Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
2.1.1 Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik
yang terjadi adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur
angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
A. Perubahan Pada Vagina dan Perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara belum nulipara.
Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita
menyusui sekurang kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali . Penebalan mukosa
vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan
penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina . kekeringan local dan rasa
tidak nyaman saat koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan
menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat
melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa , terutama pada daerah
episiotomi atau jahitan laserasi . Perbaikan yang cermat , pencegahan , atau pengobatan dini
hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya
membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring
dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik
diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama
dengan luka operasi lain. Tanda tanda infeki ( nyeri , panas , merah , bengkak atau rabas )
atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2
sampai 3 minggu.
Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat . Wanita sering mengalami gejala terkait,
seperti rasa gatal , tidak nyaman , dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu
defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
B. Perubahan Pada Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina )
terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil kondisi yang optimal untuk perkembangan
infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm seewaktu melahirkan, menutup secara
bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4
sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada
akhir minggu ke 2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan
.Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.
C. Perubahan Pada Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur angsur menjadi kecil sampai akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel:
No.
Waktu Involusi
Berat Uterus
1.
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
1000 gram
2.
Plasenta lahir
750 gram
3.
1 Minggu
Pertengahan
simfisis
4.
2 Minggu
5.
6 Minggu
Bertambah kecil
50 gram
6.
8 Minggu
Sebesar normal
30 gram
bermakna. Setelah pelahiran, kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai
mencapai atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Pada masa nifas, di dalam uterus pembuluh pembuluh darah mengalami obliterasi
akibat perubahan hialin, dan pembuluhpembuluh yang lebih kecil menggantikannya.
Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium
setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa sisa dalam jumlah kecil dapat
bertahan selama bertahun tahun.
2. Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi
terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah
bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama,
ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan anal
kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya
kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral
pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas serviks
para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah
yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Contohnya, Ahdoot dan rekan ( 1998 )
menemukan bahwa sekitar 50 % wanita dengan sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi
mengalami regresi akibat persalinan pervaginam.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan
tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen
bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar
untuk menampung hampir seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak
terlihat dan terletak di antara korpus uteri diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.
3. Involusi Uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira
sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kirakira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen
pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam, beratnya
sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus normal.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk prtumbuhan masif
uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,
pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa
pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
4. Subinvolusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi involusi ,
proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas ke bentuk semula. Proses ini disertai
pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan peradangan uterus yang berlebihan atau irregular
dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual , uterus teraba
lebih besar dan lebih lunak dibandingkan normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab
subinvolusi yang telah diakui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi panggul.
Karena hampir semua kasus sub involusi disebabkan oleh penyebab local , keadaan ini
biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Pemberian ergonovin
( Ergotrate ) atau metilergonovin ( Methergine )0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 jam
sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli , namun efektivitasnya dipertanyakan .
Di lain pihak , metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. Wager dan rekan ( 1980 )
melaporkan bahwa hampir sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan lambat
disebabkan Chlamydia trachomatis ; sehingga pengobatan dengan tetrasiklin tampaknya
sudah tepat.
Andrew dan rekan ( 1989 ) melaporkan 25 kasus perdarahan antarahari ke 7 sampai 40
hari postpartum akibat arteri uteroplasental yang tidak berinvolusi. Arteri arteri abnormal
ini ditandai oleh tidak adanya lapisan endotel dan pembuluhnya yang terisi thrombus .
Trofoblas periaurikular juga tampak pada dinding pembuluh pembuluh ini dan para peneliti
tersebut mengajukan dalil bahwa subinvolusi mungkin menggambarkan interaksi aberan
antara sel sel uterus dengan trofoblast , setidaknya berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pembuluh pembuluh plasenta tersebut.
5. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
Hormon yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis. Selama 1 sampai 2 jam pertama
pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena
penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera stelah plasenta lahir.
Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara
segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
6. Nyeri Pasca Melahirkan / Afterpain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Ralaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini akan lebih
nyata dirasakan oleh ibu melahirkan dengan kondisi tertentu, misalnya pada persalinan yang
overdistensi / peregangan berlebih yaitu pada kasus bayi besar (makrosomia) atau bayi
kembar. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya
merangsang kontraksi uterus. Biasanya nyeri ini berkurang intensitasnya dan melemah pada
hari ketiga postpartum.
7. Lokhia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula berwarna
merah , kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini dapat
mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah cairan yang
keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi .
Setelah waktu tersebut , aliran yang keluar harus semakin berkurang.
Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau
coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood),
serum, leukosit, dan debris jaringan. sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini
menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mucus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah
bayi lahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit dilakukan.
Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan kehilangan darah pasca
partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon perineum.
Cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengann menimbang tampon perineum sebelum
dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml
darah. seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila factor waktu tidak dipertimbangkan.
Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu 1 jam atau kurang
mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin , tanpa memandang cara pemberiannya ,
lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang . setelah operasi sesaria , jumlah
lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat , jika klien
melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu
yang lama , wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri , tetapi hal ini tidak
sama dengan perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah
berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya
perdarahan ulang setelah hari ke 10 pasca partum menandakan adanya perdarahan pada
bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun , setelah 3 sampai 4 minggu , perdarahan
mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub involusi . Lokia serosa atau lokia alba yang
berlajut bisa menandakan endometritis , terutama jika disertai demam , rasa sakit , atau nyeri
tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan . Bau lokia menyerupai
bau cairan menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi
vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.
LOKIA
Lokia
BUKAN LOKIA
biasanya
menetes
dari
vagina . Aliran darah tetap keluar dalam kemungkinan terdapat robekan pada serviks,
jumlah yang lebih besar saat uterus atau vagina selain dari lokia yang normal
berkontraksi.
Semburan
masasse
lokia
pada
dapat
uterus.
terjadi
Apabila
akibat Apabila
jumlah
darah
berlebihan
dan
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap 3.822 wanita
yang melahirkan dalam periode 1 tahun di Henry Ford Hospital , 27 wanita ( 0,7 persen )
mengalami perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam pertama postpartum . Pada 20
diantara 27 wanita tersebut , uterusnya dinyatakan kosong berdasarkan pemeriksaan
sonografik , dan yang penting , hanya satu wanita yang mengalami retensi jaringan plasenta.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum awitan
lambat , diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian ,kuretase setelah
perdarahan nifas awitan lambat biasanya tidak mampu mengeluarkan jaringan plasenta dalam
jumlah banyak, dan perdarahan justru sering bertambah parah . Sehingga , alih alih
mengurangi perdarahan , kuretase lebih mungkin menyebabkan trauma pada lokasi
implantasi dan menginduksi lebih banyak perdarahan. Penatalaksanaan awal sebaiknya
diarahkan untuk mengendalikan perdarahan dengan menggunakan oksitosin , ergonovin ,
metilergonovin , atau prostaglandin intravena ( Adrinopoulus dan Mendenhall , 1983 ) ,
terutama apabila terdapat alasan untuk mempertahankan uterus untuk kehamilan berikutnya.
Secara umum, kuretase dikerjakan hanya apabila terjadi perdarahan yang menetap dalam
jumlah cukup banyak atau berulang bahkan setelah diberi penatalaksanaan awal.
10. Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran , setelah desidua berdiferensiasi menjadi 2
lapisan . Stratum superficial menjadi nekrotik , dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal
yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa sisa kelenjar endometrium
dan stroma jaringan ikat antarkelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat , kecuali pada tempat melekatnya
plasenta. Dalam satu minggu atau lebih , permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan
seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Sharman ( 1953 ) , menemukan
pemulihan endometrium lengkap pada specimen biopsy yang diambil pada hari ke 16 atau
lebih. Yang disebut endometritis masa nifas secara histologis hanyalah bagian dari proses
perbaikan normal tersebut. Demikian pula , pada hampir separuh wanita postpartum , tuba
valopi antara hari ke 5 sampai ke 15 menunjukkan perubahan peradangan mikroskopik
yang merupakan gambaran khas salfingitis akut. Namun , hal ini bukan disebabkan oleh
infeksi , melainkan hanya merupakan bagian dari proses involusi ( Andrews , 1951 )
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan
masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang
terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali
ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan
melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus , dinding
vagina posterior atas , uretra , kandung kemih , dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi
pada setiap wanita , tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat
akibat melahirkan.
2.1.2 PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 34 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu makan.
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2. Motilitas.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan usus.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada
saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.
2.1.4 PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Seperti dengan semua sistem tubuh lainnya, sistem muskuloskeletal mengalami
perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah hormon yang bertanggung jawab
untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul selama kehamilan. Setelah melahirkan,
tingkat relaksin mereda dan ligamen panggul dan sendi kembali ke pra-hamil negara mereka.
Namun, sendi kaki tetap diubah dan banyak klien melihat peningkatan permanen dalam
ukuran sepatu (Crum, dikutip dalam Lowdermilk & Perry, 2006).
Dinding perut yang melemah dan nada otot perut berkurang setelah kehamilan..
Beberapa klien memiliki pemisahan antara otot dinding perut, disebut diastasis recti.
Pemisahan ini sering dapat diperbaiki dengan latihan perut tertentu yang dilakukan selama
periode postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk memulai latihan perut kapan menyusul
pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan abdomen menyelesaikan setelah operasi caesar
(Cunningham et al., 2005). Klien juga harus diinstruksikan untuk menghindari kelelahan
selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Tingkat nyeri muskuloskeletal pada populasi remaja dan dewasa diperiksa, dengan
fokus pada tiga gangguan nyeri sering dilaporkan: nyeri bahu, nyeri punggung dan
fibromyalgia rendah / nyeri kronis yang meluas. Nyeri umumnya dilaporkan antara populasi
orang dewasa, dengan hampir seperlima luas pelaporan nyeri, nyeri bahu salah satu ketiga,
dan sampai satu setengah melaporkan nyeri punggung rendah dalam periode 1 bulan.
Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub kelompok populasi tertentu, kelompok faktor (termasuk
status sosial ekonomi, etnis dan ras) dan faktor individu (merokok, diet, dan status psikologis)
semua terkait dengan pelaporan nyeri muskuloskeletal.
Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi disfungsi
muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab oleh ginekolog.
Beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum, diantaranya
adalah:
a. Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi.
Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli
peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada
saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.
b. Sakit Kepala
Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah
persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam
tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala
pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan
memengaruhi aktivitas.
Saat kehamilan juga terjadi peregangan dinding perut dan kehilangan tonus otot selama
trimester 3, otot rektus abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi menonjol di garis
tengah tubuh, umbilikalis lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot kembali
tetapi pemisahan otot rektus abdominis (diastasis rektiabdominis) menetap. Setelah
melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm sekitar selama 6-8
minggu.
Kebutuhannya antara lain:
Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada saat
mengeluarkan napas
Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)
3) Sendi tulang pada pinggang menjadi lentur (batas normal 6-8 minggu)
Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil dan fleksi
anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan traksi pada nervus ulnaris
dan medianus.
Kebutuhannya ialah:
Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senaam hamil
Ibu dianjurkan untuk mobilisasi seperti senam nifas
Mengkonsumsi nutrisi yang cukup (TKTP)
4) Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang (normalnya 6-8
minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis dan sendi
pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai melunak, sehingga rongga
panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat persalinan dan sesudah persalinan hormon
estrogen dan progesteron dan relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga
panggul berkurang.
Kebutuhannya ialah:
Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil
Kegel exercise
Ibu dianjurkan melakukan senam nifas
Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik(TKTP)
5) Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu) ini
terjadi pada 6-8 minggu pasca persalian.
Hal ini terjadi karena perubahan hormon estrogen, progesteron dan relaksin selama
kehamilan sehingga mengurangi kepadatan jaringan penghubung, kartilago, dan ligamen
serta jumlah cairan sinovial.
Kebutuhannya ialah:
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat beraktifitas
maupun saat istirahat.
Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan
mengedan dengan baik
Senam nifas
Latihan mengatur posisi tubuh agar kembali keposisi semula
Mengkonsumsi makanan yang ber nutrisi dan mengandung kalsium
Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)
realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary
yang mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar hipofise
dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin dan
kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap hormon yang mempengaruhi
organ dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang
dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon
hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar
yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.
PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA IBU NIFAS
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil.
Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan
progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan
fisioligis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif
atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala III
persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali kebentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian
belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap
tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel
ovulasi dan menstruasi.
c. Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh
belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
d. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human chorionic
gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga
hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum.
Penurunan hormone human plecenta lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta
enzyme insulinasi membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai kira-kira satu
minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan dengan pembekakan payudara dan
dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak
melahirkan tidak menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada postpartum hari ke 17.
e. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan
ovulasi karena kadar hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,
di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita
menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan banyak
makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu
bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara
wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi
dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5C - 38C) sebagai akibat kerja
keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila dalam keadaan
normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena
ada pembentukan ASI. Buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus urogenitalis atau system lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada
demam lebih dari 38C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post
partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100
adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda. Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut
bradikardi nifas (puerperal bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an
biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa
memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak permenit. Sudah banyak alasanalasan yang diberikan sebagai kemungklinan penyebab, tetapi belum satupun yang
sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya
penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya
kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
2.1.7 PERUBAHAN SYSTEM KARDIOVASKULER
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran bayi
melalui sectin caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokonsentrasi cenderung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative
akan bertambah, keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung menimbulkan
dekompensasi jantung pada penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sedia kala. Umumnya hal ini dapat terjaddi pada hari ke-3 sampai hari ke-5
postpartum.
2.1.8 PERUBAHAN HAEMOTOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktorfaktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
meningkatkan factor pembekuan darah Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel
darah putih pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah puith tersebut masih bisa naik
lagi sampai 25.000-30000 tanoa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hemotokrit, dam eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume placenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan
darah sekitar 250-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
2.2 RESPON ORANGTUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR
2.2.1 BOUNDING ATTACHMENT
2.2.1.1 Pengertian
Pengertian bounding attachment menurut beberapa ahli, antara lain:
1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik,
emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah
lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua
dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang
meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir;
attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan
bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
3.
4.
5.
6.
dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif,
ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak
dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI,
karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat
menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa
adanya suatu kesatuan keluarga.
Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat
diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk
membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
Suara (Voice)
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting.
orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut
membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut
membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara
dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena
merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim,
jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan
nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa
hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
Aroma / Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk
mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah
berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk
mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu
dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.
Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat
anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan
dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur,
jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian
terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara
(gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua
dan membentuk komunikasi yang efektif.
7. Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah
menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan
menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan
interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
8. Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak
dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek
sucking dengan segera.
9. Kontak dini Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa
kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua
anak.
Beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
a. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
b. Reflek menghisap dilakukan dini.
c. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth
(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
Manfaat Inisiasi Dini
1. Untuk Bayi
a. Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang
diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya
mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b. Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di
bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c. Kualitas perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi
dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu
menyusu.
2.
a.
b.
Untuk Ibu
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan
Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan
mengurangi perdarahan ibu.
Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai
bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri),
dan timbul rasa sukacita/bahagia.
Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna
putih) dapat lebih cepat keluar.
c.
d.
2.2.1.4
13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
2.2.1.5 Keuntungan dan Hambatan Bounding Attachment
Keuntungan Bounding Attachment
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan Bounding Attachment
1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
2.2.2 RESPON AYAH DAN KELUARGA
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah
lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan
lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga
yang negatif. Respon dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan pengalaman mereka
dalam melahirkan berbeda yang meliputi seluruh spectrum reaksi dan emosi, seperti
perasaan sukacita tak terbatas, kedalaman keputusasaan dan kesedihan. Bidan ikut merasakan
kebahagiaan klien ketika ia dapat memenuhi harapan dan kepuasan klien. Jika tanggapan
tidak menyenangkan, bidan perlu memahami apa yang terjadi dan memfasilitasi proses kerja
yang sehat melalui respon untuk kesejahteraan setiap orang tua, bayi, dan keluarga. Ini
membantu untuk menyimpan persepsi mereka tentang bayinya.
2.2.2.1
Respon Positif dan Negatif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon Negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa
malu dan aib bagi keluarga.
2.2.2.2
Perilaku Orangtua
1. Perilaku Memfasilitasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2.2.2.3
Bayinya
1. Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan
sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka
lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang
tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama
kehamilan.
2.
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah
bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam
kehidupannya.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.
2.2.3.3 Manfaat
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:
1.
Cara Mengatasi
Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak.
Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
Mengajarkan anak-anak cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu
sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga
adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk
anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama
lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua seharihari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling
bagus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan-perubahan fisiologis pada saat
melahirkan (masa nifas). Salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan pada system
reproduksi. Perubahan tersebut antara lain perubahan pada vagina dan perineum, serviks,
uterus, dan juga otot penopang panggul.
Bounding attachmentadalahsuatuikatanyangterjadidiantaraorangtuadanbayi
barulahir,yangmeliputipemberiankasihsayangdanpencurahanperhatianyangsalingtarik
menarik.Selainitu,pengertianboundingattachmentadalahsuatuprosessebagaihasildari
suatuinteraksiterusmenerusantarabayidanorangtuayangbersifatsalingmencintaiserta
memberi keduanya pementuan emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan batin
antaraibudanbayinyainidiawalidengankasihsayangterhadapbayiyangdikandung,dan
dapat dimulai sejakkehamilan. Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat
denganpertumbuhanpsikologisehatdantumbuhkembangbayi.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, bisa menambah pengetahuan penulis hudusnya
dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis
untuk perbaikan di masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Bobak
Irene,
Lowdermik
Deitra
Leonard,
Jensen
Margaret
Duncan.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
2005.