Anda di halaman 1dari 43

MODUL I

PENGERTIAN DASAR
KONTRAK BISNIS INTERNASIONAL

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

I.1

Pengertian Kontrak

Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana masingmasing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi.
Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun demikian kontrak
merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis.
I.2

Pengertian Kontrak Bisnis

Kontrak Bisnis merupakan suatu perjanjian dalam bentuk tertulis dimana substansi yang
disetujui oleh para pihak yang terkait didalamnya bermuatan bisnis. Adapaun bisnis
adalah tindakan-tindakan yang mempunyai nilai komersial. Dengan demikian kontrak
bisnis adalah perjanjian tertulis antara dua atau lebih pihak yang mempunyai nilai
komersial. Dalam pengertian yang demikian kontrak bisnis harus dibedakan dengan suatu
kontrak kawin atau perjanjian kawin.
Kontrak Bisnis dapat dibagi menjadi empat bagian apabila dilihat dari segi pembuktian.
Pertama adalah Kontrak Bisnis yang dibuat dibawah tangan dimana para pihak
menandatangani sebuah Kontrak Bisnis diatas meterai. Kedua adalah Kontrak Bisnis
yang didaftarkan (waarmerken) oleh notaris. Ketiga adalah Kontrak Bisnis yang
didelegasi didepan notaris. Keempat adalah Kontrak Bisnis yang dibuat dihadapan notaris
dan dituangkan dalam bentuk akta notaris.
Walaupun ada empat pembedaan dari segi pembuktian namun demikian hal tersebut tidak
mempengaruhi keabsahan isi dari apa yang diperjanjikan oleh para pihak.
Sehubungan dengan Kontrak Bisnis yang dituangkan dalam bentuk akta notaris, ada
beberapa Kontrak Bisnis yang oleh undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta
notaris, misalnya perjanjian yang menyangkut pendirian perseroan terbatas atau
perjanjian jual beli tanah. Sedangkan ada Kontrak Bisnis yang karena kebiasaan
dituangkan dalam bentuk akta notaris, misalnya Perjanjian Pinjam Meminjam, Perjanjian
Penjaminan Emisi dan lain-lain. Ada pula Kontrak Bisnis yang dituangkan dalam bentuk
akta notaris karena memang dikehendaki secara demikian oleh para pihak.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

I.3

Pengertian Kontrak Bisnis Internasional

Kontrak Bisnis dilihat dari unsurnya dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah
Kontrak Bisnis Domestik dan kedua adalah Kontrak Bisnis Internasional. Adapun yang
membedakan antara Kontrak Bisnis Domestik dengan Kontrak Bisnis Internasional
adalah ada tidaknya unsur internasional. Unsur internasional dapat berupa para pihaknya,
substansi yang diatur, dan lain-lain. Sebagai contoh apabila dalam suatu kontrak bisnis
para pihak yang mengikatkan diri adalah warga negara atau badan hukum asing maka hal
ini sudah dapat dikategorikan Kontrak Bisnis Internasional. Contoh Kontrak Bisnis
Internasional adalah Perjanjian Pendirian Usaha Patungan (Joint Venture Agreement),
Perjanjian Pinjam Meminjam (Loan Agreement) antara badan hukum Indonesia dengan
bank asing, Perjanjian Penjaminan Emisi (Underwriting Agreement) antara Emiten
Indonesia dengan Penjamin Emis Efek berbadan hukum asing dan lain-lain.
I.4

Pengertian Kontrak Bisnis Internasional yang Berdimensi Publik

Kontrak Binsis yang Berdimensi Publik adalah suatu kontrak bisnis dimana salah satu
atau para pihaknya adalah Pemerintah atau aparatnya. Adapun yang dimaksud dengan
Pemerintah atau aparatnya dapat berupa Presiden selaku kepala administratif, Menteri
yang memimpin Departemen, Kepala Kantor Wilayah, Kepala Staf Angkatan dan lainlain sepanjang mereka mempunyai wewenang untuk melakukan dan mengikatkan diri
pada suatu perjanjian. Berbeda dengan subyek hukum yang dikenal dalam hukum
perdata, maka pemerintah atau aparatnya ini lebih merupakan busyek hukum administrasi
negara.
Perlu ditegaskan disini bahwa perjanjian yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) bukanlah merupakan kontrak bisnis yang berdimensi publik. Hal ini karena
BUMN bukanlah suatu entitas publik melainkan suatu badan hukum sebagaimana dikenal
dalam hukum perdata.
Kontrak Bisnis Domestik yang Berdimensi Publik sangat banyak dikenal. Sebagai contoh
suatu instansi pemerintah melakukan kontrak bisnis dengan perusahaan swasta tentang
pengadaan gedung atau barang. Contoh lain adalah instansi pemerintah yang melakukan
tukar guling dengan perusahaan swasta.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Sedangkan Kontrak Bisnis Internasional yang Berdimensi Publik adalah suatu kontrak
bisnis dimana salah satu pihaknya adalah Pemerintah atau aparatnya. Sebagai contoh
sebuah Departemen mengadakan suatu kontrak bisnis dengan badan hukum swasta di
luar negeri sehubungan dengan pengiriman seorang atau beberapa ahli. Contoh lain
adalah Departemen Luar Negeri melakukan pinjam meminjam secara komersial dengan
suatu Bank di luar negeri guna pembiayaan gedung kedutaan di luar negeri.
Kontrak Bisnis yang Berdimensi Publik ini harus dibedakan dengan suatu perjanjian
internasional. Perjanjian internasional merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh
subyek hukum internasional, khususnya antara negara dengan negara atau negara dengan
organisasi internasional. Dapat saja suatu perjanjian internasional bermuatan bisnis,
misalnya pemerintah Republik Indonesia melakukan pinjaman kepada Bank Dunia
(World Bank) atau IMF (International Monetary Found).

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL II
TAHAPAN KONTRAK BISNIS
DAN
PERAN IN HOUSE COUNSEL

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

II.1

Tahapan Kontrak Bisnis

Pembuatan (drafting) dan penelaahan (reviewing) auatau rancangan kontrak bisnis tidak
dilakukan secara tiba-tiba tanpa ada tindakan sebelumnya yang mendasarinya. Pembuatan
kontrak bisnis biasanya diikuti pula dengan tindakan-tindakan selanjutnya. Dalam
pengertian yang demikian pembuatan kontrak bisnis merupakan salah satu tahapan dari
sekian rangkaian tahapan. Tahapan yang dimaksud dimulai dengan suatu kesepakatan
para pihak untuk melakukan suatu transaksi bisnis tertentu. Pada halaman berikut
divisualkan urutan-urutan dari rangkaian tahapan suatu kontrak bisnis:
Tahap Kesepakatan Para Pihak

Tahap Pembuatan Kontrak Bisnis


(Ditinjau dari yang membuat Rancangan

Tahap Penelaahan Kontrak Bisnis


(Ditinjau dari yang tidak membuat

Kontrak Bisnis)

Rancangan Kontrak Bisnis)

Tahap Negosiasi Rancangan Kontrak Bisnis

Tahap Penandatanganan Rancangan Kontrak Bisnis

Tahap Pelaksanaan Kontrak Bisnis

Tahap Sengketa Kontrak Binsis


(apabila ada)

Penyelesaian Secara Musyawaran

Penyelesaian melalui forum

Copyright by Hikmahanto Juwana


peradilan
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should
you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

II.2

Pengertian In House Counsel dan Perannya dalam Tahapan Kontrak Bisnis

II.2.1 Pengertian In House Counsel


Dewasa ini dalam perusahaan maupun instansi pemerintah seringkali dibuat sebuah divisi
tempat berkumpul para sarjana hukum. Divisi ini disebut dalam berbagai penyebutan.
Dalam suatu Departemen divisi ini disebut sebagai Biro Hukum, atau dalam perusahaan
swasta ada yang menyebutnya sebagai Divisi Hukum atau Legal Department. Ada pula
perusahaan yang tidak menyebutnya sebagai suatu divisi karena hanya ada satu pegawai
yang bertangung jawab atas aspek hukum dari perusahaan tersebut. Mereka-mereka yang
bekerja pada divisi hukum ini disebut sebagai in house counsel. In house counsel harus
dibedakan dengan independent counsel. Independent counsel adalah konsultan hukum
yang mempunyai kemandirian dan biasanya adalah kantor-kantor konsultan hukum
Selanjutnya dalam modul ini akan dibahas peran dari seorang in house counsel dalam
tahapan-tahapan setiap kontrak. Hal yang perlu dicatata adalah perusahaan atau instansi
pemerintah yang menggunakan inhouse counsel tidak bekerjasama dengan konsultan
hukum apabila tidak adanya penunjukan konsultan hukum independen oleh perusahaan
atau instansi pemerintah. Perlu diketahui bahwa walaupun suatu perusahaan atau instansi
pemerintah sudah memiliki in house counsel namun demikian untuk transaksi-transaksi
bisnis tertentu mereka menunjuk konsultan hukum independen yang dianggap sangat
menguasai transaksi bisnis yang akan dilakukan. Dalam keadaan demikian seorang in
house counsel harus dapat bekerjasama dengan konsultan hukum yang dutunjuk oleh
perusahaan atau instansi pemerintah-nya.
II.2.2 Peran In House Counsel dalam Tahapan Kontrak Bisnis
II.2.2.1Tahap Kesepakatan Para Pihak
Dalam tahapan kesepakatan para pihak peran dari in house counsel kurang dominan. Hal
ini karena pihak-pihak yang hendak mengikatkan diri jarang sekali menyertakan in house
counsel dalam perundingan awal dengan berbagai alasan diantaranya khawatir bahwa
kehadiran in house counsel akan merusak hubungan yang hendak dibina oleh para pihak.
II.2.2.2Tahap Pembuatan atau Penelaahan Rancangan Kontrak Bisnis
Pada tahap pembuatan atau penelaahan rancangan kontrak bisnis terhadap apa yang telah
disepekati oleh para pihak maka peran in house counsel sangat dominan. Dalam kaitan ini

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

seorang in house counsel dapat diminta untuk (i) membuat rancangan kontrak bisnis yang
akan ditandatangani oleh para pihak atau seorang in house counsel dapat diminta untuk
(ii) melakukan penelaahan (review) terhadap kontrak bisnis yang telah dipersiapkan oleh
pihak lainnya. Perbedaan peran ini tergantung pada diminta atau tidaknya in house
counsel mempersiapkan sebuah rancangan kontrak bisnis. Apabila ia diminta maka
seorang in house counsel harus membuat dan mempersiapkan rancangan kontrak bisnis
yang dikehendaki. Namun apabila ia tidak diminta untuk membuat dan mempersiapkan
rancangan kontrak bisnis maka seorang in house counsel mempunyai tanggung jawab
untuk memeriksa isi yang diatur dalam rancangan kontraik bisnis yang telah disiapkan
oleh pihak lainnya.
Terlepas dari peran yang diemban, dalam salah satu dari dua peran yang akan dilakukan
oleh in house counsel, maka in house counsel dituntut untuk dapat menterjemahkan
transaksi bisnis yang hendak dilakukan oleh para pihak dan mengakomodasi hal-hal yang
telah disepakati oleh para pihak pada pebicaraan awal dalam rancangan kontrak bisnis
yang hendak ditandatangani.
Disamping itu in house counsel harus pula dapat melindungi kepentingan kliennya
klausula-klausula yang ada dalam rancangan kontrak bisnis. Adapun langkah-langkah
yangharus diperhatikan oleh seorang in house counsel baik untuk membuat atau
menelaah rancangan kontrak bisnis akan dijelaskan dalam Modul IV (Penelaahan
terhadap Rancangan Kontrak Bisnis).
II.2.2.3Tahap Negosiasi Rancangan Kontrak Bisnis
Dalam tahap negosiasi kontrak bisnis, in house counsel memiliki peran yang sama
dominannya pada saat tahapan pembuatan atau penelaahan rancangan kontrak bisnis. Hal
ini karena kontrak bisnis yang telah dibuat atau diperiksa oleh in house counsel hukum
tidak begitu saja akan ditandatangani oleh para pihak. Para pihak akan menuntut satu
sama lainnya untuk mengakomodasi hal-hal tertentu bahkan mengadakan perubahanperubahan yang dianggap tidak mengakomodasi kepentingannya atau kurang
memberikan perlindungan. Dalam tahap negosiasi rancangan kontrak bisnis seringkali
membutuhkan waktu yang cukup panjang sampai pada akhirnya rancangan siap untuk
ditandatangani oleh pihak-pihak terkait. In house counsel tentunya akan berusaha untuk
mengakomodasi kepentingan para kliennya dan melindunginya dari kemungkinankemungkinan masalah yang timbul (klausula-klausula antisipatif) yang akan dicerminkan
dalam pengaturan klausula-klausula kontrak bisnis.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

II.2.2.4Tahap Penandatanganan Rancangan Kontrak Bisnis


Segera setalah tahap negosiasi selesai maka para pihak akan menandatangani rancangan
kontrak bisnis. Peran in house counsel disini walaupun tidak terlalu dominan namun ia
tetap mempunyai peran. Perannya antara lain adalah meneliti apakah pihak-pihak yang
menandatangani merupakan pihak-pihak yang memang secara hukum diperbolehkan
menandatangani kontrak. Misalnya pihak tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Apabila pihak yang menandatangani adalah suatu
perseroan terbatas (selanjutnya disingkat PT), apakah orang yang akan menandatangani
memang memiliki kemampuan untuk itu, apaka surat kuasa (apabila diperlukan) sudah
ada, apakah pihak yang menandatangani harus memperoleh persetujuan dari Komisaris
atau rapat umum pemegang saham (dapat dilihat dalam anggaran dasar PT yang
bersangkutan).
Selanjutnya in house counsel harus memastikan bahwa penandatanganan rancangan
kontrak bisnis yang dilakukan di Indonesia harus dibutuhkan materai secukupnya.
II.2.2.5Tahap Pelaksanaan Kontrak Bisnis
Dalam tahap pelaksanaan kontrak bisnis dapat dikatakan bahwa peran in house counsel
sangat pasif. Ia akan mempunyai peran apabila dimintakan oleh atasannya, seperti
misalnya dimintakan nasehat sehubungan dengan pelaksanaan dari pasal tertentu. Atau
mungkin ada suatu transaksi lain yang berkaitan dengan kontrak bisnis yang telah
ditandatangani dimana atasan menginginkan kepastian bahwa instansi tidak melanggar
ketentuan dari kontrak bisnis yang ditandatangani.
II.2.2.5Tahap Sengketa Kontrak Bisnis
Tahap berikutnya adalah tahap sengketa yaitu tahap dimana mungkin dalam pelaksanaan
dari kontrak bisnis para pihak tidak memenuhi salah satu kewajibannya. Dalam hal yang
demikian maka peran in house counsel akan menjdai dominan kembali. Ia harus
menentukan dalam tahap awal apakah memang betul telah terjadi peristiwa cidera janji
sebagaimana diatur dalam kontrak yang dilakukan dan karenanya dapat menuntut ganti
rugi. Apabila memang ada peristiwa cidera janji maka biasanya dilakukan penyelesaian
sengketa secara musyawarah untuk mufakat, yang pada umumnya diatur dalam salah satu
klausula dalam kontrak bisnis. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

ditempuh maka diambil jalan untuk menyelesaikan sengketa melalui badan peradilan,
apakah melalui forum pengadilan atau arbitrase (sebagaimana ditentukan dalam kontrak
bisnis). Seorang in house counsel umumnya tidak memiliki izin untuk beracara dan
karenanya untuk pembelaan instansinya di forum pengadilan perlu untuk menyewa jasa
pengacara. Adapun dalam tahapan dimana pelanggaran terhadap kontrak bisnis terjadi
maka in house counsel akan berperan sebatas membantu pengacara dalam usaha
pengacara tersebut memahami betul isi kontrak bisnis yang ada.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL III
ANATOMI KONTRAK BISNIS

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.1

Bagian-Bagian Utama Sebuah Kontrak Bisnis

Kontrak Bisnis seperti halnya sebuah tulisan maka dapat diidentifikasi tiga bagian utama,
yaitu bagian pendahuluan, isis dan penutup. Barikut akan dijelaskan satu persatu bagian
tersebut.
III.2

Bagian Pendahuluan

Dalam bagian pendahuluan dibagi menjadi beberapa sub-bagian sebagai berikut:


III.2.1 Sub-bagian Pembuka
Dalam sub-bagian ini dimuat dua hal sebagai berikut:
Sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya (penyingkatan) yang akan
dilakukan.
Tanggal dari kontrak yang dibuat dan ditandatangani.
Tempat dibuat dan ditandatanganinya kontrak (catatan: tidak selalu harus ada).
III.2.2 Sub-bagian Pencantuman Identitas Para Pihak
Dalam sub-bagian ini identitas para pihak yang akan mengikatkan diri dalam kontrak dan
siapa-siapa yang akan menandatangani kontrak (catatan: tidak semua pihak yang terikat
dapat menandatangani kontrak, maka harus dilakukan oleh orang yang mempunyai
otoritas atau kuasanya) dicantumkan. Hal-hal sebagai berikut terkadang perlu untuk
diperhatikan:
Dalam penyebutan para pihak maka harus disebutkan secara jelas. Orang yang
menandatangani harus disebutkan kapasitasnya sebagai apa. Dalam sub-bagian ini
seringkali dilakukan pendefinisian pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
III.2.3. Sub-bagian Penjelasan
Pada sub-bagian ini diberikan penjelasan mengapa para pihak mengadakan kontrak
(sering disebut sebagai premis, witnesseth, whereby, racitals, menerangkan terlebih
dahulu dan lain-lain).

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.3

Bagian Isi

Dalam bagian isi terdapat empat hal pengaturan, yaitu:


III.3.1 Klausula Definisi
Dalam klausula definis biasanya dicantumkan berbagai definisi untuk keperluan kontrak.
Definici hanya berlaku pada kontrak tersebut dan dapat mempunyai arti dari pengertian
umum.
Klausula definisi penting dalam rangka lebih mengefisienkan klausula-klausula
selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengusulan.
Selain definisi biasanya juga diatur tentang status judul dari tiap-tiap pasal. Dan kata
singular akan sama dengan plural dan demikian plural dan demikian juga sebaliknya.
III.3.2 Klausula Transaksi
Adapun yang dimaksud dengan klausula transaksi adalah klausula-klausula yang berisi
tentang transaksi yang akan dilakukan. Misalnya dalam jual beli aset mak aharus diatur
tentang obyek yang akan dibeli dan pembayaran. Demikian pula dengan suatu kontrak
usaha patungan maka perlu diatur tentang kesepakatan para pihak dalam kontrak untuk
mendirikan suatu perseroan terbatas dengan komposisi pemilihan saham tertentu.
Demikian pula dalam kontrak yang megatur perjanjian penjaminan emisi (bidang pasar
modal) maka dibuat klausula-klausula yang berisi tentang kesediaan perusahaan
penjamin emisi untuk menjamin pelaksanaan emisi saham oleh emiten (perseroan
terbatas yang hendak menjual sahamnya melalui bursa efek). Demikian pula dalam
kontrak pinjam meminjam maka harus terdapat klausula yang mengatur tentang
kesediaan kreditur meminjamkan uangnya kepada debitur dan kesediaan debitur untuk
mendapatkan pinjaman dari kreditur.
III.3.3 Klausula Spesifik
Klausula spesifik mengatur hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi. Artinya klausula
tersebut tidak terdapat dalam kontrak dengan transaksi yang berbeda.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.3.4 Klausula Ketentuan Umum


Adapun yang dimaksud dengan pengaturan klausula ketentuan umum adalah klausula
yang sering kali dijumpai dalam berbagai kontrak bisnis. Klausula ini antara lain
mengatur
tentang domisili hukum, penyelesaian sengketa, pilihan hukum,
pemberitahuan, keseluruhan dari perjanjian dan banyak lagi (akan diterangkan dalam
contoh-contoh klausula).
Dalam beberapa kontrak bisnis klausula lain-lain terkadang hanya diatur dalam beberapa
pasal dan seringkali dimasukkan dalam ayat-ayat. Namun dalam kontrak bisnis lain
seringkali diatur banyak pasal.
III.4

Bagian Penutup

Pada bagian penutup terdapat dua hal:


III.4.1 Sub-bagian Kata Penutup
Kata penutup biasanya menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibvuat dan ditandatagani
oleh pihak-pihak yang memiliki kapasitas untuk itu. Atau para pihak menyatakan ulang
bahwa mereka akan terikat dengan si kontrak.
III.4.2 Sub-bagian Ruang Penempatan Tanda Tangan
Tempat dimana pihak-pihak menandatangani perjanjian dengan menyebutkan nama pihak
yang terlibat dalam kontrak, nama jelas orang yang menandatangani dan jabatan dari
orang yang menandatangani.
III.4.3 Lampiran (apabila ada)
III.4.3.1 Status Lampiran
Lampiran selalu disebut sebagai sesuatu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam kontrak.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.4.3.2 Isi Lampiran


Lampiran pada dasarnya dapat berisi berbagai hal, termasuk dokumen-dokumen
pendukung. Format kontrak-kontrak yang menyertai kontrak utama, format legal opinion,
dan lain-lain.
III.5

Contoh-contoh Tiap bagian

III.5.1. Contoh Bagian Pendahuluan


III.5.1.1 Sub-sub Pembuka
Perjanjian Kerjasama Operasi (selanjutnya disebut Perjanjian) ini dibuat pada hari ini
_______________ di ________________ oleh dan antara:
Perjanjian Jual Beli Aset (Perjanjian) ini dibuat dan ditandatangani di _________ pada
hari ini _________ tanggal ____________ 199_ oleh dan antara:
This Assignment of Project Construction Contract (hereinafter referred to as the
Agreement) is made and entered into as of ________________ by and between:
This Joint Venture Agreement (JVA) is made the ____________ day if
_______________ between:
This Refining Agreement (the Agreement) is concluded on the _______ [tanggal]
______ of _____[bulan]__________ 199_ between:
III.5.1.2 Sub-bagian Pencantuman Identitas Para Pihak
PT XYZ, NPWP N0. _______, yang didirikan dengan Akta Notaris ____________, SH di
Jakarta No. __________ tanggal ________ sebagaimana telah diubah dan terakhir
dengan Akta No. __________ tanggal __________ yang telah disahkan dengan
Keputusan Menteri Kehakiman No. ___________ tanggal __________ dan telah
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. _______ Tahun
______ (Berita Negara Repiblik Indonesia tanggal ________ No. _____), berkedudukan
di ________________, dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh
______________, Direktur Utama PT XYZ, selanjutnya disebut XYZ.
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

PT KMN, suatu badan usaha patungan dalam pendirian yang sahamnya dimiliki oleh:
PT VKL sejumlah _____ %
PT BKL sejumlah _____ %
PT NOP sejumlah _____ %
yang didirikan berdasarkan Akta Notaris _______________, SH di _____________ No.
_____ tanggal ____________, yang sedang dalam proses pengesahan Menteri
Kehakiman, berkedudukan di _______________, dalam perbuatan hukum ini diwakili
secara sah oleh ____________, Direktur Utama PTKMN, selanjutnya disebut KMN.
PT TRI, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik
Indonesia, berkedudukan di _______, dalam hal ini diwakili oleh _______________ yang
bertindak dalam kedudukannya selaku ______________ dan untuk tindakan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan dari rapat
umum luar biasa pemegang saham PT TRI sebagaimana terbukti dalam Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham PT TRI tertanggal ______________ yang dilampirkan
dalam perjanjian ini (selanjutnya disebut Penjual).
PT HIK, a company duly organized and validly existing under the laws of the Repblic of
Indonesia, domiciled in ___________, with its office at _______________ (hereinafter
referred to as the Lander).
PT NMR, a limited liability company formed under the laws of the Republic of Indonesia
and having a place of business at ___________________, hereinafter referred to as the
Producer.
PT AMPL of _________ [alamat] __________ (A<PL).
III.5.1.3 Sub-bagian Penjelasan
Para Pihak menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
Bahwa __________________________;
Bahwa __________________________;
Bahwa __________________________;

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

WITNESSETH
WHERREAS:
__________________________;
__________________________;
__________________________;
RECITASL:
Whereas _________________;
Whereas _________________;
Whereas _________________.
III.5.2 Contoh Bagian Isi
III.5.2.1 Klausula Definisi
Contoh Definisi
PT PMA Company shall mean the Indonesian limited liability company incorporated
by notarial deed after approval by the relevant Governmental Authorities, established
pursuant to Article _____.
Commitment shall mean the commitment of the Lenders to provide the Borrower with
the Facility under and subject to the terms and conditions of this Agreement.
Agen Penjualan
berarti pihak yang menjual Saham dalam suatu Penawaran Umum
tanpa perjanjian dengan Emitmen dan tanpa kewajiban untuk membeli Saham.
Harga Penawaran
adalah harga saham yang ditawarkan melalui Penawaran Umum ini
yang besarnya akan ditentukan dan disepakati oleh Emitment dan Penjamin Pelaksana
Emisi Efek sebagaimana diatur dalam Pasal ____ Perjanjian ini.
Contoh Interpretasi
A wording denoting:
the singular the plural, and vice versa;
any gender includes each other gender; and
an individual includes a corporation, and vice versa.
Headings are for convenience only and a hall not affect the construction of this
Agreement.
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Judul-judul dari pasal-pasal dalam Perjanjian ini dibuat untuk kemudahan saja dan tidak
dipakai untuka menafsirkan isi dari pasal yang bersangkutan.
III.5.2.2 Klausula Transaksi
III.5.2.2.1 Dalam suatu transaksi Pendirian PT Usaha Patungan:
Article 2 Purpose and Objective of the Joint Venture
The Parties agree to make a joint capital investment in Indonesia through the Company
for the purpose of manufacturing the Products.
III.5.2.2.2 Dalam suatu transaksi Penjaminan Emisi Efek:
Pasal 2 Penawaran Umum
(1) Berdasarkan keterangan-keterangan dan jaminan serta kesanggupan para pihak
sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini dan tergantung pada terpenuhinya
persyaratan agar Pernyataan Pendaftaran Menjadi Efektif dan semua ijin serta persyaratan
yang disyaratkan untuk menawarkan dan menjual Saham-saham kepada Masyarakat,
Emiten dengan ini setuju untuk mengeluarkan dan menempatkan Saham-saham untuk
ditawarkan dan dijual kepada Masyarakat melalui Penawaran Umum, yang untuk
selanjutnya dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek.
Untuk maksud tersebut dalam huruf (a) tersebut di atas, Emitmen dengan ini memberikan
kuasa kepada Penjamin Emisi Efek untuk bertindak untuk dan atas nama Emiten, kiasan
mana berlaku efektif pada saat ditandatanganinya Perubahan Perjanjian: mengambil
langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka Penawaran Umum; menawarkan dan
menjual Saham-saham untuk dibeli Masyarakat dengan Harga Penawaran menurut syarat
dan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus dan Formulis Pemesanan Pembelian
Saham dan Perjanjian ini; (dst-nya).
III.5.2.2.3 Dalam suatu transaksi Loan Syndication:
Article 2 The Facility
The Lenders hereby grant the Borrower with the Facility, whereunder upon the terms and
subject further to the availability of the required funds by each Lender, the Lenders shall
from time to time during the Commitment Period provide the Borrower with Advances,
provided that the participation of each Lender in an Advance or the Loan shall not exceed
the following principle amounts:
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Bank A
Bank C
Bank D

: Rp. __________ (___________________ );


: Rp. __________ (___________________ );
: Rp. __________ (___________________ ).

III.5.2.3 Klausula Spesifik


III.5.2.3.1 Dalam suatu transaksi Pendirian PT Usaha Patungan:
Subject to obtaining all consents required under the Forign Capital Investment Law and
any other applicable laws prevailing in the Republic of Indonesia, the Parties shall
establish an Indonesian limited liability company (perseroan terbatas) which shall utilize
the name P.T. ______________ or such other name as may be acceptable to the Parties
and the Department of Justice of the Republic of Indonesia, provided that if any Party
ceases to be a shareholder of the Company, the Parties shall undertake to cause that the
name of that Party, as the case may be, shall be discontinued as part of the name of the
Company and the Parties shall vote in a general meeting of shareholders and do anything
required under the Articles of Association to cause the change of the name of the
Company to omit the name of the resinging or withdrawaing Party.
III.5.2.3.2 Dalam suatu transaksi Penjaminan Emisi Efek:
Apabila sampai dengan 1 (satu) hari bursa sebelum masa penawaran Indeks Harga Saham
Gabungan Bursa Efek Jakarta (IHSG BEJ) mengalami penurunan sebesar 6,5% (enam
koma lima persen) sejak ditandatanganinya Perjanjian ini atau kumulatif 5% (lima
persen) dalam waktu 5 (lima) hari bursa terakhir sebelum Masa Penawaran maka Emiten
dan Penjamin Pelaksana Emisi akan merumuskan kembali Harga Penawaran.
III.5.2.3.3 Dalam suatu transaksi Loan Syndication:
The Lenders and the Borrower hereby expressly agree that the promulgation of any rule,
regulation or law or any interpretation thereof having the effect of restricting, prohibiting
or impending in any way the payment in or remittance of foreign currency to the Lenders
shall under no circumstances constitute a ground for asserting the existence of a force
majeure situation and as such shall not release the Borrower from the due performance of
its obligations under this Agreement or under any of the Security Agreements in other
lawful manner or currency as may be determined by the Lenders in such event.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.5.2.4 Klausula Lain-lain


III.5.2.4.1 Biaya (Expenses)
Kecuali ditentukan lainn oleh Para Pihak, setiap dan seluruh biaya yang timbul sebagai
akibat dari Perjanjian ini termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya notaris menjadi
tanggungan dan karenanya menjadi beban langsung _____________.
III.5.2.4.2 Peristiwa Cidera Janji (Event of Default)
If any representation or statement of the Assignor contained this Agreement or any
records, certificate, statement or other document given to the Agent regarding the
Assigned Account Receivable or any transaction contemplated herein or undertaken
pursuant here to is untrue or incorrect, or in the event of any breach on the part of the
Assignor to make due and punctual payment of any of the Outstanding when and as due,
then any such (even)s shall constitute Event of Deafult hereunder and an obligations of
the Assignor to the Agent shall become immediately due and payable upon demand and
shall forthwith be paid and discharged by the Assignor notwithstanding any time or credit
otherwise allowed.
III.5.2.4.3 Hukum yang Berlaku (Governing Law)
Perjanjian ini tunduk pada dan karenanya wajib ditafsirkan menurut ketentuan dan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
III.5.2.4.4 Domisili (Domicile)
Para pihak dengan ini sepakat untuk memilih domisili hukum yang tetap dan tidak
berubah pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri _______________.
III.5.2.4.5 Penyelesaian Perselisihan (Dispute Settlement)
Musyawarah dan Pengadilan
Para pihak sepakat bahwa setiap dan semua perselisihan yangmungkin timbul sebagai
akibat dari penafsiran dan/atau pelaksanaan Perjanjian ini akan diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Para pihak sepakat bahwa terhadap perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini akan
diselesaikan melalui Pengadilan Negeri _______.
Musyawarah dan Arbitrase
If any dispute arises between the Parties relating to this Agreement, including without
limitation of existence, validity, execution, performance, termination of expiration of this
Agreement or amounts due hereunder, which cannot be settled amicably by mutual
agreement, such dispute shall be referred to and finally resolved by Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) in accordance with BANI Rules (the Rules) for the time
being in force which Rules.
III.5.2.4.6 Keadaan Memaksa (Force Majeure)
(a)
Kewajiban salah satu pihak dalam Perjanjian ini akan ditangguhkan sepanjang
dan selama pelaksanaannya terhalang oleh persengketaan perburuhan, musibah/bencana
alam, peraturan perundang-undangan, perang atau keadaan yang timbul dari atau sebagai
akibat perang, baik yang dinyatakan maupun yang tidak, huru hara, tindakan sabotase
oleh teroris atau tindak pidana lainnya, makar atau pemberontakan, kebakaran,
peledakan, gempa bumi, badai, banjir, letusan gunung berapi, kekeringan atau kondisi
cuaca yang luar biasa buruk, kecelakaan atau sebab-sebab lain yang sejenis (selanjutnya
disebut Keadaan Memaksa).
(b)
Dalam hal terjadi Keadaan Memaksa Para Pihak setuju bahwa pihak yang tidak
terkena Keadaan Memaksa tidak dapat mengajukan tuntutan hukum maupun terhadap
pihak yang terkena Keadaan Memaksa.
(c)
Pihak yang terkena Keadaan Memaksa harus segera, namun tidak lebih dari 10
(sepuluh) hari, memberitahukan kepada pihak yang tidak terkena Keadaan Memaksa
secara tertulis mengenai penangguhan pelaksanaan pekerjaan, alasannya dan perkiraan
lamanya penangguhan.
(d)
Pihak yang terkena Keadaan Memaksa wajib berusaha semaksimal mungkin
untuk memulai kembali pekerjaan dan/atau kewajiban lain dalam Perjanjian ini.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.5.2.4.7 Pengakhiran (Termination)


Perjanjian ini dapat diakhiri dengan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu oleh
Penjamin Pelaksana Emisi Efek apabila Emiten lalai untuk memenuhi syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini dan kelalaian itu tidak dapat diperbaiki dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak diterima surat pemberitahuan tertulis dari
Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau apabila karena sebab apapun juga Emiten tidak
dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban sehingga mengakibatkan dampak negatif yang
sangat berarti menurut Perjanjian ini.
III.5.2.4.8 Pemberitahuan (Notice)
Setiap pemberitahuan atau komunikasi lainnya yang akan dibuat atau disampaikan
menurut Perjanjian ini wajib dilakukan secara tertulis dan dikirimkan melalui faksimili
atau diserahkan langsung ke alamat masing-masing pihak dibawah ini:
Apakah kepada Pihak Pertama
_______________________________
_______________________________
_______________________________
_______________________________
No. Faksimili: _________________
U.p.: __________________________
Apabila kepada Pihak Kedua
_______________________________
_______________________________
_______________________________
_______________________________
No. Faksimili: _________________
U.p.: __________________________

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.5.2.4.9 Kerahasiaan (Confidentialy)


Kecuali diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak ada satu
pihakpun dalam Perjanjian ini yang dibenarkan untuk membeberkan isi dari Perjanjian ini
dan/atau memanfaatkan data-data yang digunakan dalam pelaksanaan Perjanjian ini baik
yang bersifat teknis maupun komersial dalam bentuk apapun (selanjutnya disebut
Informasi Rahasia).
Informasi Rahasia dapat disampaikan dan dipakai oleh para pemegang saham Para Pihak,
pemberi pinjaman, penasehat profesional, manajemen, personil, karyawan dan subkontraktor atau pihak-pihak lain yang perlu untuka mengetahui dan menggunakan
Informasi Rahasia dengan ketentuan pihak-pihak lain tersebut mendapat persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari Para Pihak.
III.5.2.4.10 Perubahan dalam Peraturan Perundang-undangan (Change of Law)
Dalam hal setelah ditandatanganinya Perjanjian ini terjadi suatu perubahan dalam
peraturan perundang-undangan yang secara material dapat mendatangkan kerugian
kepada salah satu pihak, maka Para Pihak sepakat untuk mengadakan perundingan
kembali sehingga dapat menghilangkan atau memperkecil kerugian yang diderita oleh
salah satu pihak.
III.5.2.4.11 Keseluruhan Perjanjian (Entire Agreement)
Perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian antara Para Pihak berkenan dengan
materi yang diperjanjikan.
Perjanjian ini membatalkan dan menggantikan kesepakatan yang dibuat sebelumnya oleh
Para Pihak yang dilakukan secara lisan maupun tulisan.
III.5.2.4.12 Keterpisahan (Severability)
Dalam hal suatu ketentuan yang terdapat dalam perjanjian ini dinyatakan sebagai tidak
sah atau tidak dapat diberlakukan secara hukum baik secara keseluruhan maupun
sebagian, maka ketidaksahan atau ketidakberlakuan tersebut hanya berkaitan pada
ketentuan itu atau sebagian dari padanya saja. Sedangkan ketentuan lainnya dari
Perjanjian ini akan tetap berlaku dan mempunyai kekuatan hukum secara penuh.
Para Pihak selanjutnya setuju bahwa terhadap ketentuan yang tidak sah atau tidak dapat
diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini akan diganti dengan
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

ketentuan yang sah menurut hukum dan sejauh serta sedapat mungkin mencerminkan
maksud dan tujuan komersial dibuatnya ketentuan tersebut oleh Para Pihak.
III.5.2.4.13 Pengalihan Hak (Assignment of Rights)
Hak dan kewajiban yang timbul berdasarkan Perjanjian ini tidak dapat dialihkan oleh
salah satu pihak kepada siapapun tanpa persetujuan tertulis dari pihak lainnya.
Setiap pihak yang menerima pengalihan hak wajib untuk menyetujui secara tertulis untuk
mengikatkan diri pada ketentuan dalam Perjanjian ini secara keseluruhan tanpa ada yang
dikecualikan.
III.5.2.4.14

Perubahan (Amendement)

Tidak ada perubahan atau modifikasi atau penambahan pada Perjanjian ini yang sah atau
mengikat Para Pihak kecuali dinyatakan secara tertulis dan ditandatangani oleh Para
Pihak.
III.5.3 Contoh Bagian Penutup
III.5.3.1.

Sub-bagian Kalimat Penutup

Demikian Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak melalui wakil yang berwenang
dari masing-masing pihak.
IN WITNESS WHEREOF the Parties have signed this Agreement under the hand of their
duly authorized representatives.
Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap ___ (_________) bermetarai cukup,
masing-masing berlaku sebagai aslinya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
IN WITNESS WHEREOF, this Agreement has been signed on the day and year first
above written.
IN WITNESS WHEREOF the Parties have executed and delivered this Agreement as of
the date and year first above written.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

III.5.3.2 Sub-bagian Ruang Penempatan Tanda Tangan


Borrower
PT XYZ
By ________________
Name :
Title :

Lender
PT Bank ADC
By _________________
Name :
Title :

Debitur
PT WYW

PT Bank KMN

By ________________
Name :
Title :

By _________________
Name :
Title :

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL IV
LANGKAH-LANGKAH PENELAAHAN TERHADAP RANCANG KONTRAK
BISNIS INTERNASIONAL

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

IV.1

Langkah Persiapan

IV.1.1 Kejelasan Transaksi


In house Counsel wajib mengetahui secara jelas tentang transaksi yang akan dilakukan
oleh para pihak karena kontrak bisnis yang akan ditandatangani harus mencerminkan apa
yang dikehendaki secara komersial oleh para pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Untuk mengetahui secara jelas maka dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
mendapatkan penjelasan yang menyeluruh dari pihak yang berkompeten (atasan atau
mereka yang terlibat langsung pada proses kesepakatan);
memperhatikan terms notes atau info memo yang telah disetujui oleh para pihak;
mempelajari berkas-berkas dalam bentuk tertulis sebelum dibuatnya kontrak, seperti:
letter of intent, memorandum of understanding yang telah ditandatangani, proposal tender
yang telah dinyatakan menang, bahkan surat menyurat antar para pihak.
IV.1.2 Pengetahuan dan Pemahaman tentang Transaksi
Sebelum kontrak bisnis ditelaah maka seorang in house counsel perlu untuk mengetahui
secara pasti transaksi yang akan dilakukan oleh para pihak. Pengetahuan ini paling sedikit
meliputi (i) pengetahuan tentang industri atau bisnis yang hendak dilakukan, (ii) sifat dari
industri atau bisnis tersebut, (iii) terminologi atau istilah-istilah khusus (jargon) yang
sering digunakan.
Sebagai contoh seorang in house counsel apabila diminta menelaah sebuah perjanjian
usaha patungan maka ia harus mengetahui secara mendalam tentang pengetahuan dasar
dari industri atau bisnis yang akan dimasuki. Industri dibidang perdagangan (retail)
tentunya berbeda dengan industri dibidang pembuatan barang (manufacturing) dan
berbeda pula dengan industri dibidang keuangan (misalnya: pembentukan joint venture
security company).
IV.1.3 Pengetahuan Peraturan Perundang-undangan yang terkait
Selanjutnya setelah seorang in house counsel mengetahui tentang transaksi yang hendak
dilakukan oleh para pihak maka ia wajib mempelajari peraturan perundang-undangan
yang berlaku pada transaksi yang akan dilakukan. Untuk itu seorang in house counsel
perlu melakukan penelusuran terhadap peraturan perundang-undangan ataupun
keputusan-keputusan badan peradilan yang perlu untuk diperhatikan (legal research).
Sebagai contoh dalam suatu kontrak pinjam meminjam (loan agreement) antar bank dan
nasabahnya maka perlu diperhatikan ketentuan tentang persetujuan Tim PKLN. Demikian
pula dalam suatu perjanjian usaha patungan perlu diketahui secara pasti apakah ada
persyaratan prosentase bagi penanam modal lokal.
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

IV.1.4 Pihak dalam Transaksi


IV.1.4.1 Pihak yang Terlibat
Seorang in house counsel wajib mengetahui secara jelas tentag pihak-pihak yang akan
menandatangani kontrak dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak.
Umumnya pihak-pihak yang menandatangani kontrak sama dengan pihak-pihak yang
melaksanakan isi dari kontrak. Namun demikian dalam beberapa situasi terdapat
kemungkinan pihak-pihak yang menandatangani kontrak adalah bukan pihak-pihak yang
melaksanakan kontrak. Sebagai misal sebuah perusahaan holding membuat kontrak
dengan sebuah perusahaan dimana perusahaan holding akan melaksanakan isi dari
kontrak melalui anak perusahaannya yang dimiliki secara mayoritas. Dalam hal yang
demikian maka perusahaan holding akan menyebabkan anak perusahaannya untuk
melaksanakan isi kontrak dengan mitranya.
IV.1.4.2 Penyebutan Para Pihak
Apabila transaksi yang akan dilakukan sudah diketahui maka harus ditelaah tentang
penyebutan para pihak. Pada dasarnya para pihak dapat disebut apa saja sepanjang
didefinisikan dalam kontrak bisnis yang akan ditandatangani, Para pihak dalam sebuah
kontrak bisnis sering disebut sebagai Pihak Pertama dan Pihak Kedua (apabila perlu
Pihak Ketiga dan seterusnya) atau First Party dan Second Party (apabila perlu
Third Party dan seterusnya). Seringkali juga penyebutan para pihak dilakukan dengan
cara penyingkatan, seperti PT Permana Hasta Lentera menjadi Permana atau PHL.
Penyebutan yang demikian merupakan penyebutan para pihak dengan istilah umum.
Namun demikian ada beberapa kontrak bisnis dimana pentebutan dari para pihak
dilakukan dengan istilah tertentu yang sudah baku. Sebagai contoh adalah dalam suatu
perjanjian kredit para pihak disebut sebagai Kreditur atau Creditor dan Debitur
atau Debtor. Contoh lain adalah dalam suatu perjanjian penjaminan emisi efek, para
pihak disebut Emiten dan Penjamin Pelaksana Emiten Efek atau dalam suatu
perjanjian pengalihan tagihan, para pihak disebut sebagai Assignor dan Assignee.
Perlu dicatat bahwa dalam penyebutan para pihak dengan istilah tertentu harus dilakukan
setelah mengetahui secara betul transaksi akan dilakukan para pihak. Apabila transaksi
yang hendak dilakukan merupakan transaksi yang tidak umum dilakukan atau para pihak
sulit diidentifikasi dengan istilah baku maka ada baiknya menyebutkan para pihak dengan
istilah umum.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

IV.1.5 Preseden
Untuk bahan perbandingan sebelum dilakukan penelaah terhadap kontrak bisnis maka
ada baiknya mempelajari kontrak sejenis yang telah ada. Kontrak-kontrak sejenis dengan
transaksi yang hendak dilakukan sering disebut sebagai Preseden (Precedent). Namun
demikian sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan suatu preseden untuk transaksi
yang hendak dilakukan tanpa memperhatikan klausula-klausula yang diatur. Perlu
dipahami bahwa karena suatu kontrak bisnis merupakan pelaksanaan dari apa yang
diinginkan tersebut harus tercermin dalam kontrak bisnis.
Pada dasarnya tidak ada kontrak yang bersifat standar dan setiap kontrak harus
mencerminkan keinginan dari pihak yang hendak melakukan pengikatan. Namun
demikian terdapat pengecualian terhadap asas umum bahwa tidak ada kontrak yang
standar. Pengecualian ini adalah dalam hal salah satu pihak dalam kontrak mempunyai
posisi wajar (bargaining position) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak lainnya.
Sehingga kontrak tersebut lebih merupakan take it or leave it bagi pihak yang posisi
tawarnya lebih rendah. Sebagai contoh dalam kontrak bisnis pinjam meminjam uang
antara bank dan nasabah dalam jumlah tertentu maka pihak bank akan menyodorkan
kontrak kepada nasabahnya yang sifatnya standar. Dalam hal yang demikian nasabah
tidak memiliki posisi tawar terhadap bank.
IV.2

Langkah Pelaksanaan

Pada intinya dalam tahap pelaksanaan seorang in house counsel akan mencoba untuk
memastikan bahwa rancangan konrak bisnis yang dibuat oleh pihak lawan telah
memformulasikan atau menterjemahkan serta mengakomodasikan apa yang dikehendaki
oleh pihak yang diwakilinya. Di dalam langkah pelaksanaan hal-hal sebagai berikut perlu
untuk mendapat perhatian:
IV.2.1 Menelaah Pihak yang akan Mengadakan Kontrak
Pertama-tama yang perlu diidentifikasi oleh seorang in house counsel apakah
pencantuman para pihak dalam rancangan kontrak bisnis telah dilakukan dengan tepat
sesuai yang dikehendaki oleh para pihak, utamanya pihak yang diwakilinya. Dalam suatu
kontrak bisnis internasional yang berdimensi publik perlu ditentukan oleh in house
counsel, apabila ia mewakili instansi pemerintah, siapa pihak yang akan mengikatkan
diri, apakah menteri, direktur jenderal atau setingkatnya atau kepala kantor wilayah dan
lain-lain.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

IV.2.2 Menelaah Formulasi Latar Belakang


Sebagaimana telah disebutkan diatas seorang in house counsel perlu mengetahui latar
belakang dari akan ditandatanganinya suatu kontrak. Hal ini karena latar belakang seputar
kontrak akan dijadikan premis dalam kontrak bisnis yang akan diadakan. Untuk
memastikan bahwa perumusan atau formulasi latar belakang yang dibuat dalam
rancangan kontrak bisnis maka seorang in house counsel dapat melakukannya dengan
menanyakan sebuah pertanyaan, yaitu Bagaimana sampai para pihak sepakat untuk
saling mengikatkan diri? Jawaban atas pertanyaan ini menjadi dasar dibuatnya premis
dari rancangan kontrak bisnis.
IV.2.3. Menalaah Bagian, Bab atau Judul
Seorang in house counsel perlu untuk menelaah keseluruah kerangka dari sebuah
rancangan kontrak bisnis. Apakah penempatan bagian, bab atau judul dari pasal-pasal
telah tepat sehingga terlihat sistematis dan mudah dimengerti. Dalam kaitan ini fungsi
preseden cukup penting karena dengan adanya preseden seorang in house counsel akan
dengan mudah mengetahui bagaimana bagian, bab atau judul yang hendak diatur
dilakukan secara sistematis dan mudah dimengerti.
IV.2.4. Menelaah Klausula Transaksi
Seorang in house counsel perlu untuk menelaah dengan seksama klausula transaksi.
Klausula transaksi perlu untuk dibaca secara seksama sehingga dapat dengan secara tegas
dipastikan bahwa formulasi dari klausula transaksi benar-benar mencerminkan kehendak
para pihak, utamanya pihak yang diwakili oleh seorang in house counsel. Untuk
mempermudah pekerjaan ini maka seorang inhouse counsel apat memvisualkannya
dengan cara membuat skema-skema antara apa yang diatur dalam rancangan kontrak
bisnis dengan kesepakatan awal dari para pihak.
IV.2.5 Menelaah Klausula Ketentuan Spesifik
Seorang in house counsel perlu untuk memastikan bahwa klausula ketentuan spesifik
telah diformulasikan secara tepat dalam rancagan kontrak bisnis.
IV.2.6 Menalaah Klausula Ketentuan Umum
Penelaahan terhadap klausula ketentuan umum perlu pula dilakukan secara seksama
karena hal ini menyangkut aspek yang wajib untuk diketahui oleh seorang in house
counsel.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

IV.3

Langkah Akhir

IV.3.1 Membuat Poin-poin Komentar terhadap Rancangan Konrak Bisnis


Dalam membuat poin-poin komentar atas rancangan kontrak bisnis maka ada baiknya
untuk membagi menjadi dua, yaitu:
IV.3.1.1 Komentar Umum terhadap Rancangan Kontrak Bisnis
Komentar umum membuat penilaian rancangan kontrak bisnis secara keseluruhan.
Misalnya apakah para pihak yang disebutkan dalam rancangan kontrak bisnis telah tepat,
apakah formulasi terhadap klausula transaksi dan klausula spesifik telah sesuai dengan
kehendak para pihak.
Selanjutnya apakah kerangka rancangan kontrak bisnis telah dibuat secara sistematis dan
lain-lain.
IV.3.1.2 Komentar Khusus terhadap Rancangan Kontrak Bisnis
Adapun yang dimaksud dengan komentar khusus adalah komentar yang dilakukan atas
pasal per pasal atau ayat per ayat. Umumnya perumusan pasal atau ayat menjadi
perdebatan karena sesuatu yang dirumuskan dengan kata-kata akan mempunyai konotasi
atau pengertian yang sempit atau luas.
IV.2.2 Pengecekan atas Penelaahan
Sebaiknya sebelum poin-poin komentar disampaikan kepada pihak counterpart dilakukan
pengecekan ulang atas apa yang hendak disampaikan. Apabila perlu minta kolega atau
atasan meneliti dan memeriksanya kembali.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL V
TIGA LANGKAH PEMBUATAN KONTRAK

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

1. Langkah Persiapan
1.1 Kejelasan Transaksi
Mengetahui secara jelas tentang transaksi yang akan dilakukan oleh para pihak karena
kontrak bisnis yang dibuat harus mencerminkan apa yang dikehendaki secara komersial
oleh para pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a. mendapatkan penjelasan yang menyeluruh dari pihak yang kompeten
b. melihat terms notes atau info memo yang telah disetujui oleh para pihak
c. mempelajari berkas-berkas dalam bentuk tertulis sebelum dibuatnya kontrak,
seperti: letters of intent, memorandum of understanding atau surat menyurat antar
para pihak.
1.2 Pengetahuan dan Pemahaman tentang Transaksi
Sebelum kontrak bisnis dibuat maka perancang (drafter) perlu mengetahui secara pasti
transaksi yang akan dilakukan oleh para pihak. Pengetahuan ini paling sedikit meliputi (i)
pengetahuan tentang bisnis yang hendak dilakukan, (ii) sifat dari industri atau bisnis
tersebut, (iii) terminologi atau jargon yang sering digunakan.
Sebagai contoh seorang perancang kontrak apabila diminta untuk membuat sebuah
perjanjian usaha patungan maka ia harus tahu secara mendalam tentang pengetahuan
dasar dari industri atau bisnis yang akan dimasuki. Industri dibidang perdagangan (retail)
tentunya berbeda dengan industri dibidang pembuatan barang (manufacturing) dan
berbeda pula dengan industri dibidang keuangan (misalnya: pembentukan joint venture
securities company)
1.3 Pengetahuan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait
Selanjutnya setelah seorang perancang kontrak bisnis mengetahui tentang transaksi yang
henda dilakukan oleh para pihak maka ia wajib mempelajari peraturan perundangundangan ataupun keputusan-keputusan badan peradilan yang perlu untuk diperhatikan
(legal research)
Sebagai contoh dalam suatu kontrak pinjam meminjam antar bank dan nasabahnya maka
perlu diperhatikan ketentuan tentang persetujuan tim PKLN. Demikian pula dalam suatu
perjanjian usaha patungan perlu diketahui secara pasti apakah ada persyaratan prosentase
bagi penanam modal local dan lain-lain.
1.4 Pihak Dalam Transaksi
1.4.1 Pihak yang Terlibat
Mengetahui secara jelas tentang pihak-pihak yang akan menandatangani kontrak dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak. Umumnya pihak-pihak yang
menandatangani kontrak sama dengan pihak-pihak yang melaksanakan isi dari kontrak.
Copyright by Hikmahanto Juwana
This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Namun demikian dalam beberapa situasi terdapat kemungkinan pihak-pihak yang


menandatangani kontrak adalah bukan pihak-pihak yang melaksanakan kontrak. Sebagai
missal sebuah perusahaan holding akan melaksanakan isi dari kontrak melalui anak
perusahaannya yang dimiliki secara mayoritas. Dalam hal yang demikian maka
perusahaan holding akan menyebabkan anak perusahaan untuk melaksanakan isi
kontrak dengan mitranya.
1.4.2

Penyebutan Para Pihak

Apabila transaksi yang akan dilakukan sudah diketahui maka harus ditentukan
penyebutan para pihak. Pada dasarnya para pihak dapat disebut apa saja sepanjang
didefinisikan. Para pihak dalam sebuah kontrak bisnis sering disebut sebagai Pihak
Pertama dan Pihak Kedua (apabila perlu Pihak Ketiga dan seterusnya) atau First
Party dan Second Party(apabila perlu Third Paty dan seterusnya). Seringkali juga
penyebutan para pihak dilakukan dengan cara penyingkatan, seperti PT. Permana Hasta
Lentera menjadi Permana atau PHL. Penyebutan yang demikian merupakan
penyebutan para pihak dengan istilah umum.
Namun demikian ada beberapa kontrak bisnis dimana penyebutan dari para pihak
dilakukan dengan istilah tertentu yang sudah baku. Sebagai contoh adalah dalam suatu
perjanjian kredit para pihak disebut sebagai Kreditur atau Creditor dan Debitur
atau Debtor. Contoh lain adalah dalam suatu perjanjian penjaminan emisi efek, para
pihak disebut sebagai Emiten dan Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau dalam suatu
perjanjian pengalihan tagihan, para pihak disebut sebagai Assignor dan Assignee.
Perlu dicatat bahwa dalam penyebutan para pihak dengan istilah tertentu harus dilakukan
setelah mengetahui secara betul transaksi akan yang dilakukan para pihak. Apabila
transaksi yang hendak dilakuakan merupakan transaksi yang tidak umum dilakukan atau
para pihak sulit diidentifikasi dengan istilah baku maka ada baiknya menyebut para pihak
dengan istilah umum.
1.5 Preseden
Untuk bahan perbandingan sebelum dilakukan pembuatan kontrak bisnis maka ada
baiknya mempelajari kontrak sejenis yang telah ada. Kontrak-kontrak sejenis dengan
transaksi yang hendak dilakukan sering disebut sebagai Preseden (Precedent) . Namun
demikian sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan suatu preseden untuk transaksi
yang hendak dilakukan tanpa memperhatikan klausula-klausula yang diatur. Perlu
dipahami bahwa karena suatu kontrak bisnis merupakan pelaksanaan dari apa yang
diinginkan oleh para pihak maka apa yang diinginkan tersebut harus tercermin dalam
kontrak bisnis. Dengan demikian, untuk mudah atau praktisnya, seorang perancang
menggunakan preseden dan menggantikan pihak-pihak yang mengikatkan diri. Pada
dasarnya tidak ada kontrak yang bersifat standar dan setiap kontrak harus mencerminkan
keinginan dari pihak yang hendak melakukan pengikatan.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Namun demikian terdapat pengecualian terhadap asas umum bahwa tidak ada kontrak
yang standar. Pengecualian ini adalah dalam hal salah satu pihak dalam kontrak
mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pihak lainnya. Sehingga kontrak tersebut lebih merupakan take it or leave it bagi pihak
yang posisi tawarnya lebih rendah. Sebagai contoh dalam kontrak bisnis pinjam
meminjam uang antara bank dan nasabah dalam jumlah tertentu maka pihak bank akan
menyodorkan kontrak kepada nasabahnya yang sifatnya standar. Dalam hal demikian
nasabah tidak memiliki posisi tawar terhadap bank.
2. Langkah Persiapan
Pada intinya dalam tahap pelaksanaan seorang perancang akan mencoba untuk
memformulasikan atau menterjemahkan apa yang dikehendaki oleh para pihak pelaku
bisnis secara komersial dalam bentuk kontrak.
2.1 Pihak yang akan Mengadakan Kontrak
Pertama-tama yang perlu diidentifikasika olah seorang perancang adalah menentukan
pihak-pihak yang akan mengikatkan diri dalam kontrak. Dalam suatu grup perusahaan
misalnya maka harus ditentukan perseroan terbatas mana yang akan mengikatkan diri
dalam suatu kontrak.
2.2 Formulasi latar Belakang
Seorang perancang kontrak bisnis perlu mengetahui latar belakang dari para pihak yang
akan terikat dalam kontrak. Hal ini dapat dilakukan olah perancang dengan menanyakan
sebuah pertanyaan yaitu Bagaimana sampai para pihak sepakat untuk saling
mengikatkan diri? Jawaban atas pertanyaan ini menjadi dasar dibuatnya premis dari
kontrak.
2.3 Pembuatan Bagian, Bab atau Judul
Sebelum membuat klusula-klusula kontrak dalam bentuk pasal-pasal dan ayat-ayat,
seorang perancang kontrak perlu untuk membuat bagian, bab atau judul dari apa yang
hendak diatur oleh para pihak. Dalam kaitan ini fungsi preseden cukup penting karena
dengan adanya preseden seorang perancang akan mendapatkan bagian, bab atau judul
yang hendak diatur secara menyeluruh.
Apabila dibandingkan dengan tata cara penulisan ilmiah (semisal skripsi) maka
penentuan bagian, bab atau judul merupakan outline dari apa yang hendak ditulis.
Tentunya bagian, bab atau judul setelah ditentukan tidaklah statis melainkan dapat
diubah-ubah. Sedapat mungkin penentuan bagian, bab atau judul dilakukan secara
sistematis sehingga memudahkan pihak lain yang mempelajari kontrak yang dibuat.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

2.4 Formulasi Klausula Transaksi


Setelah ditentukan bagian, bab atau judul, langkah selanjutnya adalah membuat klausula
dari tiap-tiap bagian, bab atau judl dalam bentuk pasal-pasal. Dalam perumusan pasal
sedapat mungkin digunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Dalam perumusan pasal maka seorang perancang harus betul-betul dapat
menterjemahkan dari apa yang diinginkan oleh para pihak. Disamping itu perancang
perlu untuk membuat klausula-klausula yang melindungi pihak yang meminta dibuatkan
kontrak (apabila kontrak diminta dibuatkan oleh salah satu pihak).
2.5 Penentuan Klausula Ketentuan Umum
Setelah klausula sehubungan dengan transaksi diformulasikan, langkah selanjutnya
adalah menentukan klausula ketentuan umum yang sering dijumpai dalam berbagai
kontrak dalam kontrak yang dibuat. Penentuan klausula ketentuan umum disesuaikan
dengan kebutuhan para pihak dan umumnya umumnya perancang-lah yang menentukan
mana klausula ketentuan umum yang dibuat oleh para pihak.
Sampai dengan langkah ini rancangan (draft) kontrak telah selesai dibuat. Namun
demikian untuk lebih menyempurnakan rancangan kontrak maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagaimana akan diterangkan di bawah ini.
2.6 Pengecekan
Rancangan kontrak bisnis yang telah selesai dibuat ada baiknya untuk diteliti oleh teman
sekerja atau atasan. Hal ini dilakuakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
tidak perlu yang mungkin ditemui oleh pihak yang meminta dibuatkan kontrak.
2.7 Konfirmasi
Langkah selanjutnya setelah pengecekan adalah rancangan kontrak bisnis disampaikan
kepada pihak yang meminta dibuatkan kontrak dan meminta konfirmasi apakah
rancangan kontrak bisnis telah sesuai atau mencerminkan apa yang diinginkan. Ada
beberapa cara untuk melakukan ini diantaranya adalah menerangkan secara sistematis
rancangan kontrak yang dibuat dan selanjutnya mendiskusikannya. Atau meminta
komentar secara tertulis dari kontrak yang telah dibuat. Umumnya pembahasan terhadap
rancangan kontrak tidak dilakukan hanya sekali. Untuk itu ada baiknya setiap perubahan
yang dilakukan dalam setiap pembahasan dicatat dan dibuat mark up nya.
Contoh mark up:
Business plan menas a long term bussiness plan prepared yearly by the board of
Directors of the company for a rolling period of 5 (five) years.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

2.8 Perbaikan
Mengakomodasi perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh pihak yang meminta
pembuatan kontrak dan memberikan nasehat apakah perubahan-perubahan tersebut dapat
diakomodasi secara hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila pengerjaan perancangan kontrak dilakukan dengan menggunakan komputer ada
baiknya untuk tidak menghapus setiap perubahan yang dilakukan sampai dengan tahap
dimana kontrak siap untuk dinegosiasikan.
3. Langkah Terakhir
3.1 Koreksi terakhir
Baca ulang kontrak yang telah didiskusikan dan dimintakan komentar. Jangan ada
kalimat yang tidak Jalan setelah ada komentar dari berbagi pihak.
3.2 Pengecekan Dalam Rangka Error Free
Langkah selanjutnya dalah memastikan tidak ada kesalahan
kesalahan komputer.

tik (Typo error) atau

3.3 Pemahaman Komprehensif


Sebagai langkah terakhir adalah memahami betul setiap apa yang ditulis dalam kontrak
mengingat perancang kontrak diharapkan akan menjadi pihak yang memimpin pada saat
rancangan kontrak dinegosiasikan. Dalam keadaan yang demikian perancang kontrak
harus dapat menjawab setiap pertanyaan yang berkaitan dengan rancangan kontrak yang
dibuatnya.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL VI
MENGIDENTIFIKASIKAN POKOK PIKIRAN
DAN
MENUANGKAN POKOK PIKIRAN DALAM KALIAMT HUKUM

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

1. Mengidenftifikasikan Pokok Pikiran


Bagi seorang pembuat kontrak (legal drafter) yang perlu untuk diperhatikan adalah
memperoleh pokok-pokok pikiraan sebelum menuangkannya kedalam kalimat hukum.
Pokok-pokok pikiran ini adalah hal yang hendak diatur dan dituangkan dalam kalimat
hukum. Untuk itu perlu diidentifikasi pokok-pokok pikiran tersebut. Pada dasarnya pokok
pikiran tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
a. Pokok pikiran untuk menjelaskan mengapa para pihak sampai pada kesepakatan
untuk membuat kontrak;
b. Pokok pikiran tentang pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam
kontrak;
c. Pokok pikiran tentang transaksi yang hendak dilangsungkan oleh para pihak
dalam kontrak;
d. Pokok pikiran tentang hal-hal yang spesifik sehubungan dengan transaksi yang
hendak dilangsungkan oleh para pihak dalam kontrak; dan
e. Pokok pikiran tentang hal-hal yang bersifat umum sehubungan dengan kontrak
yang akan dilangsungkan oleh para pihak.
Dari kelima hal tersebut diatas sebenarnya pokok-pokok pikiran yang ada mencerminkan
pengaturan untuk (i) latar belakang (premis) dari kontrak, (ii) klausula definisi, (iii)
klausula transaksi, (iv0 klausula spesifik, (v) klausula ketentua umum.
2. Penuangan Pokok Pikiran Kedalam Kalimat Hukum
Adapun proses selanjutnya setelah pokok pikiran diidentifikasi adalah menuangkan
pokok-pokok pikiran tersebut kedalam kalimat hukum. Penuangan ini tidak harus
dilakuakan dalam satu kalimat, tetapi dapat juga dilakuakan dalam beebrapa kalimat.
Beberapa kalimat ini dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian atau apabila dalam
perumusan pasal bisa menjadi ayat-ayat dari pasal tersebut. Atau kemungkinan lain adalh
kalimat-kalimat ini dapat menjadi pasal-pasal yang berdiri sendiri. Semua itu tergantung
dari pembuat kontrak yang penting adalah pemecahan kalimat-kalimat ini bertujuan
untuk memperjelas pokok pikiran.
3. Contoh Pokok Pikiran yang Dituangkan Dalam Kalimat Hukum
3.1 Contoh Pokok Pikiran yang dituangkan dalam bentuk Latar Belakang
Sebuah perusahaan pengembang hendak menjual kaveling kepada konsumennya. Namun
karena konsumen belum melunasi harga jual rumah dan juga pihak pengembang belum
membangun rumah yang dimaksud para pihak sepakat untuk membuat perjanjian
pengikatan jual beli. Hal ini dilakuakn sebelum para pihak membuat akta jual beli
dihadapan notaries. Dalam hal demikian maka latar belakang dari perjanjian pengikatan
jual beli adalah sebagai berikut:

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

A. Bahwa, Pihak Pertama adalah pemilik yang sah dari sebidang kaveling yang
merupakan sebagian dari Proyek Perumahan dari Pihak pertama (sebagaimana
yang akan didefinisikan dalam pasal 1 perjanjian ini) yang dibuktikan dengan
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. ------------.
B. Bahwa, dengan persyaratan Pihak Kedua memenuhi kewajiban-kewajibannya
dalam Perjanjian ini dan perjanjian serta dokumen lain yang mengikat Pihak
Kedua, Pihak Pertama bersedia untuk menjual dan menyerahkan sebagian
dariKaveling kepada Pihak Kedua dan Pihak Kedua bersedia untuk membeli dan
menerima sebagian Kaveling milik Pihak Pertama, sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini.
C. Bahwa, mengingat salah satu persyaratan untuk melaksanakan penjualan dan
penyerahan hak atas Kaveling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Perjanjian
ini belum dipenuhi, maka sementara menunggu dipenuhinya persyaratan tersebut
Para Pihak sepakat untuk membuat dan menandatangani Perjanjian ini.
3.2 Contoh Pokok Pikiran yang dituangkan dalam bentuk Pasal
Banyak perumusan pasal sebenarnya mengadung pokok pikiran tertentu. Misalnya dalam
hukum pidana terdapat pokok pikiran tentang larangan untuk membunuh orang. Larangan
untuk membunuh beserta sangsinya dalam bentuk pasal diformulasikan sebagai berikut:
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun ( KUHP terjemahan Andi Hamzah).
Demikian pula dalam KUHPerdata terdapat pokok pikiran Kebebasan berkontrak
dimana dalam bentuk pasal diformulasikan sebagai berikut:
Semua Persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya (KUHPerdata terjemahan Niniek Suparni).
3.3 Contoh Pokok Pikiran yang dituangkan dalam bentuk Pasal Kontrak Bisnis
Pokok pikiran untuk suatu pengikatan menjual dan membeli tanah maka dapat
diformulasikan dalam bentuk pasal sebagai berikut:
Apabila menurut Pihak Pertama, Pihak Kedua telah memenuhi setiap dan seluruh
kewajiban-kewajibannya sebagaimana dimaksud dan dirinci dalam Perjanjian ini, maka
Pihak Pertama berjanji dan mengikatkan diri untuk menjual dan menyerahkan Kaveling
kepada dan untuk dimiliki oleh Pihak Kedua dan Pihak Kedua berjanji untuk
mengikatkan diri untuk membeli dan menerima penyerahan Kaveling dari Pihak
Pertama dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan dari Perjanjian ini.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Kalimat Hukum


4.1 Penggunaan Kata
Penggunaan kata yang jelas, tegas dan sederhana. Kata kabur sebaiknya dihindari
sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran di kemudian hari.
4.2 Pengguanaan Struktur Kalimat
Struktur kalimat yang digunakan sedapat mungkin dalam bentuk aktif dimana subyek
diletakkan pada awal kalimat.
4.3 Pengguanaan Kata Wajib dan Dapat
Dalam memformulasikan pasal apabila ada kewajiban yang harus dilakukan maka
gunakan kata wajib. Sedangkan apabila ada alternatif tindakan maka gunakan kata
dapat.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

MODUL VII
TUGAS MERUMUSKAN LATAR BELAKANG
DAN
PASAL-PASAL SEBUAH KONTRAK BISNIS

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

1. Kasus Hipotetis
Sebuah perusahaan swasta A (PT.A) mendapatkan proyek dari Departemen Kehutanan
(Dephut) untuk pengadaan gedung salah satu kantor wilayahnya disebuah propinsi (
Gedung Kanwil). Pembiayaan pengadaan gedung dilakuakn dengan cara Build Operate
and Transfer dimana perusahaan A dapat membangun gedung 10 tingkat yang dapat
disewakan kepada pihak ketiga. Adapun masa pengoperasian Gedung Kanwil oleh PT.A
dilakukan untuk jangka waktu 15 tahun. Disamping itu PT.A wajib mengalokasikan 3
lantai untuk kepentingan operasional kantor wilayah Dephut. Sehubungan dengan hal
tersebut dokumen-dokumen yang ada untuk tercapainya kesepakatan pengadaan Gedung
Kanwil adalah sebagai berikut:
a. Pengumuman tender oleh Dephut di surat kabar Kompas tertanggal 2 Juni 1997
untuk pengadaan Gedung Kanwil Dephut;
b. Surat dari Perusahaan A kepada Menteri Kehutanan tertanggal 1 Juli 1997 perihal
Proposal Pengadaan Gedung Kanwil Dephut beserta dokumen tender;
c. Surat dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dephut tertanggal 23 Juli 1997 perihal
pemenang tender dimana Perusahaan A dinyatakan pemenang tender;
d. Memorandum of Understanding yang ditandatangani oleh Dephut dan Perusahaan
Swasta tertanggal 4 Agustus 1997 sehubungan dengan Pengadaan Gedung
Kanwil.
2. Tugas
Berdasarkan hal-hal sebagaimana disebutkan diatas, saudara sebagai pegawai pada
Dephut diminta untuk membuat kontrak bisnis pengadaan Gedung Kanwil yang dimaksud.

Copyright by Hikmahanto Juwana


This paper is protected by the Indonesian copyright law. Should you wish to copy or reproduce
any part of this paper, a prior written approval from the writer shall first be obtained.

Anda mungkin juga menyukai