VIII - 1
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air yang terdiri dari 97,5
% air laut, 1,75% berbentuk es, dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai,
air danau, air tanah dan sebagainya. Pemanfaatan air untuk berbagai macam
keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi
setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan menurun. Air di bumi ini mengulangi
suatu sirkulasi yang terus menerus yakni penguapan, persipitasi dan pengaliran
keluar (outflow). Air yang ada di permukaan tanah, sungai, danau, dan laut selalu
mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh
sinar matahari dan tiupan angin yang kemudian menguap danmengumpul
membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yangkemudian turun
sebagai titik-titik hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.
Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagaian langsung menguap ke udara dan
sebagian tiba ke permukaan bumi. Sebagian dari air yang jatuh ke bumi akan
tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi
akan jatuh atau melalui dahandahan mengalir sebagai air permukaan yang
kemudian menguap kembali akibat sinar matahari. Sebagian lagi akan masuk ke
dalam tanah (infiltrasi), dimana bagian lain yang merupakan kelebihan akan
mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang
rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan ke laut
sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam
tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (interflow).
Sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) dengan mengisi
tanah/bebatuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal,
dan sebagian lagi terus masuk ke dalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang
lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi
pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya
(discharge area).yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang
lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (groundwater runoff)
limpasan air tanah. Sirkulasi antara air laut dan air darat yang berlangsung terus
menerus secara kontinu ini disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle) (Mori dkk.,
1999).
VIII - 2
Gambar 8.1. Siklus hidrologi (Grigg, 1996 dengan modifikasi dalam Kodoatie dan
Sjarief, 2005)
Siklus ini menunjukan adanya keseimbangan air secara menyeluruh antara air
permukaan (sungai, danau, penguapan) dan air tanah dimana volume air yang ada
didalamnya tetap kuantitasnya dan dikendalikan oleh radiasi matahari baik yang
datang (incoming radiation) maupun yang pergi (outgoing radiation) sehingga
disebut siklus hidrologi yang tertutup (closed system diagran of the global
hydrological cycle)
8.2.2. Pergerakan Air Tanah
Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi bumi. Akibat
adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan poripori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air
bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi). Sejumlah air
beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang
kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas
retensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan bergerak kebawah
kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona
jenuh air ini disebut air tanah (Linsley dkk., 1989).
VIII - 3
VIII - 4
dengan garis kontur. Aliran air tanah tersebut secara umum bergerak dari daerah
imbuh (recharge area) ke daerah luah (discharge area) dan dapat muncul ke
permukaan secara alami maupun buatan (Usmar dkk, 2006).
Kemiringan permukaan
Air tanah normal
VIII - 5
VIII - 6
Gambar 8.4. Confined aquifer dan unconfined aquifer (Todd, 1959 dalam
Kodoatie dan Sjarief, 2005)
Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer)
Merupakan lapisan rembesan air yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi
bagian atas muka air tanah lapisan ini tidak kedap air, sehingga kandungan air
tanah yang bertekanan sama dengan tekanan udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri
khusus dari akuifer bebas ini adalah muka air tanah yang sekaligus juga
merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer tersebut, sering disebut pula dengan
akuifer dangkal.
Beberapa macam unconfined aquifer (Kodoatie dan Sjarief, 2005) :
1. Akuifer terangkat ( perched aquifer)
Merupakan kondisi khusus, dimana air tanah pada akuifer ini terpisah dari air
tanah utama oleh lapisan yang relatif kedap air dengan penyebaran tebatas, dan
terletak diatas muka air tanah utama
VIII - 7
Diameter lubang
Sliding stroke
Berat mesin bor
Power unit
Kemampuan rotasi/ tumbuk per satuan waktu
Hoisting capacity (kapasitas)
3. Stang bor
Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung
ujungnya terdapat ulir, dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah
stang bor. Dalam kegiatan pemboran, stang bor berfungsi sebagai:
VIII - 9
Tujuan pemboran
Kedalaman pemboran
Kekerasan batuan
Metode sirkulasi fluida
Diameter lubang bor
Adapun rangkaian stang bor yang digunakan dalam operasi pemboran tergantung
dari mekanisme pemboran yang diterapkan. Rangkaian Stang Bor pada Mesin Bor
Putar. Rangkaian stang bor pada pemboran putar hampir semuanya sama seperti
pada penyambungan pipa air. Stang bor yang dipakai pada pemboran mempuyai
banyak ukuran, hal ini berkaitan dengan diameter luar, diameter dalam , jenis ulir
dan sebagainya. Setiap pabrik biasanya memiliki klasifikasi yang berbeda.
4. Pipa casing
Didalam operasi pemboran pipa casing berfungsi untuk menjaga lubang bor dari
colaps (keruntuhan) dan peralatan pemboran lain dari gangguan gangguan.
VIII - 10
pekerjaan
lapangan
dimulai,
dilakukan
mobilisasi
atau
Pembuatan bak Lumpur, bak control dan selokan untuk sirkulasi Lumpur
bor.
Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m pada posisi titik bor apabila
formasi lapisan tanah paling atas yang akan dibor merupakan lapisan
formasi yang mudah runtu.
Penyetelan (setting) mesin bor beserta menara (rig), penyetelan (setting)
pompa lumpur beserta selang-selangnya.
Penyedian air serta pengadukan lumpur bor untuk sirkulasi pemboran.
2. Tahap pemboran awal
Sistem pemboran yang diterangkan disini adalah menggunakan system bor putar
(rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang dibarengi dengan
sirkulasi lumpur bor (mud flush) kedalam lubang bor.
Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan diameter
lobang kecil sampai kedalaman yang dikehendaki, diameter pilot hole biasanya
antara 4 sampai dengan 8 inci. Selain itu juga ditentukan dengan kemampuan atau
spesifikasi mesin bor yang digunakan.
Hal-hal yang perlu diamati dalam pekerjaan pemboran pilot hole adalah :
-
VIII - 12
VIII - 13
Adapun cara penyetoran kerikil pembalut (gravel pack) adalah dibarengi dengan
sirkulasi (spulling) air yang encer supaya kerikil pembalut (gravel pack) dapat
tersusun dengan sempurna pada rongga antara konstruksi pipa casing dengan
dinding lubang bor.
7. Tahap pencucian dan pembersihan (well development)
Tahap pekerjaan pencucian dan pembersihan sumur dalam dilakukan dengan
maksud untuk dapat membersihkan dinding zona invasi akuifer serta kerikil
pembalut dari partikel halus, agar seluruh bukaan pori atau celah akuifer dapat
terbuka penuh sehinga ar tanah dapat mengalir kedalam lubang saringan (screen)
dengan sempurna.
Manfaat dari tahap Well Development ini adalah :
-
VIII - 14
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara kedalam sumur
dalam dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan diperbesar. Pekerjaan air lift
ini dilakukan mulai dari interval saringan paling atas ke bawah secara berurutan
hingga ke dasar sumur dalam.
8. Tahap pengecoran (grouting)
Maksud dan tujuan dari tahap grouting ini adalah :
-
Untuk menutup (mencegah) masuknya air permukaan (air atas) kedalam pipa
casing melalui saringan (screen).
VIII - 15
8.5. Data
Deskripsi Cutting
VIII - 16
Diameter cutting
: 8 cm
Panjang cutting
: 10 cm
Warna Batuan
: Kecoklatan
Tekstur Batuan
-
Ukuran butir
: <1/265 mm
Bentuk butir
: Sub rounded
Sortasi/Kemas
Struktur Batuan
: Masiv
Komposisi Batuan
-
Fragmen : Pasir
Matriks
: Lempung
Semen
: Oksida besi
Deskripsi komposisi :
-
Jenis Batuan
Nama Batuan
ini
ditentukan
oleh
jenis
mineral
lempung yang
VIII - 17
akibat
dari
eksploitasi
air
tanah
yang
berlebihan maka
kemungkinan terjadinya rembesan air sungai ke akuifer sangat besar. Jika aliran
sungai cukup besar, maka rembesan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap
debit sungai. Namun jika akuifer terbentuk dari tanah yang memiliki permiabilitas
besar dan pencemaran yang terjadi di sungai cukup tinggi, maka akan
berpengaruh terhadap adanya pencemaran airtanah (Asdak,2002).
- Amblesan tanah
Pasuruan,
Mojokerto
menunjukkan
kecenderungan
muka
Denpasar, Medan.
Amblesan tanah
Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan airtanah yang
berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan. Amblesan tanah
tidak dapat dilihat seketika, namun dalam kurun waktu yang lama dan terjadi
pada daerah yang luas, sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang
lain, antara lain :
Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, sehingga
menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah.
Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga mengganggu
lalu lintas. Secara regional amblesan tanah mengakibatkan pondasi
jembatan menurun dan mempersempit kolong jembatan. Berkurangnya
kapasitas penyimpanan gudang dan terganggunya pelaksanaan arus
bongkar/muat barang.
Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung
tinggi, sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan yang
lain.
VIII - 19
VIII - 20