DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 .............................................................................................................. 11
Tabel 2.2 ..............................................................................................................21
Tabel 2.3 ................................................................................................. ........35
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 .......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan berusaha memberikan informasi-informasi yang baik
bagi pihak ekstrnal dan pihak internal yang membutuhkannya. Alasan
perusahaan berusaha memberikan informasi-informasi yang baik agar semua
pihak yang memakai dapat melihat hasil dari pengelolaan perusahaan tersebut.
Informasi yang diberikan dapat berupa informasi financial maupun informasi
non-financial. Kedua informasi tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan
yang telah disusun oleh perusahaan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
Salah satu informasi yang dapat dilihat dari laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba. Laba merupakan hal penting bagi para pemegang
kepentingan untuk menilai kinerja dari sebuah perusahaan. Hal tersebut
menjadikan para pemegang kepentingan dapat mengambil keputusan dari hasil
penilaian kinerja sebuah perusahaan. Oleh karena itu, laba menjadi pusat
perhatian bagi para pemegan kepentingan untuk membantu mereka dalam
menilai kinerja perusahaan dan mengambil keputusan.
Ada perbedaan dasar penyusunan yang berbeda dalam perhitungan
menurut laba komersial dan menurut perpajakan. Belkoui (2011: 226)
menjelaskan ada dua versi laba dalam laporan keuangan yaitu laba yang
dikenal sebagai laba kena pajak yang diperhitungkan menurut aturan-aturan
akan
memengaruhi
pertumbuhan
laba
perusahaan.
negative terhadap pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan dan total
book tax differences memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan,
perbedaan
permanen
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Jackson (2009) bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh
negative terhadap pertumbuhan laba. Namun, perbedaan permanen yang
dilakukan penelitian ini berbanding terbalik dengan penilitian Jackson (2009).
Berbeda lagi dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Brolin dan Rohman
(2014) yang mengatakan bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba, tetapi hasil perbedaan permanen tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Banyak penelitian di Indonesia yang juga menyatakan bahwa perbedaan
permanen dan temporer tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Penilitian ini dilakukan oleh Lestari (2011), Oktafioni
(2012), dan Fitri (2014).
DIFFERENCES
DAN
LEVERAGE
TERHADAP
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama
dalam
memaksimumkan
laba
dengan
memperhatikan
komponen
D. Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi latar belakang masalah yang menjadi dasar
pemikiran atau latar belakang penelitian ini untuk selanjutnya
disusun rumusan masalah dan diuraikan tentang tujuan dan
manfaat penelitian serta disusun sistematika penulisan di akhir bab
ini.
BAB II :
TELAAH PUSTAKA
Pada bab ini meliputi tentang landasan teori yang menjadi dasar
dari penelitian dan penelitian terdahulu yang dijadikan dasar dalam
perumusan hipotesis dan analisis penelitian ini. Setelah itu
diuraikan dan digambarkan kerangka pemikiran dari penelitian
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
11
Fiskal
Berdasar pada peraturan perpajakan yang
ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif
Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 118
Poernomo, Modul Akuntansi Perpajakan, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan),
hlm. 35
12
13
dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang akan menyebabkan
laba fiskal berkurang.
Perbedaan permanen timbul karena adanya pengaturan yang berbeda
terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi
Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan,
sedangkan perbedaan temporer timbul akibat adanya perbedaan waktu
pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Perbedaan permanen
dan perbedaan temporer inilah yang merupakan pembentuk book tax
differences. Hal itu dikarenakan kedua komponen tersebut merupakan
penyebab timbulnya perbedaan antara laba akuntansi atau penghasilan
sebelum pajak dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang menjadi
dasar pengenaan pajak.
2. Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer
Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan terjadi
perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena
pajak yang merupakan dasar pengenaan pajak. Hubungan antara penghasilan
sebelum pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena
pajak (taxable income) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (pretax
income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income) 4
4
14
Perbedaan Permanen
Koreksi Fiskal Positif dan Negatif
Undang-undang, umumnya bersumber dari:
Pasal 4 ayat (3)
Pasal 9 ayat (1) dan (2)
Pasal 18
Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan/ Surat EdaranDirektur Jenderal
Pajak
Perbedaan Temporer
Koreksi Fiskal Positif dan Negatif
Undang-undang, umumnya bersumber dari:
Pasal 6 ayat (3)
Pasal 9 ayat (1) dan (2)
Pasal 18
Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan/ Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak
15
b) Warisan;
e) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
f) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma
dan kongsi.
16
Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang
Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Seperti halnya dengan perlakuan terhadap penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh
dikurangkan dalam sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial maka
harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh
pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya:
a)
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
f) Pajak penghasilan;
17
3) Pasal 18
Perbedaan yang tercantum dalam pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan
berkenaan dengan kewenangan Menteri Keuangan/ Direktur Jenderal Pajak
untuk mengatur keperluan penghitungan pajak. Beberapa contoh kewenangan
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kewenangan
untuk
mengeluarkan
keputusan
mengenai
besarnya
18
menentukan besarnya penghasilan kena pajak terdapat dalam Pasal 6 ayat (1).
Menurut Zain (2008) Perbedaan permanen dapat memengaruhi salah satu
dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan
19
perundang-undangan
perpajakan
yang
berkaitan
dengan
Ibid, hlm.213
20
d) Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak.
21
Tabel 2
Perbedaan Ketentuan Penyusutan atau Amortisasi menurut Perpajakan
dan menurut Akuntansi 8
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan
22
23
24
sewa guna usaha (Pasal 9 ayat (1) huruf (c)). Piutang akan dihapus dan diakui
sebagai kerugian piutang pada saat atau periode dimana piutang tersebut nyatanyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam UU
Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf (h). Hal ini berarti metode yang dianut
adalah penghapusan piutang langsung. Perbedaan pengurangan kerugian
piutang dari pendapatan dalam laporan laba rugi hanya dalam waktu, dan akan
saling menutup pada periode yang lain.
Menurut PSAK No. 46 perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah
tercatat aset atau kewajiban dengan Dasar Pengenaan Pajaknya. Perbedaan
temporer dapat berupa:
a) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable
amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai
tercatat aset dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi
(settled); atau
25
26
1. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban
lainnya dalam neraca.
2. Aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset
pajak kini dan kewajiban pajak kini.
3. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan kewajiban lancar
disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar, maka aset (kewajiban)
pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban) lancar.
4. Aset pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan
jumlah netonya harus disajikan pada neraca.
5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari
aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
2. Leverage
Sumber dana bagi perusahaan merupakan salah satu hal terpenting dalam
perusahaan agar perusahaan mampu bertahan selama kegiatan usahanya. Untuk
itu, ada beberapa cara untuk mendapatkan sumber dana tersebut. Diantaranya
adalah dengan menggunakan modal sendiri. Sumber dana ini berasal dari setoran
modal pemilik dan cadangan laba yang ditahan. Akan tetapi, sumber ini tidak
dapat mencukupi untuk meningkatkan produksi.Untuk itu, perlu sumber dana
yang lain yang berasal dari pihak luar perusahaan. Sumber inilah berpeluang dapat
meningkatkan
produksi
yang
nantinya
akan
meningkatkan
pendapatan
27
Sri Utami & Sawitri Dwi Prastiti, (Jurnal Ekonomi Bisnis, 2011), hlm.65
10
Van Schall dan Harlley, Financial Management, (New Jersey: Prantice Hall, 1998), hlm.212
11
28
a. Rasio Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas
pemegang saham.
Menurut Wahyono (2012),
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan
perusahaan.
Struktur
permodalan
merupakan
pendanaan
permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham.12
Selain Wahyono, menurut Martono dan Agus (2010) rasio leverage adalah Rasio
yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang
(pinjaman)13. Sejalan dengan definidi menurut Marrtono, Husnan (2008) juga
mengatakan bahwa Rasio leverage adalah rasio ini mengukur seberapa jauh
perusahaan menggunakan hutang14.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban
tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan
perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.
12
13
Martono Ali dan Agus Jaka, Analisis Kinerja Keuangan, (Yogyakarta: Karya Abadi, 2010), hlm.53
14
29
15
Muhammad Fahmi Kilam, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Gramedia, 2011),
hlm.127
30
16
17
Imam Ghozali dan Anis Chariri, Teori Akuntansi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas
31
laba yang dikenal sebagai laba kena pajak, dihitung sesuai dengan aturan
aturan yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dijadikan dasar
pengenaan pajak.
Kedua, laba dianggap sebagai determinan kebijakan pembayaran deviden.
Laba diakui sebagai indikator dari jumlah maksimum yang harus dibagikan
sebagai dividen dan laba ditahan untuk perluasaan atau diinvestasikan di
dalam perusahaan. Akan tetapi, pengakuan laba belum tentu akan menjamin
deviden dibayarkan hal itu disebabkan karena terdapat perbedaan akuntansi
akrual dengan akuntansi kas. Sebuah perusahaan dapat mengakui suatu
jumlah laba dan pada saat yang bersamaan tidak mempunyai dana untuk
membayar deviden.
Ketiga, laba pada umumnya dipandang sebagai pedoman investasi dan
pedoman dalam pengambilan keputusan. Laba digunakan para investor untuk
mengetahui dan memeperhitungkan pengembalian / return atas modal yang
diinvestasikannya tersebut, yang sepadan dengan tingkat resiko yang dapat
diterima. Jadi jumlah laba pada laporan keuangan tersebut dapat
mencerminkan kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan
investor apakah ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.
Keempat, laba sebagai suatu alat prediktif yang membantu dalam peramalan
laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Nilai laba di masa
lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan, terbukti berguna
dalam meramalkan nilai mendatang. Laba terdiri dari hasil opersional atau
32
laba biasa dan hasil-hasil nonoperasional atau keuntungan dan kerugian luar
biasa di mana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih.
Kelima, laba bisa dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi. Laba adalah
suatu ukuran kepengurusan (stewardship) manajemen atas sumberdaya suatu
kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu
perusahaan18
Selain itu, laba juga mempunyai karakteristik, Ghozali dan Chariri (2003)
menjelaskan bahwa :
Ada beberapa karakteristik laba antara lain sebagai berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
18
19
33
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
merupakan prosentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan.
Oleh sebab itu, pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan merupakan
tujuan perusahaan jadi informasi yang berhubungan dengan laba akan digunakan
para stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan agar keputusan yang
dihasilkan tersebut efektif dan efisien dalam melakukan aktivitas aktivitas
perusahaan yang berdampak pada kepentingan stakeholder.
B. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah meneliti hubungan book tax differences serta raasio
leverage terhadap pertumbuhan laba. Sejumlah penelitian, antara lain:
. Penelitian yang dilakukan Saputro (2011) membuktikan bahwa perbedaan
temporer memiliki pengaruh signifikan negative terhadap pertumbuhan laba
dalam satu periode ke depan dan total book tax differences memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan, perbedaan permanen tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba dalam satu periode ke depan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Jackson (2009) bahwa perbedaan temporer memiliki
pengaruh negative terhadap pertumbuhan laba. Namun, perbedaan permanen yang
dilakukan penelitian ini berbanding terbalik dengan penilitian Jackson (2009).
34
Berbeda lagi dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Brolin dan Rohman
(2014) yang mengatakan bahwa perbedaan temporer memiliki pengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba, tetapi hasil perbedaan permanen tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Banyak penelitian di Indonesia yang juga
menyatakan bahwa perbedaan permanen dan temporer tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Lestari (2010) berbeda dengan hasil yang
telah dijelaskan sebelumnya. Hasil penelitian ini hubungan perbedaan permanen
maupun tempprer tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Selanjutnya hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dinel Fitri (2013) dan Rika Oktafiani (2012). Dengan jumlah sampel yang
berbeda, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil kedua penelitian ini.
Ada juga Loesiana (2013) yang melakukan penelitian ini. Ia tidak menghitung
perbedaan atas permanen atau temporer tetapi lebih kepada keseluruhan dari Book
Tax Differences. Dengan hipotesis yang ia buat, hasil hipotesisnya diterima yaitu
ada pengaruh antara book tax differeces terhadap pertumbuhan laba.
Selain penelitian antara book tax differences dengan pertumbuhan laba,
banyak juga yang melakukan penelitian antara rasio leverage terhadap
pertumbuhan laba. Pada tahun 2010, Rima Prihartanty melakukan penelitian
dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio
Aktivitas, Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Net Income Growth. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah rasio leverage mempunyai pengaruh negative
35
terhadap pertumbuhan laba. Perhitungan rasio ini diukur dengan Debt to Assets
Ratio (DAR).
Berbeda dengan penelitian Rima (2010), Verty (2013) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh negative terhadap
pertumbuhan laba. Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini juga berbeda
yaitu dengan Debt Equity Ratio (DER).
Ada pula yang meneliti rasio leverage dengan dua pengukuran yaitu dengan
DAR dan DER. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Gunawan ini memiliki hasil
yang sejalan dengan Verty (2013). Ia menemukan bahwa DAR maupun DER
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa rasio leverage tidak mempengaruhi pertumbuhan laba.
Penelitian lain dengan menggunakan pengukuran DER juga dilakukan oleh
Rizki Ardyasari dan Wini Hartini pada tahun yang sama yaitu pada tahun 2012.
Hasil yang didapatkan keduanya membuktikan bahwa rasio DER mempunyai
hubungan terhadap pertumbuhan laba. Berarti hal ini menunjukkan bahwa rasio
leverage mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Tabel 3
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Judul, Pengarang,
Tahun
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
Amos Rico Brolin
dan Abdul Rohman
Hipotesis
H1 : Perbedaan permanen
antara laba fiskal dan laba
akuntansi
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
laba
akuntansi
H2 : Perbedaan temporer
antara laba fiskal dan laba
Metode
Hasil
H1:
ditolak
Data : Sekunder
H2:
diterima
36
Acc
akuntansi
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
laba
akuntansi
PENGARUH
BOOK-TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
(STUDI
EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAFTAR DI
BURSA
EFEK
INDONESIA
TAHUN 2008
2010
H1 : Perbedaan temporer
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan
Sample: 66 perusahaan
H1:
diterima
Data : Sekunder
H2:
ditolak
Dipenogoro
Journal of
2014
Nugroho
Saputro
Adi
2011
ANALISIS
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
3
Budi Lestari
2010
H2 :Perbedaan Permanen
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan.
H3 : Book-tax differences
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan satu periode
kedepan.
PENGARUH
BOOK-TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
Sampel: 39 perusahaan
H3:
diterima
H1:
ditolak
Data : Sekunder
H2: Perbedaan temporer
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
H1 : Perbedaan temporer
berpengaruh
negatif
terhadap pertumbuhan laba
Dinel Fitri
Sample: 99 perusahaan
H2:
ditolak
H1:
ditolak
Data : Sekunder
2013
H2 : Perbedaan permanen
berpengaruh
positif
terhadap pertumbuhan laba
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
H1
:
Temporary
Differences dari Book Tax
Differences berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.
Sampel: 49 perusahaan
H2:
ditolak
H1:
ditolak
37
LABA
(STUDI
EMPIRIS
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
YANG
TERDAFDAR DI
BEI TAHUN 20092011)
Rika
Oktafioni,
Ethika,
Novia
Rahmawati
2012
H2
:
Permanent
Differences dari Book Tax
Differences berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.
H2:
ditolak
PENGARUH
BOOK
TAX
DIFFERENCES
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA
Sampel: 12 perusahaan
H1:
diterima
Loesiana Maulina
Hutabarat
H2:ROA
berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.
Data : Sekunder
H2:
diterima
2013
Analisis:
hipotesis
regresi
berganda,
uji
Operasional Variabel:
H3:
diterima
ANALISIS
PENGARUH
RASIO
LIKUIDITAS,
RASIO
LEVERAGE,
RASIO
AKTIVITAS,
DAN
RASIO
PROFITABILITA
S
TERHADAP
NET
INCOME
GROWTH
Sampel: 6 perusahaan
H1:
diterima
Rima Prihartanty
H2:
Rasio
DAR
berpengaruh
negatif terhadap NIG
Data : Sekunder
H2:
diterima
H3 : Rasio IT berpengaruh
positif terhadap NIG
2010
H4:
Rasio
NPM
berpengaruh
positif terhadap NIG
Data : Sekunder
PENGARUH
LIKUDITAS,
LEVERAGE DAN
AKTIVITAS
TERHADAP
H1
:
Likuiditas
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pertumbuhan laba.
Sampel: 61 perusahaan
H3:
ditolak
H4:
ditolak
H1:
ditolak
38
PERTUMBUHAN
LABA
Verty Zanora
H2
:
Leverage
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap
pertumbuhan laba.
2013
H3
:
Aktivitas
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pertumbuhan laba.
ANALISIS RASIO
KEUANGAN
DALAM
MEMPREDIKSI
PERTUMBUHAN
LABA
PADA
PERUSAHAAN
MAKANAN DAN
MINUMAN
YANG
TERDAFTAR DI
BURSA
EFEK
INDONESIA
H1:
Current
Ratio
memiliki pengaruh positif
terhadap
Pertumbuhan
Laba
RIZKI
ARDYASARI
JURNAL Kajian
Pendidikan
&
Akuntansi
Indonesia Edisi I
Volume I / Tahun
2012
Data : Sekunder
H2:
ditolak
H3:
ditolak
Sampel: 55 perusahaan
H1:
diterima
Data : Sekunder
H2:
ditolak
Analisis:
hipotesis
H3:
ditolak
h4:
diterima
H5:
diterima
Operasional Variabel: Current Ratio
(CR), Working Capital to Total
Asset (WCTA), Current Liabilities
To Inventory (CLI), Operating
Income to Total Assets (OITL),
Total Asset Turnover (TAT), Net
Profit Margin (NPM), Gross Profit
Margin (GPM),Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER)
H6:
diterima
H7:
diterima
H8:
diterima
H9:
diterima
H10:
diterima
39
Sampel: 10 perusahaan
H1:
diterima
Ade Gunawan
Data: Sekunder
H2:
diterima
H3:
Ada
pengaruh
Inventory Turnover (ITO)
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan
Perdagangan di Indonesia
Analisis:
uji
asumsi
klasik
(
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas,
uji
heteroskedastisitas
dan
uji
autokorelasi
),
Regresi linear berganda, ujit, dan uji
f
H3:
diterima
10
JURNAL
MANAJEMEN &
BISNIS VOL 13
NO. 01 APRIL
2013
11
PENGARUH
FINANCIAL
RATIO
H4:
ditolak
H5:
ditolak
Operasional
Variabel:
TATO,
FATO, ITO,CR, DAR, dan DER
H6:
ditolak
H7:
diterima
H1:
diterima
40
TERHADAP
PERTUMBUHAN
LABA DENGAN
PENGUNGKAPA
N CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILIT
Y
SEBAGAI
VARIABEL
PEMODERASI
Windi Hartini
Management
Analysis Journal 1
(2) (2012)
H2:
CR
berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
H3: OPM berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
H4: ROA berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba
Sampel: 20 perusahaan
Data: sekunder
Analisis: regresi berganda dan
regresi moderasi
Operasional variabel: Debt to
Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR), Operating Profit Margin
(OPM), Return On Assets (ROA),
Gross Profit Margin (GPM), dan
Working
Capital to Total Assets (WCTA)
H2:
diterima
H3:
diterima
h4:
diterima
H5:
ditolak
H6:
ditolak
C. Kerangka Pemikiran
Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba serta
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Manajemen laba bertujuan
untuk menghindari penurunan dan kerugian laba. Manajemen laba yang dilakukan
perusahaan akan mengakibatkan kualitas laba yang rendah dan laba yang kurang
persisten. Namun, manajemen laba akan menghasilkan kinerja perusahaan yang
tampak baik dengan menghasilkan laba bersih yang tinggi.
Selain dapat memberi manfaat dalam hal memberi informasi mengenai kinerja
perusahaan dalam hal pendeteksian laba, book tax differences juga diprediksi
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (pertumbuhan laba) akibat dari
perbedaan mekanis dalam penghitungan laba. Perbedaan mekanis ini timbul
akibat adanya perbedaan peraturan antara peraturan akuntansi dengan peraturan
41
perpajakan yang murni dan bukan berasal dari manajemen laba yang dilakukan
perusahaan.
Dalam penelitian ini, selain menggunakan perbedaan temporer dalam
memproksikan book tax differences, digunakan juga komponen perbedaan
permanen. Perbedaan permanen dan perbedaan temporer adalah komponen
pembentuk book tax differences. Perbedaan permanen dan perbedaan temporer
dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif. Koreksi positif akan
menyebabkan laba fiskal bertambah, sedangkan koreksi negatif mengakibatkan
laba fiskal berkurang.
Laba fiskal sebagai dasar pengenaan pajak berbanding lurus dengan beban
pajak. Jika laba fiskal bertambah berarti beban pajak yang harus dibayarkan
semakin besar, begitu pula jika laba fiskal berkurang maka beban pajak masa
depan akan semakin kecil. Hal tersebut akan berpengaruh pada laba bersih yang
merupakan jumlah neto laba yang dihasilkan oleh perusahaan setelah dikurangi
dengan beban pajak. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin kecil
beban pajak yang dibayarkan maka laba bersih yang dihasilkan semakin besar.
Begitu pula sebaliknya, jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar
beban pajak yang dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang dihasilkan.
Ada faktor lain selain book tax differences yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan laba perusahaan.
42
saling
berhubungan
karena
dari
hasli
perbandingan
tersebut
dapat
43
BAB III
METODE PENELITIAN
manufaktur
yang
telah
terdaftar
di
BEI
dan
44
45
46
bermanfaat
bagi
pihak
yang
berkepentingan
sebagai
dasar
NIit =
NIit+1 NIit
Aktiva rata rata perusahaan pada periode t dan t-1
Dimana :
NIit
2. Variabel Independen
a.
Perbedaan Permanen
Adanya perbedaan antara prinsip akuntasi dengan peraturan
perpajakan akan menimbulkan suatu selisih yang mencakup
komponen
perbedaan
permanen
dan
perbedaan
temporer.
47
digunakan
untuk
mengevaluasi
kinerja
masa
depan
dan
melengkapi
perbedaan
temporer
dalam
memprediksi
ini
mengakibatkan adanya
c.
={
48
menggunakan
menggunakan
variabel
variabel
kontrol.
independen,
Variabel
penelitian
kontrol
ini
juga
digunakan untuk
persistensi
laba
(Wijayanti,
2006),
sehingga
49
dalam
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
50
menggunakan
uji
Kolmogrov-Smirnov
(K-S),
Uji
Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi data panel. Untuk mempermudah pengolahan datanya, maka
peneliti dibantu oleh program eviews 8.0. Model dalam penelitian ini
adalah :
: Pertumbuhan Laba
PERM
: Perbedaan Permanen
TEMP
: Perbedaan Temporer
DER
51
CFO
ACC
: Total Akrual
ROA
: Perubahan ROA
: error
Biasanya terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengenali
Pemilihan Metode
52
Uji Chow
Uji Chow biasanya digunakan untuk memilih antara metode
common effect dengan metode fixed effect dengan melihat Fstatistiknya. Pada eviews 8.0 telah disediakan langsung program
untuk melakukan uji chow. Ternyata jika yang dipilh adalah
metode common effect maka pengujian berhenti sampai disini.
Sebaliknya jika terpilih adalah metode fixed effect, maka peneliti
harus melanjutkan pengujian ke tahap selanjutnya yaitu uji
hausman.
b. Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan untuk memilih antara metode fixed
effect dengan metode random effect dengan melihat chi-squarenya.
Jika probabilitas chi-square < 5 % maka metode random effect
yang paling cocok. Sebaliknya jika probabilitas chi-square > 5%
maka metode fixed effect yang paling cocok.
3. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui terpenuhi atau
tidaknya asumsi yang dipersyaratkan dalam model regresi linier yang
menentukan baik tidaknya model penelitian. Pengujian asumsi klasik
dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah model regresi,
variabel independen book tax diffrences, dan leverage serta variabel
dependen pertumbuhan laba kedua - duanya mempunyai distribusi
53
54
(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin
Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau
lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat
autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima
yang berarti tidak ada autokolerasi.
4. Uji Hipotesis
Uji hipoitesis dengan menggunjakan persamaan regresi linier
berganda. Pengujian hipotesis tentang kemampuan variabel independen
dalam memprediksi variabel dependen masa mendatang dapat
menggunakan alat analisa statistic berupa uji F, uji t, dan koefisien
determinasi.
a.
Uji F
Uji Statistik F digunakan untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan sudah tepat. Ketentuan yang digunakan
dalam uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikansi (Sig. < 0,05), maka model
penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah tepat.
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih
besar dari tingkat signifikansi (Sig. > 0,05), maka model
penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak
tepat.
3. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai
F tabel, maka model penelitian sudah tepat.
Selain untuk mengetahui ketepatan suatu model regresi, uji
F juga digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Ardyasari,
Rizki.2012.
Analisis
Rasio
Keuangan
Dalam
Memprediksi
Diponegoro. Semarang.
57
58