Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Jurusan Analis Kesehatan Semester V
Disampaikan kepada :
Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Mikologi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dengan kisaran pH antara 5-6. Setiap media yang telah dibuat tidak selalu dapat
menumbuhkan cendawan meskipun media tersebut mengandung nutrisi yang cukup dan
memiliki pH antara 5-6 karena tiap cendawan membutuhkan nutrisi yang berbeda-beda.
Selain itu, ada juga cendawan yang tidak dapat tumbuh dalam media buatan.
Potato dextrose agar merupakan salah satu media yang baik di gunakan untuk
membiakkan suatu mikroorganisme cendawan/fungi. Potato dextrose agar merupakan paduan
yang sesuai untuk menumbuhkan biakan terutama fungi. (Winda, 2009)
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka praktikum yang berjudul Pembuatan
Media PDA (Potato Dextrose Agar) ini sangat diperlukan untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam pembuatan media yang akan digunakan sebagai media dasar dalam
pemeriksaan-pemeriksaan mikologi selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah prosedur pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)?
1.2.2 Apa sajakah fungsi dan karakteristik dari media Potato Dextrose Agar (PDA)?
1.2.3 Apa sajakah hal-hal kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media
Potato Dextrose Agar (PDA)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui prosedur pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA).
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi dan karakteristik dari media Potato Dextrose Agar
1.3.3
(PDA).
Untuk mengetahui hal-hal kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media
Potato Dextrose Agar (PDA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Mikologi dan Jamur
a. Mikologi
Mikologi berasal dari bahasa Yunani myces yang berarti jamur dan logos yang berarti
ilmu. Menurut Alexopulus istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah
mycetology, karena myces berdasarkan tata bahasa Yunani adalah myceto. Pada tahun 1729,
seorang ahli botani Italia bernama Pier Antonio Micheli menerbitkan hasil penelitian
mengenai fungi dalam NOVA PLANTARUM GENERA dan dia dianggap orang pertama
yang meletakkan sains Mikologi (Alexopolus et al.,1996).
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur
(fungi) - banyak orang juga menyebut cendawan. Kajian dalam mikologi antara lain meliputi
taksonomi jamur, fisiologi jamur, bioteknologi jamur, dan budidaya jamur (mushroom
culture).
Seiring perkembangan zaman Mikologi terbagi menjadi beberapa cabang misalnya:
Mikologi pangan, mikologi industri, mikologi pertanian, mikologi kesehatan
b. Jamur
Jamur merupakan organisme uniseluler atau multiseluler, dengan dinding sel
mengandung kitin, eukariotik, tidak berklorofil. Jamur multiseluler tersusun atas rangkaian
sel-sel yang membentuk benang dengan atau tanpa sekat melintang, disebut hifa. Hifa dapat
berfungsi sebagai : penyerap makanan yang dilakukan oleh miselium (Kumpulan Hifa ).
Dengan alat reproduksi, misalnya sporangium dan konidium Reproduksi jamur uniseluler
secara : aseksual membentuk tunas, atau membentuk spora. Sedangkan seksual dengan
membentuk spora askus / askuspora. Reproduksi jamur multiseluler secara aseksual dengan
cara fragmentasi menghasilkan spora aseksual. Sedangkan reproduksi seksual dengan
peleburan inti jantan dan betina, akhirnya membentuk spora askus atau spora
basidium.Beberapa jenis Jamur hidup secara heterotrof dengan jalan menguraikan sampah
organic ( saprofit ), ada juga yang mengambil senyawa organic dari tubuh mahkluk hidup
lainnya (parasit ), ataupun hidup bersama dengan organisme lain (simbiosis). Dalam
klasifikasi, kingdom Fungi dikelompokkan menjadi beberapa divisi yaitu : Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan struktur tubuh dan cara
reproduksinya.
Jamur memiliki Ciri Khas yaitu merupakan organisme berbentuk talus, memiliki inti
sejati (eukaryote), memiliki dinding kaku berasal dari kitin atau selulosa, tidak memiliki zat
hijau daun dan bersifat kosmopolit.
Ada tiga jenis jamur yang dikenal dalam bidang kesehatan yaitu Jamur
Patogen (menimbulkan penyakit pada manusia), jamur Saproba (tidak menimbulkan penyakit
pada manusi) dan jamur Opportunis. Jamur opportunis berada antara jamur pathogen dan
jamur saproba. Jamur opportunis dapat menimbulkan penyakit walaupun dia tergolong pada
jamur saproba. Jamur opportunis akan menimbulkan penyakit apa bila ada factor pendukung.
Jamur ada yang uniseluler (disebut khamir, ragi atau yeast) terpisah satu-satu atau
memanjang/ berangkaian menyerupai benang "pseudohypae" dan ada yang multiseluler yang
membentuk benang(filament) dinamai kapang.
Koloni kapang mudah dibedakan dengan koloni khamir dan bakteri. Karena kapang
umumnya tumbuh berupa benang-benang halus sementara khamir atau bakteri tampak berupa
bulatan kental dengan permukaan licin, gelap atau kasar. Untuk membedakan koloni bakteri
atau khamir perlu dilakukan pengamatan dengan mikroskop.
Sifat sifat Jamur dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri koloni yang tumbuh pada
media dan ciri-ciri lainnya misalnya.
Koloni ragi
Ciri-ciri : basah, kental, tidak memiliki miselium,berkembang biak secara seksual
(Askosfora) dan aseksual (blastosfora). Contoh: Saccharomyces sp, Blastomyces
dermatis
Koloni berfilamen
Ciri-ciri: Makroskopis tampak berbentuk seperti beludru, wool, kapas, dan katun.
Sementara secara mikroskopis penuh miselium berwarna Contoh: Aspergillus sp
Sifat Hifa/Miselium
Warna:
Putih
kuning
sampai
jingga
(penicillium)
hijau,
biru,
sampai
Septasi
Hifa bersepta (memiliki sekat). Contoh : Aspergillus
Hifa tidak bersepta atau di sebut juga "seonitic hifa" (tidak bersekat).
Contoh: Rhizopus sp
Percabangan
Membentuk sudut tajam (Aspergillus), dan membentuk sudut tegak lurus
(Psycomycetes)
Sifat spora
Jenis : seksual dan aseksual
Bentuk : bulat, lonjong, bulan sabit,
maka pertumbuhan dan perkembangan mikroba akan baik juga. Agar mikroba dapat tumbuh
dengan baik dalam suatu medium, maka harus dipenuhi syaratsyarat antara lain:
1. Medium harus megandung semua nurtisi yang mudah digunakan oleh mikroba.
2. Medium harus mempunyai tekanan osmose , tegangan permukaan, dan pH yang
sesuai.
3. Medium tidak mengandung zat zat penghambat.
4. Medium harus steril. (Singleton dan Sainsbury, 2006)
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.
1. Bahan dasar
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan
pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat
dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang
pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika
dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk
dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot,
liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung
pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa,
plasenta dan daging sapi.
Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alkohol.
Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino
dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum,
glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan
untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
hijau kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat
dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi
oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata
diseluruh media.
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak
kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail
tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya
Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium
yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan
menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4%
untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri
yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk
Potato extract
: 40,0 gram
Dextrose
: 20,0 gram
Agar
: 15,0 gram
Gambar 1. Bubuk Media PDA
Potato extract
Potato extract atau ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat atau makanan
bagi biakan pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
Dextrose
Dextrose atau gugusan gula baik itu monosakarida maupun polisakarida
merupakan penambah nutrisi bagi biakan pada media PDA (Potato Dextrose
Agar).
Agar
Agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi biakan yang baik, karena
mengandung cukup air.
pertumbuhan
atau
membasmi
mikroba
jenis
lain,
sedangkan
Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang
belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena
belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional =
Internasional Unit (IU).
Mekanisme kerja Antibiotik adalah sebagai berikut.
1. Menghambat sintesa dinding sel.
2. Menghambat sintesa membrane sel.
3. Mengahmbat sintesa protein sel.
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA).
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan aktivitasnya, seperti :
1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat aktif yang berkhasiat hanya pada satu jenis atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri
gram positif saja atau bakteri gram negative saja).
2. Zat-zat dengan aktrivitas luas (broad spektrum)
Zat aktif yang berkhasiat untuk semua jenis bakteri, mau yang gram negative ataupun
gram positif.
Penggolongan antibiotik secara umum meliputi:
1. Golongan Penisilin
6. Golongan Makrolida
2. Golongan Sefalosporin
3. Golongan Aminoglikosida
8. Golongan Lain-lain
4. Golongan Kloramfenikol
9. Golongan Polipeptida
5. Golongan Tetrasiklin
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Pratikum dilaksankan pada Rabu, 17 September 2014
3.1.2 Tempat
Pelaksanaan praktikum mikologi ini, dilaksanakan di Laboratorium Virologi
Jurusan Analis Kesehatan Politekik Kesehatan Denpasar.
3.2 Metode Praktikum
Metode yang digunakan adalah pembuatan media secara langsung berdasarkan prinsip
penimbangan, pelarutan dan sterilisasi.
3.3 Alat Bahan & Reagen
a. Alat-alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Timbangan analitik
Gelas Arloji
Kertas timbang
Beaker glass
Pengaduk
Gelas ukur
Erlenmeyer
Pemanas listrik
Penyangga kaki tiga
10. Penahan
11. Pipet Pasteur
12. Petridisk steril
13. Auotoclave
14. Api spiritus
15. Incubator
16. Pipet ukur
17. Mortar dan pastle
b. Bahan
1. Media PDA (Potato Dextrose Agar) (Oxoid-CM0139)
2. Antibiotik Chlorampenicol 500 mg
3. Aquadest
4. Kertas pH/pH meter
5. NaOH 0,01 N
6. HCl 0,01 N
7. Kapas berlemak
8. Tissue
9. Aluminium foil
10. Benang pulung
50oC
lalu
ditambahkan
antibiotik
W1 = 39 gram
Ditanya : W2 = ..?
Jawab
:
1000 mL 200 mL
=
39 gram
W2
W 2=
M2
7800 mLgram
1000 mL
= 7,8 gram
1 mL
Vantibiotik 2
200 mL .1mL
100mL
Vantibiotik 2=
Vantibiotik 2=2 mL
BAB IV
KETERANGAN
Serbuk media PDA yang telah
GAMBAR
4.2 PEMBAHASAN
September 2014, dibuat media Potato Detrose Agar (PDA). Pembuatan media PDA
pada praktikum ini menggunakan bubuk media sintetis merk OXOID dengan prinsip
pembuatan melalui melalui tahapan penimbangan, pelarutan dan terakhir sterilisasi.
Agar). Media PDA berfungsi untuk membiakan dan menumbuhkan jamur. Dalam
pembuatan media PDA ada beberapa tahap antara lain sebagai berikut.
media yang terlarut dalam aquadest dalam jumlah yang tepat dan media dapat memadat
dengan baik. Dimana pada praktikum kali ini bubuk media digunakan bubuk media
PDA merk OXOID dan ditimbang sebanyak 7,8 g.
Pelarutan, media yang telah tadi dilarutkan dengan 200 ml auadest yang
ditakar secara tepat menggunakan gelas ukur. Media dilarutkan dengan bantuan
pemanasan dan pengadukan, pemanasan diperluka supaya agar yang terkandung pada
media dapat mengembang dan pada akhirnya nanti dapat memadat, pemanasan tidak
boleh sampai mendidih agar nutrisi-nutrisi media tidak pecah dan rusak. Pemanasan
yang sempurna di tandai dengan terlarunya semua serbuk dan tidak ada sisa kristal.
Adapun perubahan warna ang terlihat saat pemanasan adalah dari warna kuning keruh
berubah menjadi kuning bening. PH larutan di ukur, pH yang sesuai dengan
rekomendasi yang tertera pada etiket yang diberikan oleh pabrikan untuk media PDA
adalah 5,6 0,2 pada suhu 25C. Jika pH kurang asam maka ditambahkan larutan asam
yaitu HCL 0,01 N dan jika media kurang basa maka di tambahkan larutan basa NaOH
0,01 N. dalam praktikum kali ini tidak terjadi penyimpangan pH pada media yang
dibuat sehingga penambahan larutan asam maupun basa tidak dilakukan.
sterilisasi berlangsung media tidak menguap keluar dan untuk mengindari kontaminasi
dari luar. Media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dengan susu 121C.
setelah sterilisasi media di tambahkan dengan antibiotic chlorampenicol dengan
perbandingan 100 ml PDA = 1 ml suspensi antibiotik dan penambahan ini di lakukan
saat suhu media kira-kira 50C, agar fungsi antibiotik tidak terhambat. Karena dibuat
media PDA dengan volume 200 ml maka antibiotik yang diperlukan adalah 2 ml.
Fungsi dari penambaha antibiotik adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri agar
jamur dapat tumbuh dengan baik, karena tujuan dari pembuatan media PDA ini sendiri
adalah untuk menumbuhkan jamur, sehingga kemungkinan ikut tumbuhnya bakteri pada
media diminimalisir dengan penambahan antibiotik ini. Media kemudian di tuang pada
petridisk dengan volume 15- 25 ml dengan ketebalan media pada petridisk kira-kira 0.5
cm. Ditunggu media agar mengeras atau memadat sempurna dan terakhir simpan media
pada suhu 4C-8C pada posisi petridisk terbalik untuk menghindari tetesan-tetesan
embun dari uap air ke media yang dapat mengontaminasi media.
media plate, dimana media ini memiliki kosistensi padat, dan secara visual memiliki
warna kuning tipis. Media PDA bersifat selektif untuk menumbuhkan jamursepeti ragi.
Media ini memiliki pH sedikit asam dimana media PDA ini stabil digunakan pada pH
5,6 0,2 pada suhu ruang 250C. Media PDA memiliki karakteristik khusus
dibandingkan media lainnya dari segi ahan penyusunnya, dimana dalam pembuatan
media PDA ini diberikan bahan tambahan bahan berupa antibiotik sebagai bahan
antibakteri, sehingga jamur yang hendak ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik di
dalam mdia tanpa adanya gangguan dari bakteri.
c. Nilai Kritis Pembuatan Media
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Media PDA (Potato Dextrose Agar ) dapat dibuat seara langsung dengan
berdasarkan pada prinsip penimbangan yang tepat, pelarutan, serta sterilisasi.
dalam pembuatan media PDA juga menggunakan bahan tambahan yaitu
antibiotik sebagai antibakteri. Dalam praktikum ini dibuat 200 ml larutan
media PDA dengan melarutkan 7,8 g bubuk media PDA merk OXOID.
2. Media PDA (Potato Dextrose Agar ) merupakan media berkonsistensi padat
berwarna kuning pias (kuning tipis). Media ini bersifat selektif
yang
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA