Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Konsep Anak
Seperti yang dikutip dari Wong (2009), anak dapat diklasifikasi
berdasarkan proses tumbuh kembang sebagai berikut :
1. Masa Bayi
Masa Bayi merupakan masa dimanaperubahan fisik dan penapaian
perkembangan begitu dramatis. Semua system tubuh mengalami maturasi
(kematangan) progresif, dan pada saat yang sama terjadi perkembangan
keterampilan sehingga dengan cepat memungkinkan bayi merespon dan
menghadapi lingkungan luar. Masa ini terjadi selam tahun pertama yaitu 0
sampai 12 bulan.
2. Masa Toddler
Todler merupakan masa eksploitasi lingkungan yang interaktif karena
anak berusaha mancari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana
mengontrol orang lain melalui perilaku temperatantrum, negativism dank
eras kepala (terrible twos). Masa ini berkisar antara periode 12 sampai 36
bulan
3. Masa Prasekolah
Masa
prasekolah

adalah

kombinasi

pencapaian

biologis,psikologis,kognitif,spiritual dan social. Pada Usia ini, control


mereka terhadap fungsi tubuh, pengalaman priode perpisahan yang pendek
dan panjang. Masa ini berlangsung dariusia 3 sampai 6 tahun.
4. Masa Sekolah
Masa sekolah merupakan rentang kehidupan yang dimulai usia 6 tahun
sampai mendekati 12 tahun. Periode ini dimulain dengan masuknya anak ke
lingkungan sekolah
5. Masa Remaja
6

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanakkanak dan dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi
periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan
karakteristik seks sekunder pada usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir
dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai 20 tahun. Masa
ini sering disebut sebagai masa pubertas.
2.2. Konsep Karies gigi
2.2.1.
Pengertian karies gigi
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu
pada email, dentin dan sementum. Menurut WHO, karies gigi dapat
diartikan sebagai suatu proses patologis pascaeropsi yang terlokalisasi
2.2.2.

disebabkan oleh faktor luar.


Etiologi Karies Gigi
Karies juga disebut sebagai penyakit multifaktorial karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Terdapat empat faktor utama yang
berperan dalam proses terjadinya karies, yaitu host, mikroorganisme,
substrat dan waktu. Karies hanya akan terjadi bila keempat faktor
tersebut berintraksi dan saling mempengaruhi, seperti terlihat pada
gambar 2.2 (Kidd &Bechal,1992 dalam Warni,2009).

Gambar 2.1 Tiga Faktor Utama Dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies
(Suwelo 1997, dalam Warni, 2009)
Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga lingkaran, dengan ketebalan
(Tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu artinya ketiga faktor utamaberada
didalam mulut pada waktu tertentu.Apabila selinder tersebut saling
memotong, maka terjadilah karies.Hasil perpotongan (interaksi) tiga selinder
berbentuk ruangan.Besarnya ruangan tergantung pada besarnya perantara
masing-masing silinder yaitu besarnya jari-jari selinder (tiga faktor utama
karies) dalam tinggi selinder (Faktor waktu). Makin besar ruangan tersebut,
maka makin besar kemungkinan terjadinya karies (Gambar 2.3)
1. Mikroorganisme
Berbagai jenis mikroorganisme terdapat didalam rongga mulut
yang merupakaan komunitas kompleks yang terjadi dari macam-macam
spesies. Struktur dari komunitas tersebut terdiri dari suatu massa yang
berupa matriks yang lengket dan kental yang mengandung glikoprotein
serta sel-sel mikroorganisme dan menempel pada permukaan gigi yang
dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut merupakan bahan nutrisi
bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan
berkembang baik membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini kemudian
dikenal sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980).
Kolonisasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai
faktor etiologi kunvi dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi
(Axelsson,1999). Menurut Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran
antara bahan-bahan air ludah seperti muncin, sisa-sisa sel jaringan mulut,

leokosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan


awal terjadinya karies gigi.
Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta
produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaaan gigi.
Akumullasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk
melalui serangkaian jika email yang bersih terpapar dirngga mulut maka
akan ditutupi oleh lapisan organic yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel
ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan
terbentuk segera setelah pengikatan gigi.Sifatnya sangat lengket dan dapat
membantu melekatkan bakterbakteri tertentu pada permukaan gigi dan
yang paling banyak adalah stereptoccus. Organisme tersebut tumbuh,
berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan
meningkat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & bechal,1992).
2. Substrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama bagi bakteri
mulut secara langsung terlibat dalam penurunan PH. Karbhidrat
menyediakan substrat untuk membuat asam bagi mikroorganisme dengan
sintesa polisakarida ekstra sel. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan
karbohidrat yang menempel gigi untuk membuat asam dan mampu
mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat yang
kompleks misalnya pali (polisakarida) relative tidak berbahaya karena
tidak dicerna secara sempurna didalam mulut, sedangkan karbohidrat
dengan berat mlekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak
dan dimetablisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan

10

minuman yang mengandung gula akan menurunkan PH plak dengan cepat


sampai level yang menyebabkab demineralisasi email. Plak akan tetap
bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke PH normal
(sekitar 7), dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula
sering dan berulang0ulang akan tetap menahan PH plak di bawah
normaldan menyebabkan demineralisasi email (Kidd & Beckhaaaal, 1992)
3. HOST (Gigi dan saliva)
Struktur anatomi dari gigi terdiri dari lapisan email di bagian
terluar gigi dan lapisan dentin yang terdapat dibawah lapisan email.
Struktur email saangat menentukan dalam proses terjadinya karies, dimana
permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan
terjadinya karies, terutama bentuk permukaaan gigi yang sukar
dibersihkan. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi
terbentuknya karies. Oleh karena itu, kawasan gigi yang memudahkan
perlekatan plak sanget mungkin diserang karies (Kidd & Bechal,1992).
Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies
gigi.Saliva mampu meremineralisasi karies yang masih dini, karena
banyak mengandung ion kalsium dan fosfat.Kemampuan saliva dalam
melakukan remineralisasi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva
juga mempengaruhi komposisi mikrorganisme didalam plak, saliva juga
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga
mempengaruhi pH dalam mulut. Karena itu jika aliran saliva berkurang
akibatnya karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal,1992).
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimal pada
jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar flour

11

yang bergabung dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung


kepada ketersediaan flour tersebut didalam air minum atau makanan lain
yang mangandung flour. Email yang mempunyai kadar flour lebih tinggi,
tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam, akan tetapi
tersedianya flour disekitar gigi selama proses pelarutan email akan
mempengaruhi prses remineralisasi, terutama proses deminerasasi.
Disamping itu, flour mempengaruhi bakteri plak dalam bentuk asam (Kidd
& Bechal, 1992).
4. Waktu
Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis.Sebab lesi terjadi
setelah beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk
mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva
ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
Dengan kata lain, semakin lama waktu gigi terpapar ketiga etiologi diatas
semakin besar resiko terjadinya karies gigi. Dengan demikian sebenarnya
terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Kidd &
Bechal,1992).
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang

disebabkan

oleh

multifaktorial, maka selain keempat etiologi yang disebutkan didepan, ada


beberapa faktor yang juga sangat mempengaruhi terjadinya karies gigi.

12

Seperti yang dikutip dari penelitian Horas (2008), adapun faktor-faktor


yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi padaanak usia
prasekolah, antara lain :
1. Usia Anak
Penelitian epidemiologis

menunjukkan

terjadi

peningkatan

prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling


akhir erupsi lebih rentan terhadap karies, kerentanan ini meningkat
karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsisampai gigi
tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi
antagponisnya. Anak-anak mempunyai resik karies yang paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih beresiko
terhadap terjadinya karies akar. Umur yang paling rentan menderita
karies gigi adalah 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk
gigi sekunder atau permanen (Wong,2008)
2. Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin seseorang, beberapa penelitian
menyatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi
dibandingkan pria. Demikian juga dengan anak-anak, prevalensi karies
gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak
laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak
perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki sehingga anak
perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibat gigi anak
perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko
terjadinya karies.
3. Pendidikan Orang Tua

13

Pendidikan orang tua sangat berperan penting terhadap


kesehatan gigi anak.Ini berkaitan dengan pengetahuan orang tua dalam
merawat kesehatan gigi, semakin tinggi pendidikan maka semakin
tinggi pula pengetahuan yang dimiliki, dan semakin rendah pendidikan
maka semakin rendah pengetahuan.
Menurut Reisne dan Bailit (1988), responden dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih cendrung menilai kesehatan gigi dan mulut
anaknya dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah.Sedangkan

dengan

tingkat

pendidikan

yang

lebih

rendah.Sedangkan menurut Gilber L. (1994), masyarakat yang tingkat


pendidikannya lebih rendah ditemukan proporsi keluhan karies yang
lebih tinggi (Situmorang,2004).
Tingkat pendidikan adalah jenjang ilmu pengetahuan yang didapat
dari lembaga pendidikan formal terakhir. Adapun pembagian dari
tingkat pendidikan orang tua menurut pendidikan terakhir yang dapat
ditamatka , antara lain:
a. Tingkat pendidikan rendah apabila hanya mampu menamatkan
paling tinggi adalah sampai SMP/Sederajat.
b. Tingkat pendidikan menengah bila mampu menematkan SMU /
sederajat
c. Tingkat pendidikan tinggi bila tamat atau tidak tamat akdemi atau
perguruan tinggi.
4. Pengetahuan Orang Tua
Orang Tua adalah seseorang yang paling dekat dengan anak
prasekolah dan sekolah dasar

baik itu ibu maupun ayah. Menurut

notoatmodjo (2010), pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah

14

fakta-fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat


memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut
diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman
orang lain. Pengetahuan orang tua tentang karies gigi akan
mempengaruhi tingkat kesehatan anak pra sekolah dan sekolah dasar
khususnya karies gigi.
Secara garis besar, tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi beberapa
tingkat, yaitu (Notoatmodj,2003) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi
sebenarnya (real).
d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan


atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau bjek yang
diketahui

15

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justification atau penilaian terhadap suatu obyek
tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan
seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan interpretasikan dengan sekala yang bersifak kualitatif, yaitu :
1) Baik, apabila hasil presentase 76%-100%
2) Cukup : hasil presentase 56-75%
3) Kurang : Hasil presentase <56%
5. Kebiasaan Makan Anak
a. Makanan Kariogenik
Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya
karies gigi.Makanan tersebut harus kontak dengan permukaan gigi
dalam waktu cukup lama.KArbohidrat ini apabila terdapat dalam
jumlah cukup besar, sering diknsumsi, terutama jenis yang lengket
atau melekat pada gigi, maka kemungkinan terjadinya karies juga
cukup tinggi.

16

Ada beberapa jenis karbohidrat yang sering dijumpai yaitu


tepung plosakarida, sukrosa dan glukosa, dimana sukrosa paling
mudah

menyebabkan

terjadinya

karies

atau

lubang

gigi.

Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hamper semua makanan,


sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak
banyak dijumpai pada makanan seperti permen,coklat,kue-kue dan
gula.

Sedangkan

karbohidrat

dalam

buah-buahan

tidak

menimbulkan karies, karena jumlahnya tidak banyak.


b. Makanan Nonkariogenik
Berbagai jenis makanan yang kita makan

telah

diketahuidapat mencegah terjadinya karies gigi. Makanan tersebut,


antara lain :
1) Makanan yang mengandung kalsium, fosfor dan vitamin
terutama C dan D. pada umumnya jenis-jenis makanan yang
mengandung bahantersebut antara lain susu, telur dan buahbuahan. Makanan tersebut dapat menguatkan gigi, sehingga gigi
tidak mudah terjadi karies atau lubang gigi.
2) Makanan yang mengandung protein
Protein juga telah diketahui dapat menghambat terjadinya
proses karies atau kerusakan gigi oleh kuman dan asam. Adapun
makanan yang kaya akan kandungan protein antara lain seperti
tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang-kacang, susu, roti dan
lain sebagainya.
3) Makanan yang mengandung lemak
Lemak didapat mencegah terjadinya karies atau lubang
gigi karena dapat membentuk lapisan minyak pada permukaan

17

gigi.Sehingga gigi menjadi licin dan karbohidrat sulit melekat


pada gigi.Sebagai contoh organ-organ Eskim yang mempunyai
kebiasaan makan ikan laut yang banyak mengandung minyak
ikan, menyebabkan orang tersebut jarang terserang karies.
4) Sayur-sayuran
Sayur-sayur terutama bayam dan selada mempunyai
kandungan yang disebut nitrat.Bahan ini dapat menghalangi
atau menghambat kerja bakteri penyebab karies.Apabila kita
makan banyak sayur, maka bakteri penyebab karies tersebut
sulit untuk menimbulkan kerusakan pada gigi.
5) Makanan yang mempunyai daya pembersih gigi banyak
terdapat pada makanan yang berserat. Pada saat kita kunyah
makanan ini akan membersihkan gigi dari penyebab karies.
Makanan ini banyak terdapat pada apel,jeruk,seledri, jambu dan
sebagainya. Makanan ini baik untuk kita makan sesudah makan
atau diantara waktu makan. Namun demikian makan atau
diantara waktu makan. Namun demikian meskipun kita sudah
makan makanan berserat bukan berarti kita tidak harus tetap
menyikat gigi setelah makan. Sikat gigi harus tetap kita lakukan
untuk mencegah terjadinya karies.
Berdasarkan hal tersebut diata maka selain sikat gigi kita
juga harus memperhatikan dan menjaga makanan yang kita makan
sehari-hari.Makanan tersebut hendaknya mengandung bahan-bahan
makanan yang mengandung bahan diatas.Selain itu pengaruh

18

makanan terhadap timbulnya karies juga ditentukan oleh macam


makanan yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan.Hal itu
berhubungan dengan ada tidaknya karbohidrat yang ada dalam
makanan yang kita makan, jumlah karbohidrat yang dimakan ada
kapan makanan yang mempunyai daya bersih kita makan
(Anas,2007).
6. Oral Hygiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam
pembentukan karies adalah plak.Peningkatan Oral Hygiene dapat
dilakukan dengan menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi
bersamaan dengan pasta gigi dan penggunaan alat pembesih interdental
yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur.
Bukan hanya menyiikat gigi, namun hal juga harus diperhatikan
adalah frekuensi, waktu dan keteraturan dalam menyikat gigi itu
sendiri. Namun, anak usia sekolah masih belum mengetahui pentingnya
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut (Oral Hygiene) Kesehatan
gigi anak berkurang. Sehingga disinilah peran orang tua dalam
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut anak sangat diperlukan.
Selain menyikat gigi, obat kumur juga dapat digunakan untuk
membunuh kuman-kuman yang terdapat pada plak.Obat kumur yang
mengandung antiseptic dapat digunakan untuk membantu secara tuntas
dengan pembersihan secara mekanis.Obat kumur yang paling sederhana
adalah air garam hangat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan
obat kumur setiap hari dapat menurunkan gingivitis sebesar 20-58%

19

dan penumpukan plak sebesar 10% dan akan memberikan hasil lebih
baik bila digunakan 2-3 kali sehari secara teratur (Bahar,2011)
2.2.4. Tanda dan Gejala Karies Gigi
Seseorang yang mengalami karies gigi mungkin tidak menyadari
penyakitnya.Tanda awal dari lesi karies yang baru adalah munculnya
bercak putuh kapur pada permukaan gigi, ini menunjukkan area
demineralisasi enamel.Hal ini disebut sebagai lesi karies yang baru mulai
atau microcavity. Sebagai lesi tersebut demineralisasi, dapat berubah
menjadi coklat tapi akhirnya akan berubah menjadi kavitasi(rongga).
Sebagai enamel dan dentin yang harus, rongga menjadi lebih terlihat.
Daerah yang terkena dampak dari perubahan warna gigi dan menjadi
lunak ketika disentuh. Setelah pembusukan melewati email dan tubulus
dentin yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, menjadi terbuka dan
menybabkan sakit gigi. Rasa sakit akan terburuk dengan paparan terhadap
panas, dingin atau makanan dan minuman yang manis. Gigi karies juga
dapat menyebabkan bau mulut busuk.Dalam kasus yang berkembang,
infeksi dapat menyebar dari gigi ke sekitar jaringan lunak.Komplikasi
seperti thrombosis sinus kavernosus dan angina Ludeig dapat terjadi
(Hongini & Aditiawarman,2012).
2.2.5. Klasifikasi Karies Gigi
1.
Berdasarkan Kedalamannya
a. Karies Insipiens
Karies Insipien adalah karies yang terjadi pada permukaan
email gigi. Biasanya pada kasus ini gigi tidak terasa sakit hanya
pada email gigi tampak noda hitam atau coklat.
b. Karies Superfisialis

20

Karies siperfisialis adalah karies yang telah mencapai


bagian dalam dari email gigi. Kadang-kadang gigi terasa sakit.
c. Karies Media
Karies media merupakan karies yang sudah mencapai
bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara
permukaan gigi dan pulpa. Pada tahap ini, gigi akan terasa sakit
bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
d. Karies Profunda
Karies profunda adalah karies yang mendekati atau bahkan
telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Pada
tahap ini, penderita biasanya akan merasa sakit pada saat makan
dan bahkan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun.
2. Berdasarkan keparahan dan kecepatan berkembangnya
a. Karier ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi
yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung
jarung jarum yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi mlar)
dan fissure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan
gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi
permukaan oklusi dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies
sudah mengenai lapisan dentin
c. Karies Berat
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi
anterior yang biasanya bebas karies.Kedalamak karies sudah mengani
pulpa.Baik pulpa tertutup maupun terbuka (pulpitis dan ganggren

21

pulpa).Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian


pulpa.
3. Berdasarkan Stadium
Menurut perkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi
dapat dibagi atas 5, yaitu :
a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
b. Kelas II adalah karies yang mengani permukaan oklusal dan bagian
aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang menganai bagian aproksimal gigi anterior.
d. Kelas IV adalah keries yang sudah mengenai bagian aproksimal dan
meluas ke bagian insisal gigi anterior.
e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan
2.2.6.

posterior.
Pencegahan Karies Gigi
Karies merupakan penyakit yang adapat dicegah.Dasar-dasar
pencegahan karies adalah mdifikasi satu atau lebih dari tiga faktr utama
penyebab karies yaitu plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan
karentangan gigi.
Secara teoritis ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu,
pertama

menghilangkan

substrat

karbohidrat

dengan

mengurangi

frekuensi kansumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua
dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memamparkannya dengan
flour secara tepat dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri (Kidd &
Bechal,1992).
Menjaga kebersihan mulut merupakan cara terbaik untuk
mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti karies gigi
dan rahang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling

22

sering ditemukan dalam mulut dan penyabab utama dari penyakit tersebut
adalah plak (plaque).
1. Menyikat gigi
Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley
(1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara sistematis
supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke
anterior dan berakhir pada bagian posteriIor sisi lainnya
Adapun cara menyikat gigi yang baik adalah (Depkes RI,1996):
a. Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan gerakan
maju mundur dan pendek atau atas bawah sedikitnya delapan kali
gerakan setiap permukaan gigi.
b. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir disikat dengan gerakan
naik turun
c. Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan
naik turun agak memutar.
d. Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah disikat dengan
gerakan maju mundur.
e. Permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit atau lidah disikat
dengan gerakan dari arah gusi ke permukaan gigi.
f. Setelah permukaan selesai disika, berkumur satu kali saja agar sisa
flour masih ada pada gigi.
g. Sikat gigi dibersihkan dibawah air mengalir dan disimpan dengan
posisi kepala sikat gigi berada diatas.
Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah waktu menyikat
gigi.Bersikat gigi yang tepat pada waktunya ialah sesudah makan
dan hendak tidur, jadi empat kali sehari semalam.Kebiasaan
bersikat gigi dua kali sehari semalam, yakni pada saat mandi saja,

23

itu tidak betul dan salah benar. Sebab sesudah bersikat gigi pagi
disaat mandi, orang akan makan pagi. Setelah makan pagi, kalau
hanya kumur-kumur akan kotor. Demikian juga bila bersikat gigi
pada saat mandi sore, masih akan menghadapi makan malam dan
makan malam kecil lainnya di sore hari. Padahal menurut beberapa
ahli, kuman paling aktif dapat merusak gigi adalah sekitar stengah
jam sejak saat selesai makan.Pada saat itu sisa makanan segera
dirubah oleh kuman menjadi asam yang dapat menunakkan
email.Sedangkan pada saat tidur, prduksi air liur berkurang
sehingga menimbulkan suasana asam dimulut. Sisa-sisa makanan
pada gigi jika tidak dibersihkan akan mengakibatkan mulut
semakin asam dan kemampuan akan tambah subur membuat
lubang pada gigi (Machfoedz,2005).
2. Pasta gigi
Pasta gigi telah dikenal sebagai bahan untuk membantu
membersihkan

gigi

yang

digunakan

bersama

dengan

sikat

gigi.Disamping dalam bentuk pasta, saat ini juga terdapat dalam


bentuk gel. Selain berfungsi membersihkan gigi,pasta gigi juga dapat
meningkatkan kesehatan rongga mulut dikarenakan kendungan yang
terdapat dalam pasta gigi, bahan yang berasal dari herbal seperti sisrih,
temulawak dan lainsebagainya (Bahar,2011)
3. Obat Kumur Antisptik
Selain pasta gigi, obat kumur juga dapat digunakan untuk
membunuh kuman-kuman yang terdapat pada plak.Obat kumur yang
mengandung antiseptic dapat digunakan untuk mebantu mengurangi

24

bakteri dan plak yang tidak dapat dibersihkan secara tuntas dengan
pembersihan secara mekanis.
Penggunaan obat kumur yang berfungsi terapeutik dapat
mengurangi populasi bekteri oral, diantara berbagai kandungan obat
kumur yang tersedia, yang lebih efektif adalah yang mengandung
chlorhexidineglouconate sebab mempunyai kemampuan menyerap ion
pada gigi dan permukaaan mukosa oral khususnya dalam konsentrasi
gigi. Kemampuan ini dapat menghasilkan aksi anti bakteri yang tinggi.
Sedangkan obat kumur yang paling sederhana adalah air garam hangat
(Bahar,2011)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan
obat kumur setiap hari dapat menurunkan gingivitis sebesar 20-58%
dan penumpukan plak sebesar 10% dan akan memberikan hasil lebih
baik digunakan 2-3 kali sehari secara teratur (Bahar,2011).
4. Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua
permukaan gigi dan pemolesan trhadap semua permukaan gigi.
5. Penggunaan DentalFloss (Benang Gigi) dan tusuk gigi
Selain sikat gigi, terdapat beberapa alat bantu untuk
membersihkan gigi yang dapat digunakan bersama sikat gigi,
khususnya untuk daerah interproksimal. Untuk membersihkan plak
pada daerah tersebut, dapat menggunakan benang gigi (dentalfloss).
Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan benang gigi yang salah
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan penyangga gigi .Tusuk
gigi juga dapat digunakan untuk membersihkan plak pada daerah yang

25

susunan giginya kurang baik, dimana plak tersebut tidak dapat


dibersihkan dengan sikat gigi biasa (bahar,2011).
6. Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam
jumlah dan jangka waktu tertentu.Hendaknya dihindari makanan yang
mengandung karbohidrat seperti dodol,gula, permen, demikian pula
makanan yang lengket hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan
dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat
dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta
vitamin yang terkandung didalamnya memberikan daya tahan pada
jaringan penyangga gigi.
7. Control Secara Perodek
Control dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui
kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini.
8. Flouridasi
Flour adalah bahan mineral yang digunakan oleh manusia
sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam.
Flour telah dikenal sebagai salah satu unsure yang dapat mencegah
terjadinya karies gigi (Murray,1991). Secara umum, flour bekerja
dalam tiga cara yaitu memperlambat perkembangan lesi karies dengan
cara menghambat proses demineralisasi, meningkatkan resistensi
email terhadap serangan asam dan meningkatkan proses remineralisasi
melalui reaksi hidroksiapan menjadi flourapatit atau Kristal aptit yang
diperkaya dengan ion flourida. Disamping itu, pada konsentrasi yang

26

cukup

tinggi

floeu

dapat

menghmabat

metabolism

bekteri

(Bahar,2011).
7. Pit and Fissure Sealant
Pit and Fissure Sealant adalah istilah yang digunakan untuk
aplikasi bahan resin yang dimasukkan kedalam pit dan fisura
dipermukaan oklusi gigi yang merupakan daerah yang rentan
terjadinya karies gigi. Pit and Fissure Sealant bertujuan untuk
membatasi secara fisik antara permukaan email didaerah pit dan fisura
dari bahan, substrata tau bakteri yang terkumpul didaerah tersebut
yang dapat menyebabkan kaies gigi (Bahar,2011).
2.3. Penelitian Terkait Dengan Karies Gigi
Adapun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini adalah
penelitian dari Hoars Jhon Sihite (2005) dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Karies Gigi Susu Dan Strategi Penanggulangannya Pada
Anak-Anak Dikabupaten Kepulauan Riau Tahun 2005. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa :
1. Ada hubungan faktor dalam yaitu faktor keberhasilan mulut, frekuensi
menyikat gigi, waktu menyikat gigi, kebiasaan makan makanan kariogenik,
kebiasaan makan buah-buahan dengan pengalaman karies gigi susu pad
anak-anak di Kabupaten Kepulauan Riau
2. Ada hubungan karakteristik orang tua murid yaitu tingkat pendidikan,
tingkat penghasilan orang tua, pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi
dan mulut dengan pengalaman karies gigi susu pada anak-anak di
Kabupaten Kepulauan Riau.
3. Prevalensi karies gigi susu pada anak 5-6 tahun di Kabupaten Kepulauan
Riau adalah 97,08% artinya dari 100 anak yang diperiksa terdapat kurang

27

lebih 97 orang yang menderita karies gigi susu. Dengan rata-rata


pengalaman karies gigi susu sebesar 7,38%.

Anda mungkin juga menyukai