PENDAHULUAN
Musik mampu mempengaruhi kehidupan manusia. Musik dapat membuat
manusia bergembira, bersedih, tersanjung dan sebagainya. Karena itu dapat
dikatakan musik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik musik itu
dihayati sebagai hiburan ataupun perasaan hati, namun yang jelas bahwa musik
Gereja sebagai tubuh kristus yang juga biasa disebut dengan persekutuan
orang orang percaya kepada Yesus Kristus, bukanlah hanya terdiri dari gedung
atau organisasi, tetapi juga orang yang berkumpul atau bersekutu didalamnya.
Gereja juga sering disebut dengan orang orang yang dipanggil keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus 2:9). Orang orang Percaya
membutuhkan musik dan nyanyian. Pada dasarnya musik dapat dibagi dua, yaitu
musik gerejawi dan musik sekuler (profan). Musik gereja adalah musik yang ada
di dalam gereja, dimana musik gereja dapat lagi dibagi dua bagian yaitu musik
liturgi/ibadah dan musik rohani/nyanyian.
Musik liturgi adalah musik yang merupakan suatu bagian fungsional
dalam liturgi atau ibadah, misalnya bernyanyi bersama sama oleh jemaat atau
pada gereja katolik lama oleh pemimpin nyanyian dan paduan suara. Sedangkan
musik nyanyian rohani adalah merupakan yang berhubungan dengan orang
orang Kristen, namun diciptakan dan diperuntukkan bagi keperluan keperluan
keagamaan di luar ibadah. Kedua musik ini memiliki tujuan yang berbeda sesuai
dengan pemaparan pengertian kedua musik tersebut (A. Heuken SJ., 1993:40)
Berdasarkanuraian di atas,
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library research) dengan
sumber utama adalah Alkitab baik pada kitab Perjanjian Lama (PL) maupun
perjanjian Baru (PB). Kajian didasarkan pada jenis alat musik, cara penggunaan
dan fungsinya dalam ibadah gereja.
HASIL PENELITIAN
1.
atau musik. Tujuan dan maksud Allah menciptakan segala sesuatu bukan hanya
secara kebetulan, melainkan Ia ingin menerima pujian pujian dari ciptaanNya.Menurut tradisi bahwa Yubal anak Lamekh, yang menjadi bapak semua
orang yang memainkan kecapi dan seruling (Kejadian 4:21). Tentu saja pada
mulanya penggunaan musik itu terbatas pada kehidupan ibadah kepada Allah.
Menurut penulis Ensiklopedi Alkitab masa kini (1996:109) bahwa Acuan
pertama kepada musik sesudah air bah adalah pada peristiwa Laban menemplak
Yakkub karena ia pergi diam diam dan tidak memberi kesempatan kepada
Laban untuk memeriahkan dengan rebana dan kecapi (Kejadian 31:27). Musik
sering diperdengarkan dalam keadaan bergembira dan biasanya dibarengi tarian.
Ada nyanyian nyanyian sorak - sorai kemenangansesudah berjaya dalam
pertempuran (Keluaran 15:1 dsb; Hak 5:1 dsb). Miryam dan kaum perempuan
memukul rebana serta menari nari merayakan kehancuran Firaun dan tentara
berkudanya (Keluaran 15:20-21), dan yang safat kembali dalam kemenangan ke
Yerusalem dengan gambus, kecapi dan nafiri (2 Tawarikh 20:28).
Musik tarian dan nyanyian berkaitan erat dengan ibadah Israel. Hampir
seluruh kegiatan keagamaan Israel dilakukan dengan iringan musik dan nyanyian.
Segala lapisan masyarakat Yahudi hidup dengan musik, tarian dan nyanyian. Para
pasal diantaranya berasal dari raja Daud (Pasal 3-9;11-32;34-41;51-65;6870;86;86;103;108-110;122;124;131;133;138-145). Kemudian walaupun tidak
dijumpai musik instrumental pada bait suci Yerusalem, namun ditemukan
sekarang ini pada bentuk bentuk mazmur, bahwa: Mazmur
-Mazmur itu
dinyanyikan secara bergantian (antifonis) atau oleh dua paduan suara (mazmur
13;20;27) atau oleh satu paduan suara beserta dengan jemaat (Mazmur 136;118:14) (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, 1996:109).
Musik, tarian dan nyanyian nyanyian ini dikemudian hari diajarkan
secara turun temurun, terutama mengungkapkan keagungan Allah yang maha
dahsyat yang telah membawa bangsa Israel Keluar dari tanah Mesir (exodus).
Pendapat ini didukung oleh Milee dan Hibbertviv (1988:20) di mana dalam
penelitiannya mengatakan: pada zaman Nabi Samuel ada sebuah sekolah para
nabi yang didirikan di Israel, para muridnya diajar tentang mazmur, musik,
sejarah dan sebagainya (1 Samuel 10:5-6). Melalui pembelajaran musik dan
mazmur secara lisan atau tulisan telah menjadi strategi penyampaian Firman Allah
bagi umat Israel dengan cara menyanyikan Firman Allah tersebut yang diiringi
dengan musik atau bunyi bunyian.
Penggunaan musik yang sifatnya sekuler telah dialihkan sebagi pujian
kepada Allah dalam peribadatan umat Israel. Karena itu segala bunyi bunyian
(musik) dan yang bernafas tidak selayaknya lagi mengagungkan kuasa kuasa
dari unsur unsur alam yang selalu menentang kehendak Allah, terutama setelah
kejatuhan manusia di dalam dosa (Kejadian 3:1-24). Sungai sungai bertepuk
tangan dan gunung gunung bersorak- sorai bersama (Mazmur 98:8). Bersorak
sorailah hai langit, sebab Tuhan telah bertindak, bertempik soraklah hai rahim
bumi. Bergembiralah dengan sorak sorai hai gunung gunung, hai hutan serta
segala pohon di dalamnya sebab Tuhan telah tebus Yakub dan ia telah
memperlihatkan keagungann-Nya dalam hal Israel (Yesaya 44:23). Inspirasi dan
pencipta musik dan nyanyian di Israel : Bertumbuhlah dari jiwa orang orang
yang kehidupannya sehari hari diatur oleh agama (Milee dan Herbbertviv,
1988:3). Dengan kata lain musik, tarian, nyanyian sebagai ungkapan iman orang
percaya kepada ke Maha Kuasaan Allah. Hal itu bermakna bahwa musik, pujian
dan sebagainya, sebagai proklamasi kemenangan Allah atas segala unsur unsur
alam terhadap roh jahat, bahwa: Dunia ini sudah ditaklukkan (Tafsiran Alkitab
Masa Kini II, Ayub sampai Maleakhi 1985:294) dibawah kekuasaan-Nya. Karena
itu musik bukan lagi diperuntukkan bagi para dewa atau patung sebagaimana
kebiasaan orang kafir (Daniel 3:4-5)
2.
sangat minim, namun melalui nama nama musik yang disebutkan dalam Alkitab
dapat membantu pemahaman terhadap musik tersebut. Penulis Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini (1996:111) menyatakan bahwa: Alat alat musik yang
disebut dalam Alkitab dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni: alat musik
bertali, alat musik tiup dan alat musik pukul. :
1.
dengan jari maupun dengan alat petik. Alat alat musik ini antara lain :
a.
Kecapi
Dalam kitab (Kejadian4:21) kecapi adalah alat musik yang pertama
dimainkan oleh Yubal, dimana dia sebagai penawan kecapi kecapi muda
yang dibawa, kemana mana dan sering dipakai oleh para Nabi (1 Samuel
10:5). WN. MCEL. Rath dan Billy Mathias (1978:64) menjelaskan bahwa
Kecapi alat musik kuno yang penting pada zaman Alkitab (1 Samuel
16:23), lain sekali dengan kecapi di Indonesia. Kecapi yang dipakai oleh
Daud sangat sederhana dan mungkin hanya memilki tiga atau empat senar.
Ada kecapi yang memiliki sampai 12 senar. Sembilan kecapi atau lebih
bisa dimainkan di Baith Allah. Suatu alat musik yang mirip dengan gitar
modern. Kecapi suatu alat musik yang dipetik atau yang dimainkan
dengan tangan (1 samuel 16:23).
b. Gambus
Gambus adalah musik yang dipetik dengan jari. Penulis Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini (1996:III) menjelaskan bahwa Gambus alat musik
(Yunani Psalterion, Ibrani Nevel) asalnya dari Fenesia, sebab masa
sebelum 1 Samuel 10:5 hanya sedikit hubungan erat antara Israel dan
Fenesia. Karena diusahakan menggambarkan kembali ke bentuk nevel
dengan menetapkan berasal dari suatu akar kata yang berarti botal kulit,
kendi tempayan, digambarkan ada bagian bentuk bulat pada ujung yang di
bawah. Sedangkan WN. MCEL Rath dan Billy Mathias (1978:43) lebih
memperjelaskan bahwa : Gambus adalah alat musik yang memiliki senar,
mirip dengan kecapi, tetapi lebih besar (mazmur 81:3), beberapa gambus
dimainkan di Bait Allah.
c.
Tuhan ketika Daud dan Seluruh kaum Israel bersukacita karena sudah
kembali tabut Allah di kota Yerusalem. Kelentung ini mirip dengan
gemerincing di zaman Mesir Kuno, Yang berhasil diselamatkan dan
masih tersimpan, berbentuk lonjong pada suatu pegangan disitu dipasang
tongkat tongkat kecil dengan cincin yang lepas, yang berdering dering
bersama sama jika alat itu digerakkan (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,
1996:112)
3.
yang digantungkan pada tali kakang kuda, yang terdiri dari cakram logam
atau genta genta kecil, dimana bila disentuh atau dipukulkan akan
mengeluarkan bunyi bunyian.
c.
digunakan oleh jemaat pada zaman Perjanjian Baru untuk memuji Tuhan
(Matius 26:30; I Korintus 14:26; Roma 15:9). Perkembangan musik dan
pemakaian mazmur mulai merosot menjelang kehancuran Yerusalem oleh
panglima Romawi Jenderal Titus (tahun 70 sesudah masehi). Dimana
orang orang Kristen Yahudi pindah ke daerah sebelah timur Yordan,
mereka kurang berhubungan dengan gereja di Yerusalem. Mereka sering
disebut ebinoit artinya orang orang miskin. Pada akhirnya mereka
dipandang pemberontak dan penyesat karena mereka menolak ajaran
paulus bahkan tidak mengakui bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan
Maria. Menurut H. Berkhof fan I.H. Enklaar (1992:9) bahwa :Disamping
Perjanjian Lama, mereka memakai Injil orang Ibrani suatu Kitab Apokrif,
lama kelamaan orang eboinit dilupakan dan sejak palestina di duduki
oleh orang Arab pada abad ke VII tidak ada kedengaran lagi golongan
Kristen bekas Yahudi itu.
Setelah runtuhnya Bait Allah, maka penyembahan berkembang
sedemikian rupa, terlihat pada penataan liturgi yang amat formal.
Perbedaan pemahaman terhadap eukaristi sangat berpengaruh terhadap tata
ibadah, termasuk pemakaian musik dan nyanyian yang tidak semarak
seperti di zaman Perjanjian Lama. Berkaitan dengan perkembangan
nyanyian dan musik di zaman Perjanjian Baru dan jemaat mula mula
Mike dan Hibbertviv (1988:22) kembali menjelaskan :
Pada jemaat mula mula jenis musik lain yang digunakan adalah :
Himne, orang Yunani menyebutnya (Humnos). Hal ini merupakan
mengancam kehidupan gereja pada abad ke II hingga pecahnya Gereja Timur dan
Barat (Tahun 1054). Musik gereja di zaman ini adalah dikenal jenis musik
Gregorius dan selanjutnya lebih berkembang lagi pada masa Sri Paus Leo ke IV.
Sifat musik ini adalah monofon, yang mengandung pengertian monos artinya
tunggal, phooneoo artinya berbunyi. Musik ini terdiri dari satu suara saja, tanpa
diiringi apapun. Jemaat menggunakannya dalam kehidupan sehari hari pada
waktu ibadah.
Psalmodi adalah salah satu musik yang digunakan terutama dalam ibadah
harian. Musik ini merupakan perkembangan musik psalmodi (Mazmur) Yahudi.
dogma dasar
Kristen seperti ajaran dasar ke-Kristenan dan Trinitas. Hanya bedanya dengan
Gereja Timur menyadur syairnya dari mazmur dalam Alkitab. Himne Ambrosius
ini dikemudian hari menjadi dasar Himne gereja protestan Jerman.
Setelah Gregorius Agung (tahun 590-604) menduduki kepausan, maka ia
merasa perlu ada usaha untuk mengabarkan Injil keseluruh negeri, dan musikpun
diikutkan di dalamnya. Ia berusaha menciptakan suatu musik monofon yaitu
musik Gregorius yang musiknya berpengaruh dalam nyanyian Gereja Katolik.
Berkaitan dengan musik ini dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan gereja
dikatakan oleh Mc. Neil (1998:28) bahwa Penulisan notasi musiknya baru
dilakukan pada abad ke 9. Hal ini dilakukan agar lagu lagu bisa dikembangkan
dan ditransmisikan dengan tepat pada setiap wilayah. Demikianlah betapa
pentingnya musik dalam ibadah perayaan dan ibadah harian para jemaat katolik.
Perkembangan musiknya mulai dari monofon, hingga akhirnya menjadi koor yang
terdiri dari empat suara (polifon). Musik polifon pertam tama sering juga
disebut dengan organum (organ pipa), dan musik ini berkembang pada masa 1150
1300.
Perkembangan musikGereja Barat pada abad ke 13, ada suatu penemuan
baru berupa pertunjukan yaitu, jenis drama liturgi, dimana pada hari Paskah dan
Natal dibuat suatu dialog dialog yang dinyanyikan dan diperagakan di dalam
ibadah, namun pada selanjutnya drama liturgi ini tidak lagi dipakai di dalam
ibadah tetapi diluar ibadah dan dramanya biasanya menceritakan tentang
kehidupan dan pelayanan Yesus di dunia, (Karl Edmund Prier SJ, 1991:96)
5.
bisa digunakandi dalam ibadah gereja. Tetapi pada abad ke 19 tradisi musik
mengalami kemunduran, lebih lebih setelah munculnya cara berfikir idealisme
dan rasionalisme. Dimana iman warga gereja mulai terganggu, musik gereja mulai
membuka
diri pada hal hal sekuler keterbukaan pada hal hal duniawi,
dasar beberapa hal, diantaranya karena Paus menyeleweng dari ajaran Alkitab
yang terkesan membodohi jemaat terutama pada aspek keselamatan yang
ditawarkan Paus, sekaligus jabatan kepausan yang dianggap otoriter. Setelah
terjadinya pembaharuan oleh para reformator dan berdirinya gereja protestan,
maka selain Teologia, Struktur organisasi, doktrin, juga terjadi pembaharuan di
bidang musik dan nyanyian gerejawi.
mewariskan seluruh maksud mereka dalam syair dan nyanyian. Sebab musik
berkembang pada masa damai (HA. Pandopo, 1983:9).
Pada akhir abad ke 4 Uskup Ambrosius mengembangkan bentuk nyanyian
jemaat yang disebut Hymne artinya nyanyian pujian dari suatu kebudayaan
Yunani Romawi. Karena pada zaman itu umat Kristen telah diakui sebagai
agam yang sah, rumah rumah ibadah penuh, tetapi mereka kurang mampu
menyanyikan lagu lagu mazmur yang sulit. Maka ketika Ambrosius membuat
nyanyian bentuk strife, ciri cirinya adalah setiap bait tersusun dari empat
kalimat dan setiap kalimat terdiri atas delapan suku kata. Nyanyian Hymne
Ambrosisus kemudian menjadi tradisi dalam gereja, disamping nyanyian
Gregorian : Luther sangat menyetujui cara Ambrosius itu dan menterjemahkan
beberapa Hymen dari TradisiAmbrosius ke dalam bahasa Jerman. Selain itu,
Luther juga menyenangi nyanyian nyanyian lain yang pada abad pertengahan
dikembangkan khusus untuk jemaat, seperti nyanyian sekwansia dan nyanyian
Leis. Akhirnya Luther sendiri mengubah syair dengan lagu lagu yang sesuai
dengan perkembangan kebudayaan Renaissance yang berbeda pada zaman itu
(H.A. Pandopo, 1983:13).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Luther tidak hanya mengubah
syair nyanyian jemaat tetapi juga mengubah lagu lagu yang banyak mewarnai
gereja protestan sekarang ini. Ia tidak hanya pandai menyanyi dan memainkan
gambus, tetapi juga menciptakan musik yang baik. Nyanyian Luther sangat
berbobot secara Teologis dan didaktis kata kata syairnya sangat ekspresif,
dimana sangat mencerminkan kedahsyatan dan pada sisi lain menunjukkan
Katolik, kurang terbuka terhadap peranan musik dalam ibadah. Hal itu terlihat di
gereja gereja Protestan di Perancis, Belanda dan Swiss.
Zwingli berbangsa Swiss adalah seorang pecinta musik, tetapi pada
akhirnya ia menelah musik dalam ibadah, hal itu nampak pada para pengikutnya,
dimana pada tahun 1524, pemakaian organ dalam ibadah dilarang, bahkan hampir
350 tahun di gereja grossmunster di kota Zurich musik tidak diperdengarkan.
Alasan penolakan ini adalah selain
mengganggu konsentrasi pada saat ibadah, berdoa dan mendengar Firman, hal itu
berkaitan bahwa mutu musik di Zurich kurang berkembang (McNEil Rhoderich,
1998:103). Lain halnya dengan Johanes Calvin selangkah lebih maju pola
pikirannya di banding Zwingli tentang musik. Sebenarnya Calvin bukan pecinta
musik, namun ia mengenal dan mengetahui ide ide dari Yunani Kuno mengenai
musik. Karena itu Calvin percaya bahwa musik mempunyai kekuatan
mempengaruhi kehidupan manusia. Disamping itu ia percaya bahwa musik
bersumber dari Tuhan dan perlu digunakan memuliakan nama-Nya, namun ia
hanya Membatasi pada penggunaan musik vocal monofonik, tidak mengizinkan
musik instrumental dan hanya memakai nyanyian yang bersumber dari Alkitab.
Menyanyikan mazmur metis dalam polifonik tidak diperbolehkan di gereja, tetapi
hanya untuk dipakai dirumah (McNeil Rhoderich, 1987 :105).
Dikemudian hari khusus pada abad ke 18, seorang musisi protestan yang
bernama Johann Sebastian Bach, berusaha mencerminkan iman manusia melalui
musik gereja dengan dunia sekitarnya yang berdasarkan pandangan humanisme
yang dikaitkan dengan filsafat di masa itu (Hegel, Kant, dsb).Ia berusaha
membawa kesan baru baik oleh Missi Roma Katolik (Portugis dan Spanyol),
maupun Missi protestan seperti Belanda, Jerman, Inggris dan sebagainya.
Kedatangan Missioner ini dibonceng oleh kepentingan jajahan, dimana disamping
menguasai sendi sendi perdagangan, mengembangkan pendidikan dan sambil
memberitakan Injil. Sering gereja dijadikan sebagai alat untuk memenangkan
masyarakat agar tidak menentang penjajah. Hal itu yang sering mempersulit Missi
Gereja dan dianggap sebagai perpanjangan tangan kolonialisme.
Secara khusus mengenai musik adalah merupakan barang import dari
Eropa atau Barat ke Indonesia. Melalui musik dan nyanyian gereja ini secara tidak
langsung budaya Barat telah menguasai budaya pribumi, khususnya musik dan
nyanyian rohani di Indonesia. Hal itu hingga sekarang masih diwariskan, bahkan
terkadang ada persepsi bahwa musik dan nyanyian Barat tersebut sebagai musik
dan nyanyian yang sudah lebih benar. Pada hal sebenarnya gereja gereja di
Indonesia sendiri, terutama gereja gereja suku mempunyai ciri khas menurut
daerah masing masing. Sayangnya gereja belum mempergunakan musik
bahwa fungsi
musik dalam
ibadah gereja adalah untuk memuliakan Allah.Selain itu dampak baiknya dalah
memberikan pendidikan kepada warga jemaat dengan nyanyian, hal ini juga
mencerminkan jenis perkembangan teologis yang sedang berlangsung dalam
gereja tersebut, melalui musik yang terjadi dalam sebuah liturgi (ibadah), umat
KESIMPULAN
Melalui uraian yang telah diketengahkan pada tulisan ini dapat diketahui
beberapa hal sebagai berikut:
1.
2.
Musik gereja dapat dibagi dua yakni, musik liturgis atau musik ibadah dan
musik rohani atau nyanyian rohani. Didalam perkembangannya keduanya
mempunyai tempat dan fungsi yang berbeda;
3.
Musik atau nyanyian diyakini sebagai Anugerah Tuhan yang harus dipakai
oleh
gereja
untuk
memuliakan
Tuhan,
musik
telah
membantu
Musik dan nyanyian, dua hal yang tidak bisa dipisahkan sekalipun dapat
dibedakan, merupakan ungkapan syukur, ungkapan kepercayaan, bahkan
sebagai salah satu bentuk cara pemberitaan Firman Tuhan sekaligus
sebagai respon terhadapa pemberitaan Firman Allah;
5.
Secara realitas bahwa alat alat musik sebagai pengiring nyanyian pada
masa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjan jian Baru cukup kaya, tetapi
sayang sekali kurang digali oleh gereja dan penyelenggara musik gereja
dewasa ini
6.
Agar musik dapat berfungsi dengan baik, maha hubungan musik dan
liturgi (seharusnya) bersifat harmonis, Unsur musik dalam gereja harus
memiliki keterkaitan pengembangan kehidupan spiritualitas, sumber daya,
organisasi gereja, mentalitas, keahlian, integritas keteladanan umat
beriman musik menjadi alat teologi dalam mendidik umat yang bertujuan
mencerdaskan umat untuk berperilaku yang baik sesuai ajaran gereja.
DAFTAR PUSTAKA
Abineno Jl. Ch., 1966. Unsur unsur Literatur. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Boland BJ, dan Nistich Van GC. 1990. Dogmatika Masa Kini. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.
Enklaar I.H dan Berkhof H., 1992. Sejarah Gereja.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 2. 1996.Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OFM. Jakarta