Oleh:
Primarini Kusuma Dewi A.
1102009218
Pembimbing:
dr. Natalina S, Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan KaruniaNya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat yang berjudul RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME.
Adapun referat ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta yang dilaksanakan di RSUD
Kabupaten Bekasi.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Natalina S, Sp.A selaku pembimbing,
yang telah membimbing dalam penyelesaian referat ini serta pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan referat ini saya mohon kritik
dansaran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap referat ini
bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I (PENDAHULUAN)........................................................................................
BAB II (PEMBAHASAN)..........................................................................................
2.1. DEFINISI..................................................................................................
2.2. ETIOLOGI................................................................................................
2.3. PATOFISIOLOGI.....................................................................................
11
2.6. DIAGNOSIS...............................................................................................
12
2.7. TATALAKSANA.......................................................................................
15
2.8. KOMPLIKASI............................................................................................
21
2.9. PROGNOSIS...............................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
23
BAB I
PENDAHULUAN
pengobatan
ini
dapat
mengurangi
kebutuhan
tekanan
ventilator
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
RDS adalah gangguan napas pada bayi baru lahir yang terjadi segera atau beberapa
saat setelah lahir dan menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan.
RDS ini hampir sebagian besar terjadi pada Bayi Kurang Bulan, yang masa gestasinya kurang
dari 37 minggu dan berat kurang dari 2500 gram. Pada pemeriksaan radiologik ditemukan
adanya gambaran retikulogranular yang uniform dengan air bronchogram.3
2.2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif
pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksi surfaktan yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup
menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadinya RDS.4
2.3. PATOFISIOLOGI
Perkembangan paru normal
Paru berasal dari pengembangan embryonic foregut dimulai dengan perkembangan
bronkhi utama pada usia 3 minggu kehamilan. Pertumbuhan paru kearah kaudal ke
mesenkhim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan dan komponen fibroblast
berasal dari jaringan ini. Secara endodermal epitelium mulai membentuk alveoli dan saluran
pernapasan. Di luar periode embrionik ini, ada 4 stadium perkembangan paru yang telah
dikenal. Pada seluruh stadium ini, perkembangan saluran pernapasan, pembuluh darah dan
proses diferensiasi berlangsung secara bersamaan.1
Pathway RDS6
Tanda dari RDS biasanya muncul beberapa menit sesudah lahir, namun biasanya baru
diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan menjadi cepat dan dangkal (60 x
/menit). Bila didapatkan onset takipnea yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain.
Beberapa pasien membutuhkan resusitasi saat lahir akibat asfiksia intrapartum atau distres
pernafasan awal yang berat.
Biasanya ditemukan takipnea, grunting, retraksi intercostal dan subcostal, dan
pernafasan cuping hidung. Sianosis meningkat, yang biasanya tidak responsif terhadap
oksigen. Suara nafas dapat normal atau hilang dengan kualitas tubular yang kasar, dan pada
inspirasi dalam dapat terdengar ronkhi basah halus, terutama pada basis paru posterior.
Terjadi perburukan yang progresif dari sianosis dan dyspnea.
Bila tidak diterapi dengan baik, tekanan darah dan suhu tubuh akan turun, terjadi
peningkatan sianosis, lemah dan pucat, grunting berkurang atau hilang seiring memburuknya
penyakit. Apneu dan pernafasan iregular muncul saat bayi lelah, dan merupakan tanda
perlunya intervensi segera.
Dapat juga ditemukan gabungan dengan asidosis metabolik, edema, ileus, dan
oliguria.Tanda asfiksia sekunder dari apnea atau kegagalan respirasi muncul bila ada progresi
yang cepat dari penyakit. Kondisi ini jarang menyebakan kematian pada bayi dengan kasus
berat.Tapi pada kasus ringan, tanda dan gejala mencapai puncak dalam 3 hari. Setelah
periodeinisial tersebut, bila tidak timbul komplikasi, keadaan respirasi mulai membaik. Bayi
yanglahir pada 32 33 minggu kehamilan, fungsi paru akan kembali normal dalam 1
minggukehidupan. Pada bayi lebih kecil (usia kehamilan 26 28 minggu) biasanya
memerlukanventilasi mekanik.
Perbaikan ditandai dengan diuresis spontan, dan kemampuan oksigenasi pada kadar
oksigen lebih rendah. Kematian jarang terjadi pada 1 hari pertama, biasanya terjadi pada
harikedua sampai ketujuh, sehubungan dengan adanya
2.4. KLASIFIKASI1
Klasifikasi
Gangguan nafas
Frekuensi Nafas
60 kali/menit
Gejala tambahan
DENGAN
berat
gangguan napas
Sianosis sentral
DAN tarikan
dinding dada atau
merintih saat
ATAU > 90
DENGAN
kali/menit
ekspirasi
Sianosis sentral
ATAU tarikan
dinding dada ATAU
merintih saat
Gangguan nafas
ATAU < 30
DENGAN atau
ekspirasi
Gejala lain dari
kali/menit
60 90 kali/menit
TANPA
DENGAN
gangguan napas
Tarikan dinding
tetapi
dada ATAU
sedang
merintih saat
ekspirasi.
ATAU > 90
TANPA
TANPA
kali/menit
Sianosis sentral
Tarikan dinding
dada atau merintih
saat ekspirasi atau
Gangguan napas
60 90 kali/menit
TANPA
ringan
sianosis sentral
Tarikan dinding
dada atau merintih
saat ekspirasi atau
Kelainan jantung
60 90 kali/menit
kongenital
DENGAN
sianosis sentral
Sianosis sentral
Tetapi
TANPA
Tarikan dinding
dada atau merintih
Evaluasi
Total
Diagnosis
1-3
4-5
2.6. DIAGNOSIS
1. Anamnesis7
Anamnesis tentang:
o Riwayat kelahiran kurang bulan. Riwayat ibu dengan diabetes melitus.
o Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin), atau
partus tindakan dengan bedah sesar.
o Riwayat kelahiran saudara kandung dengan penyakit RDS.
2. Pemeriksaan Fisik7
o Gejala biasanya dijumpai dalam 24 jam pertama kehidupan.
o Dijumpai sindroma klinis yang terdiri dari kumpulan gejala
- Sesak napas, dengan frekuensi napas >60 kali/menit atau <30
kali/menit
- Grunting atau merintih
- Retraksi dinding dada
- Kadang dijumpai sianosis pada suhu kamar
o Manifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat dinilai dengan APGAR
score (derajat asfiksia) dan Silverman Score. Bila nilai Silverman score > 7
berarti ada distress nafas, namun ada juga yang menyatakan bila nilainya >
2selama > 24 jam.
o Perhatikan tanda prematuritas.
o Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru-paru.
o Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya
bayi,adanya infeksi dan derajat dari pirau PDA.
11
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks8
Posisi AP dan lateral, bila diperlukan serial. Gambaran radiologi dapat memberi
gambaran penyakit membran hialin yang menunjukkan gambaran retikulogranular yangdifus
bilateral atau gambaran bronkhogram udara (air bronchogram) dan paru yang tidak
berkembang.
Terdapat 4 Derajat :
Derajat 1 (ringan): kadang normal atau gambaran retikulogranuler, homogen,tidak ada
air bronchogram.
Derajat 2 (ringan-sedang): 1 + air bronchogram. Gambaran air bronchogram
(gambaran bronko yang seharusnya terisi udara) yang menonjol menunjukkan
bronkiolus yang menutup latar belakang alveoli yang kolaps.
12
4. Laboratorium 1
13
Darah : Hb, Ht, dan gambaran darah tepi tidak menunjukkan tanda infeksi.
2.7. TATALAKSANA
Manajemen Spesifik Untuk Gangguan Nafas9
sepsis
Gangguan Napas Ringan
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Terutama terjadi pada bayi aterm setelah
bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa
pengobatan. Langkah langkah pengobatan :
1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam. Bila dalam pengamatan
gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi untuk
kemungkinan besar sepsis.
2. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.
3. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30 60 kali/menit.
4. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60
kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang
Ventilasi Mekanik
Bayi dengan RDS berat atau disertai komplikasi, yang berakibat timbulnya apnea
persisten membutuhkan ventilasi mekanik buatan. Indikasi penggunaannya antara
lain:
15
tanpa
memperhatikan
tekanan
yang
dibutuhkan.
Beberapaventilator
menggunakan aliran udara sebagai dasar dari cycling mode di mana inspirasi berakhir
bila aliran telah mencapai level pre-set atau sangat rendah (flow ventilators). Ada juga
ventilator yang mampu menggunakan baik volume atau pressure controlled
ventilation bergantung pada keinginan operator.
Ventilasi dengan fekuensi tinggi biasanya diberikan dengan high frequency
oscillatory ventilators (HFOV). Terdapat piston pump atau vibrating diaphragm yang
beroperasi pada frekuensi sekitar that 10 Hz (1 Hz = 1 cycle per second, 60 cycles per
minute). Selama HFOV, baik inspirasi maupun ekspirasi sama-sama aktif. Tekanan
oscillator pada jalan udara memproduksi volume tidal sekitar 2-3 ml dengan tekanan
rata-rata jalan udara dipertahankan konstan, mempertahankan volume paru ekivalen
untuk menggunakan CPAP dengan level sangat tinggi. Volume gas yang dipindahkan
pada volume tidal ditentukan oleh ampiltudo tekanan jalan udara oscillator (P).
Ventilator konvensional
16
baru lahir dengan RDS tanpa mengganggu mekanisme paru-paru, eliminasi CO2 atau
stabilitas hemodinamik.
c. Frekuensi
Terdapat 2 metode dasar, frekuensi rendah dan frekuensi tinggi Frekuensi
rendah dimulai pada kecepatan 30 - 40 nafas / menit (bpm). Metode cepat sekitar 60
bpm dan dapatditingkatkan hingga 120 bpm bila bayi bernafas lebih cepat dari
ventilator. Waktu ekspirasiharus lebih panjang dari inspirasi untuk mencegah alveoli
mengalami distensi berlebihan,waktu inspirasi harus dibatasi maksimum 0,5 detik
selama ventilasi mekanik kecuali dalamkeadaan khusus. Pada frekuensi tinggi terjadi
penurunan insidensi pneumotoraks , mungkin karena frekuensi ini sesuai dengan
usaha nafas bayi. Waktu inspirasi memanjang akan meningkatkan MAP dan
memperbaiki oksigenasi, dan merupakan alternative dari peningkatan PIP. Namun hal
ini merupakan predisposisi dari distensi berlebihan pada paru serta air trapping karena
waktu ekspirasi berkurang.
d. Kecepatan Aliran
Aliran minimum setidaknya 2 kali minute ventilation bayi (normal : 0.2 1 L /
menit) cukup adekuat, tapi dalam prakteknya digunakan 4 10 L / menit. Bila
digunakan frekuensi nafas lebih tinggi dengan waktu inspirasi lebih pendek,
kecepatan aliran di atas kisaran harus diberikan untuk menjamin penghantaran volume
tidal. Kecepatan aliran yang tinggi memperbaiki oksigenasi karena efeknya pada
MAP. Beberapa ventilator memiliki kecepatan aliran yang tetap, yaitu sebesar 5 L /
menit.
2.
Sirkulasi
Auskultasi suara jantung, ukur tekanan darah, palpasi denyut nadi dan periksa
hematokrit1
3.
18
4.
Jaga kehangatan suhu bayi sekitar 36,5C 36,8C (suhu aksiler) untuk
yang
mungkin
terjadi
pada
pemberian
surfaktan
antara
7.
Bila tidak tersedia fasilitas NICU segera rujuk ke rumah sakit yang
2.8. KOMPLIKASI
1. Patent Ductus Arteriosus
Insidensi PDA pada bayi prematur dengan RDS sekitar 90%. Dengan
meningkatnya angka bertahan hidup bayi sangat kecil disertai penggunaan surfaktan
eksogen, PDA sebagai komplikasi RDS merupakan masalah dari penanganan RDS pada
awal kehidupan.
PDA diasosiasikan dengan pirau dari kanan ke kiri dan peningkatan aliran darah
paru dantekanan arteri pulmonal. Peningkatan aliran darah paru menyebabkan
berkurangnyacompliance paru yang akan membaik setelah ligasi PDA. Peningkatan
aliran darah paru akanmenimbulkan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru serta
mempengaruhi keseimbangancairan paru. Kebocoran protein plasma ke rongga alveoli
menghambat fungsi surfaktan. Halini akan meningkatkan kebutuhan oksigen serta
ventilasi mekanik.
2. Hemorrhagic Pulmonary Edema
Perdarahan paru seringkali terjadi sekunder akibat edema paru berat yang
merupakan komplikasi dari RDS dan PDA. Insidensinya pada bayi prematur sekitar 1
% namun pada otopsi ditemukan sekitar 55 %. Cairan hemoragis di rongga udara
merupakan filtrat kapiler yang berasal dari rongga interstitial atau perdarahan alveoli.
Bentuk
interstitial
ditandaidengan
perdarahan
pleura,
septum
interlobularis,
20
pemberian
steroid
antenatal
menurunkan
insidensinya.
Hipokarbia
dan
2.10. PROGNOSIS
Sangat bergantung pada berat badan lahir dan usia gestasi (berbanding terbalik
dengan kemungkinan timbulnya penyulit). Prognosis baik bila gangguan napas akut dan
tidak berhubungan dengan keadaan hipoksemi yang lama.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim MS. Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Kosain MS, Yunanto
Ari, Dewi Rizalya,penyunting. Buku Ajar Neonatologi IDAI 2012 Edisi Pertama.
Jakarta : IDAI, 2012.h.126-145
2. Djojodibroto, Darmanto.2009. Respirology [Respiratosy Medicine]. Jakarta:EGC
3. Hasgur Y. Askep Respiratori Distres Sindrom. Diunduh dari :
http//hasgurstika.blogspot.com/2011/02/askep-respiratori-distres-sindrom.html
22
23