Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES DAN LEVERAGE

TERHADAP PERTUMBUHAN LABA (STUDI EMPIRIS PADA


PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

DWI YUNITA SARI


8335116615

Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
D. Sistematika Penulisan........................................................................ 8
BAB II TELAAH PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Landasan Teori .................................................................................. 10
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 33
C. Keragka Pemikiran ........................................................................... 40
D. Hipotesis ............................................................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 44
A. Populasi dan Sampel ......................................................................... 44
B. Teknik Pemilihan Sampel ................................................................. 44
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 45
D. Teknik Pengambilan Data ................................................................ 45
E. Operasionalisasi Variabel .................................................................. 45
ii

F. Metode Analisis ................................................................................ 49


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 .............................................................................................................. 11
Tabel 2.2 ..............................................................................................................21
Tabel 2.3 ................................................................................................. ........35

iv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 .......................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan berusaha memberikan informasi-informasi yang baik
bagi pihak ekstrnal dan pihak internal yang membutuhkannya. Alasan
perusahaan berusaha memberikan informasi-informasi yang baik agar semua
pihak yang memakai dapat melihat hasil dari pengelolaan perusahaan tersebut.
Informasi yang diberikan dapat berupa informasi financial maupun informasi
non-financial. Kedua informasi tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan
yang telah disusun oleh perusahaan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
Salah satu informasi yang dapat dilihat dari laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba. Laba merupakan hal penting bagi para pemegang
kepentingan untuk menilai kinerja dari sebuah perusahaan. Hal tersebut
menjadikan para pemegang kepentingan dapat mengambil keputusan dari hasil
penilaian kinerja sebuah perusahaan. Oleh karena itu, laba menjadi pusat
perhatian bagi para pemegan kepentingan untuk membantu mereka dalam
menilai kinerja perusahaan dan mengambil keputusan.
Ada perbedaan dasar penyusunan yang berbeda dalam perhitungan
menurut laba komersial dan menurut perpajakan. Belkoui (2011: 226)
menjelaskan ada dua versi laba dalam laporan keuangan yaitu laba yang
dikenal sebagai laba kena pajak yang diperhitungkan menurut aturan-aturan

perpajakan dan laba yang yang diperhitungkan menurut akuntansi sesuai


dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. PSAK. No 46 (2009)
menyebutkan laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode
sebelumnya dikurangi beban pajak. Sedangkan laba fiskal atau penghasilan
kena pajak adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak
penghasilan. Perbedaan laba akuntansi dan laba pajak disebut juga dengan
Book Tax Differences. Book Tax Differences timbul dari perbedaan yang
sifatnya sementara (Temporary Differences) dan perbedaan yang sifatnya tetap
(Permanent Differences) (Saputro, 2011). Perbedaan temporer timbul sebagai
akibat adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya menurut
Standar Akuntansi Keuangan dan menurut Ketentuan Peraturan Perundangundangan., sedangkan perbedaan permanen timbul karena adanya peraturan
yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar
Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan. Menurut PSAK 46, perbedaan temporer mempunyai dampak
terhadap pajak tangguhan akibat perlakuan akuntansi dan perpajakan serta
kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss
carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu
periode tertentu. Maka dari itu, perusahaan perlu menyesuaikan antara laba
akuntansi dengan laba pajak di dalam rekonsiliasi fiscal.
Rekonsiliasi fiscal merupakan sebuah laporan mengenai perbedaan laba
atas laba komersil dan laba fiscal. Para wajib pajak, terutama wajib pajak

badan akan melakukan rekonsiliasi fiscal dalam perhitungan PPh. Dalam


penyusunan rekonsiliasi fiscal maka akan ada istilah fiscal positif dan fiscal
negative. Fiskal positif menunjukkan penghasilan komersil bertambah dan
biaya komersil menurun. Fiscal positif ini akan mengakibatkan meningkatnya
laba kena pajak sehingga PPh badan terutang juga akan meningkat.
Sebaliknya, Fiskal negative akan menunjukkan penghasilan komersil menurun
dan biaya komersial meningkat sehingga laba kena pajak untuk PPh badan
terutang akan menurun. Dengan kata lain, fiscal postif menunjukkan laba
fiscal lebih besar daripada laba komersial begitu juga sebaliknya dengan fiscal
negative.
Dalam praktiknya, banyak manajemen perusahaan menampilkan laporan
keuangan komersil yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya guna
menghitung laba kena pajak. Hal ini dilakukan manajemen perusahaan agar
perusahaan yang dikelolanya dapat memperlihatkan kinerja yang baik karena
pihak stakeholder akan selalu melihat kinerja keuangan dalam perusahaan
tersebut. Dengan demikian, informasi akuntansi pajak mengenai book tax
differences yang diberikan oleh manajemen perusahaan kepada stakeholders
dimungkinkan

akan

memengaruhi

pertumbuhan

laba

perusahaan.

Pertumbuhan laba merupakan perubahan laba yang dihasilkan oleh perusahaan


dari periode ke periode (Ayumastutiningsih, 2014)
Sejumlah penelitian telah meneliti kemungkinan book tax differences
menjadi sumber informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan
terutama stakeholders. Dalam penelitiannya, Jackson (2009) membuktikan

secara empiris bahwa perbedaan permanen memiliki pengaruh positif terhadap


pertumbuhan laba, tetapi memiliki pengaruh negative terhadap perubahan
beban pajak. Sedangkan, untuk perbedaan temporer memiliki pengaruh
negative terhadap pertumbuhan laba.
Beberapa penelitian mengenai book tax differences terhadap pertumbuhan
laba telah banyak dilakukan oleh peneliti di Indonesia, tetapi penelitian ini
memiliki hasil yang berbeda.
membuktikan bahwa

Penelitian yang dilakukan Saputro (2011)

perbedaan temporer memiliki pengaruh signifikan

negative terhadap pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan dan total
book tax differences memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan,

perbedaan

permanen

tidak

memiliki

pengaruh

terhadap

pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Jackson (2009) bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh
negative terhadap pertumbuhan laba. Namun, perbedaan permanen yang
dilakukan penelitian ini berbanding terbalik dengan penilitian Jackson (2009).
Berbeda lagi dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Brolin dan Rohman
(2014) yang mengatakan bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba, tetapi hasil perbedaan permanen tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Banyak penelitian di Indonesia yang juga menyatakan bahwa perbedaan
permanen dan temporer tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Penilitian ini dilakukan oleh Lestari (2011), Oktafioni
(2012), dan Fitri (2014).

Salah satu indikator keberhasilan kinerja keuangan yang baik adalah


adanya pertumbuhan laba yang terjadi di perusahaan. Ada faktor lain selain
book tax differences yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.
Pertumbuhan laba di masa mendatang dapat diprediksi dengan menggunakan
analisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan perbandingan angkaangka yang terdapat di dalam neraca dan laporan laba rugi. Perbandingan
antara perkiraan yang satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan
karena dari hasli perbandingan tersebut dapat memproyeksikan hasil kinerja
keuangan di dalam perusahaan. Ada empat kelompok dalam rasio keuangan,
salah satunya yaitu rasio leverage.
Leverage menunjukkan bagaimana pengelolaan asset perusahaan dibiayai
oleh utang. Dalam menjalankan usahanya terkadang perusahaan kekurangan
modal. Perusahaan biasanya akan memilih salah satu alternatif pendanaan
yaitu utang. Utang yang digunakan berlebihan juga tidak baik untuk suatu
perusahaan. Dimana, dengan tingkat utang yang berlebihan akan membuat
perusahaan terjebak ke dalam beban utang yang tinggi. Perusahaan harus
dapat menghitung utang yang seharusnya digunakan. Selain utang yang wajib
dibayarkan, perusahaan juga harus membayar bunga atas utang. Sebenarnya,
kreditur lebih menyukai rasio leverage yang rendah maka semakin kecil risiko
kreditur jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya kepada kreditur.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan penggunaan utang agar
beban perusahaan tidak terlalu besar. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan laba di dalam perusahaan tersebut. Jika beban utang semakin

meningkat maka tidak dapat dipungkiri akan menyebabkan laba berkurang


jika tidak diikuti dengan penghasilan yang tinggi pula.
Telah banyak penelitian yang menggunakan variable leverage untuk
meneliti hubungan antara leverage dengan pertumbuhan laba. Di Indonesia,
penelitian ini menghasilkan perbedaan hasil penelitian. Ardyasari (2012)
mengatakan bahwa leverage dengan cara menghitung DER (Debt Equity
Ratio) mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan hasil
penelitian Gunawan (2013) leverage debgan rasio DER tidak berpegaruh
signifikan. Gunawan (2013) juga menghitung DAR (Debt to Asset Ratio)
sebagai pengukur leverage tetapi hasil penelitiannya juga sama yaitu tidak ada
pengaruh antara DAR dengan pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika (2011) yang menyatakan hasil
DAR tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya mengenai
hubungan antara book tax differences dan leverage terhadap pertumbuhan laba
maka peneliti melakukan pengujian kembali untuk mengonfirmasi atau
mencari titik temu atas perbedaan hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul HUBUNGAN
BOOK-TAX

DIFFERENCES

DAN

LEVERAGE

TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2010-2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan research gap yang ditemukan adanya perbedaan hasil


penelitian terdahulu maka peneliti mengkaji kembali pengaruh book-tax
differences dan leverage terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai dengan 2014.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah perbedaan temporer berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
perusahaan?

2. Apakah perbedaan permanen berpengaruh terhadap pertumbuhan laba


perusahaan

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan?

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama
dalam

memaksimumkan

laba

dengan

memperhatikan

komponen

perpajakan yang diteliti dalam penelitian ini.


2. Bagi pemakai informasi akuntansi
Penelitinan ini diharapkan dapat digunakan untuk dapat memahami nilai
informatif dari book tax difference dalam memprediksi kinerja perusahaan
masa depan serta mengetahui akibat-akibat yang mungkin ditimbulkan

sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menggunakan


informasi keuangan yang disajikan.
3. Bagi akademis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memudahkan memahami
tentang perbedaan temporer, perbedaan permanen dan book-tax differences
yang berhubungan dengan pertumbuhan laba perusahaan satu periode
kedepan. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti
lain atau bagi kalangan akademisi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.

D. Sistematika Penulisan
BAB I :

PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi latar belakang masalah yang menjadi dasar
pemikiran atau latar belakang penelitian ini untuk selanjutnya
disusun rumusan masalah dan diuraikan tentang tujuan dan
manfaat penelitian serta disusun sistematika penulisan di akhir bab
ini.

BAB II :

TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini meliputi tentang landasan teori yang menjadi dasar
dari penelitian dan penelitian terdahulu yang dijadikan dasar dalam
perumusan hipotesis dan analisis penelitian ini. Setelah itu
diuraikan dan digambarkan kerangka pemikiran dari penelitian

kemudian disebutkan hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian


ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi
operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data serta metode analisis data.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini berisi tentang deskripsi dari objek penelitian,
kemudian hasil analisis data dari pengujian pengujian statistik
dan diakhiri dengan interpretasi hasil berupa penolakan atau
penerimaan hipotesis yang diuji dan dikaitkan dengan teori yang
berlaku
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan atas hasil analisis pada bab
sebelumnya, keterbatasan penelitian serta saran bagi penelitian
berikutnya.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal (Book Tax Differences)

Perbedaan antara standar akuntansi dengan ketentuan pajak mengharuskan


manajemen untuk menyusun dua macam laporan laba rugi pada setiap akhir
periode, laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba
rugi komersial merupakan pelaporan laba yang dibuat berdasarkan standar
akuntansi keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak (laba
akuntansi), sedangkan laporan laba rugi fiskal dibuat berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan besarnya
penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal.

Menurut Zain (2008, h.118) bahwa :


Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya,
tahun pajak atau tahun buku, metode akuntansi yang digunakan dan
konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat
kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu
kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan kedua dasar penyusunan
10

11

laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba


(rugi) suatu entitas yang pada akhirnya akan menimbulkan jumlah laba
yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal
dengan istilah book tax differences.1
Poernomo (2008) mengungkapkan bahwa terdapat hal-hal yang
membedakan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal 2
Komersial
Berdasar pada Standar Akuntansi Keuangan
yang dirumuskan IAI

Fiskal
Berdasar pada peraturan perpajakan yang
ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif

Tujuan akuntansi komersial adalah untuk


menyediakan informasi yang berguna bagi para
pemakai dalam pengambilan keputusan

Tujuan pembukuan adalah agar wajib pajak


dapat menghitung besarnya pajak yang terutang

Laporan laba rugi komersial merupakan


penandingan pendapatan dengan biaya
Menganut prinsip konsistensi. Apabila terjadi
perubahan harus melaporkan akibat perubahan
dalam laporan keuangan
Menggunakan stelsel akrual

Laporan laba rugi merupakan penandingan


objek pajak dengan pengurang penghasilan
bruto
Menganut prinsip taat asas (konsisten). Apabila
terjadi perubahan harus mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak dan melaporkan
akibat perubahan tersebut
Meenggunakan stelsel akrual atau stelsel kas
dengan memperhatikan ketentuan pasal 28 UU
KUP

Menganut prinsip konservatif dalam


bentuk cadangan (penyisihan) misal, penyisihan
piutang tidak tertagih, penyisihan utang garansi,
penyisihan harga pasar, dsb

Tidak menganut prinsip konservatif


kecuali dalam hal penyisihan cadangan piutang
tak tertagih pada usaha bank dan sewa guna
usaha, hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi,
cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan (pasal 9 ayat (1) huruf c UU
No.36 tahun 2008

Menganut biaya historis

Menganut biaya historis dengan memperhatikan


harga pertukaran yang objektif

Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 118

Poernomo, Modul Akuntansi Perpajakan, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan),
hlm. 35

12

Subtansi mengalahkan bentuk formal


Jika terdapat pelanggaran tidak ada sanksi
tetapi mempengaruhi opini akuntan publik

Substansi mengalahkan bentuk formal, tetapi


dalam beberapa kasus, bentuk formal
mengalahkan substansi
Jika terdapat pelanggaran dapt dikenakan sanksi
berupa sanksi administrasi maupun sanksi
pidana

Sumber : Poernomo, Modul Akuntansi Pajak, diolah.


Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba
rugi fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang digunakan perusahaan
dalam menghitung laba akuntansi, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan
pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut. Untuk
menentukan besarnya laba rugi fiskal, perusahaan melakukan rekonsiliasi
fiskal. Menurut Zain (2008) Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian
antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal melalui
perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau koreksi fiskal positif dan
koreksi fiskal negative.3
Penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang
termasuk koreksi fiskal positif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan
bertambah dan atau biaya yang berkurang menurut fiskal atau dengan kata lain
koreksi fiskal positif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba fiskal
bertambah. Di sisi lain, penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau
biaya yang termasuk koreksi fiskal negatif adalah penghasilan yang menurut
fiskal akan berkurang dan atau biaya yang bertambah menurut fiskal atau

Mohammad Zain, op.cit., hlm.221

13

dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang akan menyebabkan
laba fiskal berkurang.
Perbedaan permanen timbul karena adanya pengaturan yang berbeda
terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi
Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan,
sedangkan perbedaan temporer timbul akibat adanya perbedaan waktu
pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Perbedaan permanen
dan perbedaan temporer inilah yang merupakan pembentuk book tax
differences. Hal itu dikarenakan kedua komponen tersebut merupakan
penyebab timbulnya perbedaan antara laba akuntansi atau penghasilan
sebelum pajak dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang menjadi
dasar pengenaan pajak.
2. Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer
Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan terjadi
perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena
pajak yang merupakan dasar pengenaan pajak. Hubungan antara penghasilan
sebelum pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena
pajak (taxable income) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (pretax
income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income) 4
4

Ibid, hlm. 223

14

Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax Income)

Perbedaan Permanen
Koreksi Fiskal Positif dan Negatif
Undang-undang, umumnya bersumber dari:
Pasal 4 ayat (3)
Pasal 9 ayat (1) dan (2)
Pasal 18
Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan/ Surat EdaranDirektur Jenderal
Pajak

Perbedaan Temporer
Koreksi Fiskal Positif dan Negatif
Undang-undang, umumnya bersumber dari:
Pasal 6 ayat (3)
Pasal 9 ayat (1) dan (2)
Pasal 18
Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan/ Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak

Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)


Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008
\

a. Perbedaan Permanen (Permanent Differences)

Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait


dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Jadi dapat
dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan.
Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundangundangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan,
sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya.
Pada umumnya perbedaan permanen yang terjadi akibat perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya terdapat pada:
1) Pasal 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008

15

Perbedaan yang tercantum dalam pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak


Penghasilan berkenaan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak. Jadi, setiap penghasilan yang termasuk dalam pasal ini harus
dikeluarkan dari laporan laba rugi komersial untuk memperoleh laba fiskal.
Berikut ini beberapa contoh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak:
a) Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat yang
dibentuk secara sah;

b) Warisan;

c) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah;

d) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;

e) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
f) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma
dan kongsi.

2) Pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No. 36 Tahun 2008

16

Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang
Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Seperti halnya dengan perlakuan terhadap penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh
dikurangkan dalam sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial maka
harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh
pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya:
a)

Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada


pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi


pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak


tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;

d) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan;

e) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham


atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa;

f) Pajak penghasilan;

17

g) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan


yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan
untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi.

3) Pasal 18
Perbedaan yang tercantum dalam pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan
berkenaan dengan kewenangan Menteri Keuangan/ Direktur Jenderal Pajak
untuk mengatur keperluan penghitungan pajak. Beberapa contoh kewenangan
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kewenangan

untuk

mengeluarkan

keputusan

mengenai

besarnya

perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan


penghitungan pajak;

b) Kewenangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak


luar negeri, atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri;

c) Kewenangan untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan


pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya.
Menurut Poernomo (2008) perbedaan permanen terdiri dari: 5

Poernomo, op.cit., hlm. 40

18

a. Penghasilan yang telah dipotong PPh final


Sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 UU PPh atas penghasilan berupa bunga deposito
dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total
penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.
b. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tercantum dalam Pasal 4 ayat
(3) Undang-Undang Pajak penghasilan. Penghasilan tersebut harus dikeluarkan
dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi
komersial.
c. Pengeluaran yang termasuk dalam non deductible expense dan tidak termasuk
dalam deductible expense. Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan
mengatur tentang pengurang penghasilan bruto yang termasuk dalam kelompok
pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya (non deductible
expense), sedangkan Undang-Undang yang mengatur mengenai biaya yang
dapat menjadi

pengurang penghasilan bruto (deductible expense) dalam

menentukan besarnya penghasilan kena pajak terdapat dalam Pasal 6 ayat (1).
Menurut Zain (2008) Perbedaan permanen dapat memengaruhi salah satu
dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan

19

akuntansi keuangan, maupun laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan,


tetapi tidak kedua-duanya.6

b. Perbedaan Temporer (Temporary Differences)


Dalam bukunya Zain (2008) mengatakan Perbedaan temporer disebabkan karena
adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan
laba. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan
pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode
akuntansi sekarang. Sementara itu, komersial mengakuinya sebagai penghasilan
atau biaya pada periode yang bersangkutan.7 Pasal-pasal dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan (UU Pajak No. 36 Tahun 2008) yang terkait dengan perbedaan
temporer adalah sebagai berikut:
1) Pasal 6 ayat (1) huruf (h)
Ketentuan

perundang-undangan

perpajakan

yang

berkaitan

dengan

penghapusan piutang tidak tertagih fiskal. Secara lengkap pasal tersebut


berbunyi sebagai berikut:
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
6

Mohammad Zain, op.cit., hlm.231

Ibid, hlm.213

20

b) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau


instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan;

c) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

d) Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak.

Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal


Pajak.
2) Pasal 10 ayat (6)
Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode
penilaian persediaan. Secara lengkap, pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama
3) Pasal 11 dan pasal 11 A
Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang
metode penyusutan dan amortisasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan kedua
pasal tersebut misalnya mengenai penetapan masa manfaat dan tarif penyusutan
harta berwujud serta penetapan masa manfaat dan amortisasi harta tak berwujud.
Lebih lanjut penyebab perbedaan temporer dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Metode Penyusutan dan Amortisasi

21

Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda dengan


penyusutan untuk kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi
didisain untuk mempersandingkan antara pengeluaran suatu aset atau penurunan
manfaat aset bersamaan dengan manfaat ekonomis yang didapatkan dari
penggunaan aset tersebut. Menurut Zain (2008), Periode penyusutan atau masa
manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan pada
ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan
masa manfaat aset yang bersangkutan atau dengan kata lain tidak ada usaha
untuk mempersandingkan antara penghasilan dengan pengeluaran. Perbedaan
metode penyusutan atau amortisasi antara standar akuntansi keuangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 2
Perbedaan Ketentuan Penyusutan atau Amortisasi menurut Perpajakan
dan menurut Akuntansi 8
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

Standar Akuntansi keuangan

Terdapat pengelompokan aset yang terdiri dari kelompok


harta berwujud dan kelompok harta tidak berwujud.
Kelompok harta berwujud terdiri dari:
I. Bukan bangunan
a. Kelompok 1
b. Kelompok 2
c. Kelompok 3
d. Kelompok 4
II. Bangunan
a. Permanen
b. Tidak Permanen

Tidak terdapat pengelompokan


aset yang didasarkan pada
penyusutan atau amortisasinya.
Pengelompokan aset didasarkan
menurut kelancarannya dan
ketetapannya, yang terdiri dari
aset berwujud, aset tetap, aset
tidak berwujud, investasi jangka
panjang dan saet lain-lain.

Kelompok harta tak berwujud terdiri dari kelompok 1,


kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4.
8

Ibid, hlm. 242

22

Masa manfaat ditetapkan berdasarkan pengelompokan aset.


Tarif per kelompok ditetapkan.
Hanya tiga pilihan metode penyusutan, yaitu metode garis
lurus, metode saldo menurun ganda, dan metode satuan
produksi

Tidak ada penetapan masa


manfaat.
Tarif tidak diatur.
Banyak
pilihan
metode
penyusutan, di antaranya yaitu
metode garis lurus, metode
saldo menurun, metode saldo
menurun ganda, metode jumlah
angka tahun, dan metode satuan
produksi.

Sumber: Zain (2008)

b) Metode Penilaian persediaan


Dalam akuntansi, banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan
persediaan dan harga pokok penjualan, seperti metode identifikasi spesifik
(spesific identification), mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama
(FIFO), mendahulukan persediaan yang diperoleh terakhir (LIFO), serta harga
perolehan yang diperoleh secara rata-rata (weighted average). Dalam
perpajakan, metode penilaian persediaan yang diperkenankan digunakan untuk
kepentingan perhitungan pajak terutang terbatas kepada metode yang
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO) dan harga perolehan
yang dilakukan secara rata-rata (weighted average) seperti yang tercantum
dalam UU Pajak Penghasilan pasal 10 ayat (6). Jika terdapat penerapan
pendekatan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal maka akan menimbulkan perbedaan temporer dan alokasi
harga pokok penjualan menjadi berbeda untuk setiap tahun sehingga
menghasilkan laba kotor yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak
bersifat tetap karena akan dikompensasikan pada periode berikutnya.
c) Penghapusan piutang

23

Dalam akuntansi, piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan


dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor
piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk
piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Dalam
akuntansi dikenal dua metode penghapusan piutang, yaitu:
1. Metode langsung
Dalam metode ini, kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada
piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih sesuai dengan kebijakan
perusahaan atau pernyataan debitur. Dengan demikian pengakuan kerugian
piutang sebagai pengurangan baru dilakukan pada tahun terjadinya
penghapusan piutang tersebut.
2. Metode cadangan
Dalam metode cadangan, pada setiap akhir periode dibentuk cadangan
kerugian untuk menaksir jumlah yang sekiranya tidak dapat ditagih pada
periode berikutnya. Pada saat pembentukan cadangan ini perusahaan
mengakui adanya kerugian piutang, sedangkan pada saat benar-benar tidak
dapat ditagih (piutang harus dihapus) maka tidak lagi mengakui adanya
kerugian piutang dan membebankannya ke rekening cadangan kerugian
piutang yang telah dibentuk sebelumnya.
Dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan, salah satu komponen
yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan dalam menentukan
Penghasilan Kena Pajak adalah pembentukan atau pemupukan dana cadangan
kecuali cadangan piutang tak tertagih usaha tertentu, seperti usaha bank dan

24

sewa guna usaha (Pasal 9 ayat (1) huruf (c)). Piutang akan dihapus dan diakui
sebagai kerugian piutang pada saat atau periode dimana piutang tersebut nyatanyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam UU
Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf (h). Hal ini berarti metode yang dianut
adalah penghapusan piutang langsung. Perbedaan pengurangan kerugian
piutang dari pendapatan dalam laporan laba rugi hanya dalam waktu, dan akan
saling menutup pada periode yang lain.
Menurut PSAK No. 46 perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah
tercatat aset atau kewajiban dengan Dasar Pengenaan Pajaknya. Perbedaan
temporer dapat berupa:
a) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable
amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai
tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi
(settled); atau

b) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary


differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang
boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat
kewajiban tersebut dilunasi (settled).
Perbedaan temporer tercermin dalam laporan keuangan komersial dalam
akun pajak tangguhan, baik berupa aset pajak tangguhan maupun kewajiban pajak
tangguhan. Dengan berlakunya PSAK No. 46, timbul kewajiban bagi perusahaan

25

untuk menghitung dan mengakui pajak tangguhan (deferred taxes) dengan


menggunakan pendekatan asset and liability method. Pendekatan ini berorientasi
pada neraca dan mengakui adanya aset dan kewajiban pajak tangguhan yang dapat
dikompensasikan pada periode penghitungan pajak selanjutnya. Aset pajak
tangguhan timbul apabila perbedaan temporer menyebabkan terjadinya koreksi
fiskal positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban
pajak menurut peraturan perpajakan. Sebaliknya, kewajiban pajak tangguhan
timbul apabila perbedaan temporer menyebabkan terjadinya koreksi fiskal negatif
sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak
menurut peraturan perpajakan.
PSAK No. 46 menyebutkan bahwa aset pajak tangguhan adalah jumlah
pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) untuk periode mendatang sebagai
akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian, sedangkan kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak. Pada umumnya, aset dan kewajiban pajak tangguhan muncul
karena penghasilan atau beban diakui dalam penghitungan laba akuntansi pada
periode yang berbeda dari periode pengakuan penghasilan atau beban tersebut
dalam penghitungan penghasilan kena pajak. Pajak tangguhan yang berasal dari
aset dan kewajiban pajak tangguhan tersebut diakui pada laporan laba rugi.
Penyajian pajak tangguhan di laporan keuangan komersial sesuai dengan PSAK
No. 46 adalah sebagai berikut:

26

1. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban
lainnya dalam neraca.

2. Aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset
pajak kini dan kewajiban pajak kini.

3. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban lancar
disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar, maka aset (kewajiban)
pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban) lancar.

4. Aset pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan
jumlah netonya harus disajikan pada neraca.

5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari
aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

2. Leverage
Sumber dana bagi perusahaan merupakan salah satu hal terpenting dalam
perusahaan agar perusahaan mampu bertahan selama kegiatan usahanya. Untuk
itu, ada beberapa cara untuk mendapatkan sumber dana tersebut. Diantaranya
adalah dengan menggunakan modal sendiri. Sumber dana ini berasal dari setoran
modal pemilik dan cadangan laba yang ditahan. Akan tetapi, sumber ini tidak
dapat mencukupi untuk meningkatkan produksi.Untuk itu, perlu sumber dana
yang lain yang berasal dari pihak luar perusahaan. Sumber inilah berpeluang dapat
meningkatkan

produksi

yang

nantinya

akan

meningkatkan

pendapatan

27

perusahaan. Sumber tersebut berupa pinjaman (hutang) dari pihak kreditur


perusahaan. Dalam menggunakan hutang terkadang baik tapi terkadang sangat
jelek. Jadi membiayai dengan hutang bisa berpotensi untuk mempertinggi nilai
tingkat pengembalian atas ekuitas, tetapi juga meningkatkan ketidak pastian atau
risiko bagi pemilik.
Sri (2011) mengatakan bahwa
Leverage menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang kepada pihak di luar perusahaan. Semakin tinggi leverage
kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap
kontrak hutang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba
sekarang lebih tinggi dibandingkan laba masa depan.9
Selain itu lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan ole Schall dan
Harley (1992) mendefinisikan Leverage sebagai the degree of firm borrowing,
artinya leverage sebagai tingkat pinjaman perusahaan.10
Menurut Brigham dan Houston (2001),
Leverage keuangan (financial leverage) merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan
saham preferen) digunakan dalam stuktur modal perusahaan11

Sri Utami & Sawitri Dwi Prastiti, (Jurnal Ekonomi Bisnis, 2011), hlm.65

10

Van Schall dan Harlley, Financial Management, (New Jersey: Prantice Hall, 1998), hlm.212

11

Brigham dan Houston, Fundamental Of Financial Management, (Orlando USA:


The Dryden Press Harcourt Brace Collage Publisher, 2001), hlm.387

28

a. Rasio Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas
pemegang saham.
Menurut Wahyono (2012),
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan

perusahaan.

Struktur

permodalan

merupakan

pendanaan

permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham.12
Selain Wahyono, menurut Martono dan Agus (2010) rasio leverage adalah Rasio
yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang
(pinjaman)13. Sejalan dengan definidi menurut Marrtono, Husnan (2008) juga
mengatakan bahwa Rasio leverage adalah rasio ini mengukur seberapa jauh
perusahaan menggunakan hutang14.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban
tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan
perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.

12

Wahyono, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Gramedia, 2012), hlm. 34

13

Martono Ali dan Agus Jaka, Analisis Kinerja Keuangan, (Yogyakarta: Karya Abadi, 2010), hlm.53

14

Husnar Rozak, Manajerial Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm.70

29

b. Jenis Rasio Leverage


Dalam rasio leverage menurut Fahmi (2011), secara umum terdiri dari
beberapa jenis rasio diantaranya adalah
1) debt to Total Assets Ratio
2) debt to Total Equity Ratio
3) Time Interest Earned
4) Cash flow coverage
5) Long-term Debt to total Capitalization
6) Fixed Charge Coverage
7) Cash Flow Adequancy15
Berbeda dengan jenis raio yang dikemukakan Fahmi,hanya ada dua jenis rasio
leverage menurut Agnes Sawir (2000-13) yaitu
Rasio utang terhadap asset dan rasio utang terhadap modal.
1) Rasio Utang terhadap Aktiva atau Debt to Tottal Asset Ratio
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaanyang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya
cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun
pemegang saham.
2) Rasio Utang terhadap Modal atau Debt to Equity Ratio

15

Muhammad Fahmi Kilam, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Gramedia, 2011),
hlm.127

30

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam


pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.16
3. Pertumbuhan Laba
Ghozali dan Chariri (2003) mengemukakan bahwa Salah satu tujuan
pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat
menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per
share).17 Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan
sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Standards
(SFAS) nomor 1, laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung
di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun
eksternal perusahaan, untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan
dimasa yang akan datang.
Belkaoui (1993) menyatakan bahwa
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya
dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan
pembayaran dividen, pedoman investasi , pengambilan keputusan dan unsur
prediksi. Pertama, laba sebagai suatu dasar bagi perpajakan yaitu suatu versi

16

Agnes Sawir, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm.13

17

Imam Ghozali dan Anis Chariri, Teori Akuntansi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2003), hlm. 349

31

laba yang dikenal sebagai laba kena pajak, dihitung sesuai dengan aturan
aturan yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dijadikan dasar
pengenaan pajak.
Kedua, laba dianggap sebagai determinan kebijakan pembayaran deviden.
Laba diakui sebagai indikator dari jumlah maksimum yang harus dibagikan
sebagai dividen dan laba ditahan untuk perluasaan atau diinvestasikan di
dalam perusahaan. Akan tetapi, pengakuan laba belum tentu akan menjamin
deviden dibayarkan hal itu disebabkan karena terdapat perbedaan akuntansi
akrual dengan akuntansi kas. Sebuah perusahaan dapat mengakui suatu
jumlah laba dan pada saat yang bersamaan tidak mempunyai dana untuk
membayar deviden.
Ketiga, laba pada umumnya dipandang sebagai pedoman investasi dan
pedoman dalam pengambilan keputusan. Laba digunakan para investor untuk
mengetahui dan memeperhitungkan pengembalian / return atas modal yang
diinvestasikannya tersebut, yang sepadan dengan tingkat resiko yang dapat
diterima. Jadi jumlah laba pada laporan keuangan tersebut dapat
mencerminkan kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan
investor apakah ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.
Keempat, laba sebagai suatu alat prediktif yang membantu dalam peramalan
laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Nilai laba di masa
lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan, terbukti berguna
dalam meramalkan nilai mendatang. Laba terdiri dari hasil opersional atau

32

laba biasa dan hasil-hasil nonoperasional atau keuntungan dan kerugian luar
biasa di mana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih.
Kelima, laba bisa dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi. Laba adalah
suatu ukuran kepengurusan (stewardship) manajemen atas sumberdaya suatu
kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu
perusahaan18
Selain itu, laba juga mempunyai karakteristik, Ghozali dan Chariri (2003)
menjelaskan bahwa :
Ada beberapa karakteristik laba antara lain sebagai berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi


perusahaan pada periode tertentu,

c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman


khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,

d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis


yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan


dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.19

18

Ahmed Belkaoui, Teori Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 1993), hlm.217

19

Imam Ghozali dan Anis Chariri, Loc.cit, hlm.347

33

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
merupakan prosentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan.
Oleh sebab itu, pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan merupakan
tujuan perusahaan jadi informasi yang berhubungan dengan laba akan digunakan
para stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan agar keputusan yang
dihasilkan tersebut efektif dan efisien dalam melakukan aktivitas aktivitas
perusahaan yang berdampak pada kepentingan stakeholder.

B. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah meneliti hubungan book tax differences serta raasio
leverage terhadap pertumbuhan laba. Sejumlah penelitian, antara lain:
. Penelitian yang dilakukan Saputro (2011) membuktikan bahwa perbedaan
temporer memiliki pengaruh signifikan negative terhadap pertumbuhan laba
dalam satu periode ke depan dan total book tax differences memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan, perbedaan permanen tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Jackson (2009) bahwa perbedaan temporer memiliki
pengaruh negative terhadap pertumbuhan laba. Namun, perbedaan permanen yang
dilakukan penelitian ini berbanding terbalik dengan penilitian Jackson (2009).

34

Berbeda lagi dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Brolin dan Rohman
(2014) yang mengatakan bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba, tetapi hasil perbedaan permanen tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Banyak penelitian di Indonesia yang juga
menyatakan bahwa perbedaan permanen dan temporer tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Lestari (2010) berbeda dengan hasil yang
telah dijelaskan sebelumnya. Hasil penelitian ini hubungan perbedaan permanen
maupun tempprer tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Selanjutnya hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dinel Fitri (2013) dan Rika Oktafiani (2012). Dengan jumlah sampel yang
berbeda, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil kedua penelitian ini.
Ada juga Loesiana (2013) yang melakukan penelitian ini. Ia tidak menghitung
perbedaan atas permanen atau temporer tetapi lebih kepada keseluruhan dari Book
Tax Differences. Dengan hipotesis yang ia buat, hasil hipotesisnya diterima yaitu
ada pengaruh antara book tax differeces terhadap pertumbuhan laba.
Selain penelitian antara book tax differences dengan pertumbuhan laba,
banyak juga yang melakukan penelitian antara rasio leverage terhadap
pertumbuhan laba. Pada tahun 2010, Rima Prihartanty melakukan penelitian
dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio
Aktivitas, Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Net Income Growth. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah rasio leverage mempunyai pengaruh negative

35

terhadap pertumbuhan laba. Perhitungan rasio ini diukur dengan Debt to Assets
Ratio (DAR).
Berbeda dengan penelitian Rima (2010), Verty (2013) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh negative terhadap
pertumbuhan laba. Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini juga berbeda
yaitu dengan Debt Equity Ratio (DER).
Ada pula yang meneliti rasio leverage dengan dua pengukuran yaitu dengan
DAR dan DER. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Gunawan ini memiliki hasil
yang sejalan dengan Verty (2013). Ia menemukan bahwa DAR maupun DER
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa rasio leverage tidak mempengaruhi pertumbuhan laba.
Penelitian lain dengan menggunakan pengukuran DER juga dilakukan oleh
Rizki Ardyasari dan Wini Hartini pada tahun yang sama yaitu pada tahun 2012.
Hasil yang didapatkan keduanya membuktikan bahwa rasio DER mempunyai
hubungan terhadap pertumbuhan laba. Berarti hal ini menunjukkan bahwa rasio
leverage mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Tabel 3
Ringkasan Penelitian Terdahulu

No

Judul, Pengarang,
Tahun
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
Amos Rico Brolin
dan Abdul Rohman

Hipotesis
H1 : Perbedaan permanen
antara laba fiskal dan laba
akuntansi
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
laba
akuntansi
H2 : Perbedaan temporer
antara laba fiskal dan laba

Metode

Hasil

Sample: 355 perusahaan

H1:
ditolak

Data : Sekunder

H2:
diterima

36

Acc

akuntansi
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
laba
akuntansi

Analisis: Uji Statistik deskriptif,


asumsi klasik, hipotesis
Operasional Variabel : perbedaan
permanen dan perbedaan temporer

PENGARUH
BOOK-TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
(STUDI
EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAFTAR DI
BURSA
EFEK
INDONESIA
TAHUN 2008
2010

H1 : Perbedaan temporer
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan

Sample: 66 perusahaan

H1:
diterima

Data : Sekunder

H2:
ditolak

Dipenogoro
Journal of
2014

Nugroho
Saputro

Adi

2011

ANALISIS
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
3

H1: Perbedaan permanen


berpengaruh
terhadap
pertumbuhanlaba

Budi Lestari

2010

H2 :Perbedaan Permanen
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan.
H3 : Book-tax differences
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan.

PENGARUH
BOOK-TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA

Operasional Variabel : perbedaan


permanen dan perbedaan temporer

Sampel: 39 perusahaan

H3:
diterima

H1:
ditolak

Data : Sekunder
H2: Perbedaan temporer
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba

H1 : Perbedaan temporer
berpengaruh
negatif
terhadap pertumbuhan laba

Dinel Fitri

Analisis: Uji Statistik deskriptif,


asumsi klasik, hipotesis

Analisis: Uji Statistik deskriptif,


asumsi
klasik,
normalitas,
Multikolinearitas,Heteroskedastisita
s, dan hipotesis
Operasional Variabel : perbedaan
permanen dan perbedaan temporer

Sample: 99 perusahaan

H2:
ditolak

H1:
ditolak

Data : Sekunder

2013

H2 : Perbedaan permanen
berpengaruh
positif
terhadap pertumbuhan laba

PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN

H1
:
Temporary
Differences dari Book Tax
Differences berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.

Analisis: regresi berganda, uji t, uji


f
Operasional Variabel : perbedaan
permanen dan perbedaan temporer

Sampel: 49 perusahaan

H2:
ditolak

H1:
ditolak

37

LABA
(STUDI
EMPIRIS
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAFDAR DI
BEI TAHUN 20092011)
Rika
Oktafioni,
Ethika,
Novia
Rahmawati
2012

H2
:
Permanent
Differences dari Book Tax
Differences berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.

Analisis: regresi berganda, uji


hipotesis
Operasional Variabel : perbedaan
permanen dan perbedaan temporer

H2:
ditolak

PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA

H1: Book tax differences


berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan

Sampel: 12 perusahaan

H1:
diterima

Loesiana Maulina
Hutabarat

H2:ROA
berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.

Data : Sekunder

H2:
diterima

2013

H3: SIZE berpengaruh


terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.

Analisis:
hipotesis

regresi

berganda,

uji

Operasional Variabel:

H3:
diterima

ANALISIS
PENGARUH
RASIO
LIKUIDITAS,
RASIO
LEVERAGE,
RASIO
AKTIVITAS,
DAN
RASIO
PROFITABILITA
S
TERHADAP
NET
INCOME
GROWTH

H1: Rasio CR berpengaruh


negatif terhadap NIG

Sampel: 6 perusahaan

H1:
diterima

Rima Prihartanty

H2:
Rasio
DAR
berpengaruh
negatif terhadap NIG

Data : Sekunder

H2:
diterima

H3 : Rasio IT berpengaruh
positif terhadap NIG
2010

H4:
Rasio
NPM
berpengaruh
positif terhadap NIG

Data : Sekunder

PENGARUH
LIKUDITAS,
LEVERAGE DAN
AKTIVITAS
TERHADAP

H1
:
Likuiditas
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pertumbuhan laba.

Analisis: regresi linier berganda


dengan metode Ordinary Least
Square (OLS), uji asumsi klasik,
dan uji hipotesis menggunakan Fstatistik untuk menguji pengaruh
koefisien regresi secara serentak
serta t-statistik untuk menguji
koefisien regresi secara individual
Operasional Variabel: Current
Ratio, Debt to Assets Ratio,
Inventory Turnover, Net Profit
Margin

Sampel: 61 perusahaan

H3:
ditolak

H4:
ditolak

H1:
ditolak

38

PERTUMBUHAN
LABA
Verty Zanora

H2
:
Leverage
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap
pertumbuhan laba.

2013

H3
:
Aktivitas
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pertumbuhan laba.

ANALISIS RASIO
KEUANGAN
DALAM
MEMPREDIKSI
PERTUMBUHAN
LABA
PADA
PERUSAHAAN
MAKANAN DAN
MINUMAN
YANG
TERDAFTAR DI
BURSA
EFEK
INDONESIA

H1:
Current
Ratio
memiliki pengaruh positif
terhadap
Pertumbuhan
Laba

RIZKI
ARDYASARI

JURNAL Kajian
Pendidikan
&
Akuntansi
Indonesia Edisi I
Volume I / Tahun
2012

H2: Working Capital to


Total Asset (WCTA)
memiliki pengaruh positif
terhadap
Pertumbuhan
Laba
H3: Current Liabilities To
Inventory (CLI) memiliki
pengaruh negatif terhadap
Pertumbuhan Laba
H4: Operating Income to
Total Liability (OITL)
memiliki pengaruh positif
terhadap
Pertumbuhan
Laba
H5: Total Asset Turnover
(TAT) memiliki pengaruh
positif
terhadap
Pertumbuhan Laba
H6: Net Profit Margin
(NPM) memiliki pengaruh
positif
terhadap
Pertumbuhan Laba
H7: Gross Profit Margin
(GPM) memiliki pengaruh
positif
terhadap
Pertumbuhan Laba
H8: Return On Asset
(ROA) memiliki pengaruh
positif
terhadap
Pertumbuhan Laba
H9: Debt to Equity Ratio
(DER) memiliki pengaruh
positif
terhadap
Pertumbuhan Laba
H10: Current Ratio (CR),
Current Liabilities To
Inventory
(CLI),

Data : Sekunder

H2:
ditolak

Analisis: regresi berganda


Operasional variabel: Working
Capital to Total Asset, Debt Equity
Ratio, Inventory Turnover

H3:
ditolak

Sampel: 55 perusahaan

H1:
diterima

Data : Sekunder

H2:
ditolak

Analisis:
hipotesis

H3:
ditolak

uji asumsi klasik, uji

h4:
diterima

H5:
diterima
Operasional Variabel: Current Ratio
(CR), Working Capital to Total
Asset (WCTA), Current Liabilities
To Inventory (CLI), Operating
Income to Total Assets (OITL),
Total Asset Turnover (TAT), Net
Profit Margin (NPM), Gross Profit
Margin (GPM),Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER)

H6:
diterima

H7:
diterima

H8:
diterima

H9:
diterima
H10:
diterima

39

Operating Income to Total


Liability (OITL), Total
Asset Turnover (TAT),
Net Profit Margin (NPM),
Gross
Profit
Margin
(GPM), Return On Asset
(ROA) dan Debt to Equity
Ratio (DER) memiliki
pengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Laba
PENGARUH
RASIO
KEUANGAN
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
PADA
PERUSAHAAN
PERDAGANGAN
DI INDONESIA

H1: Ada pengaruh Total


Assets Turnover (TATO)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan Perdagangan
di Indonesia

Sampel: 10 perusahaan

H1:
diterima

Ade Gunawan

H2: Ada pengaruh Fixed


Assets Turnover (FATO)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan Perdagangan
di Indonesia

Data: Sekunder

H2:
diterima

H3:
Ada
pengaruh
Inventory Turnover (ITO)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan
Perdagangan di Indonesia

Analisis:
uji
asumsi
klasik
(
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas,
uji
heteroskedastisitas
dan
uji
autokorelasi
),
Regresi linear berganda, ujit, dan uji
f

H3:
diterima

10

JURNAL
MANAJEMEN &
BISNIS VOL 13
NO. 01 APRIL
2013

11

PENGARUH
FINANCIAL
RATIO

H4: Ada pengaruh Current


Ratio
(CR)
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan
Perdagangan di Indonesia
H5: Ada pengaruh Debt to
Assets
Ratio
(DAR)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan Perdagangan
di Indonesia
H6: Ada pengaruh Debt to
Equity
Ratio
(DER)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan Perdagangan
di Indonesia
H7: Ada pengaruh Total
Assets Turnover, Fixed
Assets
Turnover,
Inventory
Turnover, Current Rasio,
Debt to Assets Ratio, Debt
to Equity Ratio (DER)
secara
bersama-sama
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan Perdagangan
di
Indonesia
H1: DER berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba

H4:
ditolak

H5:
ditolak

Operasional
Variabel:
TATO,
FATO, ITO,CR, DAR, dan DER

H6:
ditolak

H7:
diterima

H1:
diterima

40

TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA DENGAN
PENGUNGKAPA
N CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILIT
Y
SEBAGAI
VARIABEL
PEMODERASI
Windi Hartini

Management
Analysis Journal 1
(2) (2012)

H2:
CR
berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
H3: OPM berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
H4: ROA berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba

H5: GPM berpengaruh


terhadap pertumbuhan laba

Sampel: 20 perusahaan
Data: sekunder
Analisis: regresi berganda dan
regresi moderasi
Operasional variabel: Debt to
Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR), Operating Profit Margin
(OPM), Return On Assets (ROA),
Gross Profit Margin (GPM), dan
Working
Capital to Total Assets (WCTA)

H6: WCTA berpengaruh


terhadap pertumbuhan laba

H2:
diterima
H3:
diterima
h4:
diterima

H5:
ditolak

H6:
ditolak

C. Kerangka Pemikiran
Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba serta
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Manajemen laba bertujuan
untuk menghindari penurunan dan kerugian laba. Manajemen laba yang dilakukan
perusahaan akan mengakibatkan kualitas laba yang rendah dan laba yang kurang
persisten. Namun, manajemen laba akan menghasilkan kinerja perusahaan yang
tampak baik dengan menghasilkan laba bersih yang tinggi.
Selain dapat memberi manfaat dalam hal memberi informasi mengenai kinerja
perusahaan dalam hal pendeteksian laba, book tax differences juga diprediksi
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (pertumbuhan laba) akibat dari
perbedaan mekanis dalam penghitungan laba. Perbedaan mekanis ini timbul
akibat adanya perbedaan peraturan antara peraturan akuntansi dengan peraturan

41

perpajakan yang murni dan bukan berasal dari manajemen laba yang dilakukan
perusahaan.
Dalam penelitian ini, selain menggunakan perbedaan temporer dalam
memproksikan book tax differences, digunakan juga komponen perbedaan
permanen. Perbedaan permanen dan perbedaan temporer adalah komponen
pembentuk book tax differences. Perbedaan permanen dan perbedaan temporer
dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif. Koreksi positif akan
menyebabkan laba fiskal bertambah, sedangkan koreksi negatif mengakibatkan
laba fiskal berkurang.
Laba fiskal sebagai dasar pengenaan pajak berbanding lurus dengan beban
pajak. Jika laba fiskal bertambah berarti beban pajak yang harus dibayarkan
semakin besar, begitu pula jika laba fiskal berkurang maka beban pajak masa
depan akan semakin kecil. Hal tersebut akan berpengaruh pada laba bersih yang
merupakan jumlah neto laba yang dihasilkan oleh perusahaan setelah dikurangi
dengan beban pajak. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin kecil
beban pajak yang dibayarkan maka laba bersih yang dihasilkan semakin besar.
Begitu pula sebaliknya, jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar
beban pajak yang dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang dihasilkan.
Ada faktor lain selain book tax differences yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan laba perusahaan.

Pertumbuhan laba di masa mendatang dapat

diprediksi dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan


merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat di dalam neraca dan laporan
laba rugi. Perbandingan antara perkiraan yang satu dengan yang lainnya harus

42

saling

berhubungan

karena

dari

hasli

perbandingan

tersebut

dapat

memproyeksikan hasil kinerja keuangan di dalam perusahaan. Ada empat


kelompok dalam rasio keuangan, salah satunya yaitu rasio leverage.
Rasio leverage menunjukkan bagaimana pengelolaan asset perusahaan dibiayai
oleh utang. Dalam menjalankan usahanya terkadang perusahaan kekurangan
modal. Perusahaan biasanya akan memilih salah satu alternatif pendanaan yaitu
utang. Utang yang digunakan berlebihan juga tidak baik untuk suatu perusahaan.
Dimana, dengan tingkat utang yang berlebihan akan membuat perusahaan terjebak
ke dalam beban utang yang tinggi. Perusahaan harus dapat menghitung utang
yang seharusnya digunakan. Selain utang yang wajib dibayarkan, perusahaan juga
harus membayar bunga atas utang. Sebenarnya, kreditur lebih menyukai rasio
leverage yang rendah maka semakin kecil risiko kreditur jika perusahaan tidak
dapat membayar kewajibannya kepada kreditur. Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhatikan penggunaan utang agar beban perusahaan tidak terlalu besar.
Karena hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan laba di dalam perusahaan
tersebut. Jika beban utang semakin meningkat maka tidak dapat dipungkiri akan
menyebabkan laba berkurang jika tidak diikuti dengan penghasilan yang tinggi
pula.
D. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir diuraikan di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut ini:
H1 : Perbedaan temporer berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan
H2 : Perbedaan permanen berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan

43

H3 : Rasio Leverage berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 2014. Dengan pertimbangan
banyaknya ketersediaan sampel yang dapat diperoleh dan keandalan biaya
(manfaat) pajak tangguhan yang disajikan.
B. Teknik Pemilihan Sampel
Teknik pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel non
probabilita yang disesuaikan dengan kriteria tertentu. beberapa kriteria yang
harus dipenuhi dalam penentuan sampel penelitian ini sebagai berikut :
1. Perusahaan

manufaktur

yang

telah

terdaftar

di

BEI

dan

mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara


konsisten dan lengkap dari tahun 2010 2014 dan tidak delisting dari
BEI selama tahun amatan.
2.

Perusahaan yang menjadi sampel harus memiliki komponen yang


diperlukan sebagai variabel regresi dalam penelitian ini.

3. Perusahaan manufaktur harus memperoleh laba selama periode


pengamatan 2010 2014.
4. Perusahaan harus memperoleh laba karena laba merupakan dari dasar
pengenaan besarnya penghasilan kena pajak yang dikenakan oleh
perusahaan. Selain itu, perusahaan tidak kena kompensasi pajak akibat
rugi tahun sebelumnya karena dapat menutupi laba pada tahun
bersangkutan.

44

45

5. Arus kas operasi perusahaan harus bernilai positif. Karena merupakan


indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman dan
memelihara kemampuan operasi perusahaan tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar seperti penjualan aktiva perusahaan dalam
jumlah besar.
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode
tahun 2010 2014. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh, dikumpulkan, dan diolah pihak
lain). Sumber data laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit tahun 2010
2014 yang diperoleh dari www.idx.co.id.
D. Teknik Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategori dan
klasifikasi bahan-bahan yang tertulis dan berhubungan dengan masalah
penelitian.
Data yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain laporan keuangan
berupa neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dari tahun 2010-2014.
Dan juga studi pustaka dengan membaca buku-buku yang mendukung
penelitian ini.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Dependen
Menurut Sekaran (2003:88) variabel dependen adalah variabel
yang menjadi fokus utama peneliti. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Laba merupakan indikator
kinerja suatu perusahaan. Informasi yang terkandung di dalam laba

46

bermanfaat

bagi

pihak

yang

berkepentingan

sebagai

dasar

pengambilan keputusan. Pertumbuhan laba merupakan perubahan


laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari periode ke periode.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan
laba pada periode sebelumnya. Pertumbuhan laba dirumuskan
sebagai berikut:

NIit =

NIit+1 NIit
Aktiva rata rata perusahaan pada periode t dan t-1

Dimana :
NIit

= Perubahan laba bersih perusahaan i pada periode t

NIit+1 = Laba bersih perusahaan i pada periode t+1


NIit

= Laba bersih perusahaan i pada periode t

2. Variabel Independen
a.

Perbedaan Permanen
Adanya perbedaan antara prinsip akuntasi dengan peraturan
perpajakan akan menimbulkan suatu selisih yang mencakup
komponen

perbedaan

permanen

dan

perbedaan

temporer.

Perbedaan permanen timbul akibat adanya suatu transaksi yang


diakui oleh standar akuntansi namun tidak diakui oleh peraturan
perpajakan. Konsekuensinya transaksi tersebut harus dikeluarkan
dari laporan laba rugi ketika menghitung pendapatan kena pajak.
Contoh transaksi yang termasuk perbedaan permanen yaitu
penghasilan bunga bank, dividen, dan penghasilan lain yang sifat
pemungutan pajaknya final, dan lain-lain.
Oleh karena book tax differences dan komponennya memiliki
nilai yang relevan terhadap laba pada tahun berjalan dan dapat

47

digunakan

untuk

mengevaluasi

kinerja

masa

depan

dan

menjelaskan ekuitas perusahaan (Tang dan Firth, 2008), maka


perbedaan permanen digunakan sebagai variabel independen yang
akan

melengkapi

perbedaan

temporer

dalam

memprediksi

pertumbuhan laba. Perbedaan permanen dihitung dengan cara


sebagai berikut :
Perbedaan Permanen = TaxDiff Perbedaan Temporer
b. Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer timbul karena standar akuntansi dan
peraturan perpajakan mencatat dan mengakui transaksi pada waktu
yang berbeda. Perbedaan temporer ini mengakibatkan adanya aset
pajak tangguhan dan/ atau kewajiban pajak tangguhan. Perbedaan
temporer merupakan refleksi dari kebijakan akrual (discretionary
accruals) tertentu yang diterapkan oleh perusahaan. Kebijakan
akrual

ini

mengakibatkan adanya

suatu perbedaan waktu

pengakuan penghasilan atau biaya antara akuntansi dengan pajak.


Mengingat bahwa kebijakan akrual tersebut memungkinkan
manajer melakukan manajemen laba, maka perbedaan temporer
yang mengandung kebijakan akrual tersebut relevan dalam
memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.
Perbedaan Temporer

c.

={

}* (1-t)/aktiva rata rata

Debt Equitty Ratio


Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah
utang lancar dan utang jangka panjang terhadap modal sendiri
(Hapsari, 2007). Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan
(Kasmir, 2008:158). Menurut Putri (2010) Debt to Equity Ratio
juga dapat digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Debt to

48

Equity Ratio mempunyai dampak yang buruk, karena tingkat utang


semakin tinggi maka beban bunga akan semakin besar dan ini
menunjukkan keuntungan berkurang. Makin tinggi DER makin
besar financial leverage dan makin besar proporsi dana kreditor
yang digunakan untuk menghasilkan laba.
DER =
3. Variabel Kontrol
Selain

menggunakan

menggunakan

variabel

variabel
kontrol.

independen,
Variabel

penelitian

kontrol

ini

juga

digunakan untuk

mengontrol hubungan antara variabel independen dengan variabel


dependen, karena variabel kontrol diduga ikut berpengaruh terhadap
variabel dependen. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini
adalah arus kas operasi, akrual, dan perubahan ROA.
a.

Arus Kas Operasi


Arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang
berasal dari aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk
aktivitas operasi. Arus kas operasi sebagai proksi komponen laba
permanen merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam
menentukan

persistensi

laba

(Wijayanti,

2006),

sehingga

diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan laba


masa depan. Arus kas operasi dalam penelitian ini dihitung dari total
aliran kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan
ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi dengan total aset
b. Akrual
Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi
komponen laba transitori. Akrual merupakan item laba sebelum
pajak yang tidak mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax

49

accrual). Komponen akrual kurang persisten dibandingkan dengan


komponen kas. Logika yang mendasarinya adalah komponen akrual
yang memiliki diskresi tinggi mengakibatkan banyak error yang
akan terkoreksi pada laba mendatang (Dechow dan Dichev, 2002
dalam Wiryandari dan Yulianti, 2008). Dapat disimpulkan bahwa
akrual berhubungan negatif dengan perubahan laba masa depan.
Akrual dalam penelitian ini dihitung sebagai laba akuntansi sebelum
pajak dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum pajak. Hasil
perhitungan tersebut kemudian dibagi dengan total aset.
c. Perubahan pada ROA
Return on Assets (ROA) atau tingkat profitabilitas merupakan
indikator

dalam

mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan laba. ROA menunjukkan seberapa efisien manajemen


menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. ROA didapat
dengan cara menghitung laba bersih perusahaan dibagi dengan total
aset. Perubahan pada ROA dapat digunakan untuk mengendalikan
tren jangka pendek dan jangka panjang pada laba, sehingga
diperkirakan bahwa perubahan pada ROA akan berhubungan positif
dengan perubahan laba masa depan (Jackson, 2009). Perubahan
ROA pada penelitian ini dihitung dari selisih antara ROA pada tahun
berjalan dan ROA tahun lalu dibagi dengan ROA tahun lalu.
F. Metode Analisis
Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linier berganda
(Multiple Regression Linear Analysis). Persamaan regresi berganda
mengandung makna bahwa dalam suatu persamaan regresi terdapat satu
variable dependen dan lebih dari satu variable inependen (Algifari, 2009 :
62). Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk menguji pengaruh
book tax differences dan leverage terhadap pertumbuhan laba.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

50

1) Melakukan perhitungan terhadap variable yang dianalisis, yaitu :


book tax differences, leverage, dan pertumbuhan laba.
2) Melakukan pengujian hipotesis-hipotesis dengan menggunakan
metode analisis berganda. Analisis regresi linier berganda
dihasilkan dengan cara menginput data variable ke fungsi regresi.
Analisis persamaan regresi berganda di gunakan untuk mengetahui
pengareuh dari beberapa variable bebas terhadap suatu variable
terikat. Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis
tersebut digunakan uji F, uji t, dan kofisien determinan.
3) Uji Asumsi Klasik, terdapat empat asumsi yaitu: Uji normalitas
dengan

menggunakan

uji

Kolmogrov-Smirnov

(K-S),

Uji

Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji autokorelasi.


Analisis data dapat menggunakan software eviews 8.0 sebagai alat
untuk regresi model formulasi. Untuk menghasilkan suatu model yang
baik, hasil analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik.
1.

Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi data panel. Untuk mempermudah pengolahan datanya, maka
peneliti dibantu oleh program eviews 8.0. Model dalam penelitian ini
adalah :

NI = 0 +1PERM +2TEMP + 3DER + 4CFO + 5ACC + 6ROA +


Keterangan :
NI

: Pertumbuhan Laba

PERM

: Perbedaan Permanen

TEMP

: Perbedaan Temporer

DER

: Debt Equity Ratio

51

CFO

: Arus Kas Operasi

ACC

: Total Akrual

ROA

: Perubahan ROA

: error
Biasanya terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengenali

metode data panel, antara lain :


1) Common Effect Method (Pooled Least Regression) adalah teknik yang
paling sederhana dalam mengestimasi data panel karena dalam metode
ini hanya menggabungkan data time series dan cross sectional tanpa
melihat perbedaan antar waktu dan individu. Hasil analisis regresi
dengan menggunakan pendekatan common effect dianggap berlaku
pada semua objek pada semua waktu. Padahal kenyataannya kondisi
setiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu
tertentu akan berbeda kondisi objek tersebut pada waktu lain
(Winarno, 2009).
2) Metode Fixed Effect mengasumsikan bahwa suatu objek memiliki
intersep berbeda antara perusahaan sedangkan slope nya tetap sama
antar perusahaan. Untuk membedakan suatu objek dengan objek
lainnya, digunakanlah variable semua (dummy). Oleh karena itu,
metode ini sering disebut dengan Least Square Dummy Variable
(LSDV).
3) Metode Random Effect (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan
metode fixed effect. Dimana konstanta tiap waktu dalam tiap objek
dianggap sama, padahal kenyataannya mungkin karakteristik suatu
objek bias berbeda pada setiap waktunya (Winarno, 2009). Oleh
karena itu metode RE tidak menggunakan variable semua melainkan
residual yang digunakan yang diduga memiliki hubungan antar eaktu
dan objek.
2.

Pemilihan Metode

52

Untuk menentukan metode mana yang paling tepat digunakan


dalam penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian antara
lain :
a.

Uji Chow
Uji Chow biasanya digunakan untuk memilih antara metode
common effect dengan metode fixed effect dengan melihat Fstatistiknya. Pada eviews 8.0 telah disediakan langsung program
untuk melakukan uji chow. Ternyata jika yang dipilh adalah
metode common effect maka pengujian berhenti sampai disini.
Sebaliknya jika terpilih adalah metode fixed effect, maka peneliti
harus melanjutkan pengujian ke tahap selanjutnya yaitu uji
hausman.

b. Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan untuk memilih antara metode fixed
effect dengan metode random effect dengan melihat chi-squarenya.
Jika probabilitas chi-square < 5 % maka metode random effect
yang paling cocok. Sebaliknya jika probabilitas chi-square > 5%
maka metode fixed effect yang paling cocok.
3. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui terpenuhi atau
tidaknya asumsi yang dipersyaratkan dalam model regresi linier yang
menentukan baik tidaknya model penelitian. Pengujian asumsi klasik
dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah model regresi,
variabel independen book tax diffrences, dan leverage serta variabel
dependen pertumbuhan laba kedua - duanya mempunyai distribusi

53

normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005). Model distribusi data


yang normal atau mendekati normal dikatakan model regresi yang
baik. Normalitas data suatu data dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot,
melihat histogram dari residualnya, atau menggunakan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum
digunakan adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10.
Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10
maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam program eviews 8.0 masalah heteriskedasitas dapat
langsung diatasi dan dihilangkan dengan memberi perlakuan weighted
cross section dan white heterocedastisity consistent variance.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi

54

(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin
Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau
lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat
autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima
yang berarti tidak ada autokolerasi.
4. Uji Hipotesis
Uji hipoitesis dengan menggunjakan persamaan regresi linier
berganda. Pengujian hipotesis tentang kemampuan variabel independen
dalam memprediksi variabel dependen masa mendatang dapat
menggunakan alat analisa statistic berupa uji F, uji t, dan koefisien
determinasi.
a.

Uji F
Uji Statistik F digunakan untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan sudah tepat. Ketentuan yang digunakan
dalam uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikansi (Sig. < 0,05), maka model
penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah tepat.
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih
besar dari tingkat signifikansi (Sig. > 0,05), maka model
penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak
tepat.
3. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai
F tabel, maka model penelitian sudah tepat.
Selain untuk mengetahui ketepatan suatu model regresi, uji
F juga digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

55

independen secara simultan terhadap variabel dependen. Jika


nilai signifikan > 0,05 berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Jika nilai signifikan < 0,05 berarti secara bersamasama variabel dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel
independen.
b. Uji t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).
Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu
variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien deteminasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali,2006).

56

DAFTAR PUSTAKA

Ardyasari,

Rizki.2012.

Analisis

Rasio

Keuangan

Dalam

Memprediksi

Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang


Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kajian Pendidikan & Akuntansi
Indonesia
Ali, Martono dan Agus Jaka. 2010. Analisis Kinerja Keuangan. Karya Abadi.
Yogyakarta
Brigham dan Houston. 2001. Fundamental Of Financial Management. The
Dryden Press Harcourt Brace Collage Publisher. Orlando USA
Belkaoui, Ahmed, dkk. 1993. Teori Akuntansi. Edisi Kedua, Erlangga.
Brolin, Amos Rico dan Abdul Rohman. 2014. Pengaruh Book Tax Differences
Terhadap Pertumbuhan Laba. Dipenogoro Journal of Accounting
Fitri, Dinel. 2013. Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Pertumbuhan Laba
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas

Diponegoro. Semarang.

Gunawan, Ade. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba


Pada Perusahaan Perdagangan Di Indonesia. Jurnal Manajemen & Bisnis
Vol 13

57

Hartini, Windi. 2012. Pengaruh Financial Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba


Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel
Pemoderasi. Management Analysis Journal.
Husnar Rozak. 2008. Manajerial Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Hutabarat, Loesiana Maulina.2013. Pengaruh Book Tax Differences Terhadap \
Pertumbuhan Laba.
Jackson, Mark. 2009. Book Tax Differences and Earnings Growth. Working
Paper SSRN, http://www.ssrn.com
Lestari, Budi. 2011. Analisis pengaruh Book Tax differences terhadap
pertumbuhan laba. Skripsi Undip.
Oktofiani, Rika, dkk. 2012. Pengaruh Book Tax Differences Terhadap
Pertumbuhan Laba.
Prihartanty, Rima. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage,
Rasio Aktivitas, Dan Rasio Profitabilitas TerhadapNet Income Growth
Saputro, Nugroho Adi. 2011. Pengaruh Book Tax Differences terhadap
Pertumbuhan Laba. http//www.undip.ac.id.
Sawir. Agnes. 2000. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta
Utami, Sri dan Sawitri Dwi Prastiti. 2011. Jurnal Ekonomi Bisnis
Van Schall dan Harlley. 1998. Financial Management. Prantice Hall. New Jersey
Wahyono. 2012. Manajemen Keuangan. Gramedia. Jakarta

58

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi 3. Salemba Empat.


Zanora, Verty. 2013. Pengaruh Likuditas, Leverage Dan Aktivitas Terhadap
Pertumbuhan Laba

Anda mungkin juga menyukai