Pengaktifan kembali lahan-lahan itu butuh waktu, tenaga, dan ongkos. Tanpa harta
benda, tempat tinggal, dan sumber penghidupan, petani korban longsoran harus
bertahan hidup. Bantuan pemerintah, swasta, dan masyarakat bersifat sementara.
Pendampingan pada masa pemulihan akan membantu mereka kembali beraktivitas.
Ada yang kembali ke sektor pertanian, ada juga ke sektor lainnya.
Pada tahap ini, kaitan pertanian dengan longsor adalah terdakwa pada posisi
pangkal sekaligus korban pada posisi ujung. Pengadilan mana yang bisa
menyelesaikan?
Tulisan ini berusaha menganalisis kaitan pertanian dan longsor. Desain konservasi
tanah dan air sebaiknya tak hanya didekati dari disiplin ilmu sipil, pertanian, dan
kehutanan. Namun, multidisiplin ilmu mempertimbangkan kondisi geologi.
Selain fungsi ekonomi dan produksi, pemilihan jenis tanaman dan pola tanam juga
harus mempertimbangkan fungsi penahan lereng. Model ini diharap melepaskan
sektor pertanian dari posisi pangkal dan menggeser posisi ujung demi
meminimalisasi rugi nyawa-harta.
NGADININGSIH
Staf Ahli Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM; Dosen Fakultas Teknologi
Pertanian UGM