Anda di halaman 1dari 2

Ilmu Akhlak

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Manusia
bisa mempertanyakan tentang diri sendiri. Diantara yang dipertanyakan oleh
manusia adalah tentang jiwa. Pertanyaan tentang jiwa dijawab oleh filsafat,
psikologi dan agama. Plato misalnya sudah menyatakan bahwa manusia adalah
jiwanya, sedangkan tubuhnya hanyalah sekedr alat saja. Aristoteles, berbeda dngan
Plato mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan
adlah fungsi dari mata. Kajian tenbtang jiwa di Yunani selanjutnya menurun
bersama dengan runtuhnya peradaban Yunani. Runtuhnya peradaban Yunani
Rumawi memberi peluang kepada pemikir-pemikir Islam mengisi panggung sejarah.
Melalui gerakan penterjemahan dan kemudian komentar serta karya orisinil yang
dilakukan oleh para pemikir Islam terutama pada masa Daulah Abbasiyyah, esensi
dari pemikiran Yunani diangkat dan diperkaya, dan selanjutnya melalui peradaban
Islamlah Barat menemukan kembali kekayaan
keilmuan yang telah hilang itu.

Psikologi (Ilmu Jiwa) yang lahir pada akhir abad 18 M mestinya dikatakan sebagai
ilmu yang berbicara tentang jiwa sebagaimana lazimnya definisi ilmu pengetahuan,
tetapi Psikologi tidak berbicara tentang jiwa. Ia berbicara tentang tingkah laku
manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Penelitian Psikologi tak
pernah meneliti jiwa manusia, yang diteliti adalah tingkah laku manusia melalui
perenungan, pengamatan dan laboratorium, kemudian dari satu tingkah laku
dihubungkan dengan tingkah laku yang lain selanjutnya dirumuskan hukum-hukum
kejiwaan manusia.

Di Barat, perkembangan Psychology –disebut Psikologi Barat atau Psikologi Modern


– sudah sangat maju , kaya dengan penelitian empirik dan metodologi hingga
melahirkan cabang-cabang Psikologi yang mencakup berbagai wilayah. Psikologi
lahir dari kultur sekuler dan pertumbuhannya bukan saja tidak dikawal oleh agama
tetapi bahkan bermusuhan dengan agama (gereja), karena pada masa itu sedang
terjadi konflik antara Gereja dengan ilmu pengetahuan. ilmuwan yang
pandangannya bertentangan dengan pendapat Gereja dimusuhi, bahkan bisa
dihukum mati, seperti Galileo. Oleh karena itu Psikologi tidak mengenal agama,
Tuhan, dosa , nilai baik buruk, dan nilai-nilai sakral, yang ada hanya sehat atau
tidak sehat secara psikologis.

Ilmu semacam Psikologi tidak lahir dari sejarah keilmuan Islam, padahal jiwa (nafs)
disebut lebih dari 300 kali dalam al Qur’an. Berbeda dengan sejarah keilmuan Barat
yang berlawanan dengan agama (gereja), pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam
sejarah Islam justeru berada dibawah panduan para ulama. Jiwa dalam ilmu
keislaman tidak dibahas sebagai perilaku, tetapi dibahas dalam konteks hubungan
manusia dengan Alloh SWT, maka yang lahir adalah Ilmu Akhlak. Jika Psikologi
bertugas menerangkan, meramalkan dan mengendalikan perilaku, Ilmu Akhlak
berbicara tentang perilaku yang baik dan yang buruk dan bagaimana membentuk
perilaku yang baik, Ilmu Akhlak berbicara tentang bagaimana jiwa manusia dapat
merasa dekat dengan Alloh SWT.

sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com

Wassalam,
agussyafii

---
Yuk, sambut satu cinta untuk anak-anak Amalia. Dalam kampanye program 'Satu
Cinta Untuk Amalia (TALIA)' Hari Ahad, Tanggal 17 Januari di Monas (Momumen
Nasional) Jakarta. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.
blogspot. com atau http://www.facebook .com/agussyafii, http://www.twitter.
com/agussyafii, atau sms di 087 8777 12 431

Anda mungkin juga menyukai