Definisi
Meningitis tuberkulosa (Meningitis TB) ialah radang selaput otak akibat
komplikasi TB primer (1).
Epidemiologi
Insiden meningitis TB sangat bervariasi dan bergantung kepada tingkat
sosio ekonomi dan kesehatan masyarakat, umur, status gizi serta faktor genetik
yang menentukan respon imun seseorang. Di Inggris pada tahun 1978-1979
insiden meningitis TB sekitar 12% sedangkan penelitian lain menemukan sekitar
7-12%. Penyakit ini dapat menyerang semua umur dan insiden tertinggi menurut
umur pasien dari masing-masing penulis berbeda-beda tetapi jarang ditemukan
pada usia di bawah 6 bulan dan hampir tidak pernah pada usia dibawah 3 bulan.
Insiden tertinggi pada usia 6 bulan sampai 6 tahun (1,2).
Patofisiologi
Meningitis TB terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran TB primer,
biasanya dari paru. Terjadinya meningitis bukanlah karena terinfeksinya selaput
otak secara langsungoleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga araknoid yang disebabkan
oleh rangsangan berupa trauma atau faktor imunologis.
4. Meningitis proliferatif
Manifestasi Klinis
Gejala biasanya didahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput
otak. Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya terdapat
kenaikan suhu yang ringan, jarang akut dengan panas yang tinggi. Sering
dijumpai anak mudah terangsang atau anak menjadi apatis dan tidurnya sering
terganggu (1). Disusul stadium transisi dengan kejang dimana gejala rangsangan
meningeal mulai nyata. Kuduk kaku, seluruh tubuh kaku, dan timbul opistotonus.
Refleks tendon menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun hingga stupor.
Stadium terminal berupa kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar
dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernafasan menjadi tidak teratur.
Pirazinamid bersifat bakteriostatik 20-40 mg/ KgBB/ hari. Etambutol 1525 mg/KgBB/ hari (1,2,5).
Komplikasi
Gejala sisa neurologis (paresis, spastik, kejang, paraplegi, dan gangguan
sensoris ekstremitas). Atrofi optik, kebutaan, gangguan intelektual (3)
Prognosis
Prognosis tergantung kepada faktor stadium penyakit saat pengobatan
dimulai dan umur pasien. Pasien yang berumur lebih muda dari 3 tahun
mempunyai prognosis lebih buruk daripada yang lebih tua (2).
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
:H
Umur
: 7 Tahun 7 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Muara Peti
Keluhan Utama
Kejang berulang sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit
dimakan.
4. Riwayat trauma kepala tidak ada.
5. Batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada.
6. BAB tidak ada selama 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
7. BAK biasa.
Riwayat Persalinan
a. Lahir spontan, aterm, ditolong oleh bidan di rumah.
b. Saat lahir langsung menangis kuat, berat badan lahir dan panjang badan
tidak tahu.
c. Tidak ada riwayat kuning atau biru waktu lahir
Riwayat Makanan Dan Minuman
- Bayi
ASI
PASI
: Tidak ada.
Anak
Bubur Susu
: Tidak ada
Nasi tim
: Tidak ada
Makanan utama
: nasi 3x sehari
Daging
Ikan
Telur
: 3 x seminggu, 3 butir.
Sayur mayur
: 7 x seminggu.
Ibu
lulusan
SD,
pekerjaan
petani.
+ Rp 300.000,00 / bulan.
Penghasilan
keluarga
total
Perkembangan mental
Tertawa
: 2 bulan
Isap jempol
: (-)
Miring
: 4 buan
Apati
: (-)
Tengkurap
: 5 bulan
Mengompol
: (-)
Duduk
: 7 bulan
Ketakutan
: (-)
Aktif sekali
: (-)
Merangkak : 8 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan umum : sakit berat
Frekunsi nadi
Kesadaran
: Soporous
Sianosis
: (-)
Suhu
: 37,4 0 C
Pucat
: (-)
Berat Badan
: 14 kg
Ikterik
: (-)
Tinggi badan
: 120 cm
: 100 x /menit
BB/U
TB/U
: 66
BB/TB
: .. % ( P50 NCHS)
% (P50 NCHS)
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
: kelainan bawaan tidak ada, sekret (-), serumen (-), nyeri tekan
aurikuler (-)
Hidung
Mulut
Tenggorok
Faring
: tidak hiperemis
Leher
Torak
Paru
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
: distensi (-).
Palpasi
Perkusi
: timpani
Kiri
Kanan
Brudzinsky I
Brudzinsky II
Kernig
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin
: Hb
Leukosit
: 13,7 gr/dl
: 9800 /mm3
DIAGNOSIS KERJA :
Observasi Kejang dengan penurunan kesadaran ec Susp. Meningitis Purulenta
O2 2 liter/menit
Ampicillin 6 x 1000 mg
Kloramfenikol 4 x 275 mg
KCl 3 x 350 mg
ANJURAN PEMERIKSAAN
- Darah, Urin, Feses rutin
- Rontgen Thorak
- Lumbal punksi
PROGNOSA
- Quo ad sanam : dubia ad malam
- Quo ad vitam : dubia ad malam
10
FOLLOW UP
09 Februari 2004
S/
Demam (-)
Kejang (-)
Spastik (+)
O/
KU
Kes
Sakit berat
Nadi
Somnolen
88
Nafas
Suhu
BB
22
36,8o C
17 kg
Mata : Pupil isokor, midriasis, diameter 4 mm, reflek cahaya - / Leher : kaku kuduk (+)
Ekstremitas : Refleks fisiologis +/+ meningkat, refleks patologis -/Tanda rangsangan meningeal
Kiri
Kanan
Brudzinsky I
Brudzinsky II
Kernig
Hb
: 11,4 mg/dl
Leukosit
: 6200/mm
DC
: 0/ 2/ 6/ 64/ 24/ 4
LED
: 44 mm/ 1 jam
Trombosit
: 485.000/mm 3
GD Rd
Urine
: 110 mg/dl
Fisis
Kimia
protein
(-),
urobilin (+)
11
reduksi
(-),
Sedimen
eritrosit
0-1/LPB,
leukosit
Pulmo
K/
: TB aktif
: 1000 sel/mm 3 MN 88%,PMN 12%
: 47 mg/ dl
Protein
: 1,8 g/ dl
: Isoniazid 175 mg
Rifampisin 250 mg
Pirazinamid 500 mg
Ethambutol 350 mg
Prednison 3 x 10 mg
Stop terapi meningitis purulenta
Stop dexametason
K/ Perbaikan Minimal
11 Februari 2004
S/ Demam (-), kejang (-), spastik (-), BAB (-) 4 hari
O/ Keadaan umum
: sakit berat
kesadaran
12
: Somnolen
Nadi
: 88 x/ menit
Suhu
: 36,8 0C
Nafas
: 24 x/ menit
Mata
Dada
14 Februari 2004
S/ Demam (-) malam hari, kejang (-), spastik (-), BAB lunak 1 x
O/ Keadaan umum
: sakit sedang
Nadi : 88 x/ menit
Nafas : 24 x/ menit
Mata
Suhu : 370C
dan jantung
: Terapi lanjut
13
: sedang
kesadaran
: sadar
Nadi
: 100 x/ menit
Nafas
: 22 x/ menit
Suhu
: 36,8 0C
BB
: 9,4 kg
Kepala
:UUB datar
Mata
Hidung
Mulut
Paru
dan jantung
K/
S/
14
DISKUSI
Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien perempuan berumur 18 bulan
dengan diagnosis kerja diare akut dehidrasi sedang. Dasar diagnosis diare akut d
dehidrasi sedang adalah berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien
adalah berak-berak encer sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit dengan
frekuensi 5-6 x/hari sebanyak 3-4 sendok makan setiap berak, warna kuning, tidak
berlendir dan tidak berdarah. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit.Demam tidak tinggi, tidak terus menerus, tidak
menggigil dan tidak kejang. Pasien juga muntah 1 hari sebelum masuk rumah
15
sakit, frekuensi 1x, jumlah gelas,muntah berisi air susu dan muntah tidak
menyempro. Nafsu makan berkurang sejak sakit, tapi anak masih mau menyusu,
batuk pilek tidak ada, sesak napas tidak ada dan tidak ada keluhan tentang buang
air kecil.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tampak sakit sedang, anak
rewel dan gelisah, ubun-ubun besar cekung,mata juga cekung,tapi air mata masih
ada, mukosa mulut dan bibir kering dan turgor kembalinya lambat.. Sedangkan
diagnosis Candidiasis oral didapatkan dari pemeriksaan mulut dimana pada
mukosa mulut terlihat adanya bercak-bercak berwarna putih.
Dengan data-data yang telah didapatkan tersebut maka dibuatlah diagnosa
kerja diare akut dengan dehidrasi sedang dan candidiasis oral, Pengobatan yang
diterapkan pada kasus ini bertujuan untuk mengganti cairan yang hilang melalui
tinja, yaitu terapi B menurut MTBS. Dengan pengobatan tersebut diatas,dalam
waktu singkat akan cepat tercapai keadaan rehidrasi pada anak tersebut, sehingga
setelah 3 hari pasien boleh pulang dalam keadaan stabil. Pemberian antibiotik
maupun anti amuba dirasa belum sesuai dengan temuan klinis. Selain itu
dianjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan tubuh maupun kebersihan
lingkungan, terutama makanan
serta menjaga
16