OLEH:
ANGGA SRI ADHITYA WISHNU/04
EVY ARISKA NOVELIA/07
WAHYU BAGUS NUR CAHYO/23
YANSENTLEY YUDHISTIRA/24
KELAS 8D
SEKOLAH TINGGI AKUTANSI
NEGARA
PROGRAM DIPLOMA IV
PENERAPAN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN:
STUDI KASUS PT GARUDA
INDONESIA,TBK
STUDI KASUS:
1. GARUDA DIMINTA BERBENAH DAN MENAMBAH AWAK PESAWAT
SENIN, 22 NOVEMBER 2010 | 10:49 WIB
Garuda Diminta Berbenah dan Menambah Awak Pesawat
diimbangi
dengan
Garuda, Stephanus
Masalah itu, kata dia, disebabkan tidak sinkronnya data pada transisi sistem
lama ke sistem baru sehingga tak terintegrasi. Terdapat perbedaan data
yang berakibat pada keterlambatan penerbangan.
Stephanus mengatakan data seluruh awak harus dimonitor dengan teliti.
Sehingga, manajemen mengetahui awak yang tengah terbang maupun lepas
tugas.
Saat ini, manajemen tak mengetahui persis data keberadaan awak Garuda
secara detail. Selain itu, awak pesawat harus diberi waktu istirahat setelah
bertugas. "Jangan dadakan ditugaskan. Itu melanggar undang-undang dan
membahayakan keselamatan penerbangan," ujarnya
Menurut dia, Garuda saat ini memiliki jumlah pesawat yang berlebih.
Mestinya, sejak tiga tahun lalu Garuda menambah jumlah awaknya.
Penambahan rute penerbangan pun berakibat kekacauan jadwal. "Dalam
keadaan normal, penambahan rute menyebabkan kekacauan. Ditutupnya
operasi Bandara Adisutjipto Jogjakarta sebenarnya membantu kelancaran
operasi Garuda," katanya. (KURNIASIH BUDI)
OVERVIEW PERUSAHAAN
1. SEJARAH PENDIRIAN
Nama Garuda diberikan oleh Presiden Soekarno di mana nama
tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada
masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels
uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, Saya Garuda, burung
Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan
pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor RI
001 yang bernama Indonesian Airways. Di tahun yang sama, pada 28
Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai PK-DPD
dengan logo Garuda Indonesian Airways terbang dari Jakarta ke
Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan
pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar
sebagai Perusahaan Negara. Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia
melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya.
Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program
pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus
mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda
Indonesia Training Center (GITC). Perusahaan ini juga membangun sebuah
Pusat Pemeliharaan Pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di awal era 90-an, Garuda Indonesia mengembangkan strategi jangka
panjang yang diaplikasikan hingga tahun 2000. Perusahaan ini terus
mengembangkan armadanya dan Garuda Indonesia pun masuk dalam
jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di samping inisiatif di pengembangan bisnis, tim manajemen baru
mengelola perusahaan ini pada awal 2005, dan rencana-rencana baru
diformulasikan untuk masa depan Garuda Indonesia. Manajemen baru
Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang yang komprehensif dan
restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini. Tujuannya adalah
meningkatkan efisiensi operasional, mendapatkan stabilitias keuangan
yang melibatkan usaha-usaha di restrukturisasi utang termasuk kewajiban
penyewaan (leasing liabilities) dari European Export Credit Agency (ECA),
peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya pelayanan
bagi para penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali
dan merevitalisasi semangat Garuda Indonesia.
Kesuksesan program restrukturisasi utang dalam perusahaan ini
membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan sahamnya ke
publik (go public) pad bulan Februari 2011.
Sistem Pengendalian Manajemen PT Garuda Indonesia, Tbk.
STRATEGI PERUSAHAAN
Sebagai upaya berbenah, PT Garuda Indonesia menerapkan pembaruan strategi
pada tahun 2011 guna melakukan transformasi dan restrukturisasi dalam
manajemen perusahaan. Strategi yang diusung perusahaan adalah Quantum Leap
yang akan diterapkan pada tahun 2011-2015. Dengan program lompatan besar
yang merupakan rencana jangka panjang Garuda selama 5 tahun, Garuda ingin
menjadi maskapai dengan predikat bintang lima yang sejajar dengan maskapai
pesaing-pesaingnya.
Guna mempermudah pemahaman sekaligus pencapaiannya, telah ditetapkan
Milestones untuk program Quantum Leap yang menunjukkan pertumbuhan setiap
tahunnya secara terus menerus dan secara lengkap dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Guna mencapai Milestones sampai tahun 2015 seperti digambarkan diatas, Garuda
Indonesia telah menetapkan tujuh pendorong pertumbuhan utama yang penjelasan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Domestic.
Garuda mencanangkan untuk terus tumbuh dan mendominasi pasar full services
carrier diIndonesia. Saat ini Garuda merupakan satu-satunya maskapai
penerbangan kelas premium domestik. Segmen ini setiap tahun mengalami
pertumbuhan sebesar 5-7%.
2. International.
Perusahaan
akan
kembali
memperkuat
pasar
internasional
dengan
merestrukturisasi rute. Restrukturisasi yang paling signifikan dilakukan dengan
menerapkan penerbangan langsung Dalam waktu dekat garuda akan membuka
rute Hongkong, Shanghai, dan Beijing serta beberapa kota di Eropa dan Amerika
Serikat yang direncanakan dapat terealisasi pada tahun 2012-2014. Potensi ini
diperkuat dengan bergabungnya Garuda ke aliansi global SkyTeam.
3. LCC. Perusahaan akan mengisi pasar Low Cost Carrier melalui Citilink.
Perusahaan akan terus mengembangkan Citilink sehingga bisa mandiri dan
menguntungkan.
4. Fleet.
Garuda akan melakukan pengembangan armada berdasarkan pertumbuhan dan
potensi pasarnya, sekaligus meremajakan dan menyederhanakan tipe pesawat
terbang yang digunakan serta modernisasi armada, dimana perusahaan akan
mempercepat masuknya pesawatpesawat baru dan mengeluarkan yang tua
dengan tujuan peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar dan biaya perawatan.
5. Brand.
Perusahaan akan memperkuat brand Garuda Indonesia, serta terus meningkatkan
kualitas produk dan pelayanan melalui konsep Garuda Indonesia Experience.
Ditambah lagi dengan terobosan menjadi maspakai pertama dan merupakan satusatunya layanan di dunia. Dengan pelayanan immigration on board.
6. Cost Discipline.
Garuda akan fokus kepada upaya efisiensi biaya secara terus menerus sehingga
keseluruhan biaya yang terjadi, berada pada tingkat yang lebih kompetitif
dibandingkan maskapai-maskapai lainnya.
7. Human Capital.
Garuda akan terus berupaya untuk memiliki jumlah dan kualitas sumber daya
manusia yang tepat, semakin memahami budaya Fly-Hi serta menghargai setiap
karyawannya. Garuda juga akan terus melaksanakan pengembangan human
capital sebagai resources yang akan menentukan keberhasilan Quantum Leap
Perusahaan ke depan.
Result
Control:
dengan
menerapkan
akuntabilitas
hasil
atau
pertanggungjawaban pada hasil kerja karyawan dengan memberikan
reward dan punishment.
Action
Control:
dengan
menerapkan
preaction
review
,action
accountability, serta redundancy. (akan dijelaskan pada bab berikutnya)
Personel/Cultural Control: dengan menerapkan selection and placement,
training, provision or necessary resouces, creation of a strong
Organizational Culture, dan Group Based Reward.
1. PERSONEL/CULTURAL CONTROL
Pengendalian terhadap karyawan atau People Control dilakukan perusahaan
untuk menjamin bahwa pegawai:
a. Akan mengendalikan perilaku mereka sendiri (Personel control)
Personnel controls adalah pengendalian yang berisi segala tindakan yang
dilakukan oleh para manajer untuk menjadikan para pegawainya
melaksanakan tugas secara sendiri dengan memuaskan, karena para
pegawainya melaksanakan tugasnya dengan jujur, bekerja keras dan
memiliki pengalaman.
Implementasi dari personnel controls ini dapat dilakukan melalui 3
metode:
(1)
(2)
(3)
yang sangat kuat terhadap individu yang menyimpang dari norma dan
nilai kelompok. Para manajer dapat berupaya untuk menciptakan dan
mengarahkan budaya organisasi (organizational cultures) melalui
berbagai cara, antara lain:
(1)Codes of conduct. Banyak perusahaan yang mengarahkan budaya
organisasinya melalui apa yang disebut dengan codes of conduct,
codes of ethics, corporate credos, atau statement of mission, vision,
atau management philosophy.
(2)Group-based rewards. Pemberian rewads didasarkan kepada
pencapaian kolektif juga mendorong cultural controls. Perencanaan
rewards berdasarkan pencapaian kolektif ini bisa dalam berbagai
bentuk seperti bonus, profit-sharing yang menyediakan kompensasi
berdasarkan kinerja perusahaan atau divisi.
(3)Intraorganizational transfers. Pemindahan (transfer) cenderung
untuk memperbaiki pergaulan di dalam organisasi, dan dengan
demikian, dapat mencegah ketidaksesuaian perspektif dan tujuan
(4)Physical and social arrangements. Pengaturan-pengaturan fisik
seperti office plans, architecture, dan interior decor, serta
pengaturan-pengaturan yang bersifa sosial seperti seragam,
perbandaharaan bahasa, dapat juga mengarahkan budaya
organisasi. Beberapa organisasi seperti technology firms in silicon
valley, telah menciptakan budaya informal, dengan cara
pengaturan ruang kantor terbuka dan seragam dalam bentuk
casual, yang memberikan pesan tentang pentingnya inovasi dan
persamaan hak pegawai.
(5)Tone at the top. Akhirnya, para manajer dapat mengarahkan
budaya melalui pengaturan tone at the top.
Untuk menganalisis pengendalian personil/budaya tak dapat
dilepaskan pada manajemen sumber daya manusia pada perusahaan.
Dalam artikel lain disebutkan, bahwa PT Garuda Indonesia
meningkatkan performa perusahaannya dengan mengelola sumber
daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia di PT Garuda
Indonesia dianggap berhasil menciptkan peningkatan pelayanan dan
performa keuangan di perusahaan.
Dalam Laporan Tahunan (Annual Report) Garuda Indonesia tahun 2012,
kunci peningkatan performa perusahaan pada tahun 2012 sebagai The
Artinya
efficient &
effective
Loyality
2. ACTION CONTROL
Action control, yakni menyangkut jaminan bahwa para pegawai
melaksanakan (atau tidak melaksanakan) tindakan tertentu untuk manfaat
(atau membahayakan) organisasi. Implementasi Action controls
a. Behavioral constraints:
Behavioral constraints merupakan bentuk negatif dari action control.
Behavioral controls dimaksudkan agar sesuatu menjadi tidak mungkin,
atau lebih sulit bagi pegawai untuk melakukan sesuatu yang tidak boleh
dilakukan. Behavioral constraints dapat diterapkan secara fisik
(physically) atau administratif (administratively)
b. Preaction reviews
a. Action accountability
Untuk memastikan kebijakan pokok Perusahaan diimplementasikan
dengan efektif, Perusahaan menyusun sistem manajemen yang
didokumentasikan dalam manual fungsional, yang memuat kebijakan
fungsional, prosedur operasi baku (standard operating procedures),
instruksi kerja (work instructions) dan catatan mutu (records).
Salah satu bentuk penerapan action accountability pada PT Garuda
Indonesia, Tbk adalah Sistem pengendalian gratifikasi ini ditetapkan
dalam rangka mendukung internalisasi budaya kerja yang bersih,
transparan dan profesional, sejalan dengan perkembangan perusahaan
yang telah melaksanakan Go Public. Selain itu perusahaan juga dituntut
untuk semakin meningkatkan kinerjanya terlebih ketika Garuda harus
mengemban kepercayaan para pemegang saham (stake holder) yang
telah mendukung penuh perusahaan.
c. Mendefinisikan tindakan apa yg diterima dan tidak diterima
untuk menjaga hubungan dengan pelanggan, para insan Garuda
juga ditekankan untuk melakukan, dan tidak melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Memenuhi semua komitmen yang telah dipublikasikan kepada
pelanggan.
2. Memberikan layanan optimal dengan tidak membedakan suku,
agama, ras, warna kulit dan status sosial.
3. Memberikan kemudahan akses pemesanan dan transaksi
layanan penerbangan perusahaan.
4. Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dalam
layanan pelaporan kesiapan untuk terbang.
5. Memenuhi ketepatan jadwal penerbangan pelanggan.
6. Melindungi
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan
penumpang selama berada di dalam pesawat.
7. Memastikan penumpang beserta bagasinya dalam keadaan
aman.
8. Memastikan ketepatan dan kelengkapan layanan jasa angkutan
barang pelanggan.
9. Menjaga kerahasiaan informasi mengenai pelanggan.
10.
Memberikan informasi yang relevan dan akurat kepada
pelanggan mengenai layanan Perusahaan.
11.
Menangani keluhan pelanggan dengan memberikan solusi
terbaik.
12.
Berterima kasih terhadap saran dan kritik pelanggan.
13.
Membina hubungan baik dengan pelanggan.
3. RESULT CONTROL
Result Control merupakan kontrol yang berfokus pada hasil yang dicapai
dari tindakan-tindakan yang diambil. Result control mempengaruhi tindakan
karyawan karena hal ini menyebabkan karyawan menjadi fokus akan
konsekuensi dari tindakan yang diambil. Yang dimaksud dari konsekuensi
dari tindakan yang diambil adalah pemberian reward untuk karyawan atas
kinerja yang baik atau punishment jika kinerja karyawan buruk. Dengan
adanya reward dan punishment ini, result control sangat efektif untuk
meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja semaksimal mungkin sesuai
dengan
bersifat
dimana
perilaku
Measuring performance.
Pengukuran (measurement), yang pada hakekatnya merupakan
penetapan angka-angka kepada obyek tertentu, merupakan elemen result
controls yang penting. Obyek tertentu tersebut adalah kinerja (performance)
dari pegawai (atau kelompok dari para pegawai) dalam periode waktu
tertentu. Berbagai hasil pengukuran yang berbeda kemudian dapat
dihubungkan dengan penghargaan (rewards), baik yang bersifat finansial
maupun non-finansial.
Performance Management.
Peran sistem Performance Management (PM) dalam hal ini performance
appraisal demikian penting di dalam organisasi dan merupakan salah-satu
alat utama dari perusahaan untuk mencapai tujuannya. PM dapat dilihat
sebagai kompas maupun rapor perusahaan, beserta proses pengelolaannya.
Rapor yang efektif akan memperlihatkan dengan jelas apa yang perlu
dicapai oleh pegawainya. Rapor yang dikelola dengan baik juga akan
membantu pegawai untuk fokus melakukan pekerjaan yang berhubungan
dengan tujuan utama organisasi.
Pada Garuda Indonesia Tbk, grade system dilihat dari task performance
pegawai berkenaan. Penilaian berdasarkan tugas yang telah diberikan,
evaluasi atas tugas tersebut dan setiap pencapaian akan berpengaruh pada
grade yang diberikan. Grade sistem akan berpengaruh pada besaran insentif
dan bonus yang akan diberikan.
Selain reward berupa bonus, pegawai juga mendapatkan reward berupa
promosi jabatan, sedangkan kepada pegawai dengan task performance yang
rendah dapat dicopot dari jabatannya tersebut, atau bahkan dilakukan
pemutusan hubungan kerja. Tujuan dari sistem promosi-degradasi ini adalah
untuk mempertahankan pegawai dengan kinerja bagus, mendukung
perubahan,
mengembangkan tim unggulan terbaik, memperoleh calon
pengganti untuk key position, memenuhi persyaratan keahlian di masa
depan, memastikan adanya peluang bai pegawai dengan potensi tinggi serta
untuk mendorong pencapaian kinerja yang maksimal.
Dapat disimpulkan bahwa Result control merupakan salah satu alat
pengendalian manajemen yang berfokus pada hasil atau output dari
tindakan yang ingin dicapai oleh perusahaan (Merchant dan Van der Stede,
2007). Pada Garuda IndonesiaTbk, result control yang diterapkan oleh
perusahaan tersebut terlihat dari adanya target jumlah kursi yang terjual
(higher seat load) , adanya bonus yang diberikan kepada pegawai atas
Penurunan pada tahun 2013 sebesar 87,18%, dari laba sebesar 1,072
triliun menjadi 137 triliun, disebabkan karena beban operasional
penerbangan meningkat. Peningkatan beban tersebut disebabkan salah
satunya karena pada tahun 2013 pemerintah mengeluarkan kebijakan
kenaikan harga BBM.
Analisis Rasio
SARAN
Dengan penurunan profit pada tahun 2013 secara tajam menunjukkan
bahwa implementasi strategi tidak mampu menahan penurunan kinerja
keuangan. Hal ini menjadi tamparan bagi PT Garuda Indonesia untuk
Sistem Pengendalian Manajemen PT Garuda Indonesia, Tbk.
DAFTAR REFERENSI
https://www.garuda-indonesia.com
Merchant and Van der Stede: Management Control Systems Pearson
Education Limited 2014
Annual Report Garuda Indonesia Tahun 2011-2013
http://yudistiray.wordpress.com/2010/04/12/garuda-indonesia-maskapaidengan-penerapan-customer-value-added/