Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNyalah sehingga laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan Air dapat tersusun sebagaimana
yang kita kehendaki. Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan sebagai syarat untuk mengikuti ujian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Rahmaningsih, S.Pi.,M.P sebagai
dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan atas diberikannya bimbingan dan arahan yang
baik selama praktikum dilaksanakan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahankesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan
praktikan terima dengan terbuka guna pembuatan laporan lengkap selanjutnya.
Tuban , 22 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................
1
1.1.LatarBelakang.............................................................................................................
1
1.2.TujuanPraktikum........................................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2
2.1. Pertumbuhan ikan......................................................................................................
2
2.2. Hematologi..................................................................................................................
3
2.3. Syaraf ikan..................................................................................................................
4
2.4. Respirasi .....................................................................................................................
5
BAB III. METODOLOGI.................................................................................................
6
3.1. Waktu danTempat......................................................................................................
6
3.2. Alat dan Bahan............................................................................................................
6
3.3. Langkah Kerja............................................................................................................
7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................
8
4.1. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan Ikan.............................................................
8
4.2. Hasil dan Pembahasan Hematologi..........................................................................
10
4.3. Hasil dan Pembahasan Syaraf Ikan..........................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
sinyal
antar
berbagai
bagian
tubuhnya
(Force,
2010).
2. Untuk mengetahui teknik pewarnaan struktur darah secara umum pada ikan serta
mengetahui mekanisme dan alat alat yang berkenaan dengan predaran darah.
3. Untuk mengetahui otak ikan serta bagian bagiannya juga pengaruh rangsang
terhadap syaraf yang dikendalikan oleh otak.
4. Untuk mengetahui proses respirasi pada ikan.
B. Tujuan dari praktikum :
1. Agar praktikan dapat melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh faktor
faktor tersebut terhadap pertumbuhan ikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh larutan yang hyper, hypo, serta isotonis terhadap
struktur sel darah serta alat alat yang berkenaan dengan predaran darah.
3. Untuk mengetahui kerja otak dalam mengadakan koordinasi terhadap organ tubuh
ikan dan untuk mengetahui fungsi dari masing masing bagian tersebut.
4. Untuk mengetahui sampai dimana batas toleransi dalam mengkonsumsi O2 yang
digunakan untuk respirasi melalui ingsang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
filum
: Chordata
kelas
: Osteichthyes
ordo
: Percomorphi
sub-ordo
: Percoidea
famili
: Cichlidae
genus
: Oreochromis
spesies
: Oreochromis niloticus.
Ikan nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna
gelap disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip
punggung dan sirip duburnya.Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi mulut
superior dan dapat disembulkan, sisik ktenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri
atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal.Posisi sirip ventral terhadap
pektoralnya adalah abdominal.Ikan nila mempunyai linea lateralis yang lengkap dan
terputus.Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina.Pada
rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila adalah tipe scenoid.Ikan nila juga
ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya.Dengan posisi
siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Tariga, 2012).
Menurut Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada sisiknya. Sisik ikan nila
jantan lebih besar daripada ikan nila betina, sisik bawah dagu dan perut ikan nila
jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut papilla
sedangkan kelamin betina berupa tonjolan dibelakang anus.
B. Habitat
Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang
sempit dan dangkal.Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya,
di waduk, danau, rawa, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan
nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap.
Kadar garam dinaikkan sdikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak
ke dalam air yang berkadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan
kematian ikan (Leugeu, 2009).
C. Kebiasaan Makanan
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi
pakan berupa hewan atau tumbuhan.Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah
Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari
035 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk
membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih
dahulu secara bertahap sekitar 12 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya
sekitar 2-3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).
2.2. Hematologi
Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur, fungsi dan
penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang membentuk bagianbagian darah
kompleks terdiri atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan
globulin yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino). Haemoglobin
yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Guyton, 1976). Haemoglobin
bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit
(Soetrisno, 1987).
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan
Pettit, 1987). Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang
artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah
merah.
Mengukur
kadar
hematokrit
darah
hewan
uji
digunakan
tabung
mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra
Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar
adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai
hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah
total (Frandson, 1992).
Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-sel
darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari
bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat
tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).
Darah terdiri atas dua kelompok besar yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel
diskret yang mempunyai bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen
dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion inorganik dan aneka komponen
organik untuk fungsi metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadangkadang terpisah, kadang-kadang juga bergabung (Fujaya, 2004). Seperti pada hewan
bertulang belakang (vertebrata) berdarah dingin lainnya, salah satu ciri pembeda dari
darah ikan adalah adanya inti sel pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah matang.
(Yasutake and Wales, 1983 dalam Affandi, 1999). Fungsi utama sel darah merah
adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan membawa oksigen dan insang
atau paru-paru ke jaringan (Fujaya (2004).
Hemoglobin adalah metallorphyrin, merupakan kombinasi dari haem/hem yang
merupakan porphyrin besi, dan globin.. Setiap molekul hemoglobin elasmobransi dan
teleostei mengandung empat molekul hem, yakni dua rantai dan dua rantai . Oleh
karena itu, satu molekul hemoglobin mengandung empat molekul oksigen (Fujaya,
2004). Hemoglobin pada ikan bervariasi macamnya dan tingkat perkembangannya
tergantung pada spesies ikannya. Laju pertukaran gas pada insang dan jaringan sangat
ditentukan oleh laju pertukaran gas pada hemoglobin (Irianto, 2005).
Proses pembentukan sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan platened) yang
berlangsung dalam jaringan hemopoiletik disebut hemopoinesis. Proses dimulai sejak
pranatal, pada kehidupan embrio yang masih muda, dan dilanjutkan pascanatal
dengan pola berbeda (Dellmann and Brown, 1989 dalam Affandi, 1999). Semua sel
darah pada hewan dewasa berasal dari sumber yang sama, yaitu sel-sel batang
primordial yang terdapat didalam sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit
disebut eritropoiesis, sedangkan pembentukan leukosit disebut leukopoiesis
(Frandson, 1986 dalam Affandi, 1999).
Secara umum, sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang
terdiri atas sebuah pompa pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung teleostey terdiri
atas empat bagian ( atrium, ventrikel, bulbus dan sinus venosus), namun pada
kenyataannya mirip dengan satu silinder pompa piston tunggal. Untuk menjamin
aliran darah terus berlangsung, maka darah dipompa dengan perbedaan tekanan.
Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari
tekanan arterional. Akibat adanya perbedaan tekanan tersebut maka aliran darah dapat
terjadi. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Bermula dari jantung menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke seganap
organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. (Fujaya, 2004).
Pada prinsipnya pengambilan darah digunakan oleh hampir semua tipe
pengambilan darah pada ikan. Hal ini memungkinkan penggunaan tabung kecil atau
penggunaan cannula untuk mengambil darah ikan yang berenang bebas dalam jangka
waktu yang cukup panjang. Sebagian contoh teknik ini dapat digunakan untuk
mengikuti perubahan dalam tingkatan hormon lebih dari beberapa minggu. Bahanbahan penyusun darah dapat dengan mudah dipisahkan melalui sentrifugasi darah.
Sel-sel darah akan mengendap ke dasar dan berkumpul, hal ini disebabkan karena
densitas sel darah. Dengan segera bagian atas eritrosit membentuk lapisan tipis yang
disebut lapisan buffy yang dibentuk oleh sel darah putih (Anonim, 2007).
2.3. Syaraf Ikan
Sistem saraf pada kebanyakan hewan menjadi dua bagian utama. Sistem saraf
pusat dari berbagai bentuk seperti misalnya planaria, cacing tanah, dan belalang
terdiri atas kelompok-kelompok badan sel, yakni ganglia. Pada umumnya ganglia
terdapat di bagian-bagian tubuh yang menerima banyak sekali informasi sensori
(umpamanya kepala) atau yang memerlukan pengendalian otot yang tepat
(umpamanya) di dekat bagian-bagian mulut. Ganglia ini dihubungkan sesamanya
oleh satu atau lebih tali saraf yang terutama terdiri atas serabut-serabut (akson) inter
neuron (Kimball,1983).
Di satu sisi, perkembangan ini dapat meringankan tugas sel. Namun, disisi lain
evolusi menimbulkan masalah baru yakni hewan harus mengendalikan dan
mengoordinasikan berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh jenis sel yang
berbeda. Tanpa adanya kemampuan mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai
macam aktivitas yang dilakukan oleh jenis sel yang berbeda. Tanpa adanya
kemampuan mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas, hewan
akan sulit bertahan hidu. Sistem organ yang diperlukan untuk menyelenggarakan
fungsi kendali dan koordinasi ialah saraf dan sistem hormonal (Isnaeni, 2006).
Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel
khusus yang disebut neuron yang mengoordinasikan tindakan binatang dan
mengirimkan
sinyal
antar
berbagai
bagian
tubuhnya
(Force,
2010).
2.4. Respirasi
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui
permukaan alat pernafasan organism dengan lingkungannya dinamakan pernafasan
(respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen
merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi hewan air tentang laju pertumbuhan, hematologi, syaraf ikan,
dan respirasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dilakukan pada:
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut:
No.
1.
2.
Nama Alat
Aquarium
Aerator
3.
Toples
4 buah
4.
Refraktometer
1 buah
5.
Tissue
2 buah
6.
Timbangan digital
1 buah
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jarum injeksi
Mikroskop
Objek Glass
Cover Glass
Pipet
Sectio Set
Baki untuk
landasan
Papan section
Balon
Stopwatch
Kantong plastic
14.
15.
16.
17.
Spesifikasi
1 buah
1 buah
Fungsi
Sebagai wadah ikan nila
Alat untuk pernapasan
tambahan ikan
Sebagai wadah untuk
pengamatan
Untuk mengukur salinitas
air dalam toples
Untuk membersihkan
toples dan peralatan lainnya
Untuk menimbang ikan
sample, pakan, dan garam
NaCl
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
Nama Bahan
Garam NaCl
Spesifikasi
Secukupnya
ikan nila
Pakan
25 ekor
Secukupnya
Fungsi
Untuk bahan menaikkan
salinitas air yang diinginkan
Sebagai bahan praktikum
Untuk bahan makanan ikan
dalam praktikum
pertumbuhan ikan
4.
5.
Air
Giemsa 3%
6.
7.
8.
9.
Alcohol 70
Aquades
Larutan gula
Metanol
Secukupnya
Secukupnya
: Salinitas 0 promil
Toples II
: Salinitas 5 promil
Toples III
: Salinitas 10 promil
Catatan:
a. 1 promil = 1 mg/1 NaCl murni
b. Untuk mengencerkan/ menaikkan salinitas dihitung dengan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 = Volume awal air media
V2 = Volume akhir yang diinginkan
N1 = Salinitas awal air media
W2
A. Darah Ikan
a. Pengambilan Sample Darah Ikan
- Mensterilkan injeksi dengan alkohol 70% dan bagian tubuh ikan yang akan diinjeksi
(injeksi diberi EDTA)
- Pengambilan darah dilakukan dengan jalan penyuntikan tepat pada linea lateralis
pada tubuh ikan
- Jarum yang masuk akan menyentuh tulang vertebrae
- Jarum sedikit diarahkan keatas dalam posisi masih menempel pada tubuh ikan
- Perlahan lahan spet innjeksi ditarik sehingga akan didapatkan darah
- Sebelum digunakan darah yang ada dalam injeksi dikeluarkan sedikit, kemudian
baru siap digunakan.
b. pembuatan film darah tipis
- Teteskan darah pada sisi kanan gelas
- Ambil cover glass dan letakkan hampir menyentuh tetesan darah
- tarik cover glass kebelakang hingga menyentuh tetesan darah pada gelaas benda
sehingga timbul kapilaritas
- Setelah timbul kapilaritas doronglah cover glass kearah berlawanan sehingga akan
terjadi film darah yang baik
- Melakukan fiksasi dan dapat dilakukan sebelum darah menjadi kering atau darah
menjadi kering.
c. Menyiapkan 3 obyek glass dan 3 cover glass
1. Sebagai sample
2. Sample dan larutan gula
3. Sample dan aquadest
- nomor 2 dan 3 campursampai homogen dengan ujung jarum suntik dan dikeringkan
- masing - masing sample ditambah dengan methanol sampai kering
- masing masing sample ditambah dengan gimsa dan keringkan lalu amati dibawah
mikroskop
1. Ikan dibiarkan dalam keadaan normal dalam air pada aquarium, kemudian dihitung
jumlah respirasinya selama 3 menit sekali
2. Ikan dimasukkan dalam plastic yang berisi air 1 lt dan ditutup rapat, dan dihitung
respirasinya selama 3 menit sekali (3 X)
3. Ikan diletakkan diatas papan dan diamati jumlah respirasinya selama 3 menit (3 X)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Har
Salinitas ( ppt )
V1 X N1 = V2 X N2
Aquarium 1
Aquarium 2
Aquarium 3
10
10
3 X 7 = 3 X 10 (aquarium 3)
Salinitas dinaikkan
dengan menambah NaCl
10
9 mg
3 X 3 = 3 X 5 (aquarium 2)
Salinitas dinaikkan 6 mg
10
garam NaCl
3 X 9 = 3X 10 (aquarium 3)
Dengan menambah
6 mg garam NaCl
3 X 6 = 3 X 10 (aquarium 2
dan 3)
Dengan menambah
10
10
10
garam NaCl
3 X 9 = 3X 10 (aquarium 3)
Dengan menambah
6 mg garam NaCl
1
0.9
0.8
0.7
0.6
V1 X N1 = V2 X N2
0.5
0.4
Salinitas ( ppt )
0.3
0.2
0.1
0
1
8 10
pertumbuhan
ikan
nila
diamati
setiap
minggu
dengan
melakukanpenimbangan berat biomas. Hasil pengamatan berat ikan nila tersaji dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil perhitungan pertumbuhan ikan dan laju pertumbuhan ikan
Aqua
rium
W1
W2
G= W2-
RG=(W2-
W:W)x100
W:W)
W: W.(t2-
1.8
1.9
2.15
0.35
%
19.44
0.194 g/g
t))x100%
2.16
2
3
2.0
2.1
2.2
2.05
2.4
2.15
gram
0.4 gram
0.05
20
2.38
0.2 g/g
0.024 g/g
2.22
0.26
gram
25
20
W
W1
15
W2
G= W2-W
RG=(W2-W:W)x100%
10
GR= (W2-W:W)
RGR=(W2-W: W.(t2t))x100%
0
1
1
2
3
5 hari (ke 1)
W.Bio W.P
5 hari (ke 2)
W.Bio W. P
(gr)
(gr)
(gr)
(gr)
1,8
2,0
2,1
0,09
0,1
0,105
1,9
2,2
2,05
0,095
0,11
0,1025
Keterangan :
W.Bio berat biomassa ikan dalam 1 aquarium
W.P
D. Survival Rate
Persentase kelangsungan hidup ikan nila pada pengamatan yang
dilaksanakan dihitung berdasarkan rumus seperti dibawah ini:
SR Wt : Wo x 100%
Keterangan:
Wt : Jumlah ikan yang ditebar
Wo : Jumlah ikan yang dipanen
Hasil perhitungan SR tersaji dalam tabel dibawah ini :
Tabel 18. SR ikan nila gift
Aquarium
1
2
3
SR (%)
100
100
60
4.1.2. Pembahasan
Pada pengamatan terhadap pertumbuhan ikan nila dengan perlakuan perbedaan
salinitas dengan dosis pakan sesuai dengan rumus (5% X Berat Biomas) dihasilkan
data berat dengan nilai yang cukup signifikan. Ikan nila dengan pertumbuhan yang
paling bagus didapati pada aquarium no 2 dengan salinitas 5 ppt dan berat awal 2,0 gr
menjadi 2,4 gr, pertambahan berat dalam 10 hari 0,4 gr. Ikan yang memiliki
pertumbuhan paling lambat pada aquarium no 3 dengan salinitas 10 ppt dan berat
awal 2.1 gr mengalami penambahan berat 0,05 gr selama 10 hari. Sedangkan pada
aquarium 1 dengan salinitas 0 ppt dengan berat awal ikan 1.8 mengalami
pertumbuhan cukup baik dengan penambahan berat 0.35 g. Perbedaan pertumbuhan
yang dialami ikan ini disebabkan karena adanya pengaruh perbedaan salinitas yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan itu sendiri. Ikan pada aquarium no 2 mengalami
nafsu makan terhadap pakan tinggi ini dilihat ketika ikan diberi makan, pakan yang
diberikan cenderung habis bila dibandingkan ikan pada aquarium no 3. Hal ini
dikarenakan pada aquarium no 2 dengan salinitas 5 ppt sesuai dengan salinitas habitat
sebelumnya, sedangkan pada aquarium no 3 pada salinitas 10 ppt ikan harus
berhadaptasi terlebih dahulu, karena faktor ini ikan nila enggan mengkonsumsi ikan
yang diberikan yang mengakibatkan pengaruh pada pertumbuhan ikan.
Metode pemberian pakan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
berdasarkan persentase biomassa. Persentase biomassa yang digunakan dalam
praktikum adalah 5%. Ikan nila diberi pakan pagi dan sore. Pada hasil praktikum
yang dilakukan, terlihat pakan yang diberikan pada aquarium 3 tidak termakan
sebagian oleh ikan nila. Hal ini dikarenakan perbedaan salinitas dari masing masing
aquarium yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang dan karena persentase
pakan yang diberikan terlalu besar sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan
hanya mengotori aqurium dan merusak kualitas airnya bahkan ada yang
menimbulkan kematian pada ikan.
4.2. Hasil dan Pembahasan Hematologi
4.2.1. Hasil praktikum hematologi
A. Darah
menjadi mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat. Darah ikan warna larutannya
merah pekat dan tidak tembus cahaya.
3. Darah Murni ditambah aquades
Darah yang ditambah aquades terlihat di bawah mikroskop sel darahnya
mengalami pembengkakan atau membesar karena aquades masuk kedalam sel dan
jarak antar sel darah berjauhan atau pecah sel darahnya. Darah ikan yang
ditambahkan 1 ml aquades warna larutan merah keruh dan tembus cahaya bahkan
membuat rupa darahnya pecah.
Bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan yang hypertonis atau
hypotonis terhadap cairan interaseluler, maka terjadi proses osmasa dan difusi. Bila
tekanan osmosa cairan diluar sel sama dengan didalam sel , maka sel darahtidak
mengalami perubahan. Jika cairan didalam sel hypertonis terhadap cairandidalam
selmaka sel-sel akan kehilangan cairan sehingga mengakibatkan sel mengalami
pengkerutan (Windarti,et al, 2012)
Membran sel darah merah sifatnya permiabel terhadap air, glukosa dan urea,
tetapi impermiabel terhadap garam-garam. Airdapat mengalir melalui membran sel,
oleh karena itu bila darah dimasukan kedalam larutan yang hipotonis maka sel darah
merah akan pecah. Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar
keseluruh larutan disebut Haemolisis. Namun apabila darah dimasukkan kedalam
larutan yang isotonis maka sel darah tidak akan mengalami perubahan (Fujaya, 2004).
Pada matrik cairan darah terdapat sel sel darah. Sel yang menyangkut oksigen
disebut eritrosit. Sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh disebut
leukosit dan sel yang berperan dalam homeostatis disebut trombosit. (Hendra, 2008).
B. Jantung
Ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari atrium saja dan
memompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini dibentuk oleh dua
lapisan otot yaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut
spongi.
4. Conus Arteriosus
Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang denga baik, tetapi tidak
mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan Teleostei conus arteriosus sudah
tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus
(perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan baik.
4.3. Hasil dan Pembahasan Syaraf Ikan
4.3.1. Hasil praktikum syaraf ikan
Berdasarkan pada pengamatan maka di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Pemotongan Sirip dan ciri-ciri ikan
Pemotongan Sirip
Normal
Ciri-ciri
Keseimbangan Normal dan stabil, Pergerakannya lincah
dan semua siripnya berfungsi dengan baik dan masih
bereaksi terhadap pengaruh dari luar
Dorsal
Pectoral
Anal
Caudal
Semua sirip
Linea lateralis
dirusak
Keterangan
Lobus alfactorius
Telencephalon
Lobus opticus
Metencephalon (cerebellum)
Myelencephalon
Procencephalon
Mesencephalon
Rhombencephalon
berenang selalu menabrak dinding akuarium serta sulit untuk berbelok dan berenang.
Menurut Saanin (1984), pada pemotongan sirip pectoral pada ikan dimana terlihat
perubahan pada ikan menjadi lebih banyak diam, badannya miring dan mengalami
kesulitan dalam membelok, sirip pectoral (sirip dada) dapat berfungsi sebagai
penyeimbang tubuh dan sebagai alat pembelok yang terletak disamping kanan dan
kiri ikan. Sirip pectoral juga dapat berfungsi sebagai alat untuk berenang serta dapat
berfungsi sebagai tangkai.
Pada waktu sirip anal dipotong pergerakan ikan tidak baik, bergerak miring
kesamping,
selalu
mengarah
keatas
permukaan,
kepala
sering
terangkat,
kecepatannya untuk belok agak lambat karena sirip anal adalah salah satu yang dapat
membantu ikan sewaktu membelok. Menurut Afandi (1992) sirip anal adalah sirip
yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini
adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
Pada pemotongan sirip caudal pergerakannya lambat, ikan cenderung diam,
berenang miring, tidak dapat membelok dan sesekali menabrak dinding akuarium.
Hal ini sesuai yang dikemukkan oleh Soesono (1983), bahwa pada saat sirip caudal
dipotong ikan cenderung diam karena sirip caudal yang berfungsi sebagai kemudi dan
pendorong utama untuk melaju di dalam air dipotong.
Pada pemotongan semua sirip pergerakan ikan tidak stabil, tidak bisa naik ke
permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas dan tidak bisa
menyimbangkan tubuhnya. Menurut Affrianto (1996), bahwa jika ikan kehilangan
salah satu organ tubuhnya maka akan menganggu pergerakan pada ikan tersebut yang
tadinya normal menjadi tidak normal lagi atau keseimbangan tubuhnya jadi hilang.
Pada hasil praktikum ikan yang linea lateralisnya dirusak menyebabkan ikan
tersebut sulit mengontrol gerakannya, selalu bergerak ke pinggir, tubuhnya lebih
miring ke kiri dan menabrak dinding akuarium. Linea lateralis sangat penting
3. Otak
Dari hasil praktikum diketahui susunan bagian otak pada ikan terdiri dari lobus
alfactorius,
telencephalon,
lobus
opticus,
cerebellum,
myelencephalon,
Waktu (menit)
Respon
Menit pertama
Menit ke2
Menit ke3
Menit pertama
masuk)
Menit ke3
Menit pertama
papan
135 kali.
Ikan meloncat loncat, ikan terlihat
kejang dan lemas. Bukaan operculum
sebanyak 128 kali.
Menit ke2
Menit ke3
banyak karena ikan beradaptasi untuk seabnyak dan sesering mungkin menyaring air
untuk mendapatkan oksigen yang menipis. Sedangkan pada ikan yang diletakkan
diatas papan cenderung operkulum bukaan menjadi lambat, ikan menjadi kejang dan
lemas.
Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat
berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak
membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu
berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase
pengambilan O2 di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan
dalam menghitung bukaan mulut dari ikan dalam setiap interval waktu satu menit
Oksigen memegang peranan penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan air
pemenuhan kebutuhan oksigen dipenuhi dengan oksigen yang terlarut dalam air,
maupun langsung dari udara pada beberapa jenis hewan tertentu (misalnya nila). Ikan
memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan,
reproduksi dan lain-lain. Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan dalam satuan
ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya
adalah 4 7,5 ppm, karena sesuai dengan kebutuhan ikan.
Keadaan oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium.
Ikan susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup
untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan
harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil
O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial (P O 2) dari total O2 yang
digerakkan dalam air.
Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak
langsung dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus
oleh ikan sehingga kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar
karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan
meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen.
Respirasi pada tempat terbuka tanpa medium air ikan tidak bisa melakukan difusi
oksigen melainkan langsung kontak dengan udara bebas, hal ini mengakibatkan ikan
meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen. Tetapi langkah ini tidak
berlangsung lama karena ikan tidak berada dalam medium yaitu air yang
mengakibatkan ikan mengeluarkan lender, menjadi lemas dan pingsan karena lansung
kontak dengan udara bebas.
Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang
tepat dari oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen di dalam tubuh.
Karbondioksida dan ion hidrogen mengendalikan pernapasan secara langsung pada
pusat pernapasan di dalam otak. Sedangkan, penurunan konsentrasi oksigen
merangsang aktivitas pernapasan dengan bekerja pada kemoreseptor tersebut
kemudian mengirimkam sinyal-sinyal ke otak untuk merangsang kegiatan
pernapasan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
A. Pertumbuhan ikan
1. Hasil pengamatan pertumbuhan ikan nila, bobot ikan paling besar adalah 2,4 gr
dari bobot awal 2,0 gr. Ikan dengan bobot paling kecil adalah ikan dengan berat awal
2,1gr menjadi 2,15 dengan pertambahan berat tubuh dalam 10 hari sebesar 0,05 gr.
2. Kisaran kualitas air pada pemeliharaan ikan nila adalah pada salinitas 0 5.
3. Persentase kelangsungan hidup ikan nila pada praktikum ini adalah 100 untuk
salinitas 0 ppt dan 5 ppt sedangkan pada 10 ppt adalah 60.
B. Hematologi
a. Darah
1. Darah murni yang hanya dilakukan penambahan tetesan gimsa pada cover glass
terlihat dibawah mikroskop sel darah terlihat rapi, jelas, warna larutan darah berupa
hitam putih dan tidak tembus cahaya.
2. Darah yang ditambahkan Larutan gula terlihat di bawah mikroskop rupa sel
darahnya mengkerut, jarak antar sel menjadi rapat, warna larutannya merah pekat dan
tidak tembus cahaya.
3. Darah yang ditambah aquades terlihat di bawah mikroskop sel darahnya
mengalami pembengkakan atau membesar, jarak antar sel darah berjauhan atau pecah
sel darahnya, warna larutan merah keruh dan tembus cahaya.
b. Jantung
1. Otot jantung ikan masih dapat berdetak di luar tubuh ikan karena memilikitipe
jantung meogenik.
2. Jantung pada ikan dibangunkan oleh empat ruangan yang terletak di bagian
posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Empat
ruangan itu meliputi: Sinus Venosus, Atrium, Ventrikel, dan Conus Arteriosus.
C. Syaraf Ikan
. 1. Macam sirip pada ikan adalah sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral,
dan caudal yang masing masing mempunyai fungsi dan apabila terjadi
kerusakanataupun dirusak akan berdampak negative bagi ikan tersebut.
2. Reaksi syaraf Pada Gurat Sisi ketika ditutup dengan latex ataupun balon fungsi
syaraf pada ikan seperti telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon
dan myelencephalon tidak dapat berfungsi dengan baik.
3.Otak ikan ikan mujair (Oreochromis mossambicus dibagi menjadi 5 bagian yaitu :
telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.
D. Respirasi Ikan
1. Tingkat konsumsi oksigen pada ikan tergantung pada ukuran, jenis, aktivitas
maupun kondisi fisiologis lingkungan akuatik.
2. Perlakuan dengan respirator tertutup menunjukkan penurunan konsumsi oksigen
pada hewan uji. Semakin lama ikan berada dalam wadah respirator tertutup semakin
sedikit tingkat konsumsi oksigennya.
5.2. Saran
Saran saya dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam praktikum pertumbuhan ikan sebaiknya menggunakan wadah yang lebih
besar dan untuk parameter yang lain harusnya dilakukan pengukuran agar lebih
detail.
2. Sebaiknya saat akan dilaksanakannya praktikum, usahakan kondisi ikan tidak mati
sehingga dapat mengambil darah ikan tersebut setelah di pingsankan.Praktikan juga
harus berhati hati dalam mencampurkan larutan serta jangan lupa untuk membasahi
alat praktikum dengan EDTA agar darah ikan tidak beku.
3. Dalam praktikum fisiologi hewan air saraf ikan yang harus diperhatikan adalah
respons yang diterima ketika ada rangsangan, khususnya pada organ lain seperti sirip.
Karena ketika ada rangsangan, mereka juga akan memberikan respon.
4. Sebaiknya digunakan ikan yang lebih besar agar dapat teramati dengan jelas yang
terjadi pada tubuh ikan selama pengamatan.
5. Praktikan sebaiknya menyediakan segala perlengkapan praktikum sebelum jadwal
praktikum dimulai.
6. Lalu praktikan juga harus menguasai materi agar tidak terjadi kerancuan pada saat
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. dan Usman MT. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.
Khairuman dan Amri K., 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Mudjiman, A. 2001.Makanan Ikan Dan Sistem Darah. Jakarta: PT. Penebar swadaya.
Pulungan, C. P., Windarti,efrizal, deniefizon,.yuliati 2010. Buku Ajar Fisiologi
Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.70
Halaman (tidak diterbitkan).
Stickney, 1979. Kehidupan di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta.
Suyanto, R., 1994. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta
Tang. U.M. dan R Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. P2kp2 Unri.
Windarti, et al, 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Universitas Riau