Anda di halaman 1dari 30

HYDROTREATING DALAM PRODUKSI GREEN DIESEL

Sebuah skema baru memungkinkan co-processing


minyak gas ringan dan tall diesel untuk memproduksi
diesel terbarukan yang memenuhi spesifikasi EN 590
Rasmus Egeberg, Niels Michaelsen, Lars Skyum dan Per Zeuthen

Sebelum feedstock yang diperoleh dari bahan organik


terbarukan bisa digunakan dalam mesin mobil konvensional dan
didistribusikan dengan menggunakan infrastruktur bahan bakar
yang ada, ada baiknya mengkonversi bahan itu ke hidrokarbon
yang serupa dengan yang ada dalam bahan bakar transportasi
yang diperoleh dari petroleum. Satu metode mantap untuk tujuan
ini adalah konversi minyak nabati ke parafin normal dalam range
titik didih gasoline atau diesel dengan menggunakan proses
hydrotreating. Dalam proses ini, bahan organik terbarukan
direaksikan dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan yang
dinaikkan dalam reaktor katalitik. Keunggulan hydrotreating seed
oils (atau fatty acid methyl ester, FAME) dibanding dengan
penggunaan biodiesel FAME adalah fakta bahwa output-produk
akhir dari proses hydrotreating sederhana ini (parafin sederhana)
adalah komponen-komponen yang sama seperti yang ada dalam
diesel fosil normal.
Tipe-tipe

katalisator

yang

sama

digunakan

dalam

hydrotreating feeds terbarukan sebagaimana digunakan sekarang


untuk desulphurisasi aliran-aliran diesel fosil untuk memenuhi
spesifikasi lingkungan. Jadi sebuah skema co-processing di mana
1

feedstock terbarukan dan diesel fosil dicampur dan di-co-processed


mungkin, yang memproduksi diesel bersih dan hijau yang
memenuhi semua spesifikasi EN 590. Hydrotreating bisa juga
terjadi dalam sebuah unit khusus tersendiri yang memproses
diesel

terbarukan

100%.

Dalam

hal

manapun,

komponen-

komponen feed baru membuat reaksi-reaksi yang benar-benar


baru terjadi dan produk-produk baru dibentuk. Ini memunculkan
serangkaian tantangan yang terkait dengan desain proses dan
katalisator.

Tantangan hydrotreating feeds terbarukan


Hydrotreating adalah satu bagian vital dari produksi bahan bakar,
dan ekonomi kilang bergantung pada faktor on-stream unit-unit
ini. Karena itu, sebelum memperkenalkan sedikit saja pun
feedstock baru ke sebuah hydrotreater diesel, penting untuk
mengetahui

implikasinya

dan

bagaimana

mengurangi

risiko

potensil.
Ketika mempertimbangkan konversi sebagian besar spesies
yang mengandung oksigen dan terjadi secara alamiah, jelas bahwa
spesies-spesies ini jauh lebih reaktif dibanding senyawa-senyawa
sulfur refraktori, yang harus dihilangkan untuk memproduksi
diesel dengan kurang dari 10 ppm sulfur. Ini berarti bahwa
masalah operasi industrial biasanya tidak akan untuk mencapai
konversi penuh, melainkan untuk mampu mengontrol reaksi
eksotermik ketika menggunakan reaktor adiabatik. Karena reaksireaksi itu juga mengkonsumsi banyak hidrogen (untuk suatu feed
2

terbarukan 100%, konsumsi hidrogen 300-400 Nm3/m3 bukan


luar biasa), aliran-aliran gas quench dan hidrogen make-up yang
lebih tinggi dibutuhkan bahkan ketika meng-co-process jumlahjumlah yang cukup kecil. Jadi keseimbangan hidrogen kilang
harus diperiksa, dan kapasitas unit mungkin lebih rendah
dibanding ketika memproses diesel fosil saja.
Deplesi hidrogen digabung dengan temperatur tinggi bisa
menyebabkan deaktivasi katalisator yang dipercepat dan makin
menurunnya tekanan. Kontrol faktor-faktor ini akan memerlukan
penggunaan katalisator yang dibuat khusus dan pemilihan cermat
kondisi-kondisi

reaksi

dan

layout

unit.

Dengan

cara

ini,

dimungkinkan untuk mencapai konversi perlahan-lahan tanpa


mempengaruhi lama siklus dan masih memenuhi spesifikasi
produk.
Berbeda dengan hydrotreating konvensional, jumlah-jumlah
besar propana, air, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2)
dan metana (CH4) terbentuk. Gas-gas ini harus dipindahkan dari
loop

melalui

transformasi

kimia

dengan

suatu

langkah

pembersihan gas seperti pencucian amina atau, lebih sederhana,


dengan menaikkan angka gas purge. Jika tidak ditangani secara
tepat, gas-gas yang terbentuk akan memberi tekanan parsial
hidrogen

yang

menurun,

yang

akan

mengurangi

aktivitas

katalisator. Masalah-masalah lebih lanjut dengan CO dan CO 2 bisa


terjadi disebabkan oleh adsorpsi kompetitif molekul-molekul yang
mengandung nitrogen dan sulfur pada katalisator hydrotreating.
CI, yang tidak dapat dipindahkan dengan sebuah unit pencucian
amina, akan bertambah dalam gas treat, yang memerlukan angka
3

purge tinggi atau cara purifikasi gas treat lain. Dalam train
effluent reaktor, air likuid dan CO2 bisa membentuk asam
karbonik, yang harus ditangani secara tepat untuk menghindari
angka korosi yang meningkat.
Gambar 1 Contoh struktur trigliserida
Ketika memproses jenis-jenis feed lain, seperti tall oil atau
minyak nabati dengan kandungan tinggi asam lemak bebas, akan
terjadi korosi parah pipa, dan upstream peralatan lain reaktor,
yang juga terjadi ketika memproses high-TAN fossil crudes.
Terakhir, produk-produk utama dari proses ini adalah
parafin normal dengan titik-titik pour dan cloud tinggi, dan
mereka mungkin bermasalah dalam iklim keras. Tetapi, berbeda
dengan FAME, n-alkanes yang diproduksi bisa ditransformasi ke
iso-alkanes dengan sifat-sifat aliran dingin yang sangat baik dalam
proses-proses kilang dewaxing tanpa mengganggu sifat-sifat lebih
baik lain produk diesel. Dewaxing isomerisasi seperti itu bisa
terjadi atas katalisator sulphidik logam dasar dengan hasil-hasil
diesel tinggi dan dikontrol secara terpisah untuk memberi berbagai
grade kualitas produk, seperti bahan bakar diesel musim panas
dan musim dingin.
Tantangan-tantangan
praktek

industri

sekarang

ini

membuat

yang

pembatasan

melibatkan

pada

hydro-treatment

(perlakuan hidro) suatu feed yang terdiri dari minyak dan bahan
organik terbarukan berkenaan dengan berapa banyak dari bahan
organik itu bisa digunakan dalam proses itu, biasanya di bawah 5
vol%. Untuk mencapai ekonomi yang lebih baik dalam skema co4

processing, ada baiknya meningkatkan proporsi bahan organik


terbarukan dalam feed hingga 25 vol% atau lebih.
Dalam artikel ini, reaksi fundamental yang terjadi ketika
memproses feed terbarukan diteliti dan dipecahkan secara rinci.
Berdasarkan informasi ini, beberapa formulasi katalisator khusus
telah dikembangkan dan sekarang sedang berlangsung dalam
operasi

industri.

Formulasi-formulasi

ini

didesain

untuk

mempunyai aktivitas dan stabilitas tinggi dalam kondisi berat yang


berlaku dalam operasi ini. Terakhir, kita akan menggambarkan
bagaimana berbagai inovasi proses telah mendatangkan teknologi
baru yang mengurangi tantangan-tantangan yang disebut di atas
dan memungkinkan Preem untuk meng-co-process hingga 30%
bahan yang diperoleh dari tall oil dalam sebuah unit revamped
hydroprocessing.
Jalur reaksi dalam hydroprocessing diesel terbarukan
Tujuan industrial dari hidrogenasi feedstock yang diperoleh secara
biologis (terbarukan) adalah untuk memproduksi molekul-molekul
hidrokarbon dengan titik didih dalam range diesel, yang secara
langsung kompatibel dengan diesel berbasis fosil yang ada dan
memenuhi semua spesifikasi legislatif yang sekarang. Dengan
diperkenalkannya feedstock yang berasal dari sumber-sumber
terbarukan, tipe-tipe baru molekul dengan kandungan oksigen
signifikan ada dan harus diperlakukan secara tepat dengan
katalisator dan proses hydrotreating. Untuk menjamin operasi
bebas gangguan, adalah merupakan keharusan untuk memahami
dan mengontrol tipe-tipe baru reaksi yang terjadi ketika level-level
5

oxygenates yang lebih tinggi diproses. Secara keseluruhan, reaksireaksi

itu

bisa

dikarakterisasi

sebagai

sebuah

(hydro-)deoxygenation, yang berarti produksi suatu produk likuid


tanpa oksigen. Tetapi beberapa jalur reaksi ada, dan reaksi lain
seperti saturasi ikatan rangkap dan reaksi yang melibatkan CO
dan

CO2

memperrumit

gambaran

itu.

Jadi,

pengetahuan

fundamental mengenai chemistry reaksi yang rinci dibutuhkan


untuk desain katalisator dan evaluasi desain proses.
Walaupun terdapat banyak tipe feed terbarukan, chemistry
hydrotreating

minyak

nabati

atau

lemak

hewan

untuk

memproduksi molekul-molekul tipe diesel agak disederhanakan


oleh fakta bahwa sebagian besar feedstock seperti itu, yang hampir
independen dari tipe seed, disuplai sebagai apa yang dinamakan
trigliserida (triacylglycerols), yang contohnya ditunjukkan dalam
Gambar 1. Trigliserida bisa dilihat sebagai kondensasi glycerol
(yang bisa dilihat sebagai C3 backbone molekul itu) dan tiga asam
karboksilik (juga dinamakan asam lemak). Walaupun bentuk
trigliserida umum pada hampir semua minyak dan lemak, panjang
rantai

dan

derajat

saturasi

sangat

berbeda-beda.

Ini

mempengaruhi sifat-sifat produk dan konsumsi hidrogen. Minyak


nabati dan lemak hewan bisa juga mengandung jumlah-jumlah
signifikan impuritas, seperti alkali dan phosphorous, yang perlu
dihilangkan dalam suatu proses terpisah atau melalui guard beds
yang didesain secara hati-hati. Terutama, kandungan spesies
nitrogen dan sulfur sangat rendah dalam feedstocks ini, dan
karena itu konversi HDS (hydrosulphurisation) yang diperlukan
lebih rendah ketika meng-co-process feeds terbarukan.
6

Asam

dan

basa

bisa

mengkatalisasi

transesterifikasi

trigliserida, di mana ketiga asam lemak dikonversi ke ester-ester


yang sesuai. Ini adalah basis untuk produksi biodiesel tipe FAME,
yang merupakan sebuah proses yang bersaing dengan trigliserida
hydrotreating untuk membentuk parafin.
Untuk

meneliti

bagaimana

trigliserida

bereaksi

dalam

kondisi-kondisi hydroprocessing tipikal, sebuah tes pilot plant


dengan

katalisator

NiMo

dilakukan

dengan

menggunakan

campuran 75 vol% Middle East SR LGO dan 25% minyak rapeseed.


Minyak rapeseed adalah sebuah trigliserida asam lemak, terutama
asam C18 dan beragam jumlah monounsaturated C 22 erucic acid.
Dalam hal ini, C22 merupakan sekitar 22 wt%, dan derajat ratarata unsaturasi adalah empat ikatan rangkap/mole.
Pada kondisi-kondisi 3500C, 45 barg, LHSV = 1,5 h-1 dan
suatu rasio hidrogen terhadap minyak 500 Nl/l, produk-produk
gaseous dan likuid dianalisa, dan hasil-hasil dan konsumsi
hidrogen dihitung. Konversi trigliserida dikonfirmasi sebagai 100%
dengan memonitor hasil propana, karena satu mole propana
diproduksi untuk setiap mole trigliserida. (C3 backbone trigliserida
akan dihidrogenasi ke propana.) Lebih lanjut, hasil-hasil dari CO
(0,6 wt%), CO2 (1,2 wt%) dan CH4 (0,1 wt%) diamati. Total produk
likuid

dianalisa

melalui

kromatografi

gas,

dan

hasil-hasil

ditunjukkan dalam Gambar 2.


Gambar 2. Kromatogram distilasi simulasian feed (atas) dan
produk (bawah) dari pengujian pilot plant co-processing 25%
minyak rapeseed. Semua minyak rapeseed dikonversi ke parafin
normal dengan panjang rantai 17, 18, 21, dan 22, berturut-turut.
7

Kromatograf dalam Gambar 2 menunjukkan bahwa feed


minyak rapeseed bertitik didih tinggi tidak hadir dalam produk itu,
dan empat parafin normal terbentuk dengan panjang rantai 17,
18, 21, dan 22, berturut-turut. Tidak ada produk likuid lain
terbentuk dalam jumlah yang cukup besar. Distribusi produk ini
dapat dijelaskan melalui mekanisme lain dengan mana trigliserida
mungkin bereaksi.
Begitu

reaksi-reaksi

hidrogenasi

ikatan

rangkap

telah

menjenuhkan asam-asam lemak, hubungan antara asam-asam


lemak dan C3 backbone mungkin diputuskan oleh salah satu dari
setidaknya dua jalur reaksi (lihat Gambar 3). Jalur pertama
melibatkan hidrogenasi komplit untuk membentuk enam mole air,
satu mole propana dan tiga mole parafin normal dengan panjang
rantai yang sama seperti rantai-rantai asam lemak (n-C 18 dan nC22 dalam kasus minyak rapeseed) per mole trigliserida yang
direaksikan. Jalur ini biasanya dinamakan hidrodeoksigenasi,
atau

jalur

HDO.

Jalur-jalur

lain

meliputi

sebuah

langkah

dekarboksilasi, di mana tiga mole CO 2, satu mole propana, dan


tiga mole parafin normal dengan suatu panjang rantai yang satu
atom karbon lebih pendek dibanding rantai asam lemak (n-C 17 dan
n-C21 dalam kasus minyak rapeseed) diproduksi. Karena parafin
yang diproduksi adalah dalam range titik didih diesel, ini adalah
alasan kenapa hydrotreater diesel adalah unit pilihan untuk
pemprosesan feeds seperti itu.
Karena baik CO2 maupun CO diproduksi, dua reaksi
tambahan perlu dipertimbangkan, yang juga ditunjukkan dalam
Gambar 3. Katalisator hydrotreating dikenal sebagai aktif untuk
8

peralihan gas air terbalik (CO2 + H2 CO + H2O) dan methanasi


(CO + 3H2 CH4 + H2O). Tingkat relatif kedua reaksi ini
bertanggung jawab untuk distribusi yang diamati antara CO, CO 2,
dan CH4. Aktivitas peralihan gas air katalisator membuat sulit
memastikan apakah CO dan CO2 yang diamati diproduksi oleh
suatu reaksi dekarboksilasi sebagaimana digambarkan di atas
atau melalui rute dekarbonilasi sebagaimana diusulkan dalam
literatur terbuka itu.
Penggunaan relatif jalur-jalur reaksi HDO dan dekarboksilasi
terutama

penting

mempengaruhi

untuk

konsumsi

proses

hydrotreating,

hidrogen,

hasil

karena

produk,

ini

inhibisi

katalisator, komposisi gas treat dan keseimbangan panas. Jika


semua trigliserida bereaksi melalui rute dekarboksilasi, tujuh mole
hidrogen akan dikonsumsi, bukannya 16 mole hidrogen bila
semua trigliserida dikonversi melalui rute HDO; dengan kata lain,
63% lebih rendah konsumsi hidrogen. Tetapi jika semua CO2 yang
diproduksi dialihkan ke CO, dan semua CO yang terbentuk
dikonversi kemudian ke CH4, total 19 mole hidrogen akan
dikonsumsi melalui rute dekarboksilasi, yang berarti 19% lebih
tinggi konsumsi hidrogen.
Dalam tes pilot plant, pembagian antara dekarboksilasi dan
HDO adalah sekitar 65/35. Ini bisa ditemukan, misalnya, dengan
menganalisa angka-angka relatif n-C17, dan n-C18, sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 2. Rasio ini berbeda-beda menurut
tipe katalisator, kondisi operasi, dan tipe feed terbarukan. Dari
eksperimen yang sekarang, konsumsi hidrogen yang terkait
dengan konversi minyak rapeseed murni dihitung sekitar 280
9

Nm3/m3.

Ini

sangat

tinggi

dibanding

hydrotreating

diesel

konvensional, tetapi biasa untuk hydrotreating diesel terbarukan,


dan merupakan salah satu alasan kenapa hanya sedikit-sedikit
feeds ini biasanya di-co-processed. Untuk 5% co-processing
minyak rapeseed, konsumsi hidrogen tambahan akan sekitar 14
Nm3/m3.
Ketika menggabungkan konsumsi hidrogen terukur dengan
angka relatif dekarboksilasi yang disimpulkan dari
parafin-parafin normal genap

dan ganjil (lihat

distribusi

Gambar 2),

ditemukan bahwa konversi molar CO2 oleh peralihan air-gas


adalah 50-60%, dan bahwa sekitar 30% CO dikonversi ke metana.
Ini berarti konsumsi hidrogen melalui rute dekarboksilasi sekitar
11 mole/mole, dan dengan demikian konsumsi hidrogen lebih
dekat pada yang melalui rute HDO. Karena hasil molekul-molekul
diesel likuid bernilai tinggi akan sekitar 17/18 (94%) dari yang
diperoleh melalui rute HDO, dan kejadian CO dan CO 2 dalam gas
daur memunculkan serangkaian tantangan pemprosesan, tidak
begitu mudah menentukan rute mana yang optimum, karena ini
akan bergantung pada kondisi operasi, flow sheet, dan katalisator
yang digunakan dalam hydrotreater. Lebih lanjut, konfigurasi
refinery menyeluruh dan juga harga-harga lokal hidrogen dan
produk diesel akan mempengaruhi rute reaksi yang dipilih.
Karakteristik

diesel

terbarukan

mencerminkan

secara

langsung jumlah-jumlah tinggi n-paraffins dalam produk. Ini


mempunyai efek yang menguntungkan dari gravitas spesifik yang
lebih rendah dan indeks cetane yang lebih tinggi, yang dua-duanya
merupakan sifat-sifat yang menambah nilai produk itu. Di sisi
10

lain, parafin normal mempunyai titik lebur yang cukup tinggi (nC18; 280C), dan karena itu produk itu diamati mempunyai titik
cloud yang lebih tinggi dibanding produk yang koresponden dari
LGO

murni

ketika

meng-co-processing

minyak

rapeseed.

Katalisator NiMo yang digunakan dalam tes nyaris non-acidic, dan


karena itu tidak ada atau sangat sedikit isomerisasi pada isoparaffin diperkirakan. Bergantung pada jumlah minyak rapeseed
yang di-co-processed, titik cloud tinggi mungkin memerlukan
suatu langkah dewaxing untuk memenuhi spesifikasi.
Studi fundamental mengenai mekanisme reaksi
Pemahaman dan pengendalian selektivitas dengan menggunakan
rute reaksi yang dideskripsikan adalah kunci untuk rancangan
katalisator optimum pelayanan yang sangat menutut ini. Untuk
menguraikan tahap-tahap proses konversi yang elementer, sebuah
studi fundamental mengenai mekanisme reaksi dilakukan. Methyl
laurate (n-dodecanoate) dipilih untuk memodelkan hydrotrating
(hydrotreating) seed oil normal dan lemak hewan, karena molekul
ini

memiliki

karakteristik-karakteristik

pokok

(asam

lemak

berikatan ester) triglyceride yang terjadi secara alamih. Pengujian


(tes) dilakukan dalam setup mikro-reaktor pada kondisi 300 oC, 50
barg, rasio hydrogen terhadap minyak 1250 Nl/l, dan WHSV yang
bervariasi (dalam range 10-100 hr-1).
Diamati bahwa semua produk-produk hydrokarbon cair
memiliki 11 atau 12 atom karbon, dan yang paling melimpah
adalah

1-dodecanol,

bersangkutan,

tetapi

n-C11

dan

n-C12

sejumlah kecil

dan

alkene

yang

asam 1-dodecanal dan


11

dodecanoic

diamati.

Distribusi

produk

ini

membuktikan

keberadaan dua rute yang diuraikan di atas, dalam hal ini


terutama n-C11 dan n-C12. Produk-produk yang hanya berasosiasi
dengan rute decarboxylase adalah C11 alkene dan alkene, dan tidak
ada oxygenate intermediates terdeteksi. Namun, rute HDO yang
mengarah ke produk-produk C12 tampak berlangsung melalui
mekanisme yang lebih rumit, karena beberapa intermediates
terdeteksi. Langkah pertama skema reaksi sederhana adalah
hydrogenasi bertahap (stepwise) oksigen penghubung dalam ester,
yang membentuk aldehyde, yang terhydrogenasi ke alkohol dan
kemudian ke alkene, atau mungkin air terpisah dari alkohol, yang
membentuk alkene sebelum ke alkane. Rute reaksi ini ditunjukkan
dengan

tanda

panah

garis

putus-putus

dalam

Gambar

4.

Penjelasan ini secara kualitatif sesuai dengan intermediates yang


diamati, tetapi proporsi di mana intermediate-intermediate ini
terbentuk memerlukan penyelidikan hipotesis ini lebih lanjut.
Karena rasio alkene/alkane yang sangat tinggi diamati jauh
di atas keseimbangan, hydrogenasi alkene ke alkane tampaknya
menjadi langkah yang bembatasi laju (rate-limiting), dan karena
itu reaksi-reaksi terdahulu mesti dalam kuasi-keseimbangan.
Namun, satu-satunya alkohol yang diamati adalah 1-dodecanol
dan bukan 2-dodecanol atau alkohol-alkohol lain seperti yang
mestinya diperkirakan sebelumnya dalam kasus ini. Dengan
demikian, intermediate reaksi lain harus dilibatkan, dan karena
ketone diketahui ada dalam keseimbangan dengan bentuk enolnya, tebakan sederhana adalah bahwa
keadaan

terabsorbsi)

terbentuk

dan

enol (mungkin dalam


kemudian

bereaksi
12

membentuk

alkene

atau

1-alcohol.

Intermediate

baru

ini

diperlihatkan dalam kotak arsiran pada Gambar 4.


Untuk membuktikan bahwa intermediate enol adalah bagian
vital skema reaksi, studi-studi lain dengan senyawa-senyawa
model lain dilaksanakan yang menunjukan
cepat

bereaksi

daripada

alkohol.

ketone jauh lebih

Alkohol

hanya

akan

menghasilkan alkane yang koresponden dan sejumlah kecil alkene,


sementara produk-produk yang teramati dari ketone sebagian
besar alkohol yang koresponden dan juga alkene dan alkane. Ini
menunjukkan bahwa ketone harus bereaksi melalui intermediate
lain dan tidak hanya melalui alkohol.
Tes lainnya dirancang untuk menguji apakah kemungkinan
pembentukan intermediate enol berimplikasi pada reaktivitas. Jadi
reaktivitas ketone dengan dan tanpa hydrogen dalam -posisi
diselidiki (lihat Gambar 5).Tanpa -hydrogen, ketone tidak dapat
mengisomerasi ke dalam enol, dan juga diamati bahwa senyawa ini
jauh lebih lambat bereaksi (dengan sebanyak faktor 10) dan
membentuk produk-produk yang jelas berbeda. Untuk senyawa
yang terlihat
dua

sebelah kiri dalam Gambar 5, alkohol yang sama,

2,4-dimethylpentene

dan

2,4-dimethylpentane

terbentuk.

Untuk senyawa yang terlihat di sebelah kanan Gambar 5, hanya


sejumlah serpih (trace) alkohol dan sedikitnya limaisomer C 9
alkane dan alkene yang berbeda yang bersumber dari pergeseran
methyl dan juga sejumlah kecil produk-produk rekahan terdeteksi.
Beberapa eksperimen selanjutnya memberikan indikasi yang
jelas tentang fakta bahwa hydrogenasi katalitik langsung dari
kelompok carbonyl tidak terjadi selama reaksi dengan hydrogen
13

pada suhu sedang atas katalisator hydro-treating. Selanjutnya,


semua hasil-hasil kami menunjukkan bentuk enol (bilamana
formasi mungkin) menjadi intermediate reaktif untuk reaktanreaktan carbonylic.
Pemetaaan

rinci

intermediate

reaksi

tidak

hanya

memungkinkan rasionalisasi selektivitas yang diamati dalam


operasi

industri,

tetapi

juga

memberikan

isyarat

tentang

bagaimana katalisator harus dirancang untuk menghasilkan


reaksi-reaksi

tertentu.

Selanjutnya,

pemahaman

mengenai

bagaimana kondisi proses mempengaruhi reaktivitas senyawa feed


dan intermediate membuat mungkin untuk merancang perubahan
(revamp)

dan unit-unit baru

dalam kondisi

optimum yang

dikaitkan kepada keekonomisan dan konfigurasi penyulingan.


Teknologi Katalisator
Dalam

rancangan

sistem

katalisator

yang

rasional

untuk

pengolahan bahan yang dapat diperbaharui (renewable), beberapa


faktor harus diperhatikan. Katalisator harus dapat menangani
kondisi berat di dalam reactor yang disebabkan oleh formasi CO,
yang menghambat desulphurisasi, dan mengatasi peningkatan
pemakaian hydrogen dan reaksi-reaksi cepat, yang menyebabkan
peningkatan

suhu

besar

di

bagian

atas

bed

katalisator.

Selanjutnya, masalah kandungan n-paraffin yang tinggi pada


produk, dengan sifat alir dingin buruk yang dihasilkan, juga harus
ditangani.
Bergantung pada jumlah dan mutu bahan organik yang
dicampur kedalam tumpukan (pool) feed diesel, pilihan katalisator
14

yang tidak dirancang atau tailor-made untuk menangani coprocessing bisa menghasilkan desulphurisasi yang jelek, starvasi
hydrogen dan tumpukan drop tekanan, dan produk-produk yang
hydrotreated mungkin tidak memenuhi target yang dibutuhkan
untuk sifat-sifat alir dingin. Maka tantangan-tantangan ini harus
dievaluasi dengan cermat ketika merancang solusi katalisator
untuk biofuel olahan hydrotreater.
Untuk

mengatasi

masalah-masalah

yang

berhubungan

dengan pengolahan biokomponen, Topsoe memperkenalkan tiga


katalisator baru: TK-339 dan TK-341, di mana keduanya adalah
katalisator HDO, dan katalisator dewaxing isomerasi yang disebut
TK-928. Bersama dengan katalisator-katalisator bed (dasar) kualitas
kita dan katalisator ultra-low sulphur diesel (ULSD) konvensional
kita, produk-produk ini akan memperpanjang panjang siklus dan
memastikan bahwa bahan-bakar diesel berdasarkan spesifikasi
dihasilkan

tanpa

masalah-masalah

operasional.

Katalisator-

katalisator ini bisa dipakai baik dalam unit co-processing dan unit
standalone.
Pengujian

pilot

plant

membuktikan

bahwa

pemakaian

katalisator hydro-treating yang lama hanya akan memberikan


kendali reaksi yang sangat terbatas di bagian puncak

reactor

hydroprocessing (pengolahan hydro). Karena reaksi minyak nabati


dan/atau minyak hewani dengan hydrogen adalah proses yang
sangat

exothermic

yang

memakai

(mengkonsumsi)

jumlah

hydrogen yang tinggi, suhu bisa naik dengan cepat sekali di


puncak reactor, dan tekanan parsial hydrogen bisa sangat rendah
di lokasi reaksi aktif pada katalisator. Kondisi-kondisi ini akan
15

menyebabkan pembentukan kokas dan penyumbatan (plugging)


katalisator, serta akan menimbulkan drop tekanan tinggi dan juga
peningkatan laju deaktivasi katalisator. Karena itu ada kebutuhan
yang mendesak untuk perumusan perbaikan katalisator yang
akan mempermudah refiner mengkonversi komponen-komponen
yang diperoleh dari bahan organik yang bisa diperbaharui
(renewable) dalam feedstock dan sekaligus mempertahankan drop
tekanan rendah dan laju deaktivasi katalisator rendah.
Sebuah program mulai mengembangkan katalisator khusus
yang mempermudah konversi gradual feed terbarukan, sehingga
memperpanjang

zona

reaksi

yang

efektif

dan

sekaligus

menggunakan fungsi-fungsi yang mengendalikan formasi endapan


karbon pada katalisator. Ini tidak dapat dilakukan, hanya dengan
menurunkan aktivitas katalisator, karena ini akan menyebabkan
aktivitas HDS turun dalam skema co-processing, yang selanjutnya
akan menurunkan kapasitas unit. Maka keseimbangan yang tepat
antara stabilitas tinggi dan aktivitas tinggi dibutuhkan, yang
didapat

dengan

katalisator

HDO

baru,

TK-399

dan

TK-341.

Katalisator-katalisator ini, digabungkan dengan sebuah desain


grading yang baik, akan menjamin konversi penuh biofeed tanpa
mengganggu panjang siklus.
Untuk mengilustrasikan pentingnya sistem katalisator yang
tepat, Gambar 6 menunjukan drop tekanan dalam hydrotreater
ULSD industri, yang setelah dua tahu operasi mulai mengolahbersama (co-process) beberapa persen minyak nabati. Larutan
katalisator
konvensional,

semula
dan

dirancang
ketika

untuk

perusahaan

hydrotreating
pengilangan

feed

(refiner)
16

memperkenalkan feed organic, drop tekanan mulai meningkat.


Sebagai akibat peningkatan ini, perusahaan pengilangan terbatas
dalam hal berapa banyak biofeed dapat diolah, dan tidak mungkin
melanjutkan operasi dengan biofeed. Perusahaan pengilangan
mengontak Topsoe, dan setelah mengkaji feed dan kondisi-kondisi
operasional, Topsoe menyarankan penggantian 30% lapisan atas
katalisator dengan campuran alternative produk-produk bed
(dasar) berkualitas dengan katalisator HDO TK-399. Dalam kasus
khusus ini, diperkirakan bahwa katalisator bulk yang lama akan
memiliki aktivitas yang cukup untuk memenuhi panjang siklus
sasaran, tetapi untuk aplikasi-aplikasi lain penggantian seluruh
katalisator mungkin dibutuhkan.
Bilamana peluang selanjutnya untuk pemutusan (shutdown)
hydrotreater

muncul,

sistem

katalisator

baru

dipasang.

Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar 6, drop tekanan sudah


cukup stabil sejak saat ini dan pada level yang sangat rendah
seperti sebelum diperkenalkan biofeed.
Penghambatan Karbon Monoksida
Dalam tes co-processing dengan minyak rapeseed, aktivitas HDS
yang diamati sama seperti dalam tes serupa dengan 100% light
gas oil (LGO). Ini agak mengejutkan, karena jumlah-jumlah cukup
besar CO dan CO2 terdeteksi, yang diketahui menghambat
berbagai reaksi katalisator. Terutama, CO diketahui terabsorbsi
secara selektif pada lokasi (site) katalisator dan memblokir reaktan
dari pengabsorbsian dan pereaksian. Karena gas produk didaur
ulang dalam unit-unit hydro-treating industri, dan CO tidak
17

dihilangkan secara signifikan oleh


penting

diselidiki

bagaimana

scrubbing amina, sangat

tipe

katalisator-katalisator

hydrotreating lain dipengaruh oleh CO dalam gas treat.


Tes pilot plant dilakukan untuk menyelidiki bagaimana HDS
dan aktivitas-aktivitas hydrodenitrogenasi (HDN) dari katalisator
tipe-CoMo dan tipe-NiMo merespons co-processing dengan minyak
rapeseed (lihat Gambar 7). Aktivitas-aktivitas volume relatif
dihitung, dengan mempertimbangkan jumlah sulfur dan nitrogen
yang rendah dalam feed. Terbukti bahwa katalisator CoMo jauh
lebih terpengaruh oleh penggunaan minyak rapeseed untuk feed.
Aktivitas HDS dan HDN sangat rendah dibandingkan dengan
kasus di mana LGO murni diolah atau diproses. Sebaliknya,
aktivitas katalisator NiMo hampir tidak berubah ketika coprocessing minyak rapeseed. Untuk menjelaskan hasil-hasil ini,
sejumlah pengujian atau tes baru diadakan, dengan menggunakan
LGO murni sebagai feed, tetapi penggunaan gas treat yang terdiri
dari 1% CO dalam 99% H2 bukan 100% H2. Seperti terlihat dalam
Gambar 7, efek CO sangat mirip kepada efek co-processing minyak
rapeseed.

Untuk

CoMo,

aktivitas

HDS/HDN

turun

secara

signifikan. Untuk Nimo tidak ada atau hanya sedikit terlihat efek
ini. Penting ditegaskan bahwa aktivitas-aktivitas rendah yang
diamati adalah efek penghambatan (inhibition effect) dan bukan
deaktivasi permanen. Bilamana CO dihilangkan dari gas treat atau
minyak rapeseed dihilangkan dari feed cair, aktivitas awal akan
terpulihkan.
Hasil-hasil ini menunjukan bahwa penghambatan aktivitas
katalisator ketika sedang memproses feed terbarukan dapat
18

dijelaskan dengan formasi CO di reactor hydro-treating. Di hampir


semua kasus, juga terlihat bahwa katalisator NiMo merupakan
pilihan utama untuk tipe operasi ini.
Katalisator Dewaxing
Spesifikasi-spesifikasi ULSD dan sifat-sifat alir dingin lebih sering
terlihat oleh perusahaan pengilangan sebagai parameter-parameter
pembatas.

Ini

khususnya

terjadi

bilamana

produk-produk

terbarukan ter-hydroprocessed dicampur ke dalam pool diesel.


Biasanya, sifat-sifat alir dingin ULSD diperburuk oleh konsentrasi
molekul-molekul lilin, yang merupakan paraffin normal dan
sedikit bercabang dalam minyak gas. Titik lebur paraffin yang
tinggi pada rentang didih ULSD atas terutama menentukan sifatsifat alir dingin.
Rute biasa yang diambil untuk meningkatkan sifat alir
dingin

produk-produk

range-diesel

adalah

fraksionasi/

pencampuran, penggunaan zat additif, dan dewaxing katalisator.


Konsentrasi paraffin rantai-panjang bisa direduksi dengan
penurunan titik didih akhir produk ULSD. Ini juga bisa dilakukan
dengan menghilangkan ujung (end) tebal dari feed (Namun, dengan
demikian juga menurunkan potensi pool diesel) atau dengan
pencampuran ke dalam minyak gas didih rendah, minyak-tanah
bernilai-tinggi (namun, dengan cara demikian, juga berpengaruh
buruk pada sifat-sifat lain seperti jumlah cetane).
Sifat-sifat alir dingin bisa ditingkatkan dengan penambahan
bahan-bahan kimia terkait seperti depressant titik cloud. Metoda
ini efektif dalam banyak kasus; namun, untuk biofuel, perlu
19

menambahkan bahan-bahan kimia mahal ini dengan konsentrasi


yang relatif tinggi. Selain itu, banyak bahan kimia hanya memiliki
efek yang signifikan pada salah satu sifat-sifat alir dingin dan
tidak memperbaiki yang lain, sehingga memerlukan penambahan
beberapa bahan kimia lain.
Terakhir, cara yang lebih menarik untuk meningkatkan sifatsifat

alir

dingin

bahan

bakar

diesel

yang

efektif

adalah

hydrowaxing katalisator. Ini meningkatkan sifat-sifat alir dingin


dengan immerse selektif dan hydrocracking paraffin normal dan
paraffin yang agak bercabang. Katalisator hydrodewaxing sangat
bersifat zeolitik dan secara selektif mengimmersi atau merekahkan
terutama paraffin normal,

yang memiliki sifat-sifat alir dingin

yang buruk. Katalisator dewaxing hanya sedikit mempengaruhi


senyawa-senyawa

lain

minyak

gas:

isoparaffin,

naphthene,

senyawa aromatic, dan lain sebagainya. Sifat yang melekat dari


semua

katalisator-katalisator

tipe-dewaxing

adalah

formasi

(pembentukan) beberapa produk ringan dari komponen-komponen


feed yang lebih tebal; terutama pembentukan naphtha dan
sebagian gas C1-C4. Tergantung pada layout pengilangan, produkproduk ringan ini bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti
kepada peningkatan margin pengilangan.
Tipe katalisator-katalisator dewaxing lain ada di pasaran.
Katalisator berbasis zeolite ZSM-5, mungkin digabung dengan
logam basa, bisa dengan efektif menurunkan titik cloud dengan
tanpa atau bahkan pemakaian (konsumsi) hydrogen negative,
tetapi memiliki kekurangan dalam menghasilkan produk olefin
dengan stabilitas rendah. Selanjutnya, laju deaktivasi sering
20

sangat

tinggi

untuk

tipe

katalisator

ini,

sehingga

sering

membutuhkan regenerasi, dan katalisator ini tidak memiliki


aktivitas HDS.
Tipe katalisator lain didasarkan pada logam-logam mulia.
Tipe katalisator-katalisator ini sangat mahal dan sangat peka
kepada senyawa nitrogen dan sulfur organik, dan karena itu
memerlukan tahap terpisah dalam loop tekanan-tinggi dan reactor
tersendiri.
Topsoe sudah mengembangkan TK-928 untuk menyelesaikan
dengan efektif issu-issu yang berhubungan dengan tipe-tipe
katalisator dewaxing lain.TK-928 adalah katalisator sulphida yang
didukung carrier asam yang mampu beroperasi dalam lingkungan
yang asam. Itu memiliki aktivitas HDS dan HDN tinggi, sehingga
volume reactor tidak hilang dalam hal aktivitas desulphurisasi.
Aktivitas

hydrogenasi

katalisator

menyebabkan

konsumsi

hydrogen sedikit lebih tinggi, tetapi ini akan menyebabkan sifatsifat produk tinggi, seperti densitas lebih rendah dan angka cetane
lebih tinggi.
Satu opsi adalah memuat katalisator dewaxing dekat ke
outlet

reactor,

sehingga

memungkinkan

fungsi

dewaxing

dihidupkan/dimatikan (switched on/off) melalui pengendalian


suhu di bed terakhir dengan menggunakan gas quench dan
pengendalian suhu inlet reactor. Untuk memanfaatkan katalisator
dewaxing selama operasi musim dingin, suhu reactor dinaikkan.
Selama operasi musim panas, sejumlah gas quench diinjeksi
sebelum bed terakhir disetel untuk mengoperasikan katalisator
21

dewaxing pada suhu rendah, untuk membatasi aktivitas TK -928 dan


pemakaian hydrogen yang lebih tinggi dan kerugian yield tinggi.
Pengubahan

Unit

Hydrocracking

Ringan

di

Preem

AB

Gothenburg
Preem sudah membentuk kemitraan dengan Sunpine, sebuah
perusahaan yang memproduksi raw tall diesel (RTD) berbahan
baku tall oil dari pabrik kertas Kraft di bagian utara Swedia. Tall
oil terutama terdiri dari asam resin dan asam lemak bebas dan
juga sejumlah kontaminan dalam konsentrasi kecil.

Melalui

proses transesterifikasi, mayoritas asam lemak bebas dikonversi


menjadi FAMEs, sementara asam resin dibiarkan hampir tidak
terkonversi. Untuk mengubah RTD ini menjadi diesel yang dapat
diperbaharui, Preem mengontak Topsoe, yang sebelumnya sudah
mengubah beberapa unit pengilangan perusahaan di Gothenburg
dan Lysekil, dan memasok katalisator untuk unit-unit ini. RTD
beda dari feedstock lain yang dipergunakan untuk produksi diesel
yang dapat diperbaharui di mana feedstock ini adalah tidak dapat
dimakan (non-edible) dan karena itu tidak berpengaruh negatip
terhadap kelangkaan pangan atau harga pangan dunia.
Preem berkeinginan mengubah unit hydrocracking ringan
yang lama menjadi unit green hydrocracking, dimana sejumlah
besar RTD dapat di co-process bersama dengan LGO.

Secara

singkat, Preem menginginkan bahwa sampai 30% RTD di coprocess dengan LGO untuk memproduksi diesen yang dapat
diperbaharui yang memenuhi spesifikasi EN 590. Fraksi bahan
turunan-minyal tall ini

memiliki tantangan serius mengenai


22

pemakaian hydrogen, exotherm, seleksi katalisator dan korosi baik


hulu

dan

hilir

reactor.

Preem

membuat

kesepakatan

pengembangan dengan Topoe dalam rangka mengubah unit


hydrocracking ringan (MHC), dengan maksud menghasilkan green
diesel berbahan baku RTD. Teknologi dasar akhirnya dipilih oleh
Topsoe, dan unit ubahan iniu diharapkan akan mulai bekerja
tahin 2010.
Bahan kimia untuk tipe feed ini sedikit berbeda dari yang
dipergunakan untuk triglyceride yang dijelaskan sebelumnya,
karena unsur-unsur pokoknya adalah FAMEs. Namun, dua rute
reaksi tersebut masih sama (lihat Gambar 8), dn reaksi-reaksi
pengubahan air-gas dan methanisasi juga terjadi. Perbedaan
pokok dari pengolahan triglyceride terletak pada fakta bahwa yield
methane yang tinggi didapat sebagai ganti propane.

Penanganan feed TAN-tinggi


Karena feed mengandung banyak asam lemak bebas yang tak
terkonversi, dan juga asam resin, perhatian pokok

adalah

penanganan feed dan sistem pencampuran mineral/feed yang


dapat diperbaharui. Tingkat asam yang tinggi mempunyai efek
negative peningkatan korosi pada pipa, penukar kalor dan hulu
heater bakar dari reactor hydrotreating. Selama ini, ini telah
menyebabkan keterbatasan pada daya aplikasi industri atas
konsep campuran hydrotreating minyak mineral konvensional yang
menarik ini dengan proporsi tall oil atau bahan turunan tall oil
yang signifikan.
23

Untuk mengatasi masalah ini, sebuah sistem feed RTD baru


ditemukan oleh Preem dan Topsoe, seperti pencampuran dengan
feed mineral

dilakukan dalam beberapa tahapan. Bagian RTD

dimasukkan melalui titik injeksi setelah heater bakar dan sebelum


masuk kedalam reactor. Dengan cara ini, semua hulu peralatan
proses lama dari titik injeksi ini tidak terpengaruh. Bagian lain
feed RTD diperkenalkan antara dua bed pertama reeaktor untuk
mengontrol profil suhu, ttapi juga mengontrol TAN dan sekaligus
meminimumkan korosi. Skema alir proses ini melalui skema
diperlihatkan dalam Gambar 9.
Dengan sistem injeksi yang baru, di mana RTD hanya
diinjeksikan setelah heater bakar dan sebagai quench cair untuk
bed reactor kedua, paparan perangkat-keras ke RTD yang sangat
korosif sangat terbatas, dan hanya perubahan-perubahan kecil
untuk

seleksi

bahan

diperlukan.

Sebenarnya,

perubahan-

perubahan ini mempersiapkan unit untuk operasi masa depan


dengan fraksi feed RTD yang jauh lebih tinggi.
Masalah lain adalah jumlah kalor terlepas yang besar karena
hydrogenasi RTD. Dalam mengontrontol pelepasan kalor, efisiensi
dari bed katalisator pertama dalam reaktor hydro-perlakua
bercampur dengan feed RTD segar, seperti yang dijelaskan di atas.
Dengan cara ini, pemadaman (quenching) diberikan oleh RTD. Ini
berarti

baha

lebih

banyak

hydrogen

dipakai

mencegah

pembentukan dan pencemaran kokas, sehingga pada akhirnya


membuat kehandalan unit lebih tinggi dan biaya investasi lebih
rendah.Selanjutnya,

penginjeksian

sebagian

RTD

sebagai

pemadam cair menghasilkan aliran-hulu tekanan parsial hydrogen


24

yang relatif lebih tinggi dari reaktor, yang mencegah pembentukan


gumpalan dan korosi.
Pemecahan RTD kedalam beberapa aliran dan perlambatan
pencampuran feed mineral dengan bahan organisasi yang dapat
diperbaharui

sebelum

hydrotreating

kemudian

memenuhi

beberapa maksud. Satu maksud tersebut adalah mengeliminir


resiko korosi, khususnya peralatan hulu (upstream equipment),
dan maksud lain adalah menyediakan pemadam caur, yang
memudahkan usaha mengontrol pelepasan kalor dari reaksi-reaksi
exotherm,

sehingga

memperpanjang

umur

katalisator

hydrotreating sampai tingkat yang signifikan.

Seleksi Katalisator
Seleksi katalisator harus dilakukan sesuai dengan modifikasi
proses

dan

kondisi-kondisi

reaksi.

Adalah

penting

sekali

mengontrol gradient suhu di setiap bed (dasar) katalisator. Namun,


jika konversi jumlah RTD yang tinggi merupakan reaksi yang
sangat cepat yang banyak mengkonsumsi hydrogen dari pada
dalam kasus hydrotreating konvensional, perlu dimiliki katalisator
khusus

untuk

konversi

bahan

yang

dapat

diperbaharui.

Katalisator Topsoe T-399 dan T-341 secara khusus dirancang


untuk

mengatasi

reaksi-reaksi

ini

serta

untuk

menahan

pembentukan kokas/gum.Selain untuk ini, katalisator Topsoe


BRIM aktivitas-tinggi dibutuhkan untuk memastikan aktivitas
HDS tinggi.

25

Dalam kasus ini, Preem memilih muatan katalisator yang


terdiri dari sistem grading ekstensi, katalisator biofuel Topsoe dan
katalisator NiMo BRIM. Jikalau RTD dibelah antara dua bed
(dasar) pertama, resiko pencemaran katalisator di bed pertama
lebih kecil, tetapi di bed kedua jumlah katalisator grading dan
biofuel yang lebih tinggi dibutuhkan. Tes pilot plant dalam reaktor
semi-adiabatical yang menggunakan muatan yang sama yang
dipakai dalam unit industri menunjukan konfigurasi ini sangat
stabil dan dapat beroperasi untuk periode lama tanpa masalah
drop tekanan.
Penanganan CH4, CO dan CO2 dalam gas daur-ulang.Kita juga
merancang modifikasi-modifikasi untuk loop gas daur-ulang guna
menangani gas yang terbentuk, khususnya CO dan CO 2. Dalam
tingkatan besar, CO2 dapat dihilangkan dalam pencucian amine
hilir (downstream), tetapi untuk menghindarkan penumpulan CO
dan CH4 dalam loop, pencahar dapat ditetapkan dan methanator
yang dipakai menghilangkan CO dari gas pencahar. Jika gas
pencahar hanya terbakar, methanor sebenarnya tidak diperlukan,
tetapi jika gas pencahar dimuliakan (recovered), CO bisa menjadi
komponen yang tidak disukai. Penghambatan oleh CO tidak
masalah bilamana tipe katalisator yang tepat dipilih. Namun,
pengilangan

Preem

mempertimbangkan

itu

perlu

untuk

menghilangkan CO2 karena gas pencahar dipakai dalam unit


pengilangan lain di mana CO akan menjadi racun katalisator. Unit
pemuliaan gas pencahar lama adalah unuit cryogenic yang tidak
dapat menghilangkan CO.
26

Dalam

methanator,

CO

bereaksi

dengan

hydrogen

membentuk methane:
CO + 3H2

CH4 + H2O

Eliminasi CO dan CO2 ini dengan cara katalisator methanasi


berbasis-nikel
pengalaman

merupakan
dalam

solusi

rancangan

yang

instalasi

inovatif

berdasarkan

ammonia,

di

mana

methanasi dapat dianggap sebagai teknologi canggih. Selain itu,


komponen-komponen ini dapat dihilangkan dengan absoprsi ayun
tekanan (PSA) jika instalasi pengilangan memiliki kapasitas lebih
unit PSA.
Bidang perhatian lain adalah CO2 yang terbentuk oleh rute
reaksi dekarboxylasi, di mana kehadiran air cair dapat membentuk
hilir (downstream) asam karbon reaktor, di mana risiko korosi
karbon pada alat-pendingin udara dan separator dingin tinggi.
Topsoe sudah mengembangkan solusi sederhana untuk masalah
ini, yang dapat dipakai di semua tipe unit yang memproses feed
dengan kandungan oksigen tinggi.
Tinjauan Perubahan
Unit baru akan memproduksi diesel dengan spesifikasi-spesifikasi
yang sesuai dengan EN590 berdasarkan 30vol% bahan organic
yang dapat diperbaharui dan 70vol% minyak mineral. Kandungan
paraffin yang terbentuk oleh hydrogenasi RTD menaikkan indeks
cetane

dan

menurunkan

kerapatan

(densitas),

tetapi

juga

memperburuk sifat-sifat alir dingin produk. Maka, pencampuran


RTD semula terbatas sampai 30vol% untuk memastikan titik cloud
cukup rendah. Sekarang ini, Preem tidak memerlukan proses
27

dewaxing, karena LGO memiliki sifat alir dingin yang baik. Jadi,
RTD dalam jumlah besar dapat diproses, sementara masih
memenuhi spesifikasi titik cloud.
Dibandingkan dengan kondisi-kondisi operasional MHC
sekarang, unit ini akan beroperasi dengan suhu lebih rendah
bilamana dirubah ke produksi green diesel, dan pemakaian
hydrogen akan jauh lebih tinggi. Sebagai hasil dari reaksi-reaksi
HDO exotherm, beban heater dan pemakaian bahan bakar unit
akan lebih rendah dibanding dengan apa yang dihasilkan dengan
moda HDS normal. Maka, selain co-processing RTD dan LGO
fossil, bonus tambahan adalah desulphurisasi minyak gas, yang
dicapai dengan pemakaian bahan bakar yang lebih sedikit.
Solusi-solusi

proses

membuka

kemungkinan

untuk

meningkatkan jumlah feed yang dapat diperbaharui untuk diolah.


Sistem injeksi feed baru menjamin operasi tanpa ada resiko korosi,
khususnya peralatan hulu. Pada saat yang sama, bisa dikontrol
pelepasan kalor dari reaksi-reaksi exotherm dan memperpanjang
umur katalisator hydrotreating secara signifikan. Katalisator
dibuat untuk rancangan unit yang diubah dan menjamin stabilitas
tinggi sekaligus mempertahankan aktivitas HDS yang dibutuhkan.
Masalah-masalah dengan pembentukan jumlah CO, CO 2 dan CH4
yang tinggi dimitigasi melalui strategi pencaharan yang tepat,
methanasi gas pencahar dan melalui pemecahan issu korosi asam
karbon. Solusi perubahan menjamin bahwa unit sangat fleksibel
dalam hal tipe feed.
pengolahan

lemak

Rancangan proses baru juga memudahkan


hewani,

minyak

dari

ganggang,

minyak
28

jatropha, ataupun feedstock triglyceride lain yang mungkin ada di


masa akan datang.
Kesimpulan
Hydrotreating diesel terbarukan menawarkan peluang unik untuk
memproduksi

bahan

bakar

diesel

yang

berkelanjutan

yang

seluruhnya sepadan dengan infrastruktur bahan bakar dan


teknologi mesin yang ada. Proses sangat versatile dalam hal tipe
feed dan sebab itu berpotensi besar untuk operasi masa depan
pada feedstock minyak ganggang atau feedstock yang mempunyai
angka hasil tinggi lain yang tidak dapat dipakai untuk nutrisi
manusia.
Namun, ada banyak tantangan ketika meng-hydrotreating
bahan yang diperoleh secara organik, termasuk pemakaian
hydrogen tinggi dan exotherm besar antara bed katalisator, yang
harus dihadapi untuk menghindarkan deaktivasi dan pencemaran
katalisator.Topsoe sudah mengembangkan katalisator khusus
untuk operasi biofuel, yang menjamin laju deaktivasi rendah dan
stabilitas tinggi terhadap pencemaran. Katalisator-katalisator ini
bisa dikombinasikan dengan katalisator BRIM untuk menjamin
bahwa ULSD dihasilkan, dan dengan TK-928 yang menghasilkan
aktivitas dewaxing isomerasi guna mendapatkan titik cloud yang
cukup rendah.
Hydrotreating biofuel juga memerlukan solusi teknologi baru
yang mempertimbangkan reaksi-reaksi baru dan produk-produk
baru. Rancangan proses yang dikembangkan Topsoe membuka
kesempatan mengolah jumlah feed yang dapat diperbaharui dalam
29

jumlah besar dan menjamin kehandalan unit tinggi dan biaya


investasi rendah. Selain sistem inlet feed baru dan sistem
pemadam cair, solusi dikembangkan memitigasi semua issu yang
berkaitan kepada sejumlah besar gas, termasuk CO 2 dan CO, yang
mungkin bisa menghambat aktivitas katalisator dan tertumpuk
dalam loop kalau tidak dihilangkan. Selanjutnya, masalahmasalah korosi potensial yang disebabkan komponen TAN-tinggi
dalam feed dan hilir asam karbon reaktor dipertimbangkan untuk
menjamin keberhasilan seluruh unit hydroprocessing.

30

Anda mungkin juga menyukai