitas) akibat kanker serviks uterus. Menurut laporan
American C'ancer Society, daJam40 tahun terakhir angka
kematian maupun angka kesakitan kanker serviks uterus
di Amerika Serikat mengalami penurunan yang sangat
bermakna:2.3.18.28)
Terhadap benjolan superfisial maupun YaJ1gdalam, pemeriksaan sitologi yang dapat membantu deteksi
kanker adalah dengan biopsi aspirasi jarum halus. Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus ini di beberapanegara maju mempunyai sensitivitas yang tinggi. Metode ini
dirintis oleh Martin clan Ellis pada tahun 1930-an, kemudian berkembang pesatsetelah dilakukan modifikasi oleh
para ahli hematologi di lnsitut Karolinska Swedia pada
1960-an. Dilakukan mo9ifikasi dengan menggunakan
jarum yang berukuran lebih halus (22G, 23G clan 25G).
Dewasa ini metode aspirasi jarum halus telah-dipergunakan secaraintensif di seluruh dunia(I.2.3.17)
Di Semarang, Tirtosugondo clan Djokomoeljanto mulai mengembangkan biopsi aspirasi jarum halus pada kelenjar tiroid
pada tahun 1980-an dengan sensitivitas yang cukup
tinggi.(30) Evaluasi basil pemeriksaan sitologi aspirasi
jarum halus umumnya mempunyai sensitivitas sekitar
84%.(23.24.25)
Gani Tambunandi Medan, Lunardhi di Surabaya mengembangkan pemeriksaan sitolo~i aspirasi ini
dengan sensitivitas yang cukup tinggi.(31, 2) Kurniawan
clan Chairil Hamdani telah merintis daDmengembangkan
sitologi aspirasi jarum halus di FKUI. Biopsi aspirasi
jarum halus masih belum berkembang di Indonesia,
Terhadap benjolan pada payudara, sebagian sentra
pendidikan langsung melakukan biopsi eksisi benjolan,
disertai pemeriksaan frozen section (se'diaan potong
beku). Apabila diagnosis sediaan potong beku temyata
kanker, dilakukan mastektomi.
Untuk pemeriksaan sitologi aspirasi pada Iesi!
benjolan yang letaknya dalam, diperlukan bimbingan
aspirasi oleh dokter radiologi (fluoroscopic guidance).
Sebenamyamasa depan pemeriksaansitologi aspirasijarum halus cukup baik karena mempunyai beberapa
keuntungan yaitu dapat dilakukan pra-bedah, tidak memerlukan kamar bedahsehinggabiaya lebih ringan, dapat
dilakukan oleh dokter terlatih, hasil pemeriksaan relatif
lebih cepat. Hal yang menjadi kendala adalah masalah
sensitivitas daD ketepatan diagnosis. Seperti telah disinggU11g
didepan, ketepatan diagnosis pemeriksaansitologi aspirasi jarum halus dipengaruhi oleh faktor pengambilan sampel gel (dokter yang melakukan aspirasi), teknisi
yang melakukan pengolahan sediaanclan dokter patologi
yang memeriksa. Apabila ketrampilan daIl pengalaman
ketiga faktor ini dapat ditingkatkan maka pemeriksaan
sitologi aspirasi jarum halus menjadi sangat bermanfaat
daI am detek slIm
. d ' . k ank er.( I "3232425
, .- )
Hadirin yang terhonnat,
Perubahansubselulersel kanker pada tingkat yang
paling dasar adalah perubahan urutan nukleotida DNA
gen. Proto-onkogen secara bertahap berubah menjadi on.,-,
,I
Deteksidini
kanker pada
tingkat
subseluler:
melacak
perubahan
urutan
nukleotida
DNA gen,
protein
abnornlal
dOll
onkoproteill
26
Tabel 3.
plasma
, Retinoblastoma,
p53
WTI
;1,
DCC
NF-I
I APC dan MCC
II 3
I
I
I 11.2
50_1-22
IIql3
osteosarkoma,pam, karsinoma
payudara. vesika urinaria .
Astrositoma, karsinoma
I payudara, kolon, paru,
osteosarkoma
Tumor Wilms
Karsinoma kolon
Neurofibromatosis ti
Karsinoma kolon
".Tumor paratiroid, pankreas.
hi fisis daDkorteks adrenal
Karsinoma tiroid a ilifer
Karsinoma
udara, ovarium
Sumber: Yamamoto. 1995.1.36)
Molecular
markers
dan
microsatelite
markers
27
Onkoprotein
merupakan
antigen
tll11l0r
28
jadinya penyakit.(4 )
Program
pencegahan
kanker:
primordial,
primer,
sekunder,
dUll
terrier
...
Deteksl dill I
termasuk
program
pencegahan
kanker
.sekunder
/ll!.'ldens
~an.ker,
/elllS kanker
terbanyak
dan
..
karakt~rlstl~
penderlta dl
pencegahan
~1
prlorlla~'
di daerah
pantai utara
Jau'a
Tengall
Pada .:vanita:
kanker
ser,'iks
uterus,
paYlldara,
kolorektal,
o,'arium,
tiroid, kulit,
parll don
kelenjar
li"zje.
Pada pria:
hanker
nasofaring,
kolorektal,
paru, kulit,
kelenjar
limfe, hati,
vesika
urinaria dan
prostat.
32
33
34
kanker, hams dibu~jikan bahwa tes mampu menghasilkan penurunan angka morbiditas dan mortalitas
penyakit tersebutpacta populasi.
Dewasa ini tes skrining yang paling banyak dipergunakan daD mampu menumnkan angka morbiditas dan
mortalitas adalahtes karlker serviks uterus (Papsmear).
Hadirin yang terhormat,
Oeteksi dini kanker akan lebih efektif apabila
dilakukan pacta kelompok yang mempunyai fisiko tinggi
terhadapjenis kanker tersebut,misalnya: (1.2)
Deteksi
kanker
pada
4. Kanker kulit:
Paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet meningkatkanfisiko timbulnya kanker kulit.(2.3.IO)
Hadirin yang terhormat,
Selamatiga dasawarsaterakhir, telah dikembangkan berbagai teknik pemeriksaan struktur gel maupun
Skrining
kandungan sel secara canggih (automated). Teknik tersilologi
di masa rebut antara lain sitometri, morfometri, cell image
depan analysis. Dengan. menggunakan image analysis yang
automated / computerized,Koss dan Shermann mampu
memilah antara gel ganasdenganjinak pada sediaanurin,
denganangka kesalahan5%. Selama lima tahwl terakhir,
ditawarkan teknik Papnet yaitu suatu pemeriksaan sediaan sitologi eksfoliatif (misalnya Pap smear) dengan
menggunakanprogram komputer. Perkembanganberbagai program perangkat lunak komputer menyebabkanpemeriksaan sediaan sitologi menjadi lebih cepat, lebih
akurat walaupun biaya menjadi mahal. Dengan program
komputer, pembedaan antara gel displasia dengan sel
kanker menjadi lebih objektif dibanding pemeriksaan
secara subjektif oleh dokter spesialis patologi. Dampak
yang timbul adalah tenaga kerja manusia diganti oleh
mesin komputer otomatis yang terprogram.
Sinlpulan
Biomedik &
bioteknologi
lnolekuler
nlengkaji
teknik
aplikasi
sistenl
biologi don
prose~'
metabolik
lnikroorganisme
untuk diproduksisecara
komersial
Pre.'entive
medicine:
disiplin ilmu
baru ?
40
Ucapan
terimakasih
41
Kepada yang terhormat Bapak Menteri Kehakiman Kabinet Reformasi Pembangunan RI Prof. Dr. H.
Muladi, SH selaku Rektor Universitas Diponegoro pada
saatproses pengusulansaya sebagai Guru Besar Madya,
saya ucapkanterima kasih atas persetujuanterhadapusulan pengangkatansaya sebagaiGuru BesarMadya Universitas Diponegoro.
Kepada Prof. Ir. H. Eko Budihardjo, MSc, Rektor
Universitas Diponegoro, para Pembantu Rektor, para
anggota Senat Universitas, Dewan Guru Besar
Universitas Diponegoro, saya ucapkan terima kasih alas
persetujuan usulan pengangkatan saya sebagai Guru
BesarMadya sertamenerima saya di lingkungan saudara.
Kepada dr. M. Anggoro DB Sachro, SpACK),
DTM&H, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, para Pembantu Dekan, para Anggota Senat clan
Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran serta Panitia
Penilai PengangkatanGuru Besardi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, saya sampaikan terima kasih
alas persetujuanawal clan kemudian meneruskan usulan
pengangkatansaya sebagaiGuru BesarMadya.
Kepada dr. M. Sulaiman, SpA, MMKes, MARS,
Direktur Rumah Sakit Umum Pusatdr. Kariadi Semarang
besertaselunm staf Direktur saya sampaikanterimakasih
atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
_bekerja di lingkungan RSUP dr Kari~di. _Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada sejawat dokter clan
para penderita di RSUP dr Kariadi maupun di berbagai
RS yang melakukanpemeriksaanrujukan ke laboratorium
Patologi Anatomik RSVP dr Kariadi / FK Undip maupun
laboratorium Patologi Waspada Semarang sehingga
menambah pengalaman clan kaji?n di bidang diagnosis
PatologiAnatomik.
42
43
44
46
47
.1R
Daftar pustaka
1.
Cotran RS, Kwnar V,Robbins SL. Pathologic basis of disease. 5th edit.,
Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo, WB Saunders Coy.,
1994.
2.
261-77.
49
17. Love RR. The natural history of cancer in human. Dalam: UICC Manual of
clinical oncology, 5thedit., Geneve, Springer Verlag, 1990.
18.
Cytological screening in control of cervical cancer: technical
guidelines, World Health Organization, Geneva, 1988.
19. StarchnanT, Read AP. Human molecular genetic. 1stedit.. Ontario New York,
BIOS Scientific PubI.. 1996.
20. Suryo. Genetika Manusia. UGM. 1989.
21. Abeln ECA. Application of microsatellite markers in diagnostic pathology.,
DisertasiDoktor. Rijkuniversiteit Leiden, 1996.
22. Sutisna Himawan. Dari humoralisme ke era patologi molekuler. Pidato
PengukuhanGuru Besar FKUI. Jakarta,1992.
23. Sangkot Marzuki. Revolusi era pasca genom. Pidato pengukuhan Guru Besar
Luar Biasa pada Universitas Indonesia,Jakarta 1997.
14. Tjahjono. Biopsi aspirasi jarum halus pada neoplasma. Simposium Onkologi
Medik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang,1989.
15. Tjahjono. Biopsi aspirasi jaTUln halus pada kelainan kelenjar tiroid. Kursus
biopsi aspirasi .iarum halus Fakultas Kedokteran Universita.." Airlangga
Surabaya. 1990.
26. Tjahjono. The value and limitation of fine needle aspiration biopsy of the
thyroid gland. The Congress of the International Academy of Cytology.
Melbourne Australia, 1992
27. Wang SE, Ritchie MJ. Atkinson BF. Cervical cytologic smear false negative
fraction, Acta cyto11997. 41: 6, 1690-6.
28. Anderson GH. C)'tologic screening progran1ffies. Dalam: Bibbo M. Editor.
Comprehensive Cytopathology. I'" edit. WB Saunders Coy., Philadelphia
London Toronto Montreal Sydney Tokyo, 1991: 48-58.
29. Winchester DP, Bernstein JR, Paige ML, Christ ML. The early detection and
diagnosis of breastcancer. American cancer society, Atlanta 1988.
30. Djokomoeljanto. Tirtosugondo. A clinical observation on the fine needle
aspiration biopsy (FNAB) of the thyroid, JAFES 1982: 2, 29-32
31. Gani Tambunan. Beberapa segi kanker payudara. Pidato Pengukuhan Guru
Besar Universitas Sumatera Utara, 1995.
32. Lunardhi. Biospi aspirasijarum halus di RSUD Dr Sutomo Surabaya. Kursus
Kursus biopsi aspirasijarum halus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya,1990.
33. Callahan R, Cropp CS, Merlo GR, Lisia DS, Cappa AP, Linderau R. Somatic
mutations and human breastcancer. Cancer 1992; 69: 1582-8.
34. Hall NR, Bishop DT. Molecular genetic basis of colorectal cancer. Dalam:
Kurzrock R, Talpaz M. editors. Molecular biology in cancer medicine,
London, Martin Dunitz Ltd., 1995,273-89.
50
1992.
45. Marwoto dan Rukmini. Kanker di Indonesia tahun 1989, data patologi. BRK
lAPl-Litbangkes Depkes Rl- Yayasan Kanker Indonesia. Jakarta,1990.
46. Saljadi. Cancer incidence in Semarang Indonesia <.1985-1989). Indonesia
Cw.1cerSociety -Badan PenerbitUni\'ersitas Oiponegoro, Semarang,1990.
47. Tjahjono, Ika Pawitra, Sarjadi. Profil penderita kanker di pantai utara Jawa
Tengah. Lembaga Penelitiari Universitas Diponegoro, 1998.
48. Tjahjono. Kanker di RSUP dr Kariadi Semarang tahun 1996 (hospital based
cancer registration). Semiloka Registrasi Kanker berbasis Rumah Sakit,
Puslitkes Depkes Rl-lAPI, Jakarta, 1997.
49. Hans-Joachim Frt~isleben.Biomedicine: outlook to the 21th century. Pidato
PengukuhanGuru Besar Tamu pada Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.~
51
GLOSARI
Fenotipe
Gen
Genom
Genotipe
Kodon
Mutagen
52
(1990) (45)
Lampiran 2
Urutan 10 besar kanker pad a penduduk Kotamadya Sernarang,
tahun 1985-1989 (bt~rdasarkan ASR, population based)
53
Lampiran 3
Urutan 5 besar kanker pada wanita di Oaerah tingkat II pantai
utara Jawa Tengah, tahun 1990-1995 (frekuensi relatif,
Kab. t:3rebes
Kab. Tegal
Kodya Tegal
I.
2.
3.
4.
5: Tiroid(4,1%)i.'
I. Payudara(~O,2%),
2. Kulit (15,1%).
3. Serviks uterus (11,6%),
4. Kolorektal (11,6%) dan
5. 2vari~ (7%)
I. Serviksuterus(36,l%),
2. Ovarium (10.1%),
3. Payudara(lO%),
4. Tiroid(6.1%)dan
"
5. Kol~r~~tal(5,6%)
Kab. Pemalang
Pekalongan
Kab. Batang
I.
2.
3.
",,;c,
54
",'
., ,..""...
5. Kulit (3,9%)'
Kab. Kendal
,:.f~
1.
2.
3.
4.
5.
Payudara (15,2%),
Ovarium (8%),
Kolorektal (6,3%) dan
Kulit (5,9
Kab. Semarang
Kodya Semarang
Ilf'
I Kab. Demak
I
j
I Kab.
Kudus
1.
2.
3.
4.
5.
1 1.
2.
1 3.
4.
5.
1.
2.
I 3.
4.
5,
1.
2.
I 3.
4.
5.
1
2.
Ovarium (6,5%),
Kulit (4,8%)
Serviks uterus (28,5%),
Pa}'Udara(13,6%),
Ovarium (8,9%),
Kolo-rektal (7,1%).
Tiroid (5,3%)
Serviks uterus (37.3%),
Payudara(14,8%).
Ovarium (7%),
Tiroid (6,8%), dan
K~us uterus (5%)
Serviks uterus (40~4%~
Payudara (I 0.9%).
3.
4.
1.
Nasofaring (5,9%).
Ov~rium (5,9%) dan
Kullt (5%)
Serviks uterus (38,5%),
2.
3.
4.
Payudara(16%),
Ovarium (7.7%),
Nasofaring (4,2%) dan
l
;
-5.
Kab. Pati
5. Kolorektal(4,I%l
Kab. Rembang
c~
.;;
I
II
'
~.;:;
c~ ,; i;:
;
I
_
Nasofaring (3,8%),
55
IK;b.
Lampiran 4
Urutan 5 besar kanker pada pria di Daerah tingkat II pantai
utara Jawa Tengah, tahun 1990-1995 (frekuensi relatif,
atholo ic base
ri~n5bes~bnker
Kab. Brebes
Kab. Tegal
Kodya Tegal
Pemalang
Kab& Kodya
Pekalongan
1.
.2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
I.
2.
3.
4.
5:-
i 3
4.
5.
Kab. Batang
Kab. Kendal
L
56
Kolorektal (12.4%).
Nasofaring(11,3%).
Panl (7,2%),
Kavum nasi (7,2%), dan
Kelenar limfe rimer (6,2%
Kulit (25%),
Kolorektal (15%),
Jaringan lunak (8.3%),
Tiroid (5%) clan
Tulan (5%)
Pam (13,8%),
Kolorektal (13,1%),
Hati(10%),
Kulit (7,7%) clan
Sumsunltulan (5,4%)
Kelenjar limfe primer (14%),
Kolorektal (12,8%),
Kulit (7,4%),
Nasofaring (6%) dan
~esika urinaria (6%) Nasofaring (11,4%),
Kelenjar limfe, primer (11 %),
Jaringan lunak (10%),
Kolo-rektal (9,5%),
Paru (9%).
Nasofaring(11,4%),
Tulang (8,6%),
Kolorektal (7,1 %),
Paru (7,1%)
Vesika urinaria (7,1 %)
I.. Nasofaring (1.4,3%),
2. Kol.orektal (1.3,8%),
3. Paru (I. 3,3%),
4. Kul.it(9,9%)
5. Kelenjarlimfe primer (7,4%)
or
Kab. Semarang
I
,
I Kodya Semarang
II
1.
2. Hati (15,2%),
3. Paro (12,5%),
4. Kulit (9,7%)
5. Nasofari
8,3%)
1. Pam (18,4%),
2.
I~
Kolorektal(15:2%):
.'
,!'~;\;lii'"
Hati (113%),
3. Nasofaring
Kolo-rektal(7,7%),
(10,4%).
4.
I Kab. Demak
5.
Kulit (6%) .
I.
Kolo-rektal(10,1%),
2. Nasofaring(lO,I%),
3.
4.
~b. Kudus
Kab. Jepara
~. Pati
Kulit(10,1%),
Hati (9,4%),
L5.
PamJ~.4%).
j 1.
Nasotanng (14,9%),
j 2.
Pam (14,9%)
: 3.
Kolorektal (10,1%),
4.
Kulit (6,4%)
5.
Kelenar limfe
rimer (6,4%)
1. Nasofaring(12,2%),
2. Paru(12,2%),
.3. Kelenjar limfe primer (11,6%).
4. Kulit (9,8%)
15. Kolorektal(9,1%)
2. Kulit (8,8%),
3. Kolorektal (8,8%),
4.
S.
I Kab. Rembang
Paru
(7,3%)
Kelen'ar
limfe
rimer
i
i
.j
6%)
Ku1it(14,7%),
Nasofaring (13,2%),
Pam(10,3%)
Jarin
lunak (5,9%
.I
57
Lampiran S.
Vrotan 10 besar penderita kanker yang berobat di RSVP dr
Kariadi tahon 1996 (berdasarkan frekoensi relatif, hospital
.,
...
13
Serviksuterus
Hati
.I Nasofaring
i Kulit
I
~
~
5
I ~ati
! Sumsum
tulane
! Ovarium
i Nasaf .
anng
9
10
; f..olorektal
'Pam
Sumber: Tjahjono (1997) (-18)
58
RIW A Y A T HIDUP
1. Data pribadi
1.1 Nama 1engkap
1.2 NIP
1.3 Tempat dan tanggallahir
1.4 Agama
1.5 Isteri
1.6 Anak
.7 Alamat
Tjahjono
130368076
Kendal, 14 Mei 1945
Islam
dr. Siti Ruskarntini, SpM
3 (tiga) orang:
1 .lrawan,
2. Erwin Kresnoadi,
3. lrastri Anggraini.
11.Mgr. Sugiyopranoto 51, Sernarang
Telp. 024- 549871.
3.1.5
1997.
3.2 Internasional
3.2.1 The 13th International Tutorial on Clinical Cytology,
diselenggarakan oleh The Australian Society of Cytology
bekerjasamadengan The International Academy of Cytology,
SydneyAustralia 1985.
3.2.2 First Course of Standardization ani! Quantitation of Diagnostic Stainning in Cytology,Breda The Netherland, 1986.
3.2.3 The 31th International Tutorial on Clinical Cytology,
diselenggarakan oleh The American Society of Cytology
bekerjasamadengan The International Academy of Cytology,
Chicago USA 1988.
60
4.6 Pembina
4.7 Pembina tk.l
4.8 Pembina Utama Muda
(Ill/A), 1-4-1972.
(III/A),1-10-1974.
(Ill/B), 1-10-1976.
(Ill/C), 1-4-1979.
(III/D), 1-10-1982.
(IV/A), 1-10-1984.
(IV/B), 1-4-1988.
(IV/C),
] -] 0-] 993.
1983-1987.
5.2 Ketua Program Studi Patologi Anatomik PPDSI FK Undip,
1987-1994.
5.3 Ketua Bagian Patologi Anatomik FK Undip, 1994-1997.
5.4 Sekretaris Program Magister Ilmu Biomedik Program
PascasarjanaUni\iersitas Diponegoro,1996-1997
5.5 Ketua Program M;agisterIlmu Biomedik ProgramPascasarjana
Universitas Diponegoro, 1997- sekarang.
6. Jabatan FungsioDlal
6.1 Asisten Ahli Madya,
6.2 Asisten Ahli,
6.3 Lektor Muda,
-4-15
72.1976.)79.
-10-]
-4-15
61
1-10-1982.
1-10-1984.
14-1988.
1-4-1993.
1-5-1998.
65