Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

BERDUKA

Disusun oleh: Kelompok X Program Profesi Ners


Anggota:
1. Miftahul Firzanuddin
2. Yulia Nurlailla
3. Rima Rachmadani
4. Nunun Pratiwi
5. Intan Herdini Devi
6. Esthi Darmastuti
7. Garendra Graha Swandana
8. Diah Ayu Lestari Irawadhi
9. Nur Indah Laksana Wulandari
10. Vitrian Indra Pristika

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

BERDUKA
A. PENGERTIAN
Berduka adalah proses yang dilalui disaat mengalami dukacita. Dukacita
sendiri mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan
respons normal terhadap pengalaman kehilangan. Mourning, tampilan luar
dukacita, adalah suatu cara mengintegrasikan kehilangan dan dukacita ke
dalam hidup individu yang berduka. Berduka tidak hanya melibatkan isi
(apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dirasakan individu), tetapi juga
proses (bagaimana individu berpikir, berkata, dan merasa).
Semua individu berduka ketika mereka mengalami perubahan dan
kehilangan dalam hidup, dan seringkali proses tersebut merupakan salah
satu hal yang paling sulit dan menantang keberadaan manusia. Untuk
memenuhi tantangan dukacita pada klien, perawat harus memiliki
pemahaman dasar tentang proses berduka karena suatu kehilangan.
TIPE KEHILANGAN
Cara yang bermanfaat untuk mempelajari tipe kehilangan ialah
menggunakan hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow. Menurut
Maslow (1954), tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki kebutuhan,
yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis (makanan, udara, air, dan tidur),
kemudian kebutuhan keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan
bekerja), kemudian kebutuhan keamanan dan memiliki. Apabila kebutuhan
tersebut terpenuhi, individu dimotivasi oleh kebutuhan harga diri yang
menimbulkan rasa percaya diri dan adekuat. Kebutuhan yang terakhir
adalah aktualisasi diri, suatu upaya untuk mencapai potensi diri secara
keseluruhan. Apabila kebutuhan manusia tersebut tidak terpenuhi atau
diabaikan karena suatu alasan, individu mengalami suatu kehilangan.
Beberapa contoh kehilangan yang relevan dengan kebutuhan spesifik
manusia yang diidentifikasi dalam hierarki Maslow antara lain:
Kehilangan fisiologis: Kehilangan pertukaran udara yang adekuat,
kehilangan fungsi pankreas yang adekuat, kehilangan suatu
ekstremitas, dan gejala atau kondisi somatik lain yang menandakan
kehilangan fisiologis.
Kehilangan keselamatan: Kehilangan lingkungan yang aman,
seperti kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan publik, dapat
menjadi titik awal proses dukacita yang panjangmisalnya,
sindrom stres pasca trauma. Terungkapnya rahasia dalam hubungan
profesional dapat dianggap sebagai suatu kehilangan keselamatan
psikologis sekunder akibat hilangnya rasa percaya antara klien dan
pemberi perawatan.
Kehilangan keamanan dan rasa memiliki: Kehilangan terjadi ketika
hubungan berubah akibat kelahiran, perkawinan, perceraian, sakit,
dan kematian. Ketika makna suatu hubungan berubah, peran dalam

keluarga atau kelompok dapat hilang. Kehilangan seseorang yang


dicintai memengaruhi kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
Kehilangan harga diri: Kebutuhan harga diri terancam atau
dianggap sebagai kehilangan setiap kali terjadi perubahan cara
menghargai individu dalam pekerjaan dan perubahan hubungan.
Rasa harga diri individu dapat tertantang atau dialami sebagai suatu
kehilangan ketika persepsi tentang diri sendiri berubah. Kehilangan
fungsi peran sehingga kehilangan persepsi dan harga diri karena
keterkaitannya dengan peran tertentu, dapat terjadi bersamaan
dengan kematian seseorang yang dicintai.
Kehilangan yang berhubungan dengan aktualisasi diri: Tujuan
pribadi dan potensi individu dapat terancam atau hilang ketika
krisis internal atau eksternal menghalangi atau menghambat upaya
pencapaian tujuan dan potensi tersebut. Perubahan tujuan atau arah
akan menimbulkan periode dukacita yang pasti ketika individu
berhenti berpikir kreatif untuk memperoleh arah dan gagasan baru.
Contoh kehilangan yang terkait dengan aktualisasi diri mencakup
gagalnya rencana menyelesaikan pendidikan, kehilangan harapan
untuk menikah dan berkeluarga, atau seseorang kehilangan
penglihatan atau pendengaran ketika mengejar tujuan menjadi artis
atau komposer.

TAHAP BERDUKA
B. ETIOLOGI
Factor penyebab berduka yang diidentifikasi oleh Parkes (1975) dalam
Harvart Study, antara lain :
1. Kematian
2. Sifat penyayang
3. Siapa orang tersebut
4. Riwayat orang yang mendahului
5. Variabel kepribadian
6. Variabel sosial
Brooker, Chris. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC. 2008
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam Taksonomi II NANDA, berduka termasuk dalam domain 9
mengenai koping atau toleransi terhadap stress, kelas 2 mengenai respon
koping. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul terkait dengan berduka
di antaranya ialah (NANDA, 2005):
1. Berduka Lebih Awal (Anticipatory Grieving (1980, 1996))
Pengertian:
Respon emosi dan intelektual serta perilaku oleh individu, keluarga dan komunitas
dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan
potensial

Batasan Karakteristik:
Kehilangan potensial dari obyek yang berarti (orang, pekerjaan,
kepemilikan, status, rumah, ideal, bagian dari proses tubuh)
Ekspresi distress pada kehilangan potensial
Sedih
Rasa bersalah
Penolakan terhadap kehilangan potensial
Marah
Perubahan pola komunikasi
Penolakan terhadap kehilangan berarti
Menawar
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, tingkat aktivitas, libido
Kesulitan dalam perolehan peran baru atau berbeda
Resolusi berduka sebagai awal pada kehilangan yang nyata
Faktor yang berhubungan:
Sedang dikembangkan
2. Berduka Terganggu (Dysfunctional Grieving (1980, 1996, 1998, 2004
LOE 2.1)
Pengertian:
Pemanjangan, tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional
oleh individu, keluarga, komunitas dalam melalui proses modifikasi konsep diri
berdasarkan persepsi kehilangan.
Batasan Karakteristik:
Perilaku yang tidak efektif yang berulang untuk memenuhi usaha
mengembalikan hubungan
Meninggalkan pengalaman masa lalu dengan sedikit atau tanpa penurunan
intensitas berduka
Pemanjangan interferensi pada fungsi kehidupan
Onset kekambuhan somatik atau respon psikosomatik
Ekspresi verbal terhadap distress kehilangan
Penolakan terhadap kehilangan
Rasa bersalah
Marah
Sedih
Menangis
Kesulitan ekspresi kehilangan
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, aktivitas, libido, konsentrasi, tugas

Idealisasi terhadap kehilangan obyek (orang, kepemilikan, pekerjaan,


status, rumah, ideal, bagian dan proses dari tubuh)
Interferensi fungsi kehidupan
Regresi perkembangan
Afek labil

Faktor yang berhubungan:


Aktual atau merasakan kehilangan obyek (orang, kepemilikan, pekerjaan, status,
rumah, ideal, bagian dan proses dari tubuh)
3. Risiko Berduka Terganggu (Risk For Dysfunctional Grieving (2004, LOE
3.1)
Pengertian:
Risiko meluas, tidak berhasil dalam menggunakan respon intelektual dan
emosional dan perilaku oleh individu, keluarga atau komunitas dalam kematian
atau persepsi kehilangan
Faktor Risiko:
Neuroticisme preloss
Simptom psikologi preloss
Kejadian mayor yang sering
Predisposisi cemas dan perasaan tidak adekuat
Terapi mental atau past psikiatri
Waktu terbatas semenjak kehilangan prenatal pada konsepsi
Hidup bayi lama
Ketidakberadaan anak hidup
Anomali congenital
Kehilangan past perinatal berkali-kali
Masalah penyesuaian diri marital
Memperlihatkan gambaran ultrasound fetus
Penyebab:
1. Kehilangan orang yang dicintai
a. Perpisahan, perceraian, kematian
2. Kehilangan aspek diri (biopsikososial)
a. Kehilangan fungsi tubuh
b. Kehilangan peran sosial (pekerjaan, kedudukan)
3. Kehilangan suatu objek eksternal
a. Uang / harta benda ; rumah ; binatang kesayangan
b. Kehilangan dari lingkungan yang telah dikenal
Akibat/ dampak : (Bobak, 2005)

1. Efek fisik yaitu letih, selera makan hilang, masalah tidur, kurang tenaga,
berat badan menurun/meningkat, nyeri kepala, pandangan kabur, sulit
bernafas, palpitasi, gelisah.
2. Efek emosional dan psikologis yaitu menyangkal, rasa bersalah, marah,
benci/dendam, pahit/getir, depresi, sedih, merasa gagal, konsentrasi pada
masalah, gagal menerima kenyataan, terpaku pada kematian, konfusi
waktu (time confusion), iritabilitas (mudah tersinggung).
3. Efek sosial yaitu menarik diri dari aktivitas normal, isolasi (emosi dan
fisik) dari pasangan, keluarga dan teman-teman.
Tanda dan Gejala
1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Susah konsentrasi
6. Karakteristik berduka yang berkepanjangan
a. Waktu mengingkari kenyataan kematian yang lama
b. Depresi
c. Adanya gejala fisik yang berat
d. Keinginan untuk bunuh diri
TAHAP-TAHAP BERDUKA
A. Penyangkalan (denial)
Individu bertindak sebagai seolah tidak terjadi apa apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau tidak akan terjadi pada saya!
umum dilontarkan klien
B. Kemarahan
Timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan. Kemarahan meningkat
kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau lingkungan.
C. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara tang hlus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
D. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makana
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk
berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
E. Penerimaan (Accepetance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Sikap penerimaan
ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya
menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006, NANDA
International, Philadelphia, 2005.
Editor: Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006,
Prima Medika
Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2008.

Anda mungkin juga menyukai