Lakwari Agthaturi
10.2011.331
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
lakwari.agthaturi@gmail.com
Pendahuluan
Setiap harinya terjadi kasus-kasus kriminal di masyarakat, semua hal tersebut
perlu
ditindak lanjuti, salah satu di antaranya ialah kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur.
Umumnya hal ini diketahui dengan anak mengeluhkan perih atau sakit saat berkemih. Dengan
keluhan ini biasanya orang tua datang membawa anaknya ke dokter. Jika ditemukan hasil positif
bahwa anak tersebut telah disetubuhi, maka semua prosedur-prosedur medis dan hukum kembali
lagi kepada orang tua korban, apakah mereka menyetujui untuk ditindaklanjuti ke jalur hukum
atau tidak (delik aduan).
Kasus:
Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang
seorang laki-laki berusia 45 tahun membawa anak perempuannya yang berusia 14 tahun
menyatakan bahwa anaknya tersebut baru saja pulang dibawa lari oleh teman laki-laki
yang berusia 18 tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila telah terjadi
sesuatu pada diri putrinya, Ia juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak
telah disetubuhi laki-laki tersebut dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan
berbagai hal tentang aspek medikolegal dan hukum kasus anaknya.
Aspek Hukum
Pasal 74 KUHP
1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak
mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia,l atau dalam
waktu sembilan bulan jika Bertempat tinggal di luar Indonesia.
2) Jika yang terkena kejahatan menjadi erhak mengadu pada saat tenggang tersebut dalam
ayat 1 belum habus, maka setelah saat itu pengaduan hanya masih boleh diajukan, selama
sisa yang masih kurang pada tenggang tersebut.1
Pasal 75 KUHP
Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah
pengaduan diajukan.1
Kejahatan terhadap kesusilaan:1
Pasal 284
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa
pasal 27 BW berlaku baginya;
c. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa
yang turut bersalah telah kawin;
d. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
baginya.
2. Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan
bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti
dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.
3. Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
4. Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum
dimulai.
5. Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan
belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja
dan tempat tidur menjadi tetap.
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh
dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.1
Pasal 286
Barang siapa bersetuuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui bahwa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana paling lama
sembilan tahun.1
Pasal 287 KUHP
1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui
atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya
tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum sampai
dua belas tahun atau jika salah satu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294.1
Pasal 289 KUHP
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.1
Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:1
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang pada hal diketahui, bahwa orang
itu pingsan atau tidak berdaya;
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang pada hal diketahui atau
sepatutunya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya
tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin;
3. Barang siapa membujuk seorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa
umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bawha belum mampu
dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawainan dengan orang lain.
Pasal 291 KUHP
1. Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
2. Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, dan 290 itu
mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.1
Pasal 295 KUHP
Diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama 5 tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkanatau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak
tirinya, anak angkatnya,atau anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur, atau
oleh orang yang belum cukupumur yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya
diserahkan kepadanya, atau punoleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur,
dengan orang lain;2: dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan
sengajamenghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul kecuali tersebut ke-1 di atas
yang dilakukanoleh orang yang diketahui belum cukup umurnya atau yang sepatutnya
harus diduga demikian,dengan orang lain.
2. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan itu sebagai pencaharian atau kebiasaan,
maka pidana dapat ditambah sepertiga.1
Pasal 351 KUHP
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun depalapan bulan atau
pidana denda empat ribu lima ratus rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan piana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
Pasal 352 KUHP
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,
diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga
bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau
menjadi bahawannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
4
Prosedur Medikolegal
Pasal 133 KUHAP1
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
Prosedur Hukum
1. Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik
yang berwenang.
2. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau
korban dating sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jagn diperiksa, suruh
korban kembali kepada polisi.
3. Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh
korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
a. Bila dokter telah memeriksa korban yang datag dirumah sakit, atau ditempat praktek
atas inisiatif sendiri, bukan atas pemintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi
mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum, maka ia harus menolak, kerana
segala sesuatu yang diketahui oleh dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan
dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan
itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak
bersalah. Dalam keadaan demikian umumnya anak tidak mau diperiksa. Sebaliknya orang
tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.
Pemeriksaan Medis
Informed Consent
Pada pelaksanaan pemeriksaan kasus ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepa ayah
korban dan atau korban sendiri atas tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban.
Sebelumnya yang perlu diingat adalah menanyakan kepada ayah korban apa maksud dari tujuan
pemeriksaan yang ingin dilakukan. Selain itu penting untuk meminta ijin tertulis dari korban
sendiri, atau jika korban adalah seorang anak, dapat diminta dari orangtua atau walinya.
Anamnesis
Anamnesis umum
1.
2.
3.
4.
Identitas pasien seperti nama, umur, tanggal lahir dan tempat lahir, status perkawinan, dll
Siklus haid
Penyakit lain terutama penyakit kandungan dan penyakit kelamin
Riwayat persetubuhan meliputi pernah bersetubuh atau tidak, persetubuhan yang terakhir
dan apakah menggunakan kondom.
Anamnesis khusus
1. Waktu kejadian : tanggal dan jam apabila selang waktu kejadian and waktu pelaporan
2.
3.
4.
5.
beberapa hari/minggu, dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan.
Ditanyakan tempat kejadian : sebagai petunjuk pencarian trace evidence.
Ditanyakan apakah korban melawan.
Ditanyakan apakah korban pingsan
Ditanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian korban
mencuci, mandi dan mengganti pakaian.
Pemeriksaan pakaian
9
Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan
atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani,
lumpur dan sebagainya yang berasal dari tempat kejadian. Catat apakah pakaian dalam
keadaan rapi atau tidak, benda-benda yang melekat dan pakaian yang mengandung trace
2.
3.
Untuk mengetahui serta memastikan umur korban yang sesungguhnya, dapat dilakukan
pemeriksaan ciri-ciri seks sekunder. Sebagai dokter, perlu menyimpulkan apakah wajah dan
bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannnya. Keadaan perkembangan payudara
dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu diterangkan. Ditentukan pula, meski bukan merupakan
ciri-ciri seks, namun dapat mengidentifikasi usia korban, yaitu apakah gigi geraham belakang ke-2
(molar ke-2) sudah tumbuh (terjadi pada umur kira-kira 12 tahun, sedangkan molar ke-3 akan
muncul pada usia 17-21 tahun atau lebih).
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir
kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 8-14
tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun. Pada saat ini terjadi pertumbuhan badan yang
cepat, timbulanya cici- kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Pada saat ini pula
ovarium dalam bekerja dibawah pengaruh hipopise yang mengeluarkan FSH, LH.,LTH . Hipopise
sendiri dipengaruhi hipotalamus yang mengeluarkan Releasing Faktor. Dengan pengaruh hormonhormon ini maka folikel-folikel dalam ovarium berkembang. Tidak seluruh folikel berkembang
menjadi matang- yang matang hanya beberapa- tetapi folikel-folikel ini dapat menghasilkan
esterogen. Folikel yang tidak menjadi matang akan atresia. Pada saat bersamaan kortek adrenalin
membuat hormone androgen yang memegang peranan pada pertumbuhan badan.dan berpengaruh
pula pada perkembangan pubis serta clitoris. Pengaruh kecepatan pertuimbuhan badan wanita
didominasi oleh esterogen. Esterogen ini pula yang menyebabkan penutupan garis epipise,
sehingga peertumbuhan badan terhenti. Pengeruh esterogen ini pula yang menyebabkan
perkembang alat reproduksi dan alat kelamin sekunder lain sehingga mencapai bentuk seperti
orang dewasa normal dan siap untuk melanjutkan fungsi reproduksinya. Pada masa ini pula
perkembangan emosi dari alam egosentrik kealam pikiran yang lebih matang.3,5
Tanda-tanda Kekerasan
Pada tubuh korban, perhatikan apakah terdapat tanda-tanda bekas kekerasan. Dilihat juga
jenis kekerasannya apakah merupakan kekerasan tumpul, kekerasan benda setengah tajam atau
kekerasan tajam. Luka akibat kekerasan tumpul antara lain, memar atau luka lecet, pergelangan
tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang. Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas
kekerasan, seperti hiperemi, edema, memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina apakah
hipermi atau edema. Ditemukannya luka pada setiap bagian tubuh korban perlu tindakan yang
sangat hati-hati, karena jejas/luka tersebut menjadi barang bukti yang penting untuk identifikasi.
Sehingga harus dilakukan pemotretan/ dokumentasi pada setiap luka yang ada di tubuh korban.
11
1.
Bite Mark
Jejas-gigit atau bite mark merupakan luka lecet tekan atau hematoma berbentuk garis
lengkung terputus-putus. Pada luka tersebut dilakukan pengukuran, pemotretan berskala
dan swab air liur (untuk penentuan golongan darah pelaku). Cetakan gigi tersangka perlu
dibuat untuk digunakan pada perbandingan. Pada korban hidup, luka gigitan umumnya
masih baik bentuk dan ukurannya sampai 3 jam pascatrauma, setelah itu dapat berubah
dengan menggunakan aplikator ujung kapas untuk mengumpulkan bukti ini. Swab untuk
control juga perlu dilakukan dan diambil dari bagian tubuh lain dari korban untuk
membandingkan.3,6
5. Pemeriksaan Trace Evidence
Pada pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa. Bila fasilitas untuk
pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium forensik di kepolian atau bagian ilmu
kedokteran Forensik, dibungkus, segel serta membuat berita acara pembungkusan dan
penyegelan.2,3
Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian
a. Secara visual
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya. Bercak
yang sudah agak tua berwarna kekuningan.
-
Pada bahan sutera/nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada
sekitarnya.
Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan mengkilat
dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna
kuning sampai coklat.
Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi kelabu yang
berangsur-angsur menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan
objek dan uraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan kaca
penutup dan balsem Kanada. Periksa dengan mikroskop pembesaran 400 x.
Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah
dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut benang.
Interpretasi Hasil
Dari hasil yang didapat, dapat ditemukan adanya luka berupa memar berukuran 5 cm x 4
cm pada paha kiri korban. Hal ini, merupakan tanda adanya kekerasan yang dilakukan tersangka
kepada korban. Pada pemeriksaan vagina ditemukan robekan lama hymen pada arah jam 6 dan
pada pemeriksaan swab vagina tidak adanya spermatozoa. Pada pemeriksaan uji warna Baecchi,
ditemukan juga adanya spermatozoa pada serat benang pakaian. Hal ini menandakan adanya
proses persetubuhan.
Dalam kasus ini, jika dari pihak orang tua anak tersebut tidak mau melanjutkan perkara ke
pihak yang berwajib, maka hasil temuan dan pemeriksaan hanya akan keluar dalam bentuk surat
keterangan pemeriksaan medis (Rekam medis). Tetapi jika dari pihak korban setuju akan
dilanjutkan ke jalur hokum, maka hasil pemeriksaan akan keluar dalam bentuk Visum et
Repertrum (VeRP).
Aspek Psikososial
1. Dampak Psikologi
Upaya korban untuk menghilangkan pengalaman buruk dari alam bawah sadar mereka
sering tidak berhasil. Selain kemungkinan untuk terserang depresi, fobia, dan mimpi
buruk, korban juga dapat menaruh kecurigaan terhadap orang lain dalam waktu yang
cukup lama. Ada pula yang merasa terbatasi di dalam berhubungan dengan orang lain.
Bagi korban perkosaan anak-anak yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat,
ada kemungkinan akan merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh diri.
Anak yang merupakan korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska
perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres
jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti
kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres
jangka panjang merupakan gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu
trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa percaya diri, konsep diri yang negatif,
15
menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat
berlebihan.
Di saat seperti ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun kembali mental
anak yang terpuruk. Jika anak tidak menginginkan aktivitas seksual tersebut, maka
perilaku anak dapat berubah total, misalnya menjadi lebih pendiam, sering melamun, takut
untuk bertemu dengan orang dewasa, dan sering bermimpi buruk pada malam hari. Orang
tua harus membujuk sang anak, dan dapat mengatakan bahwa tekanan yang diberikan oleh
pelaku bukanlah sebuah hal yang buruk, sehingga anak mau menceritakan masalahnya.
Hal yang terbaik untuk menghindarkan anak dari pelaku kejahatan susila adalah dengan
memberikan nasihat yang pas dan mudah dimengerti oleh anak tersebut sesuai dengan
usianya. Untuk anak seperti pada kasus diatas, karena usianya membuat sang anak sudah
mulai dapat diajak berdiskusi, orang tua tidak perlu menutupi apa itu hubungan seksual,
dan sudah dapat memberitahu akibat dari perkosaan, penyakit akibat hubungan kelamin,
dan kehamilan yang tidak diinginkan karena mencoba-coba melakukan hubungan seksual
dengan pasangan.9
2. Dampak Sosial
Korban perkosaan berpotensi untuk mengalami trauma yang cukup parah karena peristiwa
perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang membuat shock bagi korban. Goncangan
kejiwaan dapat dialami pada saat perkosaan maupun sesudahnya. Goncangan kejiwaan
dapat disertai dengan reaksi-reaksi fisik. Korban perkosaan dapat menjadi murung,
menangis, mengucilkan diri, menyesali diri, merasa takut, dan sebagainya. Trauma yang
dialami oleh korban perkosaan ini tidak sama antara satu korban dengan korban yang lain.
Hal tersebut disebabkan oleh bermacam-macam hal seperti pengalaman hidup mereka,
tingkat religiusitas yang berbeda, perlakuan saat perkosaan, situasi saat perkosaan, maupun
hubungan antara pelaku dengan korban.
Situasi dalam masyarakat seringkali dapat memperburuk trauma yang dialami oleh korban.
Hal tersebut terjadi banyak pada korban perkosaan dibawah umur. Terjadi stigma bahwa
anak tersebut sudah menjadi hina sehingga orang-orang disekitarnya menjauhi dia
terutama teman-temannya. Media massa juga memiliki pengaruh terhadap keadaan yang
dirasakan oleh korban. Pada kasus-kasus perkosaan, media massa memiliki peranan dalam
membentuk opini masyarakat tentang korban perkosaan.9
pendapat
kepada
pemerintah
dalam
rangka
17
a. Menjadi resource center tentang hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia dan
kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran HAM.
b. Menjadi negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan
komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada kepentingan
korban.
c. Menjadi inisiator perubahan serta perumusan kebijakan.
d. Menjadi pemantau dan pelapor tentang pelanggaran Ham berbasis jender dan
pemenuhan hak korban.
e. Menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional
dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan
dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
VISUM et REPERTUM
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Lakwari Agthaturi, dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Jakarta Barat No.
Pol.: B/154/VR/IX/11/Serse tertanggal tujuh januari tahun dua ribu lima belas, maka pada tanggal
delapan januari tahun dua ribu lima belas, pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit waktu
Indonesia Barat telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor rekam medis nol
satu nol lima tiga sembilan empat satu yang berdasarkan surat tersebut -------------------------------18
Nama
: Pelajar --------------------------------------------------------------------------
Alamat
Kesimpulan
Dari kasus yang ada, ditemukan tanda-tanda persetubuhan terhadap anak dibawah umur.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya tanda-tanda seperti robekan lama pada selaput dara disertai
erosi dan peradangan jaringan vulva pada sisi kanan. Juga ditemukan tanda-tanda kekerasan,
adanya memar bewarna merah kebiruan di paha kiri sisi bagian dalam. Maka disimpulkan anak ini
disetubuhi secara paksa. Dalam kasus kejahatan susila, perlu diketahui apakah merupakan
kejahatan berupa persetubuhan, pencabulan maupun pelecehan seksual. Usia korban merupakan
hal penting perlu diperhatikan karena mengacu pada hukum yang menindak lanjuti kejahatan
susila tersebut. Tanda-tanda kekerasan maupun persetubuhan yang ditemukan haruslah nyata
untuk dapat melukai korban baik dari segi fisik maupun psikisnya. Waktu terjadinya kejadian
menjadi informasi penting dalam melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang kemudian dapat
menjadi alat bukti yang sah.
20
Daftar Pustaka
1. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta: Departemen Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994.
2. Sampurna B, Suswadja TD. Kejahatan Seksual. Modul Emergency Medicine Blok 30.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta. 2010.
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Hertian S, Sampurna B, et al.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Departemen Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
4. Satyo A.C. Rambut Sebagai Alat Identifikasi. Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3550/3/fk-alfred2.pdf.txt,
12 Desember 2013.
5. Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kandungan. Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2009.
6. Flynn, KS. Bite Mark Analysis. 2009. Diunduh dari:
http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-evidence/impression-evidence/61-bitemark-analysis, 8 Januari 2015.
7. Anonym. Man Convicted on Erroneous Bite Mark Identification Evidence Finally Free
Served 10 Years for Crime He Didnt Commit. Diunduh dari:
http://www.forensic-evidence.com/site/ID/bitemark_ID.html, 8 Januari 2015.
8. Anonym. Issues in Human and Animal Bite Mark Analysis. 2009. Diunduh dari:
http://www.forensic.to/webhome/bitemarks/, 8 Januari 2015.
9. Dampak sosial dan psikologis kasus perkosaan. Diunduh dari:
http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/JURNAL-DampakSosial-Psikologis-Perkosaan.pdf.,
Januari 2015
10. KOMNAS anak. Diunduh dari:
http://www.komnasperempuan.or.id/, 8 Januari 2015.
11. KOMNAS perempuan. Diunduh dari:
http://www.komnasperempuan.or.id/about/profil/, 8 Januari 2015.
21