Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH RETIKULOSIT

Hari, Tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014


Rabu, 29 Oktober 2014
Pertemuan

I.

: IV

TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Untuk mengetahui jumlah retikulosit dalam darah.
b. Untuk mengetahui metode perhitungan jumlah retikulosit dalam darah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami perhitungan jumlah retikulosit metode
supravital.
b. Untuk dapat melaksanakan perhitungan jumlah retikulosit dengan metode
supravital.
c. Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan jumlah retikulosit
dalam darah.
II.
METODE
Hitung retikulosit umumnya menggunakan metode pewarnaan supravital.
Sampel darah dicampur dengan larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB) atau New
Methylene Blue, maka ribosom akan terlihat sebagai filamen berwarna biru.
Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %, jadi
hasilnya dibagi 10.
III.
PRINSIP
Retikulosit dalam darah diwarnai dengan cara supravital, kemudian jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah eritrosit dan dinyatakan dalam % atau promil.

IV.
DASAR TEORI
Darah merupakan gabungan cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel,
yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena yang mengirimkan oksigen dan zatzat gizi kejaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit dibuat didalam sumsung tulang.
Didalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut

sel stem. Kecepatan pembentukan sel darah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Jika kandungan oksigen dalam jaringan tubuh atau sel darah merah
berkurang, ginjal akan menghasilkan dan melepaskan eritroprotein (hormon yang
merangsang) sumsum tulang untuk membentuk lebih banyak sel darah merah.
Adanya kelainan darah dapat mendeteksi gangguan atau penyakit dalam
tubuh, inilah yang menyebabkan perlunya kita melakukan pemeriksaan
hematologi untuk mendeteksi kelainan dalam darah. Pemeriksaan hematologi
adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaaan darah dan
komponen-komponennya.
Pemeriksaan hematologi bertujuan:
1. Mendeteksi kelaianan hematologi (anemia dan leukimia) dimana diduga
adanya kelainan jumlah dan fungsi dari sel-sel darah.
2. Membantu mendiagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan atau
penurunan jumlah leukosit serta hitung jenisnya.
3. Mengetahui kelainan sistemik pada hati dan ginjal yang dapat mempengaruhi
sel darah bolak balik baik bentuk maupun fungsinya.
4. Mendeteksi penyakit pendarahan yang menunjukakan kelainan faal
hemostatis.
Salah satu pemeriksaan hematologi yang sering dilakukan adalah pemeriksaan
hitung jumlah retikulosit. Pemeriksaan hitung jumlah retikulosit merupakan salah
satu pemeriksaan darah rutin yang sering dilakukan. Retikulosit merupakan sel
darah merah yang muda (percursor sel darah merah) yang terdapat pada sumsum
tulangdan sebagian kecil dapat masuk ke sirkulasi darah perifer, masih
mengandung inti dan serat retikulum (residual DNA). Retikulosit adalah eritrosit
muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosom
dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahuluannya.
Hitung jumlah retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan
digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi
menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit
didarah tepi menggambarkan eritropoesis akselerasi prosuksi eritrosit dalam
sumsum tulang. Eritropoesis merupakan tahapan atau proses terbentuknya
eritrosit (sel darah merah), tahapan tersebut anatara lain:
1. Rublibast
Disebut juga pronoblas atau proeritrosit, merupakan sel termuda dalam sel
eritrosit. Dalam keadaan normal jumlah rublibast dalam sumsum tulang
adalah kurang dari 1% dari jumlah sel berinti.
2. Prolublisit

Disebut juga normoblast basofilik atau eritrosit basofilik, ukurannya lebih


kecil dari rubliblast dengan jumlah keadaan normal 1-4% dari seluruh sel
berinti.
3. Rubrisit
Disebut juga normoblast polikromatik atau eritrosit polikromatik. Jumlah sel
ini dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20%.
4. Metarublisit
Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritrosit ortokromatik.
Jumlah dalam keadaan normal adalah 5-10%.
5. Retikulosit
Tahap retikulosit ini disebut sebagai tahap maturasi akhir, dimana eritrosit
muda selain mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen
mitokondria dan organel lainnya. Stadium ini disebut retikulosit atau eritrosit
polikrom. Retikulosit akan beredar disumsum tulang selama 1-2 hari,
kemudian tumbuh menjadi eritrosit matang selama 120 hari.
6. Eritrosit
Eritrosit normal merupakan sel yang berbentuk cakram bikonkaf / dengan
ukuran 7-8 m dan tebal 1,5-2,5 m.
Retikulosit merupakan eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung
sejumlah besar sisa-sisa metabolisme ribosom dan RNA yang berasal dari sisa
inti dari bentuk penuh pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan
untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti briliiant cresyl blu atau new
methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang
berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan sel yang masih hidup
dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital. Retikulosit
yang paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosom terbanyak,
sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosom.
Pemeriksaan retikulosit sangat penting dan perlu dilakukan, bukan
sekedar hanya untuk mengetahui apakah seseorang terindikasi anemia atau
tidak tetapi dapat juga untuk mengindikasikan hal lainnya, diantaranya:
1. Penurunan kadar Hb >15g/dl tanpa diketahui penyebabnya
2. Memebedakan anemia hiper-regeneratif atau hifo regeneratif
3. Neonatus dengan anemia
4. Monitor perkembangan bayi prematur
5. Monitor keadaan mielopsis sumsum tulang
6. Monitor pengobatan obat hemolitik pada anemia
7. Tersangka anemia hemolitik
V.

NILAI RUJUKAN
Dewasa
: 0,5-1,5%
Bayi baru lahir
: 2,5-6,5%

Bayi
Anak

:0,5-3,5%
:0,5-2,0%

VI.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat:
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Tabung reaksi kecil
4. Pipet pasteur
5. Mikroskop
b. Bahan:
Sampel darah dengan anikoagulan EDTA

VII.

CARA KERJA
GAMBAR

KETERANGAN
Dipipet 2 tetes reagen Brilliant
Crecyl Blue (BCB) dengan
pipet tetes, dimasukkan pada
tabung reaksi

Dipipet 2 tetes darah dengan


antikoagulan EDTA,di
masukkan pada larutan BCB
tadi.

Reagen BCB dan sampel


darah kemudian
dihomogenkan, supaya
tercampur sempurna

Dari larutan tadi diambil 1


tetes, kemudian ditetseskan
pada objek glass

Sampel kemudian ditutup


dengan cover glass. Preparat
kemudian diperiksa dibawah
mikroskop pembesaran 10x
dan 40x

VIII.

HASIL PENGAMATAN
Gambar retikulosit dibawah
mikroskop

Lapang pandang pertama


ditemukan 3 retikulosit dalam
531 eritrosit

Lapang pandang kedua


ditemukan 3 retikulosit dalam
390 eritrosit

Data Pasien:
Nama
Umur
Jenis kelamin
Waktu pengambilan sampel
Jenis sampel

: Ni Luh Nyoman Sri Kasihani


: 19 tahun
: perempuan
: 29 Oktober 2014
: darah vena dengan antikoagulan EDTA

Tabel Hitung Retikulosit


Lapang Pandang
I
II
Jumlah

Retikulosit
3
3
6

Eritrosit
531
390
921

Perhitungan:
Dik
: Jumlah retikulosit = 6
Jumlah eritrosit
= 921
Dit
: % retikulosit
=...?
jumala h retikulosit
retikulosit =
x 100
Jawab
:
jumla h eritrosit
=

6
x 100
921

=0,65147%
IX.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan menghitung jumlah retikulosit.
Menghitung retikulosit dalam darah merupakan salah satu pemeriksaan
hematologi yang bertujuan untuk untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya

retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat.


Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi
eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, menghitung retikulosit yang rendah
terus-menerus dapat mengindikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang atau
anemia aplastik.
Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak berinti dan di dalam
sitoplasmanya terdapat sisa ribosom dan RNA yang dengan pewarnaan supravital
akan tampak sebagai filamen atau granula berwarna. Ribosome mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl blue
atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang
berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih
hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital.
Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome terbanyak,
sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosome.
Prinsip menghitung retikulosit adalah retikulosit dalam darah diwarna dengan
cara supravital Sampel darah dicampur dengan larutan brilliant cresyl blue (BCB)
atau new methylene blue maka ribosome akan terlihat sebagai filamen berwarna
biru. Jumlahnya dibandingkan dengan jumlah retikulosit .

Jumlah retikulosit

dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam % atau promil, jadi hasilnya
dibagi 10.
Pada praktikum menghitung retikulosit ini membuat sediaan basah dan
sediaan kering. Pembuatan sediaan basah dan sediaan kering ini dilakukan dengan
cara mencampurkan darah dengan larutan pewarna BCB dengan perbandingan
1:2. Pada saat pencampuran darah dengan BCB tersebut lebih baik larutan BCB
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tabung reaksi kecil lalu baru ditambahkan
darah dibandingkan darah dimasukkan terlebih dahulu lalu baru ditambahkan
BCB karena hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi pada pipet tetes yang
digunakan apabila tidak hati-hati dalam meneteskan BCB ke dalam tabung yang
telah berisi darah tersebut. Setelah darah dengan antikoagulan EDTA dicampur
dengan BCB dikocok agar homogen kemudian ditunggu selama 15 menit
tujuannya agar zat warna BCB terserap baik dalam darah sehingga warna dari
retikulosit dalam darah terlihat dengan jelas. Selanjutnya dibuat sediaan basah
dengan meneteskan satu tetes campuran tersebut diatas objek glass kemudian
ditutup dengan cover glass. Pembuatan sediaan basah ini harus setipis mungkin
agar mudah mengamati retikulosit apabila sediaan yang dibuat terlalu tebal dapat

digunakan tissue dan diletakkan di sekeliling cover glass. Ini bertujuan untuk
menghisap campuran tersebut sehingga sediaan menjadi lebih tipis dari yang
sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sediaan kering dengan cara
meneteskan satu tetes campuran tersebut diatas objek glass kemudian dibuat
hapusan, hapusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal dan terlalu tipis. Setelah
sediaan siap lalu dihitung dibawah mikroskop dengan metode vertikal atau
horizontal seperti ular. Dibaca jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit atau
mendekati 1000 ertrosit.

Nilai normal retikulosit

= 0,5 1,5 % atau 5 -15 0/00

Nilai normal jumlah mutlak retikulosit

= 25.000 75.000 /ul

Pada praktikum dilakukan perhitungan retikulosit pada pasien atas nama Ni


Luh Nyoman Sri Kasihani, perempuan, 19 tahun. Berdasarakan dari hasil perhitungan
retikulosit didapat kadar retikulosit pada pasien yaitu 0,65147 %. Kadar retikulosit ini
termasuk normal karena masih berada dalam kisaran 0,5-1,5 % untuk perempuan
dibawah umur 50 tahun.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu:
1. Bila hematokritnya rendah, maka perlu ditambahkan darah
2. Cat yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel eritrosit sehingga
terlihat seperti eirtrosit
3. Menghitung didaerah yang terlalu tebal atau padat
4. Peningkatan kadar glukosa akan mengurangi pewarnaan
5. Semakin tinggi kadar zat warna yang digunakan maka semakin baik retikulosit
akan terlihat, yaitu lebih besar dan tidak pecah-pecah
6. Larutan pewarna yang digunakan untuk mewarnai harus mengandung logam
X.
Kesimpulan
1. Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak berinti dan di dalam sitoplasmanya
terdapat sisa ribosom dan RNA yang dengan pewarnaan supravital akan tampak
sebagai filamen atau granula berwarna.
2. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi
eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, menghitung retikulosit yang rendah
terus-menerus dapat mengindikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang atau
anemia aplastik.
3. Pada praktikum menghitung retikulosit ini, dibuat sediaan basah dan sediaan

kering menggunakan metode pewarnaan supravital dengan cara mencampurkan

darah dengan larutan pewarna BCB (brilliant cresyl blue) atau NMB (new
methylene blue) dengan perbandingan 1:2 ditunggu 15 menit dibuat sediaan
diamati dibawah mikroskop dibaca jumlah eritrosit dalam jumlah 1000
eritrosit atau yang mendekati 1000 eritrosit.
4. Pada praktikum dilakukan perhitungan retikulosit pada pasien atas nama Ni Luh
Nyoman Sri Kasihani, perempuan, 19 tahun. Berdasarakan dari hasil perhitungan
retikulosit didapat kadar retikulosit pada pasien yaitu 0,65147 %. Kadar retikulosit
ini termasuk normal karena masih berada dalam kisaran 0,5-1,5 % untuk
perempuan dibawah umur 50 tahun
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Peje, Puji. 2012. Hitung Retikulosit. Online.
http://pujipeje.blogspot.com/2012/05/retikulosit-adalah-muda-yang. html
Diakses pada tanggal 1 November 2014
Reivi, Rany.2012. Retikulosit. Online.
http://reivi.blogspot.com/2013/05/analis-retikulosit. html
Diakses pada tanggal 1 November 2014
Sulistiani, Evi. 2013. Pemeriksaan Retikulosit. Online.
http://evisulistiani.blogspot.com/2013/04/pemeriksaan-retikulosit. html
Diakses pada tanggal 1 November 2014
Gandasoebrata,1969. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Olam Rakyat Jones.
1995. Catatan Kuliah Hematologi

Denpasar, 5 November 2014

(a.n kelompok 1A)


LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Rini Riowati, Bsc

I Ketut Adi Santika, A.Md. AK

Pembimbing III

Pembimbing IV

Luh Putu Rinawati, A.Md.AK

Ni Made Sri Dwijastuti, A.Md.AK

Anda mungkin juga menyukai