PENDAHULUAN
obesitas
merupakan
faktor
risiko
untuk
kanker,
hipertensi,
tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat (Khomsan,
2004). Penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih dan Woro (2008) membuktikan
bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian
obesitas. Jumlah kalori fast food yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kejadian
obesitas.
Perkembangan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor dan
berbagai media elektronika memberi dampak berkurangnya aktivitas fisik yang
akhirnya mengurangi keluaran energi. Peningkatan kemakmuran biasanya juga akan
diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan di kota-kota
besar telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan barat seperti fast food yang
komposisinya banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam tetapi miskin gizi
(Sjarif, 2003).
Berkurangnya aktivitas fisik sangat berhubungan dengan obesitas. Penelitian
di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah
mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar > 5 kg. Berbagai penelitian juga
menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi berhubungan dengan
peningkatan obesitas (Nugraha, 2009).
Prevalensi obesitas pada orang dewasa di seluruh dunia mengalami
peningkatan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada sekitar 300 juta orang dewasa
obesitas dan angka ini masih terus meningkat. Di United State of America (USA),
lebih 60% populasi dewasa mengalami overweight dan obesitas, pada anak remaja 20
- 25% mengalami obesitas. Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease
Control (CDC), prevalensi obesitas mulai meningkat secara dramatis sejak 1980.
Peningkatan prevalensi secara cepat juga dilihat pada kelompok minoritas, seperti
etnis Maori di Selandia Baru, suku Indian di Inggris (UK), Malaysia dan Singapura,
Australia Aborigin, populasi kepulauan di selat Torres (Hamam, 2005).
Studi yang dilakukan pada orang dewasa di Malaysia menunjukkan
prevalensi overweight sebesar 25.9% (n=114) dan obesitas 17% (n=75). Masalah
obesitas secara nyata ditemukan lebih tinggi pada perempuan
khususnya ibu
rumahtangga (Narayan dan Khan, 2007). Hal yang sama juga ditemukan dalam
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) yang mendapatkan prevalensi overweight
dan obesitas pada
perempuan
prevalensi overweight dan obesitas pada laiki-laki (8,5% dan 7,8%). Beberapa faktor
yang mungkin berkaitan dengan tingginya persentase obesitas pada responden
perempuan, antara lain adalah: (1) Konsumsi makanan berlemak yang mungkin lebih
sering dibandingkan dengan laki-laki; (2) Aktivitas olahraga yang jarang dilakukan;
(3) Status perkawinan, dimana perempuan yang sudah menikah cenderung
mengalami pertambahan berat badan di kemudian hari (4) Pemakaian alat kontasepsi
hormonal seperti: susuk, pil, dan suntikan dapat menimbulkan efek samping
bertambahnya berat badan (Sandjaja & Sudikno, 2005) serta penggunaan alat
kontrasepsi hormonal (Sugiharti, 2002)
Indonesia sendiri belum memiliki data yang lengkap untuk menggambarkan
prevalensi obesitas, namun penelitian yang dilakukan oleh Soegih, et al tahun 2004
pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan
kelompok umur (20 s/d lebih dari 55 tahun) dapat menjadi gambaran dari jumlah
penderita obesitas di Indonesia. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat 9,16% pria
dan 11,02% wanita yang obesitas (IMT
30) dengan lingkar pinggang 90 cm
sebanyak 41,2% pada pria dan 53,3% pada wanita. Apabila digunakan klasifikasi
obesitas untuk orang Asia yang indeks massa tubuhnya lebih 25 kg/m2, maka
hasilnya menjadi 48,97% pada pria dan 40,65 % pada wanita.
Riskesdas (2007) melaporkan prevalensi obesitas di Sumatera Utara sebanyak
20,9%, yaitu pada penduduk berumur 15 tahun ke atas. Masalah overweight dan
obesitas lebih banyak pada responden yang tinggal di daerah kota daripada pedesaan.
Sedangkan hasil Riskesdes 2010 menemukan prevalensi obesitas di Sumatera Utara
sebesar 25,4%, berarti terjadi peningkatan obesitas di Sumatera Utara sebesar 4,5%.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi overweight dan obesitas
di kota Medan sebesar 24,6%. Prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran USU cukup tinggi. Hasil survey pendahuluan terhadap 327 mahasiswa
dengan melakukan penimbangan
menemukan 20,1% (66) mahasiswa menderita overweigh dan obesitas (IMT 25).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.2.
Permasalahan
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh
1.4.
Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,
lemak, serat), aktivitas fisik, dan uang saku dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,
lemak, serat), dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ho : Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,
lemak, serat) dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik, dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ho : Tidak ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.5.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1.
degeneratif.
2.
Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan .menjadi masukan untuk menyusun program
pencegahan dan promotif masalah obesitas dan ancaman penyakit degeneratif di
Kota Medan.
3.
Bagi pengembangan ilmu gizi dapat dijadikan bahan masukan untuk melakukan
upaya promotif dan pencegahan masalah obesitas dan ancaman penyakit
degeneratif.